oleh :
Adhim Lutfiantoro
NPM : 053115091
Alhamdulillah rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Sipil pada
jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor, penulis membuat
laporan tugas akhir dengan judul “ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS TOL
kerjasama serta adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan
1. Bapak Ir. Budi Arief, MT selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Program
3. Dr. Ir. Titik Penta Artiningsing, MT selaku Koordinator Tugas Akhir Jurusan
4. Seluruh Dosen dan Staff, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Pakuan.
ii
6. Teman-teman angkatan 2015 Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) Fakultas
semangat.
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari
Allah S.W.T, Amin. Dalam penulisan laporan tugas akhir, yang penulis lakukan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata penyusun berharap, semoga laporan ini
tetap ada manfaatnya khususnya bagi penyusun pribadi dan tentunya bagi para
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................viii
DAFTAR RUMUS......................................................................................................ix
BAB I 1
BAB II..........................................................................................................................7
iv
2.2.4 Satuan Mobil Penumpang (SMP).........................................................10
2.3.3 Persinyalan............................................................................................13
2.4.2 Kapasitas...............................................................................................26
2.5 JALINAN.....................................................................................................29
2.5.2 Kapasitas...............................................................................................30
v
BAB III.......................................................................................................................41
3.1. PENDAHULUAN...........................................................................................41
BAB IV........................................................................................................................
4.1 Pembahasan......................................................................................................
BAB V.........................................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Tak
Terbagi............................................................................................. 11
Tabel 2.2 Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan
Satu Arah.......................................................................................... 11
Tabel 2.3 Nilai emp tiap kendaraan untuk analisis simpang bersinyal............ 13
Tabel 2.4 kecepatan Arus Bebas Dasar (FV0) untuk daerah perkotaan........... 26
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Kecepatan sebagai fungsi dari DS untuk jalan banyak-jalur dan
satu-arah........................................................................................... 28
viii
DAFTAR RUMUS
Rumus 2.22 kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan....... 25
x
BAB I
PENDAHULUAN
mengakibatkan penurunan kinerja suatu ruas jalan atau simpang. Di sisi lain
terdapat hal yang tidak seimbang antara laju pertumbuhan kendaraan dengan
kinerja tersebut akan menimbulkan kerugian pada pengguna jalan baik dari
mungkin dengan skala lebih besar merupakan pusat aktivitas yang ada di
penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Jakarta sebesar 10,374,235 jiwa dan
hasil sensus penduduk tahun 2018 tercatat sebesar 10,467,629 jiwa, ini berarti
1
Pertumbuhan penduduk Kota Jakarta yang sedemikian pesat
menyebabkan aktivitas arus transportasi di Ibu Kota sangat tinggi dan sering
masalah yang cukup pelik dan sulit untuk diatasi kaeran adanya beberapa
kendala yang khas pada daerah perkotaan seperti keterbatasan lahan, biaya,
Raya. Simpang tersebut selalu dipenuhi oleh kendaraan bermotor baik dari
arah Jl. RS Fatmawati Raya, Jl. RA Kartini, Jl. TB.Simatupang, maupun dari
arah keluar tol JORR. Konflik sering terjadi pada jam-jam puncak dimana
yang tidak tertib pada saat melewati persimpangan atau saat berada pada
pengaruh lalu lintas yang cukup besar pada jaringan transportasi di sekitar
2
pembangunan jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Elevated, perlu
volume dan sistem pergerakan lalu lintas di beberapa jaringan jalan sekitar
tol, salah satunya pada simpang jl. RS Fatmawati Raya. Evaluasi terhadap
cikunir.
kondisi eksisting, masa pra konstruksi, masa konstruksi, dan pada saat
3
1. Penelitian ini hanya meninjau simpang bersinyal Jl. RS Fatmawati Raya
sibuk.
Adapun manfaat yang bisa didapat dari hasil penelitian ini adalah:
koefisien data rumus-rumus yang berkaitan dengan serta teori yang saling
penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu. Metode dan
BAB I. PENDAHULUAN
4
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, maksud dan
yang diajukan.
hasil penelitian.
kejenuhan persimpangan.
