Anda di halaman 1dari 122

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PELAKSANAAN PATIENT SAFETY PADA PERAWAT


RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

TIARA SUKMA HELMI


NIM. 151000362

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PELAKSANAAN PATIENT SAFETY PADA PERAWAT
RAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TIARA SUKMA HELMI


NIM. 151000356

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pelaksanaan Patient Safety pada Perawat Rawat
Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019
Nama Mahasiswa : Tiara Sukma Helmi
Nomor Induk Mahasiswa : 151000362
Departemen : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menyetujui
Pembimbing:

(dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S.)


NIP. 195711171987021002

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)


NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus : 24 Januari 2020

i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 24 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S.


Anggota : 1. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes.
2. Isyatun Mardhiyah Syahri, S.K.M., M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Patient Safety pada Perawat

Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019” beserta seluruh isinya

adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2020

Tiara Sukma Helmi

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Keselamatan Pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien


menjadi lebih aman. Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan
asuhan kepada pasien sehingga menjamin keselamatan pasien untuk menurunkan
risiko yang berpotensi menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). RSUD
Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit yang sudah menerapkan sistem
keselamatan pasien tetapi belum terlaksana dengan maksimal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pelaksanaan patient safety pada perawat rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi
Medan tahun 2019. Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain
cross sectional. Sampel penelitian ini menggunakan total populasi yaitu seluruh
perawat ruang rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2019
sebanyak 32 orang. Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner dan dianalisis
menggunakan uji Chi Square pada nilai kemaknaan 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan
pelaksanaan patient safety pada perawat rawat inap bedah (p=0,02) sedangkan
sikap perawat (p=0,60), beban kerja perawat (p=0,12), dan supervisi kepala
ruangan (p=0,64) tidak berhubungan dengan pelaksanaan patient safety pada
perawat ruang rawat inap bedah. Disarankan kepada perawat untuk mengikuti
pelatihan patient safety dan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien.

Kata kunci: Patient safety, perawat, rumah sakit

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Patient safety is a system where the hospital makes patient care safer. Nurses
have an important role in providing care to patients so as to ensure patient safety
to reduce the risk of potentially causing a Patient Safety Incident (PSI). RSUD Dr.
Pirngadi Medan is a hospital that has implemented a patient safety system but it
hasn’t been done well yet. This study aims to determine the related factors to the
implementation of patient safety at Surgical Inpatient Room of RSUD Dr.
Pirngadi Medan in 2019. This study was analytics using cross sectional design.
The sample in this study using total population that is all of nurses at surgical
inpatient room of RSUD Dr. Pirngadi Medan as much as 32 peoples. Data was
obtained by questionnaire and analyzed by using the chi-square test with a
significance value of 0.05. The result showed there is a relationship between
knowledge with the implementation of patient safety in nurses at surgical inpatient
room (p=0,02) while nurses attitude (p=0,60), nurses workload (p=0,12), and
room head supervision (p=0,64) there is no relationship with the implementation
of patient safety in nurses at surgical inpatient room. The recommendation for
nurses are to attend a patient safety training and recommendation for hospital are
to improve health service related to the implementation of patient safety.

Keywords: Patient safety, nurses, hospital

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-

Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Patient Safety pada Perawat

Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019”.

Selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja FKM USU sekaligus dosen penguji I yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S. selaku dosen pembimbing sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam

memberikan petunjuk, saran serta bimbingan kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

5. Isyatun Mardhiyah Syahri, S.K.M., M.Kes. selaku dosen penguji II yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah

diajarkan selama ini kepada penulis.

vi
Universitas Sumatera Utara
7. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, Sekretaris Bidang Penelitian dan

Pengembangan RSUD Dr. Pirngadi Medan, kepala perawat dan perawat

ruang rawat inap bedah beserta seluruh staf yang telah banyak membantu

dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Orang tua tercinta, Yuhelmi dan Ermi, saudara tercinta Herri Kurniawan,

Yuki Hermawan, Trio Gunawan dan juga seluruh keluarga penulis yang telah

memberikan dukungan doa serta motivasi kepada penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang telah memberikan semangat, dukungan,

bantuan dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

10. Teman–teman peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2015 dan teman-

teman lainnya yang memberikan motivasi serta berbagi ilmu kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan yang penulis miliki. Penulis berharap

agar skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2020

Tiara Sukma Helmi

vii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8
Patient Safety 8
Pengertian patient safety 8
Tujuan patient safety 8
Standar patient safety 8
Sasaran patient safety 14
Tujuh langkah menuju patient safety 14
Rumah Sakit 15
Pengertian rumah sakit 15
Fungsi rumah sakit 15
Hak rumah sakit 15
Kewajiban rumah sakit 16
Perawat 18
Pengertian perawat 18
Peran perawat 18
Fungsi perawat 20
Pelayanan Perawatan Rawat Inap 21
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Patient Safety 22
Pengetahuan perawat tentang patient safety 22

viii
Universitas Sumatera Utara
Sikap perawat tentang patient safety 24
Beban kerja perawat tentang patient safety 25
Supervisi kepala ruangan tentang patient safety 28
Landasan Teori 30
Kerangka Konsep 31

Metode Penelitian 32
Jenis Penelitian 32
Lokasi dan Waktu Penelitian 32
Populasi dan Sampel 32
Variabel dan Definisi Operasional 33
Metode Pengumpulan Data 34
Metode Pengukuran 34
Metode Analisis Data 39

Hasil Penelitian 40
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan 40
Gambaran umum lokasi penelitian 40
Motto, visi, dan misi RSUD Dr. Pirngadi Medan 40
Analisis Univariat 41
Karakteristik responden 41
Pengetahuan perawat 44
Sikap perawat 45
Beban kerja perawat 47
Supervisi kepala ruangan 50
Pelaksanaan patient safety 52
Analisis Bivariat 54
Hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan
patient safety 54
Hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan patient safety 55
Hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan
patient safety 56
Hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan
patient safety 57

Pembahasan 59
Pelaksanaan Patient Safety 59
Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan
Patient Safety 60
Hubungan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Patient Safety 63
Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan
Patient Safety 64
Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan
Patient Safety 66
Keterbatasan Penelitian 68

ix
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan dan Saran 69
Kesimpulan 69
Saran 69

Daftar Pustaka 71
Lampiran 74

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Pengukuran Variabel Sikap Perawat 36

2 Pengukuran Variabel Beban Kerja Perawat 37

3 Pengukuran Variabel Supervisi Kepala Ruangan 37

4 Pengukuran Variabel Pelaksanaan Patient Safety 38

5 Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Perawat


di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2019 42

6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Perawat


di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2019 43

7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


pada Perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2019 43

8 Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan Patient Safety


pada Perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2019 44

9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Perawat 44

10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Perawat


di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2019 45

11 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap pada Perawat 46

12 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap pada Perawat


di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2019 47

13 Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Perawat 48

14 Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Perawat

xi
Universitas Sumatera Utara
di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2019 49

15 Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi Kepala Ruangan 50

16 Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi Kepala Ruangan


pada Perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2019 51

17 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Patient Safety 52

18 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Patient Safety


pada Perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2019 54

19 Hasil Uji Statistik Hubungan Pengetahuan Perawat


dengan Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 55

20 Hasil Uji Statistik Hubungan Sikap Perawat


dengan Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 56

21 Hasil Uji Statistik Hubungan Beban Kerja Perawat


dengan Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 57

22 Hasil Uji Statistik Hubungan Supervisi Kepala Ruangan


dengan Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 58

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Model Swiss Cheese dipublikasi oleh Reason 31

2 Kerangka konsep penelitian 31

3 Wawancara pada perawat Ruang Rawat Inap Bedah Melati 3 104

4 Wawancara pada perawat Ruang Rawat Inap Bedah Kenanga 1 104

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 74

2 Master Data 81

3 Output Analisis Data 87

4 Surat Izin Survei Pendahuluan 101

5 Surat Izin Penelitian 102

6 Surat Selesai Penelitian 103

7 Dokumentasi Penelitian 104

xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

DEPKES Departemen Kesehatan


IGD Instalasi Gawat Darurat
IKP Insiden Keselamatan Pasien
IOM Institute of Medicine
JCI Joint Commission International
K3RS Keselamatan dan Kesehatan Rumah Sakit
KNC Kejadian Nyaris Cedera
KPC Kejadian Potensial Cedera
KTC Kejadian Tidak Cedera
KTD Kejadian Tidak Diharapkan
PERMENKES RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
PP Peraturan Pemerintah
RS Rumah Sakit
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
SDM Sumber Daya Manusia
SIP Surat Izin Praktik
SKP Sasaran Keselamatan Pasien
UU Undang-Undang
UUD Undang-Undang Dasar
WHO World Health Organization

xv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Tiara Sukma Helmi berumur 22 tahun, dilahirkan di

Padang, 16 September 1997. Penulis beragama Islam, anak keempat dari empat

bersaudara dari pasangan Bapak Yuhelmi dan Ibu Ermi.

Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar di SD Negeri 36 Cengkeh Tahun

2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 8 Padang Tahun 2009-

2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Padang Tahun 2012-2015,

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2020

Tiara Sukma Helmi

xvi
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien

menjadi lebih aman. Keselamatan pasien merupakan masalah kesehatan yang

sangat penting saat ini, dimana masih banyak terjadi kesalahan medis terhadap

pasien. Kesalahan medis yang sering terjadi merupakan suatu kegagalan

pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan rencana atau perencanaan yang

sudah tepat namun pada pelaksanaannya yang tidak tepat. Dampak dari kesalahan

tersebut berisiko dapat berpotensi menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien

(IKP). Oleh karena itu perhatian terhadap keselamatan pasien menjadi penting

dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal ini tercantum dalam Undang-undang

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 pasal 53 ayat (3) yang

menyatakan bahwa pelaksanan pelayanan kesehatan harus mendahulukan

keselamatan nyawa pasien dibanding lainnya. (Undang-undang Kesehatan No.36,

2009)

Setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan K3RS. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) merupakan suatu upaya terpadu untuk

seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk

menciptakan lingkungan kerja rumah sakit yang sehat, aman, dan nyaman bagi

semua orang yang ada dalam lingkup rumah sakit. (Permenkes No.66, 2016)

Pada tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat meneliti di

Utah dan Colorado ditemukan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau Adverse

Event sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New

1
Universitas Sumatera Utara
2

York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian

akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta

per tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004,

mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara ;

Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang

3,2 – 16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan

penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien. (PERSI, 2015).

Laporan insiden keselamatan pasien berdasarkan provinsi pada tahun 2007,

ditemukan provinsi DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di antara

delapan provinsi lainnya, yaitu Jawa Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta 18,8%,

Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh

10,7% dan Sulawesi Selatan 0,7% (KKP-RS, 2008).

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan keselamatan

pasien, melalui pelayanan yang menerapkan standar keselamatan pasien.

Pelaksanaan keselamatan pasien dilakukan berupa identifikasi pasien, peningkatan

komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,

kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko

infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh.

(Permenkes No. 11, 2017)

Pelayanan kesehatan mengutamakan keselamatan pasien perlu dilakukan

diseluruh bagian rumah sakit, termasuk salah satunya di ruang rawat inap bedah.

Pelayanan bedah merupakan pelayanan di rumah sakit yang sering menimbulkan

cedera medis dan komplikasi. Keselamatan pasien menjadi prioritas utama dalam

Universitas Sumatera Utara


3

layanan kesehatan dan merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki

kualitas pelayanan serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah sakit (Depkes RI,

2008).

Keselamatan pasien merupakan bagian penting dalam pelayanan keperawatan

dirumah sakit. Perawat berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan yang

mengancam keselamatan pasien. Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan

jumlah terbanyak di rumah sakit, pelayanan terlama (24 jam secara terus-menerus)

dan merupakan tenaga kesehatan yang sering berinteraksi langsung pada pasien.

Setiap kesalahan dalam prosedur yang dijalani beresiko terjadinya kejadian yang

tidak diharapkan. Kesalahan faktor manusia dapat terjadi karena masalah

komunikasi, tekanan pekerjaan, kesibukan dan kelelahan (Cahyono, 2012).

