Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (P.K.L)

PT.PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR"

BIDANG K3

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM

ANGKATAN KE 58

RACHMAT SULAEMAN

PENYELENGGARA

PT.PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk Menjalankan perusahaan secara produktif dan efisien sangat
tergantung pada manajemen perusahaan. Salah satu bidang yang harus dikelola
dengan baik adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3). PT. PLN Sektor
Pembangkit Tello Makassar adalah salah satu pembangkit PT. PLN (Persero) yang
hadir untuk memenuhi kebutuhan listrik khusunya untuk wilayah Sulawesi Selatan,
Tenggara dan Barat. Perusahaan yang bergerak dibidang listrik,PT. PLN (Persero)
Sektor Pembangkit Tello, Harus memeberikan pelayanan yang maksimal. Dalam
hal manajemen K3 pihak manajemen PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkit Tello
harus memberikan perhatian lebih karena dampak yang diperoleh dari maksimal
kinerja K3 sangat baik untukpihak manajemen kedepannya.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting,
karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan,
tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun Tidak langsung. Menurut
Mangkunegara (2013) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan menurut
Sinambela (2016) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar organisasi atau tempat kerja tersebut, sehingga
pegawai dapat melakukan pekerjaannya dengan tenang dan motivasi yang tinggi.
Dalam penelitian Destari et.al (2017) menyatakan bahwa ada dua faktor
yang menjadi penyebab utama kecelakaan akibat kerja. Faktor-faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut adalah kondisi lingkungan yang tidak aman
(unsafe condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe actions). Heinrich (1980)
dalam Destari et.al (2017) memperkirakan bahwa 85 persen kecelakaan kerja
terjadi adalah kontribusi dari perilaku kerja yang tidak aman. Santoso (2004) dalam
Destari et.al (2017), juga menyatakan bahwa 80-85 persen kecelakaan
disebabkan oleh faktor manusia.
Keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan telah
mendapatkan perhatian dari pemerintah. Perhatian tersebut dengan
mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan Kerja no. 1 tahun 1970.
Dalam undang-undang ini berisi tentang saran utama untuk mencegah
kecelakaan, kematian, dan cacat akibat kecelakaan kerja atau penyakit
akibat bekerja. Dalam undang-undang ini pemerintah berusaha
menanggulangi masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang
menyangkut peraturan kelembagaan, penegakan hukum, dan pengawasan.
Serta usaha untuk menyadarkan semua pihak-pihak bahwa program
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sesuatu yang penting untuk
dilaksanakan baik didalam proses produksi barang maupun jasa.
Sebuah artikel yang bersumber dari website PLN menyatakan
bahwa pada 24 Juli 2017 Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia
memberikan penghargaan pada perusahaan di seluruh Indonesia yang
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dalam hal ini, unit-
unit PLN turut mendapatkan penghargaan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja. Penghargaan K3 yang diinisiasi oleh Kementerian
Ketenagakerjaan ini dilatar belakangi dengan tanggung jawab pemerintah
untuk berperan aktif dalam pemantauan pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja. Namun, semua pihak termasuk masyarakat harus ikut
aktif sesuai dengan fungsi dan kewenangannya untuk menjalankan
berbagai upaya di bidang keselamatan dan kesehatan kerja secara terus-
menerus dan berkesinambungan serta menjadikan keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai bagian dari budaya kerja di setiap kegiatan yang
didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu, Kementerian Ketenagakerjaan
perlu mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang menerapkan Budaya K3
dengan baik agar memotivasi dan mendorong perusahaan lain dan
berbagai pihak terkait menerapkan K3 demi mencegah kasus kecelakaan
dan penyakit akibat kerja (PA

B. Maksud dan Tujuan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu bagian
dari kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U) dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko di tempat kerja. Melalui PKL, calon
Ahli K3 Umum dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan
bidang yang ditentukan dalam surat keputusan penunjukannya (SKP), seperti yang
dijelaskan di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1992 tentang
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pasal 9 dan pasal 10.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu rangkaian kegiatan dalam pelatihan
Ahli K3 Umum, dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan
peserta pelatihan dalam konteks yang lebih praktikal sehingga peserta memiliki
semua pengetahuan teoritis dan juga pengetahuan lapangan serta implementasi
teori tersebut secara langsung. Selain itu, PKL ini juga dimaksudkan untuk
membekali pengetahuan bagi para calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Umum (AK3U) mengenai K3, dengan praktik nyata dalam penerapan persyaratan
dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang
meliputi: sarana penangulangan kebakaran, listrik dan kontruksi bangunan.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U)
dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko di tempat kerja. Melalui PKL, calon Ahli K3
Umum dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam surat keputusan penunjukannya (SKP), seperti yang dijelaskan di
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pasal 9 dan pasal 10.

Tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui tingkat efektifitas sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja
2. Untuk mengetahui kecelakaan dan penyakit yang terjadi akibat kerja.

Dan dari calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) ini
mengikuti PKL di PT. Industri Kapal Indonesia (Persero), pada tanggal 24 september
sampai 6 oktober 2018 adalah, supaya wawasan yang diperoleh selama PKL dapat
menambah khasanah keilmuan terkait penerapan peraturan dan norma K3 di tempat
kerja nantinya. Serta melakukan pengawasan serta perbaikan yang
berkesinambungan, dalam rangka mengurangi risiko kecelakaan kerja di
perusahaan yang disebabkan oleh faktor kelalaian manusia maupun kegagalan
fungsi mesin.
C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup perusahaan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk
calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) adalah di perusahaan
galangan kapal (pembuatan dan perbaikan kapal) dengan data-data sebagai berikut:
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat

PT. PLN (Persero) Tello Kota Makassar dikenal Sebagai PT. PLN Tello
Milik Pemerintah Indonesia adalah sebuah Badan usaha milik negara dimulai pada
tahun 1971, yang merupakan pembangkit listrik tenaga Uap,tenaga diesel dan gas.
Kantor PLN kota Makassar ini melayani kebutuhan listrik masyarakat
seperti pengajuan pemasangan listrik,pengajuan naik tegangan (tambah daya),
check tagihan listrik PLN, pembayaran listrik hingga komplain.
Dalam meningkatkan kebutuhan listrik di Makassar dan sekitarnya, maka
pemerintah dalam hal ini PLN membangun Pusat Listrik Tenaga Uap sebanyak 2
unit (2 x 12,500 MW) yang berlokasi di Tello. Pada tahun 1971 mulai beroperasi
dan diresmikan oleh presiden Republik Indonesia Soeharto. Untuk menunjang
kelancaran pasokan listrik, maka pada tahun 1973 dibangun 2 unit mesin Diesel
dengan daya terpasang (2 x 2,8 MW) berlokasi di area PLTU Tello.
Pada bulan Juni 1976 dibentuk Unit Sektor Tello dengan nama PLN
Wilayah VIII Sektor Tello dengan Unit Asuhan PLTD Bontoala dan GI / Transmisi.
Tahun 1976 PLN Wilayah VIII mendapat tambahan 1 Unit Pusat Listrik Tenaga
Gas (PLTG) Westcan dangan daya terpasang 14,466 MW.
Dengan berkembangnya pembangunan di kota Makassar dan sekitarnya
serta sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, untuk mengantisipasi
hal tersebut, PT. PLN (PERSERO) Wilayah VIII Sektor Tello mendapatkan
beberapa pembangkit yaitu :
- Tahun 1982 dibangun 2 unit PLTG Alsthom (Alsthom 1 = 21,300 MW ,
Alsthom 2 = 20,100 MW)
- Tahun 1984 dibangun 2 unit PLTD Mitsubishi (2 x 12,600 MW)
- Tahun 1988 dibangun 2 unit PLTD SWD (2 x 12,396 MW)
- Tahun 1997 dibangun 2 unit PLTG GE (2 x 33,44 MW)

Untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang


berada di wilayah kerja PT. PLN Wilayah VIII Sektor Tello kepada pelanggan, serta
untuk menunjang / mengantisipasi pertumbuhan beban pada daerah-daerah baru,
maka secara bertahap sejak tahun 1969 dibangun transmisi sistem tegangan 30 kV
dan Gardu Induk (Tello 30 kV, Bontoala, Kalukuang, Sungguminasa, Borongloe,
Mandai, dan Tonasa I) serta perluasan Gardu Induk xisting.
Selanjutnya dibangun saluran transmisi sistem tegangan 70 kV dan
sistem tegangan 150 kV dan Gardu Induk (Pangkep, Tonasa III, Daya, Tello 70 kV,
Tello 150 kV, Tallo lama da Takalar)) serta perluasan Gardu Induk existing.
Pada bulan Agustus 1997 unit PLTD Bontoala dikeluarkan dari
perusahaan. Pada bulan Februari 1999 PT. PLN Sektor Tello mendapat tambahan
unit asuhan PLTD Bulukumba. Pada bulan Juni 2003 PT. PLN Sektor Tello berubah
nama menjadi PT. PLN (PERSERO) UNIT BISNIS SULSELRA UNIT
PEMBANGKITAN I dimana unit PLTD Bulukumba diserahkan pengelolaannya ke
UNIT PEMBNGKITAN II dan unit GI / Transmisi diserahkan pengelolaannya ke PLN
UP2B, tetapi mendapat tambahan unit asuhan yaitu PLTD Kendari dan PLTD Bau-
bau, dan pada tahun 2004 PT. PLN UNIT PEMBANGKITAN I berubah menjadi PT.
PLN (PERSERO) WIL. SULSEL DAN SULTRA SEKTOR TELLO.
Pada bulan Maret tahun 2007, Unit PLTD Kendari dan Unit PLTD Bau-
bau memisahkan diri dari PLN Sektor Tello dan menjadi sektor tersendiri yaitu
Sektor Kendari. Perubahan dilakukan kembali pada bulan November 2010, Unit
PLTD Selayar yang semula meruoakan Unit dari PLN Sektor Bakaru bergabung
menjadi Unit dari PLN Sektor Tello. Pada bulan Mei 2012, Unit PLTU Barru yang
semula merupakan unit dari PLN Sektor Bakaru bergabung menjadi unit dari PLN
Sektor Tello. Tahun 2013, berdasarkan SK Direksi No. 570.K/DIR/2012 tanggal 30
November 2012, Sektor Tello berubah menjadi Sektor Pembangkitan Tello dengan
struktur organisasi perubahan terlampir

B. VISI MISI

1. Visi dan Misi Perusahaan


Visi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello Makassar :
a. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembuh
kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
b. Menjadi unit pembangkitan yang andal, efesien dan berwawasan
lingkungan.

2. Misi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello Makassar :


a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait,
berorientasi kepada pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
e. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
f. Melaksanakan pemeliharan yang berorientasi kepada “On Condition Base
Maintenance” serta selalu mengikuti dan memperlihatkan buku petunjuk
pabrik dan pengalaman operasi.
g. Memantau dan mengendalikan secara terus menerus pengaruh operasi
pembangkitan terhadap mutu.
h. Kecelakaan nihil.
i.
C. Prasarana dan Fasilitas

Fasilitas perlengkapan kerja. Perlengkapan kerja ialah semua benda atau barang

yang digunakan dalam pekerjaan tetapi tidak langsung untuk berproduksi, melainkan

berfungsi sebagai pelancar dan penyegar dalam pekerjaan. Termasuk dalam perlengkapan

kerja ini ialah:

1. Ruang kerja dan ruangan lain yang memadai dengan layout yang efisien.

2. Meubel yang meliputi meja dan kursi kerja, meja dan kursi tamu, almari dengan

segala bentuk dan keperluan, meja serba guna dan segala macam meja kursi lemari

yang diperlukan di tempat kerja.


3. Alat komunikasi berupa telepon, teleks, dan akses internet lainnya. d. Alat-alat yang

berfungsi untuk penyegar ruangan, seperti kipas angin, exhaust fan, air conditioning.

4. Tersedianya fasilitas kesehat (Klinik)

D. Struktur Organisasi Perusahaan


BAB III
TEMUAN & ANALISA
A. TEMUAN POSITIF
NO LOKASI TEMUAN DOKUMENTASI REKOMENDASI PERATURAN
Adanya SIO memastikan  Permenaker No 09 Tahun
bahwa operator yang 2010 Pasal 14 ayat 2
mengoperasi kan forklift  Permenaker No 38 Tahun
Sudah baik dan tetap
1 sudah tersertifikasi 2016 Bab VIII Pasal 110
dipertahankan
berdasarkan peraturan yang Ayat 3
berlaku yaitu kapasitas  Permenaker No 9 Tahun
angkut maskimal 1 ton. 2010 Bab II Pasal
Permen PUPR No.14Tahun
2017 tentang Persyaratan
Sudah baik, tersedia name plate Kemudahan Bangunan
Suda Gedung
sebagai petunjuk arah
Pasal 4 ayat 2
Pasal 5 ayat 1

PERMENNAKERTRANS NO
01 TAHUN 1976 tentang
terdapatnya fasilitas klinik kewajiban hyperkes bagi
perlu adanya tenaga paramedis
perusahaan yg sudah dokter perusahaan.
lain seperti perawat yg bisa
memadai dan mempunyai Pasal 1, pasal 2, dan pasal 4
standby pada tiap shift sehingga
izin klinik
jika terjadi karyawam sakit bisa
terdapat dokter yg sudah kepdirjen Binwasnaker no 22
lebih mudah dan cepat ditangani
bersertifikat hiperkes th 2008 tentang juknis
penyelenggara pelayanan
kesehatan kerja
Permen PUPR No.14 Tahun
2017 Pasal 28 ayat 1
Sarana pendukung
evakuasi terdiri atas:
a. Rencana evakuasi
b. Sistem peringatan
bahaya bagi
pengguna
c. Pencahayaan eksit dan
tanda arah
d. Area tempat
berlindung
e. Titik berkumpul
f. Lift kebakaran
Pasal 33 “pengertian,
perancangan dan
penyediaan titik kumpul”.
b.Kepmenaker No.
186/MEN/1999 pasal 2
ayat 2 “Kewajiban
Terdapat titik kumpul, Jika mencegah, mengurangi
Warnanya sdah pudar, dan
terjadi sesuatu yang tidak dan memadamkan
mestinya diperharui
diinginkan kebakaran di tempat kerja
sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) meliputi : (b) Penyediaan
sarana deteksi, alarm,
pemadam kebakaran dan
evakuasi”.

Terdapat penyimpanan Kepmenaker No. Kep


limbah B3 cair yg sudah 187/Men/1999 Tentang
memadai sehingga tidak Pengendalian Bahan Kimia
menimbulkam pencemaran di perlu ditambahan alat untuk Berbahaya pasal 1
lingkungan perusahaan pelindung diri (APD) di tempat
maupun di luar perusahaan. ruangan limbah B3 cair
Penanganan limbah cair Permenaker No 5 Tahun 2018
sudah memiliki sop Tentang K3 Lingkungan Kerja
penanganan limbah Pasal 5
 UU No 1 Tahun 1970 Bab
Adanya Standar Operasional
X Pasal 14 Ayat a
untuk penggunaan forklift Sudah baik dan tetap
 PerMen No.05 Tahun 1985
untuk pengangkutan limbah dipertahankan
Pasal 105
B3.
 PERMENAKER No. Tahun
1980 Tentang Syarat- Syarat
Pemasangan dan
Pemeliharan Alat Pemadam Api
 Tersedia APAR dan Ringan
penempatannya digantung Pasal 4 Ayat 1
 Konsistensi pemeriksaan
pada dinding Pasal 4 Ayat 3
berkalakondisi APAR.
 Telah dilakukan Pasal 6 Ayat 1
 Penambaha nunit APAR
pemeriksaan berkala
sesuai regulasi.
dan perawatan terhadap
 Kepmenaker No. 186 / MEN
APAR Terdapat fire hydran
/ 1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran
Ditempat Kerja
pasal 2 ayat 2
Permenaker No :
Per.02/Men/1989 Peraturan
Area tangki berkapasitas Menteri Tenaga Kerja
penyimpanan bahan bakar Republik Indonesia Tentang
memiliki penyalur petir. Pengawasan Instalasi
Penyalur petir. BAB II pasal 8
dan pasal 9.
PERMENAKER no
12 tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Kesehatan
Instalasi listrik (kabel) Sebaiknya diterapkan di Kerja Listrik di Tempat Kerja
digulung dengan rapi seluruh tempat kerja Pasal 2
Pasal 3 (b)

sudah terdapat fasilitas Permenaker No 5 Tahun 2018


toilet yg terpisah untuk Tentang K3 Lingkungan Kerja
cowok dan cewek, untuk wastafel bisa diberi Pasal 5
kebersihan toilet baik, sabun cuci tangan, dan untuk
terdapat wastafel di depat pencahayaan bisa di tambah
peraturan menteri perburuhan
toilet, mempunyai akses lampu penerangan
No. 7 Tahun 1964 tentang
masuk dan keluar yg
syarat kesehatan kebersihan
mudah, luas toilet cukup
serta penerangan dalam
tempat kerja
Permenakertrans No.
Per.15/Men/VIII/2008 ttg P3K
Di Tempat Kerja
Pasal 2

PP REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 88 TAHUN 2OI9
Terdapat kotak P3K di tiap- TENTANG KESEHATAN
tiap titik lokasi dan tempat KERJA, NO 8, PASAL 9
Saran bisa ditambakan buku
terdapat 5 titik kotak P3K tentang Penyelenggaraan
pedoman P3K di tempat kerja
dan setiap bulan dilakukan
pengecekan Kesehatan Kerja harus
didukung oleh:
 sumber daya manusia,
 Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
 peralatan Kesehatan Kerja;
 pencatatan dan pelaporan.

 Permenaker RI No 05 tahun
1985 BAB I pasal 3 ayat 3
Terdapat informasi beban
Tetap pertahankan kondisi tentang pesawat angkat
maksimum yang mudah dilihat
tersebut.
untuk pengoperasian alat dan angkut.
Permenaker No 09 tahun 2010

Instruksi Menteri Tenaga Kerja


Terdapat Penyimpanan No.2/M/BW/BK/1984 tentang
APD di ruangan seperti Bisa di tambahkan SOP Pengesahan alat Pelindung
helmet, sepatu pemakaian APD ditempat Diri
Safety,sarung tangan,Ear kerja
Plug
UU NO 1, TAHUN 1970
tentang KESELAMATAN
KERJA
Perlu penamabahan tempat Permenaker No. 5 Tahun 2018
sampah dan mengganti tempat tentang K3 Lingkungan Kerja
Tempat penyimpanan sampah dengan berupa warna
sampah yang terdiri dari 3 tempat yaitu warna hijau (sampah
macam yaitu sampah organic seperti daun’dan
sayur/makanan, sampah sayuran), sampah kuning (non
kertas/plastic dan sampah organic sepert
Botol iplastik,gelas/botol),warna merah
untuk bahan B3 Seperti
beling,botol kaca
 Permenaker No 09 Tahun
2010 Pasal 14 ayat 2
Adanya SIO memastikan  Permenaker No 38 Tahun
bahwa operator yang
mengoperasi kan sudah Sudah baik dan tetap dipertahankan 2016 Bab VIII Pasal 110
tersertifikasi berdasarkan Ayat 3
peraturan yang berlaku.  Permenaker No 9 Tahun
2010 Bab II Pasal 5

 UU No. 1 Tahun 1970


Tentang Keselamatan
Kerja Pasal 3 Tentang
 Ada 15 orang Ahli K3
Syarat-Syarat keselamatan
Umum
Kerja
 2 Ahli K3 Listrik
 Permenaker No. 2 Tahun
 2 Ahli K3 Kimia 1992 Tata cara penunjukan
1 Ahli K3 Konstruksi dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pasal 2.
Mencegah dan mengurangi  PP No. 50 Tahun 2012
kecelakaan kerja dan penyakit tentang Penerapan Sistem
akibat kerja dengan melibatkan Menajemen K3 bab I pasal
unsur manajemen, 2
pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh.
Dan tidak pernah ditemukan
adanya accident.

B. TEMUAN NEGATIF
NO LOKASI TEMUAN DOKUMENTASI REKOMENDASI PERATURAN
Terdapat barang yang tidak Barang-barang yang tidak berguna Permenaker No 5 Tahun 2018
berada dirempatnya bisa disimpan di gudang Tentang K3 Lingkungan
penyimpanan barang dan KerjaPasal 1 poin 5
perkakas

Tidak ada detector danmasih Sebaiknya menggunakan detector dan Kepmenaker


menggunakan alarm manual alarm yang lebihbersifat No. .86/MEN/1999
otomatisagarlebih efektif dalam TentangUnit Penanggulangan
Mengetahui bahaya kebakaran. Kebakaran Ditempat Kerja
Pasal 2 Ayat 2
Pemasangan rambu K3 yang Pohon harus dipangkas agar lebih pasal 2 ayat 2 “Kewajiban
tidak terstruktur /penempatan memudahkan untuk melihat mencegah, mengurangi dan
yang tidak tepat petunjuk jalur evakusi memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan evakuasi”

Terdapat Atap yang Perlu adanya perbaikan pada atap UU NO 1, TAHUN 1970 tentang
berlubang yang menimbulkan untuk meminimalisir terjatuhan KESELAMATAN KERJA
kecelakaan kerja runtuhnya atap
Permenaker NO 5, TAHUN
2018 tentang K3
LINGKUNGAN KERJA

Tidak tersedia lampu isyarat Perlu ditambahkan lampu isyarat,  Permenaker RI No 05 tahun
pada pesawat angkut. agar dapat diketahui jika mesin
1985 BAB I pasal 3 ayat 3
sedang atau akan beroprasi
tentang pesawat angkat dan
angkut.
Permenaker No 09 tahun 2010

Terdapat unit forklift kondisi Segera lakukan maintenance pada unit Permenaker RI No 05 tahun
sudah berkarat forklift 1985 BAB I pasal 3 ayat 3
tentang pesawat angkat dan
angkut
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem manajamen keselamatan dan kesehatan pada PT PLN
(persero)Sektor pembangkit Tello kota makassar sudah memenuhi kriteria
pelaksanaan SMK3 yang sesuai PP No 50/2012 dengan kriteria pelaksanaan SMK3
yang memuaskan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang di dapatkan dilapangan serta alalisis
K3 bidang konstruksi bangunan, penanggulangan kebakaran instalasi listrik dan K3
elevator dan escalator dapat disimpulkan bahwa PT. PLN (Persero) Tello Kota
Makassar telah menerapkan K3 yang baik pada bidang tersebut, Variabel
keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap variabel kepuasan dan kesehatan kerja karyawan serta pengolagan
limbah B3 yang baik menurut narasumber . Hal ini terbukti dengan disediakannya
fasilitas Kesehatan bagi para pegawai di PT PLN (Persero) Sektor Tello Makassar.
Serta tempat pengolahan libah B3 kusus yang ditangani oleh pihak ketiga (dalam
hal ini petugas yg kompeten dan bersetifikat dibidangnya).

B. Saran
1. Sebaiknya atap bangunan yang sudah mulai rapuh di ganti, serta detector dan alarm
kebakaran otomatis.
2. Lakukan pengecekan dan perawatan secara berkala untuk alat-alat kerja yang
digunakan serta perlu terdokumentasi dengan rapi untuk memudahkan evaluasi;
3. Pekerja harus selalu diedukasi mengenai pentingnya penggunaan APD dan menjaga
tempat kerja selalu rapi dan perlu dilakukan pengawasan.
4.

Anda mungkin juga menyukai