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil data
5
ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS TOL JAKARTA OUTER RING
1.6 Diagram Tugas Akhir ROAD (JORR) ELEVATED
(Studi Kasus : Simpang Bersinyal Jl. RS Fatmawati Raya, Jakarta Selatan)
Data arus lalu lintas Pengumpulan Data Peta Simpang dan Jalan
Tol JORR
pada simpang
Peta Administrasi Kota
Data geometrik jalan Data Data Jakarta Trase Jalan Tol
pada simpang Primer Sekunder JORR
Peraturan Pemerintah
Foto dan kondisi
no.32 tahun 2011
jalan pada simpang
Kompilasi Data MKJI Tahun 1997
Data fase simpang Data Pertumbuhan
STUDI PUSTAKA
orang atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat
ataupun tidak.
menjelaskan tentang sistem transportasi dalam skala nasional, yang kemudian dikenal
transportasi yang terdiri dari prasarana dan sarana yang saling berinteraksi
LANDASAN PEMIKIRAN
PANCASILA
UUD 1945
WAWASAN NUSANTARA
KETAHANAN NASIONAL
UU TERKAIT
KEPUASAN
MODA PENGGUNA
MASUKAN PENYELENGGARAO
TRASPORTASI JASA
PERATOR)
JARINGAN (USER)
IPTEK PELAYANAN
JALAN TRANSPORTASI REGULATOR
SUMBER DARA PEMERINTAH VISI & MISI TRANSPORTASI
KERETA API
MANUSIA UPT PEMERINTAH
SUNGAI DAN PRASARANA
DANA BUMN KEBIJAKAN EFEKTIF
DANAU PELAYANAN
ENERGI BUMD STRATEGI DAN
PENYEBRANGAN UOAYA KETAHANAN
MANAJEMEN BUMS EFISIEN NASIONAL
LAUT
DAN KOPERASI YANG
UDARA
ADMINISTRASI PERORANGAN TANGGUH
PIPA
TRIGATRA
LINGKUNGAN
GEOGRAFI
KEPENDUDUKAN MASYARAKAT
SUMBER DAYA
ALAM LANDASAN PEMIKIRAN
INTERNAS
REGIONAL PELUANG
&
NASIONAL
KENDALA
rekayasa lalu lintas adalah ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang
penggunanya. Rekayasa lalu lintas adalah sebagian bagian ilmu Teknik yang
berkaitan dengan pergerakan orang dan barang di jalan secara aman dan
kendaraan, dan jalan. Tidak ada arus lalu lintas yang sama bahkan dalam
kondisi yang serupa, sehingga arus pada ruas jalan tertentu selalu bervariasi.
Oleh karna itu diperlukan parameter yang dapat menunjukan kondisi ruas
jalan yang akan dipakai untuk desain. Parameter tersebut adalah volume,
Secara umum, fokus analisis volume lalu lintas adalah untuk menentukan
kapan jam puncak (peak hour) terjadi. Volume lalu lintas harus dianalisis
dan disajikan menurut standar tertentu yang telah dibakukan, yang dapat
9
2.2.2 Kecepatan (V)
waktu. Satuan yang dipakai adalah km/jam atau m/det. Kecepatan dapat
dibedakan menjadi:
kendaraan dalam suatu bagian jalan pada suatu interval waktu tertentu.
d ∙n
Vs= n
(2.1)
∑ ti
i=1
kendaraan yang melewati suatu titik dalam suatu waktu interval tertentu.
3. Running speed adalah kecepatan kendaraan pada suatu jalur jalan yang
total.
5. Spot speed adalah kecepatan kendaraan pada ruas jalan yang telah
ditentukan.
Dinyatakan dalam kend/km atau smp/km. Ketiga parameter arus lalu lintas
10
di atas mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya yang dinyatakan
n
D= (2.2)
L
Q
D= (2.3)
v
Dengan:
terpisah sesuai dengan golongan atau tipenya. Oleh karena itu dalam
koefisien mobil penumpang (smp). SMP atau PCU (Passenger Car Unit)
11
Tabel 2.1 Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi
Arus Lalu emp
Lintas Total HV MC
Jenis Jalan: Jalan tak Terbagi
Dua Arah Lebar Jalan Wce (m)
(kend/jam) ≤6 ≥6
0 1,3 0,50 0,4
Dua-lajur tak terbagi (2/2 UD)
≥ 1800 1,2 0,35 0,25
0 1,3 0,4
Empat-lajur tak terbagi (4/2 UD)
≥ 3700 1,2 0,25
(Sumber : MKJI 1997)
Tabel 2.2 Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan
Satu Arah
emp
2.3 Jenis Jalan: Jalan satu arah dan Jalan Arus Lalu Lintas
Total Dua Arah
terbagi HV MC
(kend/jam)
0 1,3 0,40
Dua-lajur tak terbagi (2/2 UD)
≥ 1050 1,2 0,25
0 1,3 0,40
Empat-lajur tak terbagi (4/2 UD)
≥ 1100 1,2 1,25
Keterangan: HV= Kendaraan Berat; MC= Sepeda Motor
(Sumber : MKJI 1997)
merupakan pertemuan antara dua jalan atau lebih, termasuk bagian jalan dan
fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di dalamnya (Khisty dan Lall,
2005; AASHTO, 2001). Pengguna jalan pada simpang bersinyal hanya boleh
melewati simpang pada saat sinyal lalu lintas menunjukan warna hijau pada
12
lengan simpangnya. Maka dari itu, simpang jenis ini pengoperasiannya diatur
lajur, posisi pendekat, lebar jalan, lebar median, lebar pendekat, lebar
yaitu: belok kiri (QLT), lurus (QST), dan belok kanan (QRT). Nilai volume
penumpang (emp). Nilai-nilai emp tiap jenis kendaraan dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
13
Tabel 2.3 Nilai emp tiap kendaraan untuk analisis simpang
bersinyal
Nilai emp untuk tipe pendekat
Jenis Kendaraan
2.3.3 terlindung (P) terlawan (O) P
Kendaraan Ringan (LV) 1,0 1,0
e Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3 rs
Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4
i (Sumber : MKJI 1997) n
yalan
secara simultan ataun berurutan hak berjalan yang diterima oleh sejumlah
pergerakan. Hak berjalan suatu arus dinyatakan dengan lampu hijau, atau
dengan tanda panah jika dibuat dalam gambar. Pengaturan jumlah fase
sinyal yang akan digunakan dipengaruhi oleh tipe simpang, dan kondisi
volume arus belok kanan yang relatif sedang dapat digunakan metode
hijau awal atau hijau akhir yang pada intinya untuk mengurangi atau
14
atau lebih jalan. Berikut adalah gambar konflik yang terjadi simpang
Siklus adalah urutan lengkap dari seluruh fase lampu lalu lintas.
c = ∑IG + ∑g (2.4)
di mana:
Waktu antar hijau (IG) adalah selang waktu yang berbeda diantara
utnuk membebaskan area simpang dari konflik yang terjadi pada fase
setelahnya segera akan dimulai. Waktu antar hijau terdiri dari waktu
15
nyala kuning (amber) dan waktu merah semua (allred). Waktu hilang
(LTI) adalah periode waktu untuk berjalan yang tidak digunakan untuk
dengan:
simpang adalah dengan alat pengatur lalu lintas yang fungsi utamanya
tipe terlindung (P, protected) yaitu juka arus lalu lintas tidak
(smp/jam hijau).
16
S = So x F1 x F2 x F3 x … x Fn (2.6)
Nilai arus jenuh dasar pada tipe pendekat terlindung (P) dapat
So = 600 x We (2.7)
dengan:
ini:
Rasio arus terhadap arus jenuh dari suatu pendekat yang nilainya
FR = Q/S (2.8)
17
5) Waktu siklus (c)
1,5 LTI +5
C UA (2.10)
1−Σ FR CRIT
di mana:
Arus Q
FR = = (2.11)
Arus Jenuh S
lebih dari 1 maka simpang tersebut adalah lewat jenuh dan rumus
18
kondisi aman. Waktu hijau minimal adalah 10 detik sebagai
dengan:
2.3.1
2.3.2
2.3.3
gᵢ
C ᵢ=S ᵢ (2.13)
c
di mana;
19
Nilai kapasitas tiap pendekat yang diperoleh kemudian digunakan
Q Q. c
D= = (2.14)
C S. g
di mana:
DS = derajat kejenuhan
(smp/jam)
2. Antrian
dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
(NQ1) ditambah jumlah smp yang datang selama fase merah (NQ2).
[
NQ 1=0,25C ( DS−1) +
2 8 ∙(DS−0,5)
C ] (2.15)
di mana:
DS =Derajat Kejenuhan
20
1−GR Q
NQ 2=c × ×
1−GR ∙ DS 3600
(2.16)
di mana:
DS =Derajat Kejenuhan
GR = Rasio hijau
rata-rata yang dipergunakan per smp (20 m2) dan dibagi dengan lebar
masuk pendekat.
20
QL=NQ maks × (2.17)
Wmasuk
NQ
NS=0,9× ×3600 (2.18)
Q×c
dengan:
21
c = waktu siklus (detik)
yaitu: tundaan akibat lalu lintas (DT, delay of traffic) dan tundaan
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
sebagai berikut.
dimana:
(NS,1)
22
aka nada tundaan geometri rata-rata akibat adanya LTOR (DLTOR)
D j=DT j + DG j (2.21).
minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau
bukan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari
lalu-lintas puncak pada pagi dan sore hari, secara umum lebih tinggi dan
pribadi dan sepeda motor lebih tinggi, dan jam puncak biasanya menunjukan
seimbang), dan kaeran itu batas segmen jalan harus dibuat antara segmen
jalan luar kota dan jalan semi perkotaan. Dengan cara yang sama, perubahan
arus yang berarti biasanya juga menunjukan batas segmen. Indikasi lain yang
23
Tipe jalan perkotaan yang dimaksud dalam MKJI 1997 adalah sebagai
berikut:
a. Tipe jalan: berbagai tipe jalan akan menunjukan kinerja berbeda pada
diatas.
kerapatan.
d. Bahu: jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu pada
24
jalan sepeerti kendaraan angkutan umum berhenti, pejalan kaki dan
sebagainya.
perkotaan. Analisis kapasitas dapat dilakukan pada dua tingkat yang berbeda
yaitu:
akibat volume lalu lintas yang ada atau diramalkan. Kapasitas juga dapat
dihitung untuk tujuan perencanaan. Hal ini adalah tingkat Analisa yang
paling rinci.
serta masukan dapat diperkirakan atau didasarkan pada nilai normal yang
direkomendasikan.
25
Prosedur digunakan untuk perhitungan segmen jalan tertentu. Segmen
berarti menjadi batas segmen. Pada jalan kota, di mana banyak simpang
utama, kapasitas dan kinerja sistem jalan akan tergantung terutama pada
simpang (dan bagian jalinan) dan bukan pada segmen jalan antara simpang.
wilayah kajian memiliki panjang ruas yang pendek, sehingga kinerja lalu
lintas yang dapat dijadikan patokan kinerja ruas tersebut, perilaku lalu
tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika
bermotor lainnya.
26
Kecepatan arus bebas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan,
di mama:
FV =Gambar
kecepatan
2.3arus bebas
Bentuk kendaraan
Umum ringan
Hubungan pada kondisi
Kecepatan lapangan
dan Arus
(km/jam)
FV0 = kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan dan
kreb ke penghalang
Tabel 2.4 kecepatan Arus Bebas Dasar (FV0) untuk daerah perkotaan.
Kecepatan Arus
LV HV MC (rata-rata)
Enam-lajur terbagi (6/2 D) atau 61 52 48 57
Tiga-lajur satu arah (3/1)
Empat-lajur terbagi (4/2 D) atau 57 50 47 55
Dua-lajur satu arah (2/1)
Empat-lajur tak terbagu (4/2 UD) 53 46 43 51
Dua-lajur tak terbagi (2/2 UD) 44 40 40 42
(Sumber: MKJI 1997)
27
Untuk nilai-nilai factor penyesuaian terdapat pada Manual Kapasitas
2.4.2 Kapasitas
di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.
Secara teori, untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan utnuk
arus dua arah (kondisi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak jalur,
di mana:
C = Kapasitas (smp/jam)
terbagi).
Parameter kinerja ruas jalan perkotaan yang ada pada MKJI 1997 adalah:
28
derajat kejenuhan, serta kecepatan arus bebaas pada kondisi
sesungguhnya.
digunakan sebagai factor kunci dalam penentuan perilaku lalu lintas pada
Qsmp
DS= (2.24)
C
di mana:
C = Kapasitas (smp/jam)
29
Sumber : MKJI 1997
L
V= (2.25)
TT
di mana:
30
L = Panjang segmen (km)
2.5 JALINAN
Bagian jalinan dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu bagian jalinan
bagian jalan antara dua Gerakan lalu lintas yang menyatu atau memencar.
Pada bagian ini hanya akan dibahas mengenai jalinan tunggal. Hal-hal
yang mejadi ukuran kinerja dari tipe jalinan tunggal ini yaitu kapasitas,
Metode dan prosedur yang akan diuraikan berikut ini mempunyai dasar
empiris. Alasannya adalah bahwa perilaku lalu lintas pada bagian jalinan
dalam hal aturan memberi jalan, disiplin lajur dan antri tidak
31
2.5.2 Kapasitas
besar (C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan factor
(2.26)
di mana:
C = Kapasitas
WW = Lebar Jalinan
ρW = Rasio Jalanan
LW = Panjang jalinan
Qsmp
DS= (2.27)
C
di mana:
32
C = Kapasitas (smp/jam)
di mana:
PW
Vo=43 ×(1− )
3
Pw = rasio jalinan
DS = Derajat kejenuhan
Kecepatan arus bebas yaitu nilai factor PW dapat dilihat pada Gambar
33
Variable kecepatan tempuh dapat ditentukan dengan bantuan grafik dapat
3,6
TT =Lw × (det.) (2.29)
V
di mana:
Waktu temouh dari metode ini dapat digabung dengan nilai tundaan dan
34
2.6 MENEJEMEN LALU LINTAS
Sementara menurut LPM ITB, manajemen lalu lintas adalah suatu Teknik
biasanya berjangka waktu yang tidak terlalu lama. Ini berhubungan dengan
arus lalu lintas itu sendiri beserta pengontrolannya dalam upaya untuk
sistem jalan yang ada dan meningkatkan keamanan jalan, tanpa merusak
kualitas lingkungan. Se,ua tujuan tersebut dapat dicapai jika kontrol terhadap
35
kondisi arus lalu lints dilakukan dengan membatasi pergerakan atau
parkir, juga usaha untuk mendpatkan pola arus lalu lintas yang diinginkan
untuk segala macam tujuan secara efisien serta tingkat keselamatan dan
pergerakan. Oleh karena itu, sasaran manajemen lalu lintas sesuai dengan
meminimumkan gangguan.
36
dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
lalu lintas.
arteri meliputi jalan arteri primer dan arteri sekunder. Jalan arteri
37
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
skala perkotaan.
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal meliputi
jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal primer
2.6.1.1
2.6.1.2 Persimpangan
pertemuan dua jalan atau lebihm termasuk bagian jalan dan fasilitas
38
tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di dalamnya (Khisty dan Lall,
2.6.1.3 Trotoar
trotoar atau bagian paling kiri jalan yang diperkeras dan telah
atau pusat kota kanera banyak pejalan kaki yang melintas di Kawasan
lalu intas ini. Trotrar ini adalah bagian dari rekayasa lalu lintas
39
kaki. Manfaatnya adalah:
seperti lajur khusus, larangan belok kanan, sistem satu arah, sistem arus
pasang, atau kebijakan larangan parkir di jalan (on street parking). Pada
tugas akhir ini hanya akan dibahas mengenai sistem ganjil-genap, belok
kiri langsung, dan larangan parkir di jalan. Hal ini disebabkan masalah-
ditentukan lain oleh rambu-rambu atau alat pemberi isyarat lalu lintas
pengatur belok kiri”. Sehingga kendaraan yang berada pada lajur kiri
tetapi tidak langsung belok kiri padahal tidak ada ketentuan lain dalam
40
Kebijakan ganjil genap adalah satu konsep pembatasan
kendaraan yang mengacu pada dua nomor terakhir pada pelat nomor
Genap).
WIB s/d 10.00 WIB dan mulai pukul 16.00 WIB s/d 20.00 WIB dan
tidak berlaku pada hari Sabtu, Minggi dan hari libur nasional.
41
laju aktifitas tinggi akan terhambat pergerakannya oleh kendaraan
yang parkir di badan jalan. Dampak parkir di badan jalan ini adalah
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. PENDAHULUAN
digunakan agar studi tersebut dapat berjalan sesuai acuan dan pedoman yang
pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan data, analisis dan
yang terakhir adalah kesimpulan dan saran. Tujuan dari adanya metodologi
guna memperoleh pemecahan masalah dengan maksud dan tujuan yang telah
ditetapkan.
dampak terhadap lalu lintas sekitarnya. Perubahan dalam sistem tata guna
tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penanganan untuk megatasi
penyusunan tugas akhir ini adalah studi kasus simpang Fatmawati pada
43
Sumber: Google Earth 2020
Gambar 3.1 Peta lokasi persimpangan jalan RS. Fatmawati Raya, Jakarta Selatan.
Gambar peta geometrik persimpangan jalan RS. FAtmawati Raya dapat dilihat pada
gambar 3.2
44
Sumber: Analisis 2019
Gambar 3.2 Peta Geometrik persimpangan jalan RS. Fatmawati Raya, Jakarta
Selatan.
Diagram alir metodologi studi ini dapat dilihat pada gambar 3.3.
45
Identifikasi Masalah Simpang
Eksisting
Data Sekunder
Data Primer
- Data geometri
- Volume Lalu Lintas
- Data perkembangan Tingkat Sosio Ekonomi
- Waktu Tempuh - Hirarki Jalan
Pemilihan Alternatif
Penanganan Simpang
Kinerja Lalu Lintas dengan Data Kinerja Lalu Lintas dengan Data
Eksisting Tanpa Penanganan Eksisting dengan Penanaganan Berupa
pembangunanan Tol Elevated
Rekomendasi Penanganan
Simpang
46
3.3. TAHAP PERSIAPAN
Genap.
Pada tahap pengumpulan data mencakup pengumpulan data primer dan data
sekunder.
jam puncak dimana jam-jam puncak tersebut terjadi pada pagi hari,
47
Masing-masing jenis ini dibagi mendai beberapa jenis disesuaikan
kendaraan tidak
(1) Sepeda, (2) Becak, (3) Ditarik hewan
bermotor
lain:
48
b. Tingkat pertumbuhan penduduk DKI Jakarta
2. Amas Interconsult
b. Wawancara
volume lalu lintas yang nantinya akan digunakan untuk dianalisis baik untuk
maupun evaluasi. Data tersebut dapat mencakup seluruh jaringan pada suatu
daerah yang diinginkan atau ahnya pada jalan-jalan melintasi garis kordon.
kendaraan, kaki simpang dan arah pergerakan pada setiap jalur pendekat.
Periode pengamatan dilakukan pada waktu dimana jam sibuk pada satu hari
yaitu pada hari Jumat jam 05.00-11.00; jam 14.00-19.00, hari Sabtu jam
05.00-10.00; jam 11.00-14.00; jam 16.00-19.00, dan hari Senin jam 05.00-
49
adalah aktifitas berangkat kerja atau sekolah, istirahat kerja dan jam pulang
1. Persiapan survei
kendaraan.
peralatan.
2. Selama survei
masing arah pergerakan (left turn, right turn, straight) pada setiap
lampu hijau.
50
3.6. Analisis simpang dengan MKJI
simpang, hasil dari sebuah pengamatan terlebih dulu disusun lalu kemudian
MKJI
1. SIG I, menentukan fase-fase dengan geometric jalan dengan Wmasuk dan
Wkeluar
2. SIG II, menghitung data arus lalu lintas seperti konversi dari
3. SIG III, mengetahui waktu merah tiap fase dan waktu hilang tiap fase.
4. SIG IV, dengan bantuan data dari SIG sebelumnya kita tentukan kapasitas
Dari tahapan di atas kita dapat mengetahui kapasitas yang dapat dipenuhi
simpang yang ditentukan dan kinerja simpang sesuai dengan parameter yang
telah ditentukan atau tidak. Parameter untuk meilai kinerja pada simpang
Tundaan.
51
Daftar Pustaka Tugas Akhir
6. Risdiyanto. 2014. Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Leutikaprio.
52
LAMPIRAN
Hasil Rekap Survei Lalu Lintas simpang Fatmawati
Jumat,03/05/19; Sabtu,04/5/19; Senin,06/5/19.
WAKTU
Pick Up, Mobil
Oplet, Bus sedang, Truk as 2,
Sedan, st. Bus Truck gandengan, Bus
Angkot combi, metromini mobil
wagon, jeep Besar As 3 mobil semi Angkutan
mikrobus Mikro Truck tanki
dan Taksi ttrailer
06.00-06.15
06.15-06.30
06.30-06.45
06.45-07.00
07.00-07.15
07.15-07.30
07.30-07.45
07.45-08.00
KENDARAAN ANGKUTAN RINGAN KENDARAAN ANGKUTAN BERAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
WAKTU
Pick Up, Mobil
Oplet, Bus sedang, Truk as 2,
Sedan, st. Bus Truck gandengan, Bus
Angkot combi, metromini mobil
wagon, jeep Besar As 3 mobil semi Angkutan
mikrobus Mikro Truck tanki
dan Taksi ttrailer
08.00-08.15
08.15-08.30
08.30-08.45
08.45-09.00
09.00-09.15
09.15-09.30
09.30-09.45
09.45-10.00
10.00-10.15
10.15-10.30
10.30-10.45
KENDARAAN ANGKUTAN RINGAN KENDARAAN ANGKUTAN BERAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
WAKTU
Pick Up, Mobil
Oplet, Bus sedang, Truk as 2,
Sedan, st. Bus Truck gandengan, Bus
Angkot combi, metromini mobil
wagon, jeep Besar As 3 mobil semi Angkutan
mikrobus Mikro Truck tanki
dan Taksi ttrailer
10.45-11.00
11.00-11.15
11.15-11.30
11.30-11.45
11.45-12.00
12.00-12.15
12.15-12.30
12.30-12.45
12.45-13.00
13.00-13.15
13.15-13.30
KENDARAAN ANGKUTAN RINGAN KENDARAAN ANGKUTAN BERAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
WAKTU
Pick Up, Mobil
Oplet, Bus sedang, Truk as 2,
Sedan, st. Bus Truck gandengan, Bus
Angkot combi, metromini mobil
wagon, jeep Besar As 3 mobil semi Angkutan
mikrobus Mikro Truck tanki
dan Taksi ttrailer
13.30-13.45
13.45-14.00
14.00-14.15
14.15-14.30
14.30-14.45
14.45-15.00
15.00-15.15
15.15-15.30
15.30-15.45
15.45-16.00
16.00-16.15
KENDARAAN ANGKUTAN RINGAN KENDARAAN ANGKUTAN BERAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
WAKTU
Pick Up, Mobil
Oplet, Bus sedang, Truk as 2,
Sedan, st. Bus Truck gandengan, Bus
Angkot combi, metromini mobil
wagon, jeep Besar As 3 mobil semi Angkutan
mikrobus Mikro Truck tanki
dan Taksi ttrailer
16.15-16.30
16.30-16.45
16.45-17.00
17.00-17.15
17.15-17.30
17.30-17.45
17.45-18.00
18.00.-19.00