Pasien rawat inap berisiko mengalami Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).

Oleh sebab itu, perawat memiliki peranan penting dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien, sehingga menjamin keselamatan pasien dalam

menurunkan KTD di rumah sakit. Kajian yang dilakukan oleh WHO pada rumah

sakit di beberapa negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia

menemukan KTD dengan kisaran 3,2% - 16,6% (WHO, 2011)

Dari data Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Indonesia selama empat

bulan pada 2011 menemukan kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%) yang

disebabkan oleh proses prosedur klinik (9,26%), medikasi (9,26%), dan pasien

jatuh (5,15%). (Wardhani, 2017)

Penelitian yang dilakukan oleh Pambudi (2018) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi perawat dalam penerapan 6 SKP (Sasaran Keselamatan Pasien)

Universitas Sumatera Utara


4

pada akreditasi JCI (Join Commission International) di ruang rawat inap Rumah

Sakit Panti Waluya Malang menunjukkan bahwa perawat yang memiliki

pengetahuan baik cenderung akan lebih baik dalam melakukan penerapan 6 SKP

dibandingkan dengan perawat yang memiliki pengetahuan rendah dengan p value

0,002. Hasi penelitian oleh Ginting (2014) menunjukkan pengetahuan perawat di

IGD RSUP H. Adam Malik ada pada kategori kurang sebesar 50,8% dan terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan standar JCI

tentang keselamatan pasien dengan p value 0,001.

Menurut penelitian yang dilakukan Bawelle (2013) di ruang rawat inap RSUD

Liun Kendage Tahuna mengenai hubungan pengetahuan dan sikap perawat

dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety), ditemui ada hubungan

pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di

ruang rawat inap RSUD Liun Kendage Tahuna dengan p value 0,014 dan terdapat

hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety)

dengan p value 0,000.

Penelitian yang dilakukan oleh Fridawaty Rivai (2016) tentang faktor yang

berhubungan dengan implementasi keselamatan pasien di RSUD Ajjappannge

Soppeng yang dilaksanakan oleh perawat menunjukkan adanya hubungan

hubungan supervisi kepala ruangan dengan implementasi keselamatan pasien

dengan p value 0,000.

Penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih dan Fatmawati (2016) di ruang

rawat inap RSUD Tugurejo Semarang menunujukkan bahwa beban kerja perawat

tinggi (58,7%) sedangkan implementasi patient safety kurang baik (60,6%)

Universitas Sumatera Utara


5

sehingga terdapat hubungan antara beban kerja perawat dengan implementasi

patient safety dengan p value 0,0009. Penelitian Nurmalia dan Nivalinda (2016) di

rumah sakit pemerintah Semarang bahwa sebesar 56,2% mentoring pelaksanaan

Patient safety masih kurang baik.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit

Pemerintah Kota Medan yang berdiri dari tahun 1928 sampai sekarang. RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit tipe B pendidikan yang merupakan pusat

pelayanan tingkat lanjutan untuk pelayanan di Kota Medan. Rumah Sakit Dr.

Pirngadi mempunyai dua ruangan rawat inap bedah yaitu ruangan Melati 3 dan

ruangan Kenanga 1.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD

Dr.Pirngadi merupakan rumah sakit rujukan yang sudah menerapkan sistem

keselamatan pasien sejak tahun 2015 tapi masih belum berjalan secara maksimal.

Wawancara singkat yang dilakukan oleh peneliti terhadap lima orang perawat

ruangan rawat inap bedah, saat melakukan timbang terima pasien perawat hanya

membaca laporan rawatan yang ada di buku rawatan pasien, tanpa melakukan

klarifikasi dan identifikasi ulang pasien antara perawat yang menyerahkan dengan

perawat yang menerima. Hal ini dapat beresiko terhadap kesalahan identifikasi

dan kesalahan dalam pemberian obat pada pasien nantinya. Wawancara singkat

yang dilakukan kepada lima orang perawat mengenai pengawasan oleh kepala

ruangan, bahwa perawat kepala ruangan tidak melaksanakan supervisi kepada

perawat pelaksana secara berkala dan masih kurangnya perhatian yang diberikan

kepala ruangan terhadap tim dan perawat pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


6

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat kepala ruangan bahwa belum

semua perawat pernah mengikuti pelatihan tentang keselamatan pasien dan tidak

dilaksanakan secara berkelanjutan, hal tersebut yang menyebabkan kurangnya

pengetahuan perawat terhadap program pelaksanaan sistem keselamatan pasien di

rumah sakit.

Hasil pengamatan singkat yang dilakukan oleh peneliti masih ada perawat

yang tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) yaitu sarung tangan dan masker

saat melakukan perawatan luka pada pasien. Saat ditanya kepada perawat

pelaksana, hal ini biasa dilakukan karena perawat lupa memasangnya.

Pasien ruang rawat inap merupakan pasian pasca bedah yang sangat berisiko

terjadinya infeksi dari luar. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan patient safety pada perawat ruangan rawat inap bedah di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2019.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan

masalah yaitu belum diketahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan patient safety pada perawat rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pelaksanaan patient safety pada perawat rawat inap bedah di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara


7

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan patient safety di ruang rawat inap bedah.

2. Mengetahui hubungan tingkat sikap perawat dengan pelaksanaan

patient safety di ruang rawat inap bedah.

3. Mengetahui hubungan tingkat beban kerja perawat dengan

pelaksanaan patient safety di ruang rawat inap bedah.

4. Mengetahui hubungan pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan

pada perawat dengan pelaksanaan patient safety di ruang rawat inap

bedah.

Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Dr. Pirngadi, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan

pelayanan keselamatan pasien khususnya pada perawat ruangan rawat

inap bedah.

2. Bagi perawat, sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan pelaksanaan

keselamatan pasien dalam upaya peningkatan pelayanan rumah sakit.

3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman di bidang

pelaksanaan patient safety.

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk dikembangkan

pada penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Patient Safety

Pengertian patient safety. Menurut Permenkes RI No. 11 Tahun 2017 Pasal

1 ayat (1) keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien

lebih aman, meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Penyelenggaraan keselamatan pasien dilakukan melalui pembentukan sistem

pelayanan yang menerapkan standar keselamatan pasien, sasaran keselamatan

pasien, dan tujuh langkah menuju keselamatan pasien.

Tujuan patient safety. Adapun tujuan dari keselamatan pasien menurut

Simamora (2018) adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit.

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Standar Patient Safety. Standar keselamatan pasien meliputi hak pasien,

pendidikan bagi pasien dan keluarga, keselamatan pasien dalam kesinambungan

pelayanan, penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan peningkatan keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam meningkatkan

8
Universitas Sumatera Utara
9

keselamatan pasien, pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien, dan

komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

(Permenkes RI, 2011)

Hak pasien. Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan

kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas, dan legalitas (Priyoto

dan Widyastuti, 2014). Menurutu Permenkes RI No. 11 Tahun 2017 pasal 6 ayat

(1) hak pasien merupakan hak pasien dan keluarga untuk mendapatkan informasi

tentaang rencana dan hasil pelayanan termasuk terjadinya insiden yang akan

mungkin terjadi.

Kriteria standar hak pasien menurut Permenkes RI No.11 Tahun 2017 pasal 6

ayat (2) adalah harus ada dokter yang akan menjadi penanggung jawab terhadap

pelayanan. Dokter penanggung jawab wajib membuat rencana pelayanan dan

memberikan penjelasan yang benar dan jelas kepada pasien dan keluarganya

tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatannya, serta kemungkinan

terjadinya insiden pada pasien.

Pendidikan bagi pasien dan keluarga. Pendidikan bagi pasien dan keluarga

adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses

asuhan ( Priyoto dan Tri Widyastuti, 2014). Menurut Simamora (2018), rumah

sakit harus mendidik pasien dan keluarganya mengenai kewajiban dan tanggung

jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria standar pendidikan bagi pasien dan keluarga menurut Permenkes RI

No.11 Tahun 2017 pasal 7 ayat (2) meliputi:

1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap, dan jujur.

Universitas Sumatera Utara


10

2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

3. Mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang tidak dimengerti oleh pasien.

4. Memahami konsekuensi dari pelayanan.

5. Mematuhi nasihat dokter dan melaksanakan tata tertib fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada.

6. Memperlihatkan sikap saling menghormati dan tenggang rasa terhadap

sesame.

7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan. Permenkes RI No.11

Tahun 2017 pasal 8 ayat (1) menyatakan bahwa keselamatan pasien dalam

kesinambungan pelayanan merupakan upaya fasilitas pelayanan kesehatan di

bidang keselamatan pasien dalam keseninambungannya pelayanan dan menjamin

koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria dari standar keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan

(Priyoto dan Tri Widyastuti, 2014) meliputi:

1. Adanya koordinasi terhadap pelayanan secara menyeluruh pada pasien.

2. Terdapat koordinasi pelayanan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan

pasiendan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada

seluruh tahap pelayanan antar unit dapat berjalan dengan baik.

3. Terdapat koordinasi pelayanan yang telah mencakup peningkatan dari

komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,

pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan , pelayanan kesehatan primer, dan

tindak lanjut lainnya.

Universitas Sumatera Utara


11

4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman, dan efektif.

Penggunaan metode peningkatan kinerja. Penggunaan metode peningkatan

kinerja merupakan suatu kegiatan berupa mendesain proses baru atau

memperbaiki proses yang telah ada, mengawasi, dan mengevaluasi kinerja melalui

pengumpulan data, menganalisis insiden, dan melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta keselamatan dari pasien itu sendiri. Kriteria dari

standar penggunaan metode peningkatan kinerja meliputi:

1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan proses perancangan

yang baik.

2. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pengumpulan data

kinerja.

3. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan evaluasi semua

kejadian dan secara proaktif melakukan evaluasi 1 proses kasus risiko tinggi

setiap tahunnya.

4. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan semua data dan

informasi hasil evaluasi dan analisis.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. Standar

dari peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien ini merupakan

kegiatan pimpinan dalam:

1. Mendorong dan menjamin pelaksanaan keselamatan pasien dalam organisasi

melauli penerapan tujuh langkah menuju keselamatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


12

2. Menjamin berlangsungnya kegiatan identifikasi risiko keselamatan pasien dan

menekan atau mengurangi insiden secara proakif.

3. Menciptakan komunikasi dan koordinasi antar individu dan unit yang

berhubungan dengan dalam mengambil keputusan tentang keselamatan

pasien.

4. Mengalokasikan sumber daya yang layak untuk mengukur, mengkaji, dan

meningkatkan kinerja dari fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan

keselamatan pasiennya.

5. Mengukur dan mengkaji daya guna konstribusi setiap unsur dalam

meningkatkan kinerja dari fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan

pasien.

Ada beberapa gaya kepemimpinan keperawatan yang biasa diterapkan

(Priyoto dan Tri Widyastuti, 2014), diantaranya:

1. Gaya autokratik yaitu pemimpin yang berfokus pada pencapaian tugas dan

tujuan.

2. Gaya demokrasi yaitu pemimpin yang berfokus pada paham pendekatan yang

berpusat pada orang dimana mengizinkan staf lebih mengontrol dan

berpastisipasi secara individual dalam pembuatan keputusan.

3. Gaya Laissez-Faire yaitu pemimpin yang melepaskan semua kendali dan

melimpahkan pengambilan keputusan ke kelompok.

Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien. Permenkes RI No.11

Tahun 2017 pasal 11 ayat (1) menyatakan pendidikan bagi staf tentang

keselamatan pasien merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan

Universitas Sumatera Utara


13

untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung

pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien. Mendidik staf tentang

keselamatan pasien merupakan aspek yang sangat penting dalam kelangsungan

rumah sakit dalam meberikan pelayanan yang berkualitas terhadap para pasien

(Priyoto dan Tri Widyastuti, 2014). Kriteria standar pendidikan staf tentang

keselamatan pasien bahwa setiap fasilitas pelayanan harus melaksanakan:

1. Memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru

mengenai keselamatan pasien.

