Oleh
2018 1
IDENTIFIKASI KAPASITAS DAN KECEPATAN LALU LINTAS
Oleh
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya, penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai
Survei Spot Speed dan Survei Volume Lalu Lintas, serta sebagi penelitian pada
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 2018.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Peak Hour Factor ......................................................................................... 4
2.2 Waktu Terjadinya Jam Puncak .................................................................... 4
2.3 Kapasitas Praktis ......................................................................................... 5
2.4 Kapasitas Sisa .............................................................................................. 6
2.5 Kapasitas Teoritis ........................................................................................ 6
2.6 Komposisi Arus Lalu Lintas ..................................................................... 10
2.7 Time Mean Speed (TMS) .......................................................................... 11
2.8 Space Mean Speed (SMS) ......................................................................... 12
2.9 Hambatan Samping ................................................................................... 12
2.10 Potongan Melintang Jalan ......................................................................... 14
2.11 Kebutuhan Data Sampel ............................................................................ 16
2.12 Tipe Jalan .................................................................................................. 18
BAB III METODOLOGI ................................................................................... 21
3.1 Langkah-langkah Studi ............................................................................. 21
3.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 21
3.3 Data Primer ............................................................................................... 22
3.4 Data Sekunder ........................................................................................... 26
3.4 Analisis Data ............................................................................................. 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 30
4.1 Analisis Peak Hour Factor......................................................................... 30
4.2 Analisis Jam Puncak.................................................................................. 31
4.3 Analisis Kapasitas Praktis ......................................................................... 32
4.4 Analisis Kapasitas Sisa.............................................................................. 32
ii
4.5 Analisis Kapasitas Teoritis ........................................................................ 33
4.6 Analisis Komposisi Arus Lalu Lintas ....................................................... 34
4.7 Analisis Time Mean Speed ....................................................................... 35
4.8 Analisis Space Mean Speed ...................................................................... 35
BAB V SIMPULAN ............................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
LAMPIRAN A PETA LOKASI ........................................................................... 38
LAMPIRAN B FORMULIR SURVEI ................................................................. 40
LAMPIRAN C REKAPITULASI DATA ............................................................ 45
LAMPIRAN D DOKUMENTASI........................................................................ 48
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Badung merupakan kabupaten di provinsi Bali yang menjadi pusat
kegiatan, baik kegiatan sosial budaya, kegiatan pemerintahan, kegiatan
perdagangan dan perekonomian, kegiatan pendidikan dan lain-lain. Selain itu
Kabupaten Badung juga sebagai pusat pariwisata dimana Kabupaten Badung
memiliki daya tarik wisata yang lengkap mulai dari seni dan budaya, keindahan
alam dengan pantai berpasir putih seperti yang terdapat pada pantai Kuta.
Lengkapnya fasilitas yang terdapat di area Kuta juga merupakan salah satu daya
tarik wisatawan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Kabupaten
Badung memiliki jumlah penduduk sebesar 656.900 jiwa, dengan luas wilayah
418,52 km2 yang meliputi 6 kecamatan yaitu, Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta
Utara, Kuta Selatan dan Kuta. Dalam perkembangannya, jumlah penduduk di
Kabupaten Badung akan terus bertambah dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk
dan meningkatnya kedatangan wisatawan yang semakin banyak juga
meningkatkan kebutuhan akan transportasi serta menimbulkan masalah kompleks
pada lalu lintas di Kabupaten Badung.
Permasalahan lalu lintas yang sekarang dihadapi oleh Kabupaten Badung
adalah masalah kemacetan lalu lintas. Kemacetan yang terus meningkat pada
Jalan Raya Tuban di Kabupaten Badung diakibatkan oleh bertambahnya
wisatawan yang mengakses jalan tersebut, terbatasnya lahan untuk perlebaran
jalan, dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas yang ada. Berbagai
upaya telah diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Badung, guna memperlancar
arus lalu lintas di Kabupaten Badung, namun upaya tersebut belum mampu
mengatasi permasalahan lalu lintas, sehingga diperlukan kebijakan yang tepat agar
permasalahan lalu lintas kedepannya semakin berkurang.
Untuk bisa mendapatkan data–data yang digunakan dalam perencanaan suatu
ruas jalan tersebut perlu dilaksanakannya sebuah survei lalu lintas seperti survei
volume lalu lintas dan survei kecepatan. Sebelum melaksanakan survei lalu lintas
perlu adanya pemahaman terhadap teknik survei lalu lintas, dimana metode -
1
metode atau teknik survei yang digunakan pada survei lalu lintas akan mengacu
pada data yang dihasilkan dan data yang dihasilkan haruslah data yang cukup
akurat, guna data- data tersebut dapat digunakan pada suatu perencanaan ruas
jalan yang mampu mengurangi permasalahan lalu lintas nantinya. Adapun tujuan
dilakukannya survei tersebut adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan lalu
lintas pada Jalan Raya Tuban berdasarkan volume lalu lintas yang mencakup jenis
kendaraan dan arah gerakan kendaraan, dengan melakukan pengamatan dan
pencacahan langsung dalam periode waktu yang telah ditentukan dan untuk
mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas pada ruas jalan berdasarkan volume lalu
lintas, arah arus lalu lintas, jenis kendaraan dalam satu satuan waktu tertentu yang
dilakukan dengan pengamatan dan pencacahan langsung di lapangan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan studi yang ingin dicapai:
1. Menganalisis faktor jam puncak (Peak Hour Factor) pada Jalan Raya
Tuban.
2. Menganalisis kapan terjadinya jam puncak pada lokasi studi.
2
3. Menganalisis kapasitas praktis pada lokasi studi.
4. Menganalisis kapasitas sisa pada lokasi studi.
5. Menganalisis kapasitas teoritis pada lokasi studi.
6. Menganalisis komposisi lalu lintas pada lokasi studi.
7. Menganalisis kecepatan rata-rata waktu (Time Mean Speed) pada lokasi
studi.
8. Menganalisis kecepatan rata-rata ruang (Space Mean Speed) pada
lokasi studi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peak Hour Factor
Peak Hour atau jam puncak merupakan jam pada saat arus lalu lintas di dalam
jaringan jalan berada pada kondisi maksimum. PHV menunjukan variasi arus tiap
jamnya. Faktor jam puncak memiliki nilai maksimum sebesar 1 (100%) yang
menandakan kapasitas maksimum yang terisi penuh. Misalkan nilai PHF sebesar
0,8 (80%) yang menyatakan bahwa masih ada kapasitas sisa sebesar 0,2 (20%).
Makin besar nilai PHF maka akan mendekati kapasitas maksimum.
PHF dihitung dari rasio antara volume jan-an maksimum dengan volume
equivalent jam-an maksimum. Volume suatu ruas jalan didapat dari jumlah
kendaraan yang lewat dibagi dengan rentang waktu tertentu. Untuk mendapatkan
nilai volume suatu segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe kendaraan maka
semua tipe-tipe kendaraan tersebut harus dikonversi ke dalam satuan mobil
penumpang (smp). Konversi kendaraan ke dalam satuan smp diperlukan angka
faktor ekivalen untuk berbagai jenis kendaraan. Sedangkan volume jam-an
maksimun sendiri merupakan jumlah kendaraan terbanyak dalam rentang waktu
satu jam dari keseluruhan waktu survei.
Peak Hour Factor dihitung dengan rumus :
4
lalu lintas. Berdasarkan pembahasan di atas, waktu jam puncak dapat
didefinisikan sebagai waktu dimana volume lalu lintas mencapai jumlah
tertingginya. Waktu jam puncak ini diperoleh dalam rentang waktu satu jam dari
keseluruhan waktu survei pada suatu ruas jalan yang ditinjau. Waktu jam puncak
dapat digunakan sebagai dasar untuk design jalan raya.
5
2.4 Kapasitas Sisa
Volume kendaraan yang sangat tinggi hingga mencapai kapasitas
maksimum akan menyebabkan terjadinya tundaan atau kemacetan. Pada saat
volume lalu lintas mencapai puncaknnya, ruas jalan masih mempunyai
kemampuan untuk menampung volume kendaraan. Volume kendaraan yang dapa
ditampung tentu dalam jumlah yang sangat terbatas hingga batas maksimum. Pada
perhitungan kapasitas sisa suatu ruas jalan, terlebih dahulu haruslah diketahui
besarnya PHF ruas jalan tersebut. Dimana PHF dihitung dari rasio antara volume
jam-an maksimum dengan volume equivalent jam-an maksimum.
Kapasitas sisa adalah kapasitas yang masih tersisa saat volume lalu lintas
mencapai puncaknya. Besarnya nilai kapasitas sisa diperoleh dari nilai kapasitas
maksimum dikurangi besarnya PHF.Kapasitas sisa dinyatakan dalam satuan %.
Maka dari itu, besar nilai kapasitas sisa adalah 100% dikurangi PHF. Semakin
besar nilai PHF maka kapasitas sisa ruas jalan semakin kecil. Dapat dihitung
dengan rumus :
Kapasitas sisa = 100% - Peak Hour Factor ......................................... (2.2)
6
hambatan samping dan faktor penyesuaian ukuran kota. Dimana faktor-faktor
tersebut mempengaruhi dalam kapasitas jalan. Sehingga tidak diperlukan
perhitungan manual maupun survei lokasi. Berdasarkan Dep.PU, 1997, kapasitas
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
7
Tabel 2. 2 Penyesuaian FCw untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas
Lebar jalur lalu lintas efektif (Wc)
Tipe Jalan FCw
(m)
3,00 0,92
3,25 0,96
Empat lajur terbagi atau 3,50 1,00
jalan satu arah 3,75 1,04
4,00 1,08
3,00 0,91
3,25 0,95
3,50 1,00
Empat lajur tak terbagi
3,75 1,05
4,00 1,34
5 0,56
6 0,87
7 1,00
8 1,14
Dua lajur tak terbagi
9 1,25
10 1,29
11 1,34
(Sumber: Dep. PU, 1997)
8
(Sumber: Dep. PU, 1997)
2.5.4 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FCsf)
Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping untuk ruas jalan
yang mempunyai kereb didasarkan pada 2 faktor yaitu lebar kereb (Wk) dan
kelas hambatan samping. Nilai faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan
samping ini dapat dilihat pada tabel berikut :
9
Berdasarkan MKJI 1997, faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan
berdasarkan ukuran kota dari jumlah penduduk kota (juta) pada lokasi kota yang
akan diteliti. Faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs) diperoleh dari tabel berikut.
Tabel 2. 5 Faktor penyesuaian FCcs untuk pengaruh ukuran kota
Ukuran Kota Faktor Penyesuaian untuk ukuran kota
(Juta Penduduk) (FCcs)
<0,1 0,86
0,1-0,5 0,90
0,5-1,0 0,94
1,0-3,0 1,00
>3,0 1,04
(Sumber: Dep. PU, 1997)
10
Kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda (termasuk sepeda motor,
kendaraan roda tiga sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
d. Kendaraan tak bermotor / Unmotorised (UM)
Kendaraan bertenaga manusia atau hewan di atas roda (meliputi sepeda,
becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi
Bina Marga).
Ekivalensi mobil penumpang (emp) adalah unit untuk mengkonversi
satuan arus lalu lintas dari kendaraan menjadi smp. Emp untuk masing-masing
tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang
dinyatakan dalam kendaraan/jam. Selain itu emp dalam perhitungan kapasitas
jalan berbeda-beda sesuai dengan karakteristik jalan, tipe jalan, lebar jalan, dan
jumlah arus lalu lintas. Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai
kejadian terpisah dalam faktor penyesuaian hambatan samping. Nilai emp untuk
Indonesia telah diatur dalam MKJI. Nilai emp untuk jalan perkotaan tak terbagi
ditampilkan pada Tabel 2.6.
11
Time Mean Speed dapat dihitung dengan rumus :
Vt = ................................................................................................. (2.4)
Keterangan :
Vt : Time Mean Speed (Km/Jam)
∑vi : Jumlah Kecepatan (Km/Jam)
n : Jumlah Data
Vs = .................................................................................................. (2.5)
Keterangan :
Vs : Space Mean Speed (Km/Jam)
∑ti : Jumlah Waktu (Jam)
n : Jumlah Data
d : Jarak (Km)
12
Sehingga diperlukan perhitungan hambatan samping untuk mengukur seberapa
besar hambatan samping pada jalan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kelas hambatan samping
dibagi menjadi empat bagian. Jenis aktivitas samping jalan seperti, pejalan kaki,
kendaraan umum/kendaraan lain berhenti, kendaraan masuk/keluar sisi jalan, dan
kendaraan lambat. Frekuensi bobot kejadian per jam per 200 meter dari segmen
jalan yang diamati, pada kedua sisi jalan. Tingkat hambatan samping telah
dikelompokkan dalam lima kelas dari kondisi sangat rendah hingga sangat tinggi.
Kondisi ini sebagai fungsi dari frekuensi kejadian hambatan samping sepanjang
ruas jalan yang diamati. Jenis aktivitas samping jalan dan kelas hambatan samping
dapat dilihat pada Tabel 2. 7 dan Tabel 2. 8.
13
Daerah komersial; aktifitas sisi
Tinggi H 500-899
jalan yang sangat tinggi
Daerah komersial; aktifitas
Sangat tinggi VH >900
pasar di samping jalan
(Sumber: Dep. PU, 1997)
Keterangan :
SFC = Kelas Hambatan samping
PED = Frekwensi pejalan kaki
PSV = Frekwensi bobot kendaraan parkir
EEV = Frekwensi bobot kendaraan masuk/keluar sisi jalan.
SMV = Frekwensi bobot kendaraan lambat
14
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan dan dibatasi oleh lebar, kedalaman
dan tinggi tertentu. Ruwasja atau ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu di
luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar
tidak mengganggu pandangan bebas pengemudi, konstruksi jalan, dan fungsi
jalan. Ketiganya memiliki panjang sesuai dengan jenis jalan. Untuk jalan sedang,
ukuran masing-masing item tersebut berbeda. Begitu juga jalan raya maupun jalan
bebas hambatan.
15
6. Kerb yaitu batas yang ditinggikan dari bahan kaku antara pinggir jalur lalu
lintas dan trotoar.
7. Trotoar yaitu bagian jalan yang disediakan bagi pejalan kaki yang
biasanya sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur jalan oleh kerb.
8. Jarak penghalang kerb yaitu jarak dari kerb ke penghalang di trotoar
(misalnya pohon, tiang lampu).
9. Lebar bahu yaitu lebar bahu di sisi jalur jalan yang disediakan untuk
kendaraan berhenti kadang-kadang, pejalan kaki dan kendaraan yang
bergerak lambat.
10. Lebar bahu efektif yaitu lebar bahu yang benar-benar tersedia untuk
digunakan, setelah pengurangan akibat penghalang seperti pohon, kios,
dsb.
11. Panjang jalan yaitu panjang segmen jalan yang dipelajari.
12. Ruang manfaat jalan yaitu ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,
tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina
Jalan dan diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, pemisahan jalur,
bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman timbunan
dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap
lainnya.
13. Ruang milik jalan yaitu merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan guna
peruntukkan daerah manfaat jalan dan perlebaran jalan maupun
menambahkan jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruangan
untuk pengamanan jalan.
14. Ruang pengawasan jalan yaitu Merupakan ruas disepanjang jalan di luar
Daerah Milik Jalan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan terhadap
pandangan pengemudi, ditetapkan oleh Pembina Jalan.
16
menghitung maupun pengukuran kuantitas dan kualitas dari karaktcristik tertentu
mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Analisis statistik mengenai
perhitungan jumlah sampel yang respresentatif dimaksudkan untuk mengetahui
besarnya sampel yang harus disurvei. Analisis statistik dapat mempersentasikan
karakteristik dari populasi daerah studi. Langkah-langkah perhitungan statistik
diuraikan sebagai berikut.
di mana :
X = Nilai rata-rata
Xi = Nilai sampel
n = jumlah sampel
b. Standar Deviasi
Untuk jumlah populasi yang besarnya terhingga:
S= .................................................................................. (2.8)
S= ................................................................................ (2.9)
17
Dengan demikian, besarnya acceptable sampling error adalah :
Se(x) = Se/1,96 ..................................................................... (2.11)
Secara matematis, besarnya jumlah sampel dari suatu populasi dapat
dirumuskan sebagai berikut.
a. Untuk populasi yang besarnya tak terhingga.
n’ = ................................................................................ (2.12)
di mana :
n' = Jumlah sampel reprensentatif untuk populasi yang besarnya tak
terhingga.
n = Jumlah sampel reprensentatif untuk populasi yang besamya
terhingga
N = Jumlah data
S = Standar Deviasi
18
Gambar 2. 2 Tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2UD)
2. Jalan empat lajur dua arah tak terbagi (4/2 UD)
Gambar 2. 3 Tipe jalan empat lajur dua arah tak terbagi (4/2UD)
19
4. Jalan dua lajur satu arah tak terbagi (2/1 UD)
Gambar 2. 5 Tipe jalan dua lajur satu arah tak terbagi (1/2UD)
20
BAB III
METODOLOGI
PENGUMPULAN
DATA
DATA PRIMER :
1. Volume DATA SEKUNDER :
2. Kecepatan 1. Data jumlah penduduk
3. Geometrik Jalan 2. Peta Udara
4. Side Friction
ANALISIS
SIMPULAN
Dalam melaksanakan studi ini ada beberapa langkah yang digunakan untuk
mempresentasikan keadaan nyata di lapangan. Langkah-langkah tersebut untuk
menunjukkan kecenderungan masa yang akan datang. Sehingga diperlukan
melakukan kajian terhadap kehandalan penanganan yang akan dilakukan. Tahap
21
awal dalam melakukan suatu penelitian yaitu menentukan topik yang akan distudi.
Gambaran mengenai topik diperoleh melalui studi literatur. Studi literatur
diperlukan untuk membuka wawasan mengenai topik yang akan distudi. Selain itu
pada studi literatur dikumpulkan dan dipelajari materi-materi yang nantinya dapat
menunjang penelitian. Berdasarkan tugas yang diberikan mengenai identifikasi
kapasitas dan kecepatan lalu lintas, maka dalam hal ini dipelajari literatur –
literatur yang berkaitan dengan kapaistas dan kecepatan lalu lintas.
Setelah topik ditentukan selanjutnya dilakukan studi pendahuluan dan
penetapan lokasi penelitian. Pengumpulan data lalu-lintas akan dilakukan secara
manual dengan mencatat pada lembar formulir survey yang dilakukan oleh para
surveyor, dan dibantu dengan foto-foto untuk dokumentasi. Untuk mendapatkan
data tersebut maka harus dilakukan survei lokasi penelitian. Dengan begitu data-
data yang didapat akan lebih akurat dan baik sehingga metode pengumpulan data
segera terpenuhi. Sehingga data yang dikumpulkan dapat dianalisis mengenai
masalah yang terjadi.
Data primer atau data lalu lintas yang diambil adalah volume (arus lalu lintas)
untuk survei volume, waktu tempuh kendaraan untuk survei kecepatan, dan data
geometrik jalan. Pengumpulan data lalu lintas bermaksud untuk mendapatkan
informasi mengenai karakteristik lalu lintas. Selanjutnya akan dianalisis dan
digunakan untuk kegiatan perencanaan lalu lintas. Analisis tersebut meliputi
inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan. Sehingga dapat direncanakan lalu
lintas seperti penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan, penetapan pemecahan
permasalahan lalu lintas serta penyusunan rencana dan program pelaksanaan
perwujudannya.
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli melalui survei lapangan. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Dalam hal ini,
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survei lapangan. Survei tersebut
22
terdiri atas survei volume, surve kecepatan, survei geometrik jalan, dan survei
hambatan samping pada ruas yang telah ditentukan. Manfaat utama dari data
primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan tertutup terhadap sumber
fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan kebenaran yang
dilihat.
1. SM : Sepeda Motor
2. KR : Kendaraan ringan meliputi kendaraan bermotor roda
empat
pribadi (Jeep, Sedan dan lain-lain)
3. KB : Kendaraan berat meliputi kendaraan bermotor
angkutan umum (Bis kecil, bis sedang, bis besar, truk
besar dan lain-lain)
4. UM : Kendaraan tak bermotor
S1
S2
Gambar 3. 2 Ilustrasi Penempatan Surveyor Survei Volume
23
jam yaitu dari pukul 15:00 sampai pukul 18:00 karena secara visual dapat
diketahui pada hari kerja volume kendaraan yang melewati ruas jalan ini lebih
padat, sehingga dapat diketahui volume pada jam-jam puncak. Surveyor akan
menghitung volume lalu lintas yang melewati titik pengamatan kemudian mengisi
formulir yang telah tersedia.
S1 S2
50 m
25
• Arus kendaraan tak bermotor yaitu arus total (kend/jam) dari sepeda,
becak, delman, dan sebagainya.
Dalam survei hambatan samping dilakukan oleh 2 orang surveyor dengan
cara mencatatan hambatan samping yang terjadi sesuai jenis masing-masing
hambatan. Survei dilakukan dalam segmen 200 m dari ruas jalan yang disurvey
dengan menggunakan Formulir Survei Hambatan Samping pada Formulir B.3.
S1 S2
200m/jam
26
3.4.1 Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung
Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Badung, pada tahun 2017 jumlah penduduk Kabupaten Badung sebesar 1.287.000
jiwa. Jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap besarnya volume lalu lintas
di daerah tersebut karena semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin
padat pula volume lalu lintas di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan, masyarakat
Kabupaten Badung khususnya lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi
untuk aktivitas sehari-harinya.
27
3. Kapasitas praktis
Kapasitas praktis didapat berdasarkan ekivalen 1 jam terbesar yang dilihat
melalui data hasil survei volume 1 arah.
4. Kapasitas sisa
Kapasitas sisa dihitung berdasarkan Pers. (2.2) dengan menggunakan hasil
perhitunan Peak Hour Factor (PHF) yang diubah ke dalam persen.
5. Kapasitas teoritis
Kapasitas teoritis dihitung berdasarkan Pers. (2.3) dengan sebelumnya
mencari kapasitas dasar (Co) sesuai dengan Tabel 2. 1, faktor penyesuaian
lebar jalur (FCw) berdasarkan Tabel 2. 2, faktor penyesuaian pemisah arah
(FCsp) berdasarkan Tabel 2. 3, faktor penyesuaian hambatan samping
(FCsf) berdasarkan Tabel 2. 4, faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs)
berdasarkan Tabel 2. 5.
6. Komposisi arus lalu lintas
Komposisi arus lalu lintas ditentukan dengan sebelumnya menghitung
kebutuhan sampel. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
telah dilakukan pengambilan data melalui plot survei. Data yang diambil
yaitu data waktu tempuh kendaraan sebanyak lima buah data. Dari survei
dengan jarak tempuh 50 meter didapat waktu tempuh kendaraan dan
kecepatan kendaran. Data tersebut dilihat pada Tabel 3. 1 berikut :
28
perhitungan populasi besarnya terhingga karena jumlah populasi terbatas terhadap
waktu.
Tabel 3. 2 Penentuan Besar Sampel
Parameter Besaran Satuan
Rata-rata (x) 30,06 Km/jam
Satandar Deviasi (s) 6,62 -
Se 1,50 -
Se (x) 0,77 -
n’ 75 Kendaraan
N 31 Kendaraan
Berdasarkan tabel di atas didapatkan data sampel sebanyak 31 kendaraan
namun diambil data sampel sebanyak 50 kendaraan, diambilnya data lebih
tersebut untuk menghindari atau mengantisipasi didapatnya data yang tidak pasti.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
Dari tabel diatas dapat diketahui jam puncak pada segmen Jalan Raya
Tuban terjadi pada pukul 16.30 – 17.30 WITA dan volume jam-an saat jam
puncaknya sebesar 1999,7 smp.
Berdasarkan Pers (2.1) diperoleh :
Dari hasil tersebut angka 0,968 berarti dalam kondisi puncak, kapasitas
yang ada baru 96,8% yang tercapai.
31
Jam puncak dapat langsung diketahui berdasarkan Tabel 4. 1 serta fluktuasi
arus lalu lintas, dimana dipilih volume jam-an terbesar sepanjang waktu survei.
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dalam kurun waktu 3 jam yaitu pukul
15.00 – 18.00 WITA dilakukan survei pada jam tersebut karena pada jam tersebut
umumnya merupakan jam pulang kerja. Sehingga kurun waktu tersebut terjadi 1
jam dengan jumlah kendaraan maksimum yaitu terjadi pukul 16.30 – 17.30 WITA
karena pada kurun waktu tersebut terjadi fluktuasi arus lalu lintas maksimum.
32
Kapasitas sisa = 100% - PHF (%)
= 100% - 96,8%
= 3,2%
4.5 Analisis Kapasitas Teoritis
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dasar teori yang ada. Kapasitas
teoritas dipengaruhi oleh banyak koefisien yang bersumber dari banyak data dan
beberapa survei. Sebagai contoh, survei hambatan samping yang digunakan untuk
mendapatkan nilai faktor koefisien hambatan samping. Data-data tersebut
disesuaikan pada tabel yang telah dibahas sebelumnya sehingga mendapatkan
besaran koefisien yang sesuai. Penjelasan mengenai masing-masing faktor
koefisien diuraikan berikut.
Jalan Raya Tuban tergolong jalan dengan dua lajur tak terbagi, maka
berdasarkan Tabel 2.1 diperoleh kapasitas dasar 2900 smp/jam. Jalan Raya Tuban
memiliki lebar jalur 6 meter, maka berdasarkan Tabel 2.2, faktor penyesuaian
lebar lajur (FCw) didapat 0,87. Tergolong jalan dua arah dengan pemisah arah
50%-50%, maka berdasarkan Tabel 2.3, faktor penyesuaian pemisah arah (FCsp)
adalah 1,00. Berdasarkan data jumlah penduduk, jumlah penduduk kota Badung
berada pada 656.900 jiwa maka berdasarkan Tabel 2.5 faktor penyesuaian ukuran
kota (FCcs) adalah 0,94.
Dari Tabel C. 2 didapatkan hasil survei hambatan samping untuk pejalan
kaki sebanyak 20, kendaraan henti/parkir 54, kendaraan keluar masuk sisi jalan
sebanyak 130, dan kendaraan tidak bermotor sebanyak 12. Hasil kumulatif
hambatan samping di atas digunakan untuk menghitung Kelas Hambatan samping
(SFC) berdasarkan Pers (2.6).
SCF = PED + PSV + EEV + SMV
SCF = (0,5x20) + (1x54) + (0,7x130) + (0,4x12)
SCF = 160
Dari hasil perhitungan diperoleh SCF sebesar 160. Berdasarkan Tabel 2. 8
dapat disimpulkan bahwa kelas hambatan samping di Jalan Raya Tuban adalah
rendah. Jarak antara kereb dan penghalang di lokasi studi 1,4 m. Maka
berdasarkan Tabel 2.4 faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf) adalah 0,95.
33
Berdasarkan data-data diatas, didapat kapasitas teoritis dihitung dengan
Pers. (2.3) sebagai berikut.
SM =
SM = x 100%
SM = 70%
KR =
KR = x 100%
KR = 29%
KB =
34
KB = x 100%
KB = 1%
Maka didapat komposisi lalu lintas pada jalan tersebut terdiri atas sepeda motor
sebesar 70%, kendaraan ringan sebesar 30%, dan kendaraan berat sebesar 1%.
4.7 Analisis Time Mean Speed
Dari Tabel C. 1 maka didapat kecepatan kumulatif sebesar 1639,33
km/jam dengan jumlah waktu 277,5 detik dan jumlah data 50. Dengan
menggunakan Pers. (2.4) didapat nilai TMS sebagai berikut.
TMS (VT) =
= 32,79 km/jam
Hasil TMS tersebut menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata dari
kecepatan total kendaraan di Jalan Raya Tuban selama periode waktu survei
adalah 32,79 km/jam.
SMS (VS) =
= x 3600
= 32,43 km/jam
Hasil SMS tersebut menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata dari semua
kendaraan yang ada sepanjang 50 m di lokasi survei adalah 32,43 km/jam selama
periode survei.
35
BAB V
SIMPULAN
Simpulan
Dari hasil studi yang dilakukan di Jalan Raya Tuban, dapat disimpulkan:
1. Besarnya PHF di Jalan Raya Tuban adalah 0,968.
2. Jam puncak di lokasi studi terjadi pada pukul 16.30 – 17.30 WITA.
3. Besarnya kapasitas praktis di lokasi studi adalah 2066,4 smp/jam.
4. Besarnya kapasitas sisa di lokasi studi adalah 3,2% dari kapasitas.
5. Besarnya kapasitas teoritis di lokasi studi adalah 2253 smp/jam.
6. Komposisi lalu lintas di lokasi studi adalah sepeda motor (SM) 70%,
Kendaraan ringan (KR) 29%, dan Kendaraan Berat (KB) 1%
7. Besarnya Time Mean Speed di lokasi studi adalah 32,79 km/jam.
8. Besarnya Space Mean Speed di lokasi studi adalah 32,43 km/jam.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN A
PETA LOKASI
38
Gambar A. 1 Peta Lokasi Jalan Raya Tuban
(Sumber : Google Maps)
39
LAMPIRAN B
FORMULIR SURVEI
40
FORMULIR SURVEI VOLUME LALU-LINTAS
Nama Jalan :
Kab/Kota/Kec :
Arah Pergerakan :
Cuaca :
Surveyor :
Tanggal :
Sepeda motor Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
Waktu
(MC) (LV) (HV)
41
FORMULIR SURVEI KECEPATAN
Nama Jalan :
Kab/Kota/ Kec :
Arah Pergerakan :
Cuaca :
Surveyor :
Tanggal :
Kend. Ke- Panjang Waktu Kecepatan Kecepatan
Segmen Tempuh (m/detik) (km/jam)
(detik)
42
FORMULIR SURVEI GEOMETRIK JALAN
Nama Jalan
Kab/Kota/Kec
Arah Pergerakan
Lokasi
Cuaca
Surveyor
Tanggal
1. Tipe Jalan :
2. Lebar Rumaja :
3. Lebar Rumija :
4. Lebar Jalur :
5. Lebar Lajur :
6. Lebar Median :
7. Lebar Bahu :
8. Lebar Trotoar :
43
FORMULIR SURVEI HAMBATAN SAMPING
Nama Jalan :
Kab/kota/kec :
Waktu :
Panjang segmen : 200 m/jam
Cuaca :
Surveyor :
Tanggal :
Kend.
Pejalan kaki Kend. henti/pakir Kend. tak bermotor
Keluar/masuk
44
LAMPIRAN C
REKAPITULASI DATA
45
Tabel C. 1 Hasil Survei Spot Speed
Waktu Kecepatan
Kend ke - Jenis Kendaraan
(dt) (km/jam)
1 MC 5 36,00
2 MC 6 30,00
3 MC 4,8 37,50
4 MC 3,6 50,00
5 MC 5,8 31,03
6 MC 5,6 32,14
7 MC 5,8 31,03
8 MC 4,2 42,86
9 MC 6,9 26,09
10 MC 5,1 35,29
11 MC 4,3 41,86
12 MC 8,4 21,43
13 MC 5,3 33,96
14 MC 5,3 33,96
15 MC 5,8 31,03
16 MC 4,4 40,91
17 MC 4,7 38,30
18 MC 7 25,71
19 MC 6 30,00
20 MC 4,3 41,86
21 MC 5,2 34,62
22 MC 6,6 27,27
23 MC 3,7 48,65
24 MC 5,8 31,03
25 MC 5,8 31,03
26 MC 7,1 25,35
27 MC 4,9 36,73
28 MC 5,6 32,14
29 MC 4,2 42,86
30 MC 4,7 38,30
31 MC 4,6 39,13
32 MC 3,8 47,37
33 MC 4,6 39,13
34 MC 5,5 32,73
35 MC 7,1 25,35
36 LV 5,6 32,14
46
37 LV 6 30,00
38 LV 5,4 33,33
39 LV 4,8 37,50
40 LV 6,8 26,47
41 LV 6 30,00
42 LV 4,9 36,73
43 LV 6,7 26,87
44 LV 5,2 34,62
45 LV 4,8 37,50
46 LV 7,3 24,66
47 LV 4,5 40,00
48 HV 6,8 26,46
49 HV 7,5 24,01
50 HV 7,7 23,36
Total 277,5 1639,33
CL
47
LAMPIRAN D
DOKUMENTASI
48
Gambar D. 1 Dokumentasi Kendaraan Parkir Sembarangan
49
Gambar D. 3 Dokumentasi Pedagang yang Menyebrang
50
Gambar D. 5 Dokumentasi Survei Spot Speed
51