BIDANG K3
ANGKATAN KE 58
RACHMAT SULAEMAN
PENYELENGGARA
A. Latar Belakang
Untuk Menjalankan perusahaan secara produktif dan efisien sangat
tergantung pada manajemen perusahaan. Salah satu bidang yang harus dikelola
dengan baik adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3). PT. PLN Sektor
Pembangkit Tello Makassar adalah salah satu pembangkit PT. PLN (Persero) yang
hadir untuk memenuhi kebutuhan listrik khusunya untuk wilayah Sulawesi Selatan,
Tenggara dan Barat. Perusahaan yang bergerak dibidang listrik,PT. PLN (Persero)
Sektor Pembangkit Tello, Harus memeberikan pelayanan yang maksimal. Dalam
hal manajemen K3 pihak manajemen PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkit Tello
harus memberikan perhatian lebih karena dampak yang diperoleh dari maksimal
kinerja K3 sangat baik untukpihak manajemen kedepannya.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting,
karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan,
tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun Tidak langsung. Menurut
Mangkunegara (2013) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan menurut
Sinambela (2016) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar organisasi atau tempat kerja tersebut, sehingga
pegawai dapat melakukan pekerjaannya dengan tenang dan motivasi yang tinggi.
Dalam penelitian Destari et.al (2017) menyatakan bahwa ada dua faktor
yang menjadi penyebab utama kecelakaan akibat kerja. Faktor-faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut adalah kondisi lingkungan yang tidak aman
(unsafe condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe actions). Heinrich (1980)
dalam Destari et.al (2017) memperkirakan bahwa 85 persen kecelakaan kerja
terjadi adalah kontribusi dari perilaku kerja yang tidak aman. Santoso (2004) dalam
Destari et.al (2017), juga menyatakan bahwa 80-85 persen kecelakaan
disebabkan oleh faktor manusia.
Keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan telah
mendapatkan perhatian dari pemerintah. Perhatian tersebut dengan
mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan Kerja no. 1 tahun 1970.
Dalam undang-undang ini berisi tentang saran utama untuk mencegah
kecelakaan, kematian, dan cacat akibat kecelakaan kerja atau penyakit
akibat bekerja. Dalam undang-undang ini pemerintah berusaha
menanggulangi masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang
menyangkut peraturan kelembagaan, penegakan hukum, dan pengawasan.
Serta usaha untuk menyadarkan semua pihak-pihak bahwa program
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sesuatu yang penting untuk
dilaksanakan baik didalam proses produksi barang maupun jasa.
Sebuah artikel yang bersumber dari website PLN menyatakan
bahwa pada 24 Juli 2017 Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia
memberikan penghargaan pada perusahaan di seluruh Indonesia yang
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dalam hal ini, unit-
unit PLN turut mendapatkan penghargaan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja. Penghargaan K3 yang diinisiasi oleh Kementerian
Ketenagakerjaan ini dilatar belakangi dengan tanggung jawab pemerintah
untuk berperan aktif dalam pemantauan pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja. Namun, semua pihak termasuk masyarakat harus ikut
aktif sesuai dengan fungsi dan kewenangannya untuk menjalankan
berbagai upaya di bidang keselamatan dan kesehatan kerja secara terus-
menerus dan berkesinambungan serta menjadikan keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai bagian dari budaya kerja di setiap kegiatan yang
didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu, Kementerian Ketenagakerjaan
perlu mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang menerapkan Budaya K3
dengan baik agar memotivasi dan mendorong perusahaan lain dan
berbagai pihak terkait menerapkan K3 demi mencegah kasus kecelakaan
dan penyakit akibat kerja (PA
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu bagian
dari kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U) dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko di tempat kerja. Melalui PKL, calon
Ahli K3 Umum dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan
bidang yang ditentukan dalam surat keputusan penunjukannya (SKP), seperti yang
dijelaskan di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1992 tentang
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pasal 9 dan pasal 10.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu rangkaian kegiatan dalam pelatihan
Ahli K3 Umum, dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan
peserta pelatihan dalam konteks yang lebih praktikal sehingga peserta memiliki
semua pengetahuan teoritis dan juga pengetahuan lapangan serta implementasi
teori tersebut secara langsung. Selain itu, PKL ini juga dimaksudkan untuk
membekali pengetahuan bagi para calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Umum (AK3U) mengenai K3, dengan praktik nyata dalam penerapan persyaratan
dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang
meliputi: sarana penangulangan kebakaran, listrik dan kontruksi bangunan.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U)
dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko di tempat kerja. Melalui PKL, calon Ahli K3
Umum dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam surat keputusan penunjukannya (SKP), seperti yang dijelaskan di
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pasal 9 dan pasal 10.
Dan dari calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) ini
mengikuti PKL di PT. Industri Kapal Indonesia (Persero), pada tanggal 24 september
sampai 6 oktober 2018 adalah, supaya wawasan yang diperoleh selama PKL dapat
menambah khasanah keilmuan terkait penerapan peraturan dan norma K3 di tempat
kerja nantinya. Serta melakukan pengawasan serta perbaikan yang
berkesinambungan, dalam rangka mengurangi risiko kecelakaan kerja di
perusahaan yang disebabkan oleh faktor kelalaian manusia maupun kegagalan
fungsi mesin.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup perusahaan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk
calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) adalah di perusahaan
galangan kapal (pembuatan dan perbaikan kapal) dengan data-data sebagai berikut:
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat
PT. PLN (Persero) Tello Kota Makassar dikenal Sebagai PT. PLN Tello
Milik Pemerintah Indonesia adalah sebuah Badan usaha milik negara dimulai pada
tahun 1971, yang merupakan pembangkit listrik tenaga Uap,tenaga diesel dan gas.
Kantor PLN kota Makassar ini melayani kebutuhan listrik masyarakat
seperti pengajuan pemasangan listrik,pengajuan naik tegangan (tambah daya),
check tagihan listrik PLN, pembayaran listrik hingga komplain.
Dalam meningkatkan kebutuhan listrik di Makassar dan sekitarnya, maka
pemerintah dalam hal ini PLN membangun Pusat Listrik Tenaga Uap sebanyak 2
unit (2 x 12,500 MW) yang berlokasi di Tello. Pada tahun 1971 mulai beroperasi
dan diresmikan oleh presiden Republik Indonesia Soeharto. Untuk menunjang
kelancaran pasokan listrik, maka pada tahun 1973 dibangun 2 unit mesin Diesel
dengan daya terpasang (2 x 2,8 MW) berlokasi di area PLTU Tello.
Pada bulan Juni 1976 dibentuk Unit Sektor Tello dengan nama PLN
Wilayah VIII Sektor Tello dengan Unit Asuhan PLTD Bontoala dan GI / Transmisi.
Tahun 1976 PLN Wilayah VIII mendapat tambahan 1 Unit Pusat Listrik Tenaga
Gas (PLTG) Westcan dangan daya terpasang 14,466 MW.
Dengan berkembangnya pembangunan di kota Makassar dan sekitarnya
serta sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, untuk mengantisipasi
hal tersebut, PT. PLN (PERSERO) Wilayah VIII Sektor Tello mendapatkan
beberapa pembangkit yaitu :
- Tahun 1982 dibangun 2 unit PLTG Alsthom (Alsthom 1 = 21,300 MW ,
Alsthom 2 = 20,100 MW)
- Tahun 1984 dibangun 2 unit PLTD Mitsubishi (2 x 12,600 MW)
- Tahun 1988 dibangun 2 unit PLTD SWD (2 x 12,396 MW)
- Tahun 1997 dibangun 2 unit PLTG GE (2 x 33,44 MW)
B. VISI MISI
Fasilitas perlengkapan kerja. Perlengkapan kerja ialah semua benda atau barang
yang digunakan dalam pekerjaan tetapi tidak langsung untuk berproduksi, melainkan
berfungsi sebagai pelancar dan penyegar dalam pekerjaan. Termasuk dalam perlengkapan
1. Ruang kerja dan ruangan lain yang memadai dengan layout yang efisien.
2. Meubel yang meliputi meja dan kursi kerja, meja dan kursi tamu, almari dengan
segala bentuk dan keperluan, meja serba guna dan segala macam meja kursi lemari
berfungsi untuk penyegar ruangan, seperti kipas angin, exhaust fan, air conditioning.
PERMENNAKERTRANS NO
01 TAHUN 1976 tentang
terdapatnya fasilitas klinik kewajiban hyperkes bagi
perlu adanya tenaga paramedis
perusahaan yg sudah dokter perusahaan.
lain seperti perawat yg bisa
memadai dan mempunyai Pasal 1, pasal 2, dan pasal 4
standby pada tiap shift sehingga
izin klinik
jika terjadi karyawam sakit bisa
terdapat dokter yg sudah kepdirjen Binwasnaker no 22
lebih mudah dan cepat ditangani
bersertifikat hiperkes th 2008 tentang juknis
penyelenggara pelayanan
kesehatan kerja
Permen PUPR No.14 Tahun
2017 Pasal 28 ayat 1
Sarana pendukung
evakuasi terdiri atas:
a. Rencana evakuasi
b. Sistem peringatan
bahaya bagi
pengguna
c. Pencahayaan eksit dan
tanda arah
d. Area tempat
berlindung
e. Titik berkumpul
f. Lift kebakaran
Pasal 33 “pengertian,
perancangan dan
penyediaan titik kumpul”.
b.Kepmenaker No.
186/MEN/1999 pasal 2
ayat 2 “Kewajiban
Terdapat titik kumpul, Jika mencegah, mengurangi
Warnanya sdah pudar, dan
terjadi sesuatu yang tidak dan memadamkan
mestinya diperharui
diinginkan kebakaran di tempat kerja
sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) meliputi : (b) Penyediaan
sarana deteksi, alarm,
pemadam kebakaran dan
evakuasi”.
PP REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 88 TAHUN 2OI9
Terdapat kotak P3K di tiap- TENTANG KESEHATAN
tiap titik lokasi dan tempat KERJA, NO 8, PASAL 9
Saran bisa ditambakan buku
terdapat 5 titik kotak P3K tentang Penyelenggaraan
pedoman P3K di tempat kerja
dan setiap bulan dilakukan
pengecekan Kesehatan Kerja harus
didukung oleh:
sumber daya manusia,
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
peralatan Kesehatan Kerja;
pencatatan dan pelaporan.
Permenaker RI No 05 tahun
1985 BAB I pasal 3 ayat 3
Terdapat informasi beban
Tetap pertahankan kondisi tentang pesawat angkat
maksimum yang mudah dilihat
tersebut.
untuk pengoperasian alat dan angkut.
Permenaker No 09 tahun 2010
B. TEMUAN NEGATIF
NO LOKASI TEMUAN DOKUMENTASI REKOMENDASI PERATURAN
Terdapat barang yang tidak Barang-barang yang tidak berguna Permenaker No 5 Tahun 2018
berada dirempatnya bisa disimpan di gudang Tentang K3 Lingkungan
penyimpanan barang dan KerjaPasal 1 poin 5
perkakas
Terdapat Atap yang Perlu adanya perbaikan pada atap UU NO 1, TAHUN 1970 tentang
berlubang yang menimbulkan untuk meminimalisir terjatuhan KESELAMATAN KERJA
kecelakaan kerja runtuhnya atap
Permenaker NO 5, TAHUN
2018 tentang K3
LINGKUNGAN KERJA
Tidak tersedia lampu isyarat Perlu ditambahkan lampu isyarat, Permenaker RI No 05 tahun
pada pesawat angkut. agar dapat diketahui jika mesin
1985 BAB I pasal 3 ayat 3
sedang atau akan beroprasi
tentang pesawat angkat dan
angkut.
Permenaker No 09 tahun 2010
Terdapat unit forklift kondisi Segera lakukan maintenance pada unit Permenaker RI No 05 tahun
sudah berkarat forklift 1985 BAB I pasal 3 ayat 3
tentang pesawat angkat dan
angkut
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem manajamen keselamatan dan kesehatan pada PT PLN
(persero)Sektor pembangkit Tello kota makassar sudah memenuhi kriteria
pelaksanaan SMK3 yang sesuai PP No 50/2012 dengan kriteria pelaksanaan SMK3
yang memuaskan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang di dapatkan dilapangan serta alalisis
K3 bidang konstruksi bangunan, penanggulangan kebakaran instalasi listrik dan K3
elevator dan escalator dapat disimpulkan bahwa PT. PLN (Persero) Tello Kota
Makassar telah menerapkan K3 yang baik pada bidang tersebut, Variabel
keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap variabel kepuasan dan kesehatan kerja karyawan serta pengolagan
limbah B3 yang baik menurut narasumber . Hal ini terbukti dengan disediakannya
fasilitas Kesehatan bagi para pegawai di PT PLN (Persero) Sektor Tello Makassar.
Serta tempat pengolahan libah B3 kusus yang ditangani oleh pihak ketiga (dalam
hal ini petugas yg kompeten dan bersetifikat dibidangnya).
B. Saran
1. Sebaiknya atap bangunan yang sudah mulai rapuh di ganti, serta detector dan alarm
kebakaran otomatis.
2. Lakukan pengecekan dan perawatan secara berkala untuk alat-alat kerja yang
digunakan serta perlu terdokumentasi dengan rapi untuk memudahkan evaluasi;
3. Pekerja harus selalu diedukasi mengenai pentingnya penggunaan APD dan menjaga
tempat kerja selalu rapi dan perlu dilakukan pengawasan.
4.