2. Mengintregasikan keselamatan pasien dalam setiap kegiatan pelatihan dan

memberikan pedoman yang jelas tentang pelaporan dan insiden.

3. Menyelanggarakan pelatihan mengenai kerjasama tim untuk mendukung

pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam melayani pasien.

Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien. Komunikasi ini merupakan kegiatan dari fasilitas pelayanan kesehatan

dalam rangka merencanakan dan merancang proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi eksternal dan internal

yang akurat. Kemampuan berkomunikasi yang baik antara perawat dengan pasien

akan menjaga keselamatan pasien. Kriteria standar komunikasi ini memiliki:

1. Adanya anggaran dalam merencanakan dan merancang proses manajemen

untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal yang terkait dengan

keselamatan pasien.

2. Adanya mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk

merevisi manajemen informasi yang ada.

Universitas Sumatera Utara


14

Informasi yang tepat yang diberikan oleh pasien kepada perawat akan

membantu perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dengan tepat.

Sebaliknya, informasi yang benar yang diberikan perawat pada pasien akan

membuat rasa kepercayaan pasien terhadap perawat semakin tinggi (Priyoto dan

Tri Widyastuti, 2014).

Sasaran patient safety. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Permenkes RI

No. 11 Tahun 2017 pasal 5 ayat (5) sasaran keselamatan pasien dapat tercapainya

hal-hal:

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar.

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif.

3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,

pembedahan pada pasien yang benar.

5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan.

6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

Tujuh langkah menuju patient safety. Permenkes RI No.11 Tahun 2017

pasal 5 ayat (6) menyatakan untuk tercapainya keselamatan pasien ada tujuh

langkah menuju keselamatan pasien yang terdiri atas:

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.

2. Memimpin dan mendukung staf.

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.

4. Mengembangkan sistem pelaporan.

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.

Universitas Sumatera Utara


15

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Rumah Sakit

Pengertian rumah sakit. Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 pasal 1 ayat

(1) rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Fungsi rumah sakit. Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 pasal 5 rumah sakit

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhan

medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia untuk

meningkatkan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi di

bidnag kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Hak rumah sakit. Hak rumah sakit sudah diatur dalam UU RI No. 44 Tahun

2009 Pasal 30 ayat (1) yaitu:

1. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai

dengan klasifikasi rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


16

2. Menerima imbalan jasa pelayanan serta dapat menetukan remunerasi,

insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

3. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam mengembangkan pelayanan

kesehatan.

4. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

5. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian terhadap rumah sakit.

6. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan.

7. Mempromosikan pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit.

8. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit

ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.

Kewajiban rumah sakit. Kewajiban rumah sakit tertuang dalam UU RI No.

44 Tahun 2009 pasal 29 ayat (1) yaitu:

1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada

pasien dan masyarakat.

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan

efektif serta mengutamakan kepentingan dari pasien.

3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien.

4. Berperan aktif dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada bencana.

5. Menyediakan sarana pelayanan bagi masyarakat yang tidak mampu.

Universitas Sumatera Utara


17

6. Melaksanakan fungsi sosial diantaranya memberikan fasilitas pelayanan

pasien yang tidak mampu, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,

ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti

sosial bagi misi kemanusiaan.

7. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

8. Menyelenggarakan rekam medis.

9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak.

10. Melaksanakan sistem rujukan.

11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan

etika.

12. Memberikan informasi yang jelas, benar, dan jujur tentang hak dan kewajiban

pasien.

13. Menghormati dan melindungi hak pasien.

14. Melaksanakan etika rumah sakit.

15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan.

17. Membuat daftar tenaga medis.

18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit.

19. Memberikan perlindungan dan bantuan hukum bagi semua petugas rumah

sakit dalam melaksanakan tugas.

20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa

rokok.

Universitas Sumatera Utara


18

Perawat

Pengertian perawat. Undang-undang RI No. 38 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (2)

menyatakan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi

keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah

sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Menurut Harlley Cit

ANA yang dikutip oleh Iskandar (2013), mendefinisikan perawat serupakan

seeorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu, dan

melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan.

Peran perawat. Menurut Kozier Barbara yang dikutip oleh Iskandar (2013)

menyatakan peran perawat adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat

stabil. Peran perawat adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari sesorang

pada situasi tertentu. Perawat mempunyai peran sebagai berikut:

1. Pengasuh (care giver). Perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan

kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah

yang terjadi.

2. Pembela Klien (clien advocate). Perawat berperan sebagai pembela klien

berperan dalam membantu untuk mempertahankan keadaan lingkungan yang

aman bagi kliennya dan dapat mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya

kecelakaan serta melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang

berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu.

Universitas Sumatera Utara


19

3. Konseling (counselor). Perawat berperan dalam memberikan bimbingan

penyuluhan individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman

kesehatan dengan pengalaman yang lalu.

4. Pendidik (educator). Peran perawat sebagai pendidik adalah membantu klien

untuk meningkatkan kesehatannya berupa memberikan pengetahuan yang

terkait dengan keperawatan dan tindakan medik.

5. Kolaborator (collaborator). Perawat harus bekerjasama dengan tim kesehatan

yang terdiri dari tenaga kesehatan seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan

lain-lain untuk mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh

pasien.

6. Koordinator (coordinator). Perawat sebagai koordinator dapat memanfaatkan

semua sumber-sembuer dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan

klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan

maupun tumpang tindih.

7. Agen Pembaruan (change agent). Perawat sebagai pembaruan dapat

mengadakan inovasi dalam meningkatkan keterampilan klien atau keluarga

agar menjadi lebih sehat.

8. Konsultan (consultant). Perawat sebagai tempat bertanya dan sumber informasi

yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

Berdasakan hasil Lokakarya Nasional Keperawatan (1983) yang dkutip oleh

Iskandar (2013), perawat berperan sebagai berikut:

1. Pelaksana pelayanan keperawatan.

2. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


20

3. Pendidikan dalam keperawatan.

4. Peneliti dan pengembang keperawatan.

Fungsi perawat. Fungsi perawat dalam menjalankan perannya sebagai

berikut (Aziz, 2008) :

1. Fungsi Independen. Perawat merupakan fungsi mandiri yang tidak

memerlukan atau bergantung kepada orang lain, perawat melaksanakan tugas

dan mengambil keputusan tindakan secara sendiri untuk memenuhi kebutuhan

klien.

2. Fungsi Dependen. Perawat berfungsi dalam melaksanakan kegiatannya atas

pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan

tugas yang diberikan, seperti tugas yang biasa dilakukan oleh perawat spesialis

kepada perawat umum.

3. Fungsi Interdependen. Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat

saling bergantung diantara tim satu dengan tim lainnya. Fungsi ini terjadi

apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian

pelayanan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.

Menurut PK. St Corolus, 1983 yang dikutip oleh Iskandar (2013), fungsi

perawat sebagai berikut:

1. Fungsi pokok perawat yaitu membantu individu, keluarga, dan masyarakat

baik sakit maupun sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang

kesehatan, penyembuhan atau menghadapi kematian yang pada hakekatnya

dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila mereka memiliki kekuatan,

Universitas Sumatera Utara


21

kemauan, dan pengetahuan. Bantuan yang diberikan bertujuan menolong

dirinya sendiri secepat mungkin.

2. Fungsi tambahan perawat yaitu membantu individu, keluarga, dan masyarakat

dalam melaksanakan rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter.

3. Fungsi kolaboratif perawat yaitu sebagai anggota dari tim kesehatan, perawat

bekerja dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan yang

mencakup pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan dan

rehabilitasi.

Pelayanan Perawatan Rawat Inap

Pelayanan keperawatan rawat inap merupakan kegiatan dilakukan di ruang

rawat inap dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada

upaya pelayanan kesehatan utama sesuai dengan wewenang, tanggung jawab, dan

kode etik profesi keperawatan (Nursalam, 2012). Sistem pelayanan perawat rawat

inap terdiri dari :

1. Masukan yaitu perawat, pasien dan fasilitas perawatan.

2. Proses yaitu intervensi keperawatan, interaksi tenaga perawat-pasien meliputi

keramahan, sopan santun, kepeduliaan, penampilan dan sebagainya.

Kemudian fasilitas keperawatan meliputi efisiensi, kenyamanan dan

keamanan.

3. Keluaran yaitu berupa kualitas pelayanan keperawatan meliputikebutuhan

yang terpenuhi, aman nyaman, pasien puas, sesuai kaidah bio-psiko-

sosiospiritual.

Universitas Sumatera Utara


22

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Patient Safety

Menurut Nursalam yang dikutip oleh Cecep (2013), keselamatan pasien

merupakan suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan

(KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga

sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. Menurut

Vincent yang dikutip dari Cecep (2013) beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap keselamatan pasien adalah pengetahuan, sikap, beban kerja, dan

supervisi.

Pengetahuan perawat tentang patient safety. Sunaryo (2015) menyatakan

pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi lewat proses sensoris,

khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek. Ada 6 tingkatan pengetahuan

dalam aspek kognitif yaitu:

1. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu hal yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.

2. Memahami merupakan kemampuan manusia untuk menjelaskan objek yang

diketahui dengan benar.

3. Penerapan adalah kemampuan manusia untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi nyata.

4. Analisis yaitu kemampuan manusia untuk menguraikan objek kedalam

bagian-bagian yang lebih kecil dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis artinya kemampuan manusia untuk menghubungkan bagian-bagian

menjadi bentuk keseluruhan yang baru.

Universitas Sumatera Utara


23

6. Evaluasi merupakan kemampuan manusia untuk melakukan penilaian

terhadap objek tertentu.

Sunaryo (2015) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang

dipengaruhi banyak faktor yaitu :

1. Pendidikan. Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin luas

pengetahuannya.

2. Informasi. Informasi merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan hingga

menyebarkan informasi dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan

masyarakat. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

radio, surat kabar, televisi,, majalah, dan lainnya mempengaruhi terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3. Sosial dan ekonomi. Sosial dan Ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Status ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial

ekonomi ini memengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang beraada di sekitar

individu. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

5. Pengalaman. Pengalaman meurpakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran dari pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa

Universitas Sumatera Utara


24

lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan dapat

memberikan pengetahuan.

6. Usia. Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pengetahuan perawat tentang patient safety sangat penting untuk mendorong

pelaksanaan program patient safety. Perawat harus mengetahui pengertian patient

safety, unsur-unsur yang ada dalam patient safety, tujuan patient safety, upaya

patient safety serta perlindungan diri selama bekerja. Pelaksanaan patient safety

merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

Di dalam sistem tersebut meliputi penilaian risiko seperti risiko jatuh, identifikasi

dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden atau kejadian tidak diharapkan, kemampuan belajar dari insiden

dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya

risiko (Depkes RI, 2008).

Sikap perawat tentang patient safety. Menurut Notoatmodjo yang dikutip

oleh Sunaryo (2015) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Gerungan yang dikutip

Sunaryo (2015) sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaann

tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau

berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya. Sunaryo (2015) menyimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan sikap adalah kecendrungan individu untuk

Universitas Sumatera Utara


25

melakukan respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu di

lingkungan sekitarnya. Ada 4 tingkatan sikap menurut Notoatmodjo yang dikutip

oleh Sunaryo (2015) yaitu:

1. Menerima, pada tingkatan ini individu ingin dan memperhatikan rangsangan

yang diberikan.

2. Merespons, pada tingkatan ini individu dapat memberikan jawaban jika

ditanya dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai, pada tingkatan ini individu mengajak orang lain untuk

mendiskusikan suatu masalah yang dihadapi.

4. Bertanggung jawab, pada tingkatan ini individu akan bertanggung jawab

terhadap risiko yang telah dipilihnya.

Perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menunjukkan sikap yang positif

dalam mendukung pelaksanaan patient safety sehingga dapat melaksanakan

tugasnya secara aman dan nyaman. Sikap positif yang dilakukan oleh perawat

akan menunjang perawat dalam meminimalisir risiko yang akan terjadi. Sikap

perawat terhadap pelaksanaan pastient safety ini dapat berupa mencuci tangan saat

akan bersentuhan dengan pasien, pemakaian sarung tangan dan masker agar

mencegah terjadinya kontak dengan pathogen (WHO, 2007)

Beban kerja perawat terhadap patient safety. Beban kerja adalah besaran

pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan

hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan waktu. Setiap pekerja dapat bekerja

secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di

sekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja,

Universitas Sumatera Utara


26

beban kerja dan lingkungan kerja agar, sehingga diperoleh produktivitas kerja

yang optimal. (UU Kesehatan No 36 Tahun 2009).

Beban Kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan

tugas, lingkungan kerja yang dimana digunakan sebagai tempat kerja,

keterampilan, perilaku dan presepsi dari kerja itu sendiri. Beban kerja juga

diartikan sebagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya yang dilakukan untuk

melakukan pekerjaan (Tarwaka, 2004).

Tarwaka (2004) menyatakan bahwa beban kerja merupakan jumlah rata-rata

kegiatan kerja pada waktu tertentu, yang terdiri dari beban kerja fisik, beban kerja

psikologis serta waktu kerja.

1. Aspek fisik terdiri dari tugas pokok dan fungsi (tupoksi), jumlah merawat

pasien dibandingkan jumlah perawat serta tugas tambahan lainnya.

2. Aspek psikologis, berhubungan antara perawat dengan sesama perawat.

3. Aspek waktu, mencakup jumlah waktu efektif melakukan pekerjaan setiap

harinya.

Menurut Munandar (2001), beban kerja adalah suatu kondisi dari

pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan pada batas waktu

tertentu. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beban kerja

berlebihan atau terlalu sedikit kuantitatif, yang timbul sebagai akibat dari tugas-

tugas yang terlalu banyak atau sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk

diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebihan atau terlalu sedikit

kualitatif, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau

tugas tidak menggunakan ketrampilan dan atau potensi dari tenaga kerja. Ada 4

Universitas Sumatera Utara


27

jenis beban kerja, yaitu :

1. Beban Berlebih Kuantitatif. Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat

terlalu banyak melakukan kegiatan merupakan kemungkinan sumber stress

pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan

waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin

secara tepat dan tepat.

2. Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif. Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga

dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan

yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa

bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil

dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan

berkurangnya perhatian. Hal ini secara potensial membahayakan jika tenaga

kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.

3. Beban Berlebih Kualitatif. Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian

besar pekerjaan yang selama ini dikerjakan secara manual oleh manusia atau

tenaga kerja diambil alih oleh mesin-mesin atau robot, sehingga pekerjaan

manusia beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi

majemuk sehingga mengakibatkan adanya beban berlebih kualitatif.

Kemajemukan pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat

dengan mudah berkembang menjadi beban berlebih kualitatif jika

kemajemukannya memerlukan kemampuan teknikal dan intelektual yang

lebih tinggi daripada yang dimiliki.

Universitas Sumatera Utara


28

4. Beban Berlebih Sedikit Kualitatif Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan

keadaan dimana tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan

keterampilan yang diperolehnya, atau untuk mengembangkan kecakapan

potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit disebabkan kurang adanya

rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk

kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia “tidak maju-maju”, dan merasa

tidak berdaya untuk memperlihatkan keterampilannya.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap beban kerja (Tarwaka, 2004) yaitu :

1. Faktor internal, yaitu pengaruh dari tubuh sendiri terdiri dari faktor biologis

seperti umur, jenis kelamin, berat dan tinggi badan, gizi, kesehatan diri, serta

faktor psikologis, seperti persepsi, motivasi, kepercayaan, kepuasan serta

keinginan.

2. Faktor eksternal, yakni semua faktor diluar biologis pekerja/perawat, yaitu:

kegiatan di institusi tempat kerja, tugas pokok dan fungsi di kantor, serta kondisi

lingkungan kantor.

Menurut Lang dalam Carayon (2008), mengatakan bahwa beban kerja

keperawatan berat atau tinggi dapat mempengaruhi patient safety. Seperti, banyak

tugas keperawatan yang perlu dilakukan oleh sekelompok perawat selama shift

tertentu. Beban kerja keperawatan dipengaruhi juga oleh jumlah perawat, jumlah

pasien, kondisi pasien dan sistem kerja perawat.

Supervisi Kepala Ruangan tentang Patient Safety. Dikutip dari Suarli dan

Yanyan Bahtiar mengungkapkan bahwa supervisi adalah melakukan pengamatan

secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh

bawahan dan kemudian bila ditemukan suatu masalah dapat segera diberikan

Universitas Sumatera Utara


29

bantuan yang bersifat langsung untuk mengatasinya. Manfaat dari supervisi ini

adalah:

1. Meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja berhubungan

dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada bawahan,

semakin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang harmonis antara atasan

dan bawahannya.

2. Meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja berkaitan dengan

semakin berkurang kesalahan yang dilakukan oleh bawahan sehingga

pemakaian sumber daya yang sia-sia dapat dicegah.

Unsur pokok yang terdapat dalam supervisi adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan. Supervisi ditanggung jawabi oleh atasan (supervisor) yang

memiliki kelebihan dalam organisasi, tetapi keberhasilan dari supervisi

diutamakan pada kelebihan dalam hal pengetahuan dan keterampilan.

2. Sasaran. Sasaran dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh

bawahan.

3. Frekuensi. Supervisi dilakukan secara berkala, jika supervisi hanya dilakukan

sekali hal itu merupakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi atau

pekerjaan selalu berkembang. Biasanya frekuensi dalam melakukan supervisi

tergantung dari tingkat kesulitan pekerjaan yang dilakukan dan sifat

penyesuaian yang akan dilakukan.

4. Tujuan. Tujuan dari supervisi adalah memerikan bantuan kepada bawahan

secara langsung sehingga bawahan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan

baik.

Universitas Sumatera Utara


30

5. Teknik. Teknik pokok dalam supervisi mencakup 4 hal yaitu,

a. Menetapkan masalah dan prioritasnya.

b. Menetapkan penyebab masalah, prioritas dan jalan keluarnya.

c. Melaksanakan jalan keluar.

d. Menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.

Prinsip pokok dalam supervisi :

1. Tujuan utama dari supervisi adalah untuk meningkatkan kinerja dari

bawahan. Supervise dilakukan bukan semata-mata untuk mencari

kesalahan pada bawahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan secara

langsung melalui pengamatan terhadap bawahan, apabila ditemukan

masalah akan segera diberikan bantuan oleh atasannya.

2. Sifat supervisi adalah edukatif dan suportif, bukan otoriter.

3. Supervisi dilakukan secara teratur dan berkala.

4. Supervisi dilaksanakan sebaik mungkin agar terciptanya kerja sama antara

atasan dan bawahan.

5. Supervisi dilaksanakan secara fleksibel selalu sesuai perkembangan

zaman.

Landasan Teori

Pendekatan sistem dalam analisis risiko keselamtan pasien pertama kali

dikembangkan oleh Prof James Reason pada 1990 yang kemudian terus

dikembangkan dan terakhir dipublikasi pada 2001. Model tersebut

menganalogikan sistem pelayanan kesehatan dan terjadinya insiden sebagai

rangkaian potongan keju yang berlubang. Setiap potongan keju mencerminkan

Universitas Sumatera Utara


31

sistem pertahanan dalam organisasi, hanya jika lubang-lubang dalam semua

potongan keju membentuk satu garis dengan potensi insiden (hazard), maka

sebuah hazard akan menjadi insiden keselamatan pasien. Sebuah hazard akan

menimbulkan dampak dari insiden ketika berbagai lapisan dalam sistem baik

kondisi laten organisasi maupun tindakan individu yang tidak aman bersinergi dan

membentuk suatu kejadian insiden kesalamatan pasien.

Gambar 1. Model Swiss Cheese dipublikasi oleh Reason.

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen

Variabel Dependen
1.Pengetahuan Perawat

2.Sikap Perawat
6. Pelaksanaan Patient
Safety
3.Beban Kerja Perawat
7.
4.Supervisi kepala
8.
ruangan
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Universitas Sumatera Utara


32

Hipotesis Penelitian

Ho = tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat, sikap perawat, beban

kerja perawat, dan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan patient safety

pada perawat rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2019.

Ha = ada hubungan antara pengetahuan perawat, sikap perawat, beban kerja

perawat, dan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan patient safety pada

perawat rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif survei analitik dengan

pendekatan cross sectional. Hal ini dikarenakan peneliti ingin melihat hubungan

antara pengetahuan perawat, sikap perawat, beban kerja perawat, supervisi kepala

ruangan dengan pelaksanaan patient safety di ruangan rawat inap bedah, dimana

penilitian ini hanya dilakukan pada waktu yang bersamaan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang

beralamat di Jalan Prof. H.M. Yamin, SH No.47, Sei Kera Hilir II, Medan

Perjuangan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian dilakukan di

Ruang Rawat Inap Bedah.

Waktu penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 sampai

dengan bulan Desember 2019.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat bagian unit

rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi tahun 2019 yang berjumlah 32 perawat,

yaitu ruangan melati 3 terdapat 17 perawat dan ruangan kenanga 1 terdapat 15

perawat.

Sampel. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total

populasi, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Maka sampel merupakan

total jumlah perawat di ruang rawat inap bedah yang berjumlah 32 orang.

33
Universitas Sumatera Utara
34

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian. Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek

penelitian. Variabel dari penelitian terdiri dari variabel independen dan variabel

dependen.

Variabel independen. Variabel independen dari penelitian ini yaitu

pengetahuan perawat, sikap perawat, beban kerja perawat, dan supervisi kepala

ruangan.

Variabel dependen.Variabel dependen dari penelitian ini adalah pelaksanaan

patient safety.

Definisi operasional. Definisi operasional dari variabel diatas adalah :

1. Pengetahuan perawat tentang patient safety adalah segala sesuatu

yang diketahui atau dipahami oleh perawat mengenai patient

safety.

2. Sikap perawat tentang patient safety adalah kecendrungan perawat

untuk menunjukkan sikap positif dalam menanggapi suatu kondisi

atau keadaan untuk mendukung pelaksanaan patient safety

sehingga dalam melaksanakan tugasnya secara aman dan nyaman.

3. Beban kerja perawat adalah besarnya jumlah pekerjaan yang

dilakukan oleh perawat yang harus dikerjakan dalam waktu

tertentu.

4. Supervisi kepala ruangan adalah pengamatan yang dilakukan

secara langsung dan berkala oleh kepala ruangan terhadap

Universitas Sumatera Utara


35

pekerjaan yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi kerja perawat.

5. Pelaksanaan Patient Safety adalah suatu sistem yang membuat

asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman sehingga

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil oleh perawat.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner berdasarkan acuan pada Permenkes RI No. 11 Tahun

2017 tentang Keselamatan Pasien.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi berupa

jumlah data perawat, profil rumah sakit dan data pendukung lainnya.

Metode Pengukuran

1. Pengetahuan Perawat

Untuk mengetahui pengetahuan perawat diukur melalui kuisioner

yang dikembangkan berdasarkan Permenkes RI No. 11 Tahun 2017.

Kuisioner terdiri dari 6 pertanyaan, responden menjawab benar maka

diberi nilai 1 sedangkan responden yang menjawab salah akan diberi nilai

0. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan perawat dalam

pelaksanaan keselamatan pasien. Nilai maksimal dari keseluruhan skor

yaitu 6 x 1 = 6. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai

Universitas Sumatera Utara


36

variabel independen yakni pengetahuan perawat dengan pelaksanaan

keselamatan pasien dapat dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2010):

1. Pengetahuan kurang , jika responden menjawab benar ≤3 pertanyaan

atau total skor 1 – 3.

2. Pengetahuan baik , jika responden menjawab benar >3 pertanyaan atau

total skor 4 – 6.

2. Sikap Perawat

Tabel 1

Pengukuran Variabel Sikap

Bobot Nilai 1 Variabel Bobot Nilai 1 Variabel


Variabel Sikap
= 1 indikator = 10 indikator
Tidak Setuju (TS) 1 10
Setuju (S) 2 20

Untuk mengetahui sikap perawat diukur melalui kuisioner yang

dikembangkan berdasarkan Permenkes RI No. 11 Tahun 2017. Kuisioner

terdiri dari 10 pertanyaan, responden menjawab setuju maka diberi nilai 2

sedangkan responden yang menjawab tidak setuju akan diberi nilai 1.

Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat diperoleh dari

penilaian sikap responden ialah sebanyak 2x10 = 20. Berdasarkan jawaban

tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan dalam dua kategori, yaitu

sebagai berikut (Arikunto, 2010):

1. Sikap kurang baik, jika skor yang diperoleh skor 10 – 15.

2. Sikap baik, jika skor yang diperoleh skor 16 – 20.

Universitas Sumatera Utara


37

3. Beban Kerja Perawat

Tabel 2

Pengukuran Variabel Beban Kerja

Bobot Nilai 1
Bobot Nilai 1 Variabel
Variabel Beban Kerja Variabel = 1
= 12 indikator
indikator
Tidak 1 12
Ya 2 24

Pengukuran beban kerja perawat diukur melalui kuisioner yang

diadopsi dari Purba (2018). Kuisioner terdiri dari 12 pertanyaan, responden

menjawab ya maka diberi nilai 2 sedangkan responden yang menjawab tidak

akan diberi nilai 1. Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat

diperoleh dari penilaian beban kerja responden ialah sebanyak 2x12=24.

Beban kerja responden dikategorikan menjadi 2 kriteria objektif, sebagai

berikut:

1. Beban kerja ringan, bila responden memperoleh skor 12 – 18.

2. Beban kerja berat, bila responden memperoleh skor 19 – 24.

4. Supervisi Kepala Ruangan

Tabel 3

Pengukuran Variabel Supervisi Kepala Ruangan

Bobot Nilai 1
Variabel Supervisi Bobot Nilai 1 Variabel
Variabel = 1
Kepala Ruangan = 8 indikator
indikator
Tidak Pernah (TP) 1 8
Pernah (P) 2 16

Pengukuran supervisi kepala ruangan diukur melalui kuisioner yang

dikembangkan berdasarkan Permenkes RI No. 11 Tahun 2017. Kuisioner

Universitas Sumatera Utara


38

terdiri dari 8 pertanyaan, responden menjawab pernah maka diberi nilai 2

sedangkan responden yang menjawab tidak pernah akan diberi nilai 1.

Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat diperoleh dari

penilaian supervisi kepala ruangan ialah sebanyak 2x8 = 16. Berdasarkan

jawaban tersebut, supervisi kepala ruangan dikategorikan dalam dua

kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2010):

1. Supervisi kurang baik, jika reseponden memperoleh skor 8 – 12.

2. Supervisi baik, jika responden memperoleh skor 13 – 16.

5. Pelaksanaan Patient Safety

Tabel 4

Pengukuran Variabel Pelaksanaan Patient Safety

Bobot Nilai 1
Variabel Pelaksanaan Bobot Nilai 1 Variabel
Variabel = 1
Patient Safety = 14 indikator
indikator
Tidak Pernah (TP) 1 14
Pernah (P) 2 28

Pengukuran supervisi kepala ruangan diukur melalui kuisioner yang

dikembangkan berdasarkan Permenkes RI No. 11 Tahun 2017. Kuisioner

terdiri dari 14 pertanyaan, responden menjawab pernah maka diberi nilai 2

sedangkan responden yang menjawab tidak pernah akan diberi nilai 1.

Semakin tinggi skor maka semakin baik pelaksanaan keselamatan pasien di

ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi. Sehingga didapatkan jumlah nilai

maksimal yang dapat diperoleh dari penilaian ialah sebanyak 2 x 14 = 28.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka nilai variabel dependen

yakni pelaksanaan keselamatan pasien dapat dikategorikan sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara


39

(Arikunto, 2010):

1. Pelaksanaan keselamatan pasien kurang baik, jika responden

memperoleh skor 14 – 21.

2. Pelaksanaan keselamatan pasien baik, jika responden memperoleh skor

22 – 28.

Metode Analisis Data

Analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakterisitik setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2010).

Variabel penelitian meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman

mengikuti pelatihan patient safety, pengetahuan perawat, sikap perawat, beban

kerja perawat, supervisi kepala ruangan, dan pelaksanaan patient safety yang akan

disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel.

Analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini

analisi bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen

meliputi pengetahuan perawat, sikap perawat, beban kerja perawat, supervisi

kepala ruangan dengan variabel dependen yaitu pelaksanaan patient safety.

Analisis dilakukan dengan cara uji statistik Chi-square yang memiliki tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05).

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

Gambaran umum lokasi penelitian. Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan terletak di Jalan Prof. H. M. Yamin, S.H. No.47 Medan. RSUD

Dr. Pirngadi Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh pemerintahan

Kolonial Belanda dengan nama “Gementa Zieken Huis” dimana peletakan batu

pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky anak dari Walikota Medan

saat itu dan pengangkatan direktur pertamanya yaitu Dr. W. Bays. Dengan

masuknya Jepang ke Indonesia, rumah sakit diambil alih dan diganti nama

menjadi “Syuritsu Byusono Ince” dimana direktur yang dipercayakan merupakan

putra Indonesia yaitu Raden Pirngadi Gonggo Putro.

Tahun 1950 nama rumah sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit

Umum Pusat Besar, pimpinannya adalah dr. Paruhum Daulay. Tahun 1969 Rumah

Sakit Umum Pusat Medan dipimpin oleh dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM. dan

semasa kepemipinan beliau nama Rumah Sakit Umum Pusat Medan berubah

nama lagi menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi (Provincial Top Referal

Hospital). Berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150 tanggal

25 Juni 1979, Rumah Sakit Umum Pusat Umum Medan berasal dari nama seorang

putra bangsa Indonesia pertama menjadi pimpinan rumah sakit ini.

Motto, visi dan misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.

Motto. Motto pada RSUD Dr. Pirngadi Medan ialah Aegroti Salus Lex

Suprema yang artinya kepentingan penderita adalah yang utama.

Visi. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan menetapkan visi

40
Universitas Sumatera Utara
41

sebagai berikut yaitu “Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi MANTAP

(Mandiri, Tanggap, dan Profesional)” dimana artinya sebagai berikut:

1. Mandiri yaitu dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada

masyarakat.

2. Tanggap yaitu terhadap tuntutan masyarakat, perubahan pola penyakit dan

kemajuan IPTEK dibidang kesehatan.

3. Profesional yaitu dalam pelaksanaan pelayanan sesuai standar dan etika.

Misi. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan

masyarakat secara merata dan terjangkau, sesuai dengan tugas pokok,

fungsi serta peraturan yang berlaku.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan

subspesialistik yang bermutu.

3. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis agar

timbul kepercayaan dan harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi

para penderita.

4. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan,

penilaian dan pengembangan IPTEK dibidang kesehatan.

Analisis Univariat

Karakteristik responden. Beberapa karakteristik perawat berdasarkan umur,

jenis kelamin, pendidikan terakhir, pelatihan patient safety di RSUD Dr. Pirngadi

Medan tahun 2019 dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


42

Umur. Distribusi perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

berdasarkan umur perawat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Perawat di Ruang Rawat Inap


Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Umur (tahun) n %
26 – 35 1 3,1
36 – 45 18 56,3
46 – 55 9 28,1
56 – 65 4 12,5
Total 32 100

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa perawat yang memiliki

kelompok umur 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 1 orang (3,1%), kelompok umur

36 – 45 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,3%), kelompok umur 46 – 55 tahun

yaitu sebanyak 9 orang (28,1%), dan kelompok umur 56 – 65 tahun yaitu

sebanyak 4 orang (12,5%). Kelompok umur tertinggi adalah perawat dengan

kelompok umur 36 – 45 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,3%) dan terendah

adalah perawat dengan kelompok umur 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 1 orang

(3,1%).

Menurut Depkes (2009) umur dikategorikan menjadi masa balita (0 – 5

tahun), masa kanak-kanak (5 – 11 tahun), masa remaja awal (12 – 16 tahun), masa

remaja akhir (17 – 25 tahun), masa dewasa akhir (36 – 45 tahun), masa lansia

awal (46 – 55 tahun), masa lansia akhir (56 – 65 tahun), dan masa manula (65

tahun keatas). Sesuai tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perawat kebanyakan

berasal dari kategori masa dewasa akhir yaitu berumur 36 – 45 tahun.

Jenis kelamin. Distribusi perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Universitas Sumatera Utara


43

berdasarkan jenis kelamin perawat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Perawat di Ruang Rawat


Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Jenis Kelamin n %
Perempuan 28 87,5
Laki-laki 4 12,5
Total 32 100

Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa perawat yang memiliki jenis

kelamin perempuan sebanyak 28 orang (87,5%) dan perawat yang memilik jenis

kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (12,5%).

Pendidikan terakhir. Distribusi perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun

2019 berdasarkan pendidikan terakhir perawat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada Perawat di Ruang


Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Pendidikan Terakhir n %
Diploma III 27 84,4
Ners 5 15,6
Total 32 100

Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa perawat yang memiliki

pendidikan terakhir Diploma III sebanyak 27 orang (84,4%) dan perawat yang

memilik pendidikan terakhir Ners sebanyak 5 orang (15,6%).

Pelatihan patient safety. Distribusi perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2019 berdasarkan pelatihan patient safety dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


44

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan Patient Safety pada Perawat di


Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Pelatihan Patient Safety n %


Pernah 17 53,1
Tidak Pernah 15 46,9
Total 32 100

Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa perawat yang pernah

mengikuti pelatihan patient safety sebanyak 17 orang (53,1%) dan perawat yang

tidak pernah mengikuti pelatihan patient safety sebanyak 15 orang 46,9%.

Pengetahuan perawat. Distribusi responden berdasarkan indikator

pengetahuan pada perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Perawat

Jawaban
Total
Pengetahuan Benar Salah
n % n % n %
Yang dimaksud dengan keselamatan
31 96,9 1 3,1 32 100,0
pasien.
Tujuan patient safety. 17 53,1 15 46,9 32 100,0
Yang tidak termasuk sasaran
19 59,4 13 40,6 32 100,0
keselamatan pasien.
Kondisi dimana terjadinya insiden
28 87,5 4 12,5 32 100,0
tetapi belum terpapar pada pasien.
Yang tidak termasuk tujuh langkah
3 9,4 29 90,6 32 100,0
menuju keselamatan pasien.
Yang tidak termasuk standar
4 12,5 28 87,5 32 100,0
keselamatan pasien.

Pada tabel 9 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan pengetahuan perawat

tentang keselamatan pasien ditemukan sebanyak 31 orang (96,9%) perawat

menjawab benar dan 1 orang (3,1%) menjawab salah tentang yang dimaksud

Universitas Sumatera Utara


45

dengan keselamatan pasien. Sebanyak 17 orang (53,1%) menjawab benar dan 15

orang (46,9%) menajawab salah mengenai tujuan patient safety. Sebanyak 19

orang (59,4%) menjawab benar dan 13 orang (40,6%) menjawab salah tentang

sasaran keselamatan pasien. Sebanyak 28 orang (87,5%) menjawab benar dan 4

orang (12,5%) menjawab salah tentang terjadinya insiden tetapi belum terpapar

kepada pasien. Sebanyak 3 orang (9,4%) menjawab benar dan 29 orang (90,6%)

menjawab salah tentang tujuh langkah menuju keselamatan pasien. Sebanyak 4

orang (12,5%) menjawab benar dan 8 orang (87,5%) menjawab salah tentang

standar keselamatan pasien.

Distribusi perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 berdasarkan

pengetahuan pada perawat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Perawat di Ruang Rawat


Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Pengetahuan n %
Kurang 18 56,2
Baik 14 43,8
Total 32 100

Berdasarkan tabel 10 di atas menunjukkan bahwa perawat yang memiliki

pengetahuan kurang sebesar 18 orang (56,3%) dan perawat yang memiliki

pengetahuan baik sebesar 14 orang (43,7%).

Sikap perawat. Distribusi responden berdasarkan indikator sikap pada

perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 11

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap pada Perawat

Jawaban
Total
Sikap Setuju Tidak Setuju
n % n % n %
Menerapkan sistem keselamatan
32 100,0 0 0,0 32 100,0
pasien di rumah sakit.
Melakukan identifikasi pasien
27 84,4 5 15,6 32 100,0
dengan benar.
Terjadinya IKP harus dilaporkan. 21 65,5 11 34,4 32 100,0
Memperhatikan keamanan obat yang
32 100,0 0 0,0 32 100,0
harus diwaspadai.
Menggunakan metode peningkatan
16 50,0 16 50,0 32 100,0
kerja.
Komunikasi merupakan kunci untuk
32 100,0 0 0,0 32 100,0
mencapai keselamatan pasien.
Terjadi IKP harus didiskusikan. 32 100,0 0 0,0 32 100,0
Instruksi dokter harus ditulis lengkap
16 50,0 16 50,0 32 100,0
dan dibacakan ulang.
Selalu berkomunikasi dengan pasien. 16 50,0 16 50,0 32 100,0
Perlunya mengikuti pelatihan patient
32 100,0 0 0,0 32 100,0
safety.

Pada tabel 11 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan sikap perawat

tentang keselamatan pasien ditemukan sebanyak 32 orang (100,0%) perawat

menjawab setuju dan tidak ada yang menjawab tidak setuju mengenai penerapan

sistem keselamatan pasien di rumah sakit. Sebanyak 27 orang (84,4%) menjawab

setuju dan 5 orang (15,6%) menjawab tidak setuju tentang melakukan identifikasi

pada pasien dengan benar. Sebanyak 21 orang (65,5%) menjawab setuju dan 11

orang (34,4%) menjawab tidak setuju tentang terjadinya IKP harus dilaporkan.

Sebanyak 32 orang (100,0%) menjawab setuju dan tidak ada yang menjawab tidak

setuju tentang memperhatikan obat yang harus di waspadai. Sebanyak 16 orang

(50,0%) menjawab setuju dan 16 orang (50,0%) menjawab tidak setuju tentang

menggunakan metode peningkatan kerja. Sebanyak 32 orang 100,0%) menjawab

Universitas Sumatera Utara


47

setuju dan tidak ada yang menjawab tidak setuju tentang komunikasi merupakan

kunci untuk mencapai keselamatan pasien. Sebanyak 32 orang 100,0%) menjawab

setuju dan tidak ada yang menjawab tidak setuju tentang terjadi IKP harus

didiskusikan. Sebanyak 16 orang (50,0%) menjawab setuju dan 16 orang (50,0%)

menjawab tidak setuju tentang instruksi dokter harus ditulis lengkap dan

dibacakan ulang. Sebanyak 16 orang (50,0%) menjawab setuju dan 16 orang

(50,0%) menjawab tidak setuju tentang selalu berkomunikasi dengan pasien.

Sebanyak 32 orang 100,0%) menjawab setuju dan tidak ada yang menjawab tidak

setuju tentang perlunya mengikuti pelatihan patient safety.

Distribusi perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 berdasarkan

sikap pada perawat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap pada Perawat di Ruang Rawat Inap


Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Sikap n %
Kurang Baik 5 15,6
Baik 27 84,4
Total 32 100

Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan bahwa perawat yang memiliki

sikap kurang baik sebesar 5 orang (15,6%) dan perawat yang memiliki sikap baik

sebesar 27 orang (84,4%).

Beban kerja perawat. Distribusi responden berdasarkan indikator beban

kerja pada perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 dapat dilihat pada

tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 13

Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Perawat

Jawaban
Total
Beban Kerja Ya Tidak
n % N % n %
Melakukan observasi pada pasien. 17 53,1 15 46,9 32 100,0
Banyaknya pekerjaan yang harus
13 40,6 19 59,4 32 100,0
dilakukan.
Beragamnya jenis pekerjaan. 3 9,4 29 90,6 32 100,0
Kontak langsung dengan pasien
16 50,0 16 50,0 32 100,0
terus menerus.
Menyampaikan informasi kepada
27 84,4 5 15,6 32 100,0
pasien dan keluarganya.
Kurangnya tenaga perawat. 18 56,2 14 43,8 32 100,0
Menjelaskan prosedur tindakan
20 62,5 12 27,5 32 100,0
kepada pasien dan keluarga.
Mampu menghadapi pasien yang
31 96,9 1 3,1 32 100,0
banyak keluhan.
Melakukan pengurusan berkas
30 93,8 2 6,2 32 100,0
administrasi pasien.
Mendampingi dokter ketika visit ke
26 81,2 6 18,8 32 100,0
ruangan.
Melakukan operan perawat. 4 12,5 28 87,5 32 100,0
Menyiapkan pasien yang akan
26 81,2 6 18,8 32 100,0
pulang.

Pada tabel 13 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan beban kerja perawat

tentang keselamatan pasien ditemukan sebanyak 17 orang (53,1%) perawat

menjawab ya dan 15 orang (46,9%) menjawab tidak tentang melakukan observasi

pada pasien. Sebanyak 13 orang (40,6%) perawat menjawab ya dan 19 orang

(59,4%) menjawab tidak tentang banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan oleh

perawat. Sebanyak 3 orang (9,4%) perawat menjawab ya dan 29 orang (90,6%)

menjawab tidak tentang beragamnya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh perawat.

Sebanyak 16 orang (50,0%) perawat menjawab ya dan 16 orang (50,0%)

menjawab tidak tentang kontak langsung dengan pasien terus menerus. Sebanyak

Universitas Sumatera Utara


49

27 orang (84,4%) perawat menjawab ya dan 5 orang (15,6%) menjawab tidak

tentang menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarganya. Sebanyak 18

orang (56,2%) perawat menjawab ya dan 14 orang (43,8%) menjawab tidak

tentang kurangnya tenaga perawat. Sebanyak 20 orang (62,5%) perawat

menjawab ya dan 12 orang (27,5%) menjawab tidak tentang menjelaskan prosedur

tindakan kepada pasien dan keluarga. Sebanyak 31 orang (96,9%) perawat

menjawab ya dan 1 orang (31,1%) menjawab tidak tentang mampu menghadapi

pasien yang banyak keluhan. Sebanyak 30 orang (93,8%) perawat menjawab ya

dan 2 orang (6,2%) menjawab tidak tentang melakukan pengurusan berkas

administrasi pasien. Sebanyak 26 orang (81,2%) perawat menjawab ya dan 6

orang (18,8%) menjawab tidak tentang mendampingi dokter ketika visit ke

ruangan. Sebanyak 4 orang (12,5%) perawat menjawab ya dan 28 orang (87,5%)

menjawab tidak tentang melakukan operan perawat. Sebanyak 26 orang (81,2%)

perawat menjawab ya dan 6 orang (18,8%) menjawab tidak tentang menyiapkan

pasien yang akan pulang.

Distribusi perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 berdasarkan

beban kerja pada perawat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14

Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Perawat di Ruang Rawat


Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Beban Kerja n %
Ringan 17 53,1
Berat 15 46,9
Total 32 100

Berdasarkan tabel 14 di atas menunjukkan bahwa perawat yang memiliki

Universitas Sumatera Utara


50

beban kerja ringan sebesar 17 orang (53,1%) dan perawat yang memiliki beban

kerja berat sebesar 27 orang (46,9%).

Supervisi kepala ruangan. Distribusi responden berdasarkan indikator

supervisi kepala ruangan pada perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15

Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi Kepala Ruangan pada Perawat

Jawaban
Total
Supervisi Kepala Ruangan Pernah Tidak Pernah
n % n % N %
Membimbing dalam pembentukan tim
19 59,4 13 40,6 32 100,0
setiap shift kerja.
Membimbing dalam identifikasi
19 59,4 13 40,6 32 100,0
risiko.
Mengarahkan untuk melaksanakan
22 68,8 10 31,2 32 100,0
program patient safety sesuai SOP.
Bertanggung jawab mengikuti serah
6 18,8 26 81,2 32 100,0
terima pasien.
Membimbing dalam perencanaan
sebelum melakukan pendidikan 15 46,9 17 53,1 32 100,0
kesehatan pada pasien.
Mengatur dan membuat jadwal dinas
23 71,9 9 28,1 32 100,0
perawat.
Melakukan rumusan metode
7 21,9 25 78,1 32 100,0
penugasan.
Membimbing dalam menganalisis
18 56,2 14 43,8 32 100,0
kondisi pasien.

Pada tabel 15 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan supervisi kepala

ruangan pada perawat tentang keselamatan pasien ditemukan sebanyak 19 orang

(59,4%) perawat menjawab pernah dan 13 orang (40,6%) menjawab tidak pernah

tentang membimbing dalam pembentukan tim setiap shift kerja. Sebanyak 19

orang (59,4%) perawat menjawab pernah dan 13 orang (40,6%) menjawab tidak

pernah tentang membimbing dalam identifikasi risiko. Sebanyak 22 orang

Universitas Sumatera Utara


51

(68,8%) perawat menjawab pernah dan 10 orang (31,2%) menjawab tidak pernah

tentang mengarahkan untuk melaksanakan program patient safety sesuai SOP.

Sebanyak 6 orang (18,8%) perawat menjawab pernah dan 26 orang (81,2%)

menjawab tidak pernah tentang bertanggung jawab mengikuti serah terima pasien.

Sebanyak 15 orang (46,9%) perawat menjawab pernah dan 17 orang (53,1%)

menjawab tidak pernah tentang membimbing dalam perencanaan sebelum

melakukan pendidikan kesehatan pada pasien. Sebanyak 23 orang (71,9%)

perawat menjawab pernah dan 9 orang (28,1%) menjawab tidak pernah tentang

mengatur dan membuat jadwal dinas perawat. Sebanyak 7 orang (21,9%) perawat

menjawab pernah dan 25 orang (78,1%) menjawab tidak pernah tentang

melakukan rumusan metode penugasan. Sebanyak 18 orang (56,2%) perawat

menjawab pernah dan 14 orang (43,8%) menjawab tidak pernah tentang

membimbing dalam menganalisis kondisi pasien.

Distribusi perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 berdasarkan

Supervisi Kepala Ruangan pada perawat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16

Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi Kepala Ruangan pada Perawat di


Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019
Supervisi Kepala Ruangan n %
Kurang Baik 25 78,1
Baik 7 21,9
Total 32 100

Berdasarkan tabel 16 di atas menunjukkan bahwa supervisi kepala ruangan

kurang baik sebesar 25 orang (78,1%) dan supervisi kepala ruangan baik sebesar 7

orang (21,9%).

Universitas Sumatera Utara


52

Pelaksanaan patient safety. Distribusi responden berdasarkan indikator

pelaksanaan patient safety pada perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun

2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17

Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Patient Safety pada Perawat

Jawaban
Total
Pelaksanaan Patient Safety Pernah Tidak Pernah
n % n % n %
Pemasangan gelang pada pasien. 32 100,0 0 0,0 32 100,0
Menanyakan identitas pasien
21 65,6 11 34,4 32 100,0
sebelum memulai prosedur.
Perintah lisan dituliskan secara
18 56,2 14 43,8 32 100,0
lengkap oleh perawat.
Perintah melalui telepon dituliskan
32 100,0 0 0,0 32 100,0
secara lengkap oleh perawat.
Perintah lisan atau melalui telepon
4 12,5 28 87,5 32 100,0
dibacakan kembali oleh perawat.
Perintah atau hasil pemeriksaan
dikonfirmasi oleh perawat yang 6 18,8 26 81,2 32 100,0
memberi perintah.
Mengidentifikasi label obat-obat
29 90,6 3 9,4 32 100,0
yang perlu diwaspadai.
Menyimpan obat yang diwaspadai di
19 59,4 13 40,6 32 100,0
area yang dibatasi ketat.
Menerapkan program hand hygiene. 9 28,1 23 71,9 32 100,0
Menerapkan proses asesmen awal
10 31,2 22 68,8 32 100,0
risiko pasien jatuh.
Menerapkan langkah-langkah
15 45,9 17 53,1 32 100,0
mengurangi risiko pasien jatuh.
Menggunakan gelang identifikasi
5 15,6 27 84,4 32 100,0
risiko jatuh.
Memastikan ulang pasien dengan
27 84,4 5 15,6 32 100,0
benar.
Menerapkan proses asesmen awal
10 31,2 22 68,8 32 100,0
risiko pasien jatuh.
Memastikan lokasi operasi dengan
12 37,5 20 62,5 32 100,0
benar.

Pada tabel 17 menunjukkan hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan patient

safety pada perawat ditemukan sebanyak 32 orang (100,0%) perawat menjawab

Universitas Sumatera Utara


53

pernah dan tidak ada yang menjawab tidak pernah tentang melakukan

pemasangan gelang pada pasien. Sebanyak 21 orang (65,6%) perawat menjawab

pernah dan 11 orang (34,4%) menjawab tidak pernah tentang menanyakan

identitas pasien sebelum memulai prosedur. Sebanyak 18 orang (56,2%) perawat

menjawab pernah dan 14 orang (43,8%) menjawab tidak pernah tentang perintah

lisan dituliskan secara lengkap oleh perawat. Sebanyak 32 orang (100,0%)

perawat menjawab pernah dan tidak ada yang menjawab tidak pernah tentang

perintah melalui telepon dituliskan secara lengkap oleh perawat. Sebanyak 4

orang (12,5%) perawat menjawab pernah dan 28 orang (87,5%) menjawab tidak

pernah tentang perintah lisan atau melalui telepon dibacakan kembali oleh

perawat. Sebanyak 6 orang (18,8%) perawat menjawab pernah dan 26 orang

(81,2%) menjawab tidak pernah tentang perintah atau hasil pemeriksaan

dikonfirmasi oleh perawat yang memberi perintah. Sebanyak 29 orang (90,6%)

perawat menjawab pernah dan 3 orang (9,4%) menjawab tidak pernah tentang

mengidentifikasi label obat-obat yang perlu diwaspadai. Sebanyak 19 orang

(59,4%) perawat menjawab pernah dan 13 orang (40,6%) menjawab tidak pernah

tentang menyimpan obat yang diwaspadai di area yang dibatasi ketat. Sebanyak 9

orang (28,1%) perawat menjawab pernah dan 23 orang (71,9%) menjawab tidak

pernah tentang menerapkan program hand hygiene. Sebanyak 10 orang (31,2%)

perawat menjawab pernah dan 22 orang (68,8%) menjawab tidak pernah tentang

menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh. Sebanyak 15 orang (45,9%)

perawat menjawab pernah dan 17 orang (53,1%) menjawab tidak pernah tentang

menerapkan langkah-langkah mengurangi risiko pasien jatuh. Sebanyak 5 orang

Universitas Sumatera Utara


54

(15,6%) perawat menjawab pernah dan 27 orang (84,4%) menjawab tidak pernah

tentang menggunakan gelang identifikasi risiko jatuh. Sebanyak 27 orang (84,4%)

perawat menjawab pernah dan 5 orang (15,6%) menjawab tidak pernah tentang

memastikan ulang pasien dengan benar. Sebanyak 12 orang (37,5%) perawat

menjawab pernah dan 20 orang (62,5%) menjawab tidak pernah tentang

memastikan lokasi operasi dengan benar.

Distribusi pelaksanaan patient safety pada perawat di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18

Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Patient Safety pada Perawat di


Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019
Pelaksanaan Patient Safety n %
Kurang Baik 23 71,9
Baik 9 28,1
Total 32 100

Berdasarkan tabel 18 di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan patient safety

pada perawat kurang baik sebesar 23 orang (71,9%) dan pelaksanaan patient

safety pada perawat baik sebesar 9 orang (28,1%).

Analisis Bivariat

Hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan patient safety.

Data yang menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Universitas Sumatera Utara


55

Tabel 19

Hasil Uji Statistik Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Patient


Safety di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Pelaksanaan Patient Safety


Total
Pengetahuan Kurang Baik Baik p value
n % n % n %
Kurang 16 88,9 2 11,1 18 100,0
Baik 7 50,0 7 50,0 14 100,0 0,02
Total 23 71,9 9 28,1 32 100,0

Berdasarkan tabel 19 di atas menunjukkan hasil analisis hubungan antara

pengetahuan perawat dengan pelaksanaan patient safety diperoleh bahwa dari 18

perawat yang mempunyai pengetahuan kurang, ada sebesar 16 orang (88,9%)

melaksanakan patient safety dengan kurang baik, dan sebesar 2 orang (11,1%)

melaksanakan patient safety dengan baik. Sedangkan dari 14 perawat yang

memiliki pengetahuan baik, ada sebesar 7 orang (50,0%) yang melaksanakan

patient safety dengan kurang baik dan sebesar 7 orang (50,0%) melaksanakan

patient safety dengan baik. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

(χ²) diperoleh nilai p = 0,02 dimana nilai p lebih kecil dari α = 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan patient safety pada perawat ruang rawat inap bedah di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2019.

Hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan patient safety. Data yang

menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


56

Tabel 20

Hasil Uji Statistik Hubungan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Patient Safety
di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Pelaksanaan Patient Safety


Total
Sikap Kurang Baik Baik p value
n % n % n %
Kurang Baik 3 60,0 2 40,0 5 100,0
Baik 20 74,1 7 25,9 27 100,0 0,60
Total 23 71,9 9 28,1 32 100,0

Berdasarkan tabel 20 di atas menunjukkan hasil analisis hubungan antara

sikap perawat dengan pelaksanaan patient safety diperoleh bahwa dari 5 perawat

yang mempunyai sikap kurang baik, ada sebesar 3 orang (60,0%) melaksanakan

patient safety dengan kurang baik, dan sebesar 2 orang (40,0%) melaksanakan

patient safety dengan baik. Sedangkan dari 27 perawat yang memiliki sikap baik,

ada sebesar 20 orang (74,1%) yang melaksanakan patient safety dengan kurang

baik dan sebesar 7 orang (25,9%) melaksanakan patient safety dengan baik. Hasil

uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square (χ²) diperoleh nilai p = 0,60

dimana nilai p lebih besar dari α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara sikap perawat dengan pelaksanaan patient safety pada perawat

ruang rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019.

Hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan patient safety. Data

yang menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 21

Hasil Uji Statistik Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan Patient
Safety di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Pelaksanaan Patient Safety


Total
Beban Kerja Kurang Baik Baik p value
n % n % n %
Ringan 10 58,8 7 41,2 17 100,0
Berat 13 86,7 2 13,3 15 100,0 0,12
Total 23 71,9 9 28,1 32 100,0

Berdasarkan tabel 21 di atas menunjukkan hasil analisis hubungan antara

beban kerja perawat dengan pelaksanaan patient safety diperoleh bahwa dari 17

perawat yang mempunyai beban kerja ringan, ada sebesar 10 orang (58,8%)

melaksanakan patient safety dengan kurang baik, dan sebesar 7 orang (41,2%)

melaksanakan patient safety dengan baik. Sedangkan dari 15 perawat yang

memiliki beban kerja berat, ada sebesar 13 orang (86,7%) yang melaksanakan

patient safety dengan kurang baik dan sebesar 2 orang (13,3%) melaksanakan

patient safety dengan baik. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

(χ²) diperoleh nilai p = 0,12 dimana nilai p lebih besar dari α = 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja perawat dengan

pelaksanaan patient safety pada perawat ruang rawat inap bedah di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2019.

Hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan patient safety.

Data yang menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 22

Hasil Uji Statistik Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan


Patient Safety di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2019

Supervisi Pelaksanaan Patient Safety


Total
Kepala Kurang Baik Baik p value
Ruangan n % n % n %
Kurang Baik 17 68,0 8 32,0 25 100,0
Baik 6 85,7 1 14,3 7 100,0 0,64
Total 23 71,9 9 28,1 32 100,0

Berdasarkan tabel 22 di atas menunjukkan hasil analisis hubungan antara

supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan patient safety diperoleh bahwa dari

25 perawat yang disupervisi oleh kepala ruangan, ada sebesar 17 orang (68,0%)

melaksanakan patient safety dengan kurang baik, dan sebesar 8 orang (32,0%)

melaksanakan patient safety dengan baik. Sedangkan dari 7 perawat yang

disupervisi oleh kepala ruangan, ada sebesar 6 orang (85,7%) yang melaksanakan

patient safety dengan kurang baik dan sebesar 1 orang (14,3%) melaksanakan

patient safety dengan baik. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

(χ²) diperoleh nilai p = 0,64 dimana nilai p lebih besar dari α = 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan

pelaksanaan patient safety pada perawat ruang rawat inap bedah di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Pelaksanaan Patient Safety

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan perawat menunjukkan hasil bahwa

perawat yang melaksanakan patient safety dengan kurang baik sebanyak 23 orang

(71,9%) dan perawat yang melaksanakan patient safety dengan baik sebanyak 9

orang (28,1%).

Patient safety merupakan variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas

pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Patient

safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang

tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayan kesehatan.

(Nursalam, 2011).

Kurang baiknya pelaksanaan patient safety pada perawat rawat inap bedah ini

disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan perawat yang memiliki

pendidikan terakhir Diploma III sebanyak 27 orang (84,4%) dan Ners hanya

sebanyak 5 orang (15,6%). Hal ini diikuti dengan perawat yang masih belum

mengikuti pelatihan patient safety sebanyak 15 orang (46,9%) dan yang perawat

yang pernah mengikuti pelatihan patient safety sebanyak 17 orang (53,1%). Hal

ini menyebabkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh perawat sehingga

dalam pelaksanaan keselamatan pasien belum terlaksana dengan baik. Faktor

lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan patient safety adalah supervisi yang

dilakukan oleh kepala ruangan. Berdasarkan hasil penelitian kepala ruangan tidak

melaksanakan pengawasan sebagaimana mestinya hal ini didukung dari

pernyataan perawat bahwa kepala ruangan tidak melaksanakan serah terima

59
Universitas Sumatera Utara
60

pasien setiap harinya yang seharusnya sudah menjadi tanggung jawab dari kepala

ruangan.

Salah satu standar dari keselamatan pasien adalah peran kepemimpinan dalam

meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mendorong dan menjamin

implementasi program keselamatan pasien. (Simamora, 2018)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Retnaningsih (2016) yang

menyatakan bahwa hasil dari implementasi patient safety adalah kurang baik

sebanyak 94 orang (60,6%) di RSUD Tugurejo Semarang. Hasi penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian oleh Rivai (2016) yang menyatakan hasil dari

implementasi keselamatan pasien baik sebesar 75 orang (54,7%) dan

implementasi keselamatan pasien kurang sebesar 62 orang (45,3%) di RSUD

Ajjapannge Soppeng.

Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Patient Safety pada


Perawat Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan patient safety menunjukkan hasil bahwa dari 18 perawat yang

mempunyai pengetahuan kurang, ada sebesar 16 orang (88,9%) melaksanakan

patient safety dengan kurang baik, dan sebesar 2 orang (11,1%) melaksanakan

patient safety dengan baik. Sedangkan dari 14 perawat yang memiliki

pengetahuan baik, ada sebesar 7 orang (50,0%) yang melaksanakan patient safety

dengan kurang baik dan sebesar 7 orang (50,0%) melaksanakan patient safety

dengan baik. Hasil analisis statistik yang dilakukan terhadap kedua variabel

tersebut memperoleh adanya hubungan antara pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan patient safety dengan nilai p =0,02 artinya pengetahuan merupakan

Universitas Sumatera Utara


61

faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari patient safety pada perawat ruang

rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019.

Perawat yang memiliki pengetahuan kurang dengan pelaksanaan patient

safety kurang baik disebabkan oleh banyaknya perawat yang berpendidikan

Diploma III dan banyaknya perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan

patient safety. Adapun perawat yang memiliki pengetahuan baik dengan

pelaksanaan patient safety baik disebabkan perawat yang memiliki pendidikan

Ners, mempunyai pengalaman dalam mengikuti pelatihan patient safety dan usia

perawat yang sudah termasuk perawat senior. Sementara itu perawat yang

memiliki pengetahuan kurang dengan pelaksanaan patient safety baik disebabkan

oleh perawat yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap

keselamatan pasien. Hal ini didukung dari pernyataan perawat bahwa keselamatan

pasien adalah yang paling utama dalam melaksanakan pekerjaannya. Adapun

perawat yang memiliki pengetahuan baik dengan pelaksanaan patient safety baik

disebabkan karena pengetahuan baik dan perawat sadar akan perannya sangat

penting dalam pelayanan keselamatan pasien, hal ini menjadikan perawat

mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh terhadap pasien.

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara pendidikan,

pengalaman, dan usia. Semakin tinggi pendidikan sesorang maka maka semakin

luas tingkat pengetahuannya. Begitu juga dengan pengalaman bahwa dengan

belajar dalam bekerja maka semakin berkembang pengetahuan yang dimiliki

oleh seseorang. Pengalaman perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam melaksankan pelayanan keselamatan pasien .pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


62

bisa didapati dari pelatihan patient safety yang pernah diikuti oleh perawat.

(Sunaryo, 2015)

Pada penelitian ini terdapat perawat dengan latar belakang pendidikan

Diploma III sebanyak 27 perawat (84,4%) dan Ners sebanyak 5 perawat (15,6%).

Perawat yang masih belum mengikuti pelatihan patient safety sebanyak 15 orang

(46,9%) dan yang perawat yang pernah mengikuti pelatihan patient safety

sebanyak 17 orang (53,1%).

Keselamatan pasien merupakan sistem asuhan yang membuat asuhan pasien

menjadi lebih aman dengan meminimalkan terjadinya risiko dan mencegah

timbulnya cedera pada pasien. Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien

merupakan suatu hal yang berpengaruh terhadap terjadinya risiko yang akan

menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD). Menurut teori Wood juga

menyatakan bahwa pengetahuan salah satu yang berfungsi sebagai pelindung atau

pencegah dari kesalahan dalam pelayanan keselamatan pasien. (Triwibowo,

2013)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bawelle (2013) yang

menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan

keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna dengan

nilai p = 0,014. Penelitian lainnya yang sejalan penelitian Sukesi (2015) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan patient safety dengan nilai p = 0,000.

Universitas Sumatera Utara


63

Hubungan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Patient Safety pada Perawat


Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap perawat dengan pelaksanaan

patient safety menunjukkan hasil bahwa dari 5 perawat yang mempunyai sikap

kurang baik, ada sebesar 3 orang (60,0%) melaksanakan patient safety dengan

kurang baik, dan sebesar 2 orang (40,0%) melaksanakan patient safety dengan

baik. Sedangkan dari 27 perawat yang memiliki sikap baik, ada sebesar 20 orang

(74,1%) yang melaksanakan patient safety dengan kurang baik dan sebesar 7

orang (25,9%) melaksanakan patient safety dengan baik. Hasil analisis statistik

yang dilakukan terhadap kedua variabel tersebut memperoleh tidak ada hubungan

antara sikap perawat dengan pelaksanaan patient safety dengan nilai p = 0,60

artinya sikap perawat belum dapat dikatakan sebagai faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan dari patient safety pada perawat ruang rawat inap bedah di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2019.

Perawat yang memiliki sikap kurang baik dengan pelaksanaan patient safety

kurang baik disebabkan oleh kurangnya kepatuhan dan rasa tanggung jawab yang

dimiliki oleh perawat itu sendiri. Adapun perawat yang memiliki sikap baik

dengan pelaksanaan patient safety kurang baik disebabkan oleh tidak optimalnya

kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dalam bekerja..

Sementara perawat yang memiliki sikap kurang baik dengan pelaksanaan patient

safety kurang baik disebabkan oleh pengetahuan perawat mengenai patient safety

baik sehingga perawat mampu dalam melaksanakan keselamatan pasien dengan

baik. Perawat yang memiliki sikap baik dengan pelaksanaan patient safety baik

disebabkan motivasi serta tanggung jawab yang tinggi dari perawat itu sendiri

Universitas Sumatera Utara


64

sehingga pelaksanaan patient safety mampu dilakukan secara optimal.

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukkan sikap

professional kepada seluruh pasien yang dirawatnya. Sikap profesional yang

dimiliki oleh seorang perawat dalam merawat pasien agar dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang akan berdampak pada pelayanan keselamatan pasien.

Sikap sangat berdampak terhadap kinerja individu. Sikap yang negatif akan

menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam bertindak. (Sunaryo, 2015)

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Mawansyah (2017)

yang menyatakan bahwa ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan Patient

Safety di Rumah Sakit Santa Anna Kendari dengan nilai p = 0,004.

Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan Patient Safety pada


Perawat Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian tentang beban kerja perawat dengan pelaksanaan

patient safety diperoleh bahwa dari 17 perawat yang mempunyai beban kerja

ringan, ada sebesar 10 orang (58,8%) melaksanakan patient safety dengan kurang

baik, dan sebesar 7 orang (41,2%) melaksanakan patient safety dengan baik.

Sedangkan dari 15 perawat yang memiliki beban kerja berat, ada sebesar 13 orang

(86,7%) yang melaksanakan patient safety dengan kurang baik dan sebesar 2

orang (13,3%) melaksanakan patient safety dengan baik. Hasil analisis statistik

yang dilakukan terhadap kedua variabel tersebut memperoleh tidak ada hubungan

antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan patient safety dengan nilai

p = 0,12 artinya beban kerja perawat belum dapat dikatakan sebagai faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan dari patient safety pada perawat ruang rawat inap

bedah di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara


65

Hasil penelitian menyatakan bahwa perawat yang memiliki beban kerja

ringan dengan pelaksanaan patient safety kurang baik disebabkan oleh perawat

kurangnya tanggung jawab dari individu perawat itu sendiri. Perawat dengan yang

memiliki beban kerja berat dengan pelaksanaan patient safety kurang baik

disebabkan karena perbedaan shift kerja dan tuntutan tugas. Perawat yang bekerja

shift malam biasanya memiliki tuntutan tugas yang lebih berat dibanding perawat

yang bekerja pada shift pagi dan siang. Hal ini dikarenakan perawat harus

menjaga pasien pada malam hari dan biasanya daya tahan tubuh perawat juga

berbeda dengan shift lainnya sehingga perawat lebih mudah kelelahan. Sementara

perawat yang memiliki beban kerja ringan dengan pelaksanaan patient safety baik

disebabkan oleh kemampuan dan keterampilan yang baik dimiliki oleh perawat

dalam pelaksanaan patient safety. Perawat dengan beban kerja berat dengan

pelaksanaan patient safety baik disebabkan oleh motivasi kerja yang tinggi dan

kemampuan yang baik dalam bekerja pada perawat.

Beban kerja dipengaruhi oleh aspek fisik yaitu tuntutan tugas pokok dan

tugas tambahan, aspek psikologis yaitu hubungan antar sesama perawat dan

aspek waktu yaitu waktu yang efektif dalam mengerjakan tuntutan tugas. Faktor

lainnya yang mempengaruhi beban kerja adalah faktor internal yang berasal dari

dalam diri individu sendiri seperti umur, jrnis kelamin, persepsi, dan keinginan.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti kegiatan,

tugas pokok, dan lingkungan. (Tarwaka, 2004)

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Retnaningsih (2016) yang

menyatakan adanya hubungan antara beban kerja perawat dengan implementasi

Universitas Sumatera Utara


66

patient safety diruang rawat inap RSUD Tugurejo Semarang dengan

nilai p = 0,0009. Penelitian lainnya yang tidak sejalan penelitian Prawitasari

(2009) yang menyatakan terdapat hubungan bermakna antara beban kerja perawat

pelaksana dengan keselamatan pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta dengan

nilai p = 0,000.

Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Patient Safety


pada Perawat Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian tentang supervisi kepala ruangan dengan

pelaksanaan patient safety menunjukkan hasil analisis hubungan antara supervisi

kepala ruangan dengan pelaksanaan patient safety diperoleh bahwa dari 25

perawat yang disupervisi oleh kepala ruangan, ada sebesar 17 orang (68,0%)

melaksanakan patient safety dengan kurang baik, dan sebesar 8 orang (32,0%)

melaksanakan patient safety dengan baik. Sedangkan dari 7 perawat yang

disupervisi oleh kepala ruangan, ada sebesar 6 orang (85,7%) yang melaksanakan

patient safety dengan kurang baik dan sebesar 1 orang (14,3%) melaksanakan

patient safety dengan baik. Hasil analisis statistik yang dilakukan terhadap kedua

variabel tersebut memperoleh tidak ada hubungan antara supervisi kepala ruangan

dengan pelaksanaan patient safety dengan nilai p =0,64 artinya supervisi kepala

ruangan belum dapat dikatakan sebagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

dari patient safety pada perawat ruang rawat inap bedah di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2019.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi kepala ruangan kurang baik

dengan pelaksanaan patient safety kurang baik disebabkan oleh tidak

maksimalnya pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruangan. Faktor lain yang

Universitas Sumatera Utara


67

menyebabkan adalah kurangnya rasa perhatian kepala ruangan terhadap perawat

pelaksana hal ini didukung dari pernyataan perawat bahwa tidak ada reward atau

penghargaan yang diberikan. Hal ini menyebabkan perawat pelaksana tidak

efektif dan efisien dalam melaksanakan tugasnya dalam pelaksanaan patient

safety. Adapun supervisi kepala ruangan baik dengan pelaksanaan patient safety

kurang baik terjadi karena kurangnya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki

dari individu perawat itu sendiri sehingga perawat belum optimal dalam bekerja.

Sementara supervisi kepala ruangan kurang baik dengan pelaksanaan patient

safety baik juga disebabkan oleh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

individu perawat itu sendiri sudah baik sehingga pemahaman perawat terhadap

pelaksanaan patient safety juga baik. Adapun supervisi kepala ruangan baik

dengan pelaksanaan patient safety baik disebabkan oleh perawat yang memiliki

tanggung jawab dan kemampuan yang baik sehingga perawat dapat bekerja

dengan efektif.

Supervisi merupakan pengamatan dan pengawasan yang dilakukan oleh

pimpinan untuk menjamin implementasi dari keselamatan pasien. Supervisi

dilakukan agar bawahan menjadi lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan

tugas keperawatannya. Peran dari kepemimpinan sangat diperlukan dalam

meningkatkan keselamatan pasien guna terciptanya tujuan dari pelayanan

keselamatan pasien. Kepemimpinan merupakan salah satu standar dari

keselamatan pasien. (Simamora, 2015)

Supervisi kepala ruangan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tidak berjalan dengan

sebagaimana semestinya. Supervisi kepala ruangan khususnya di ruangan rawat

Universitas Sumatera Utara


68

inap bedah tidak dilakukan secara berkala oleh kepala ruangan sehingga

pengawasan yang dilakukan dari atasan terhadap perawat pelaksana tidak optimal

akibatnya perawat pelaksana tidak melaksanakan tugas-tugasanya secara efektif

dan efisien. Seperti saat serah terima pasien antar shift perawat, kepala ruangan

sering tidak mendampingi perawat pelaksana sehingga perawat pelaksana hanya

membaca laporan rawatan yang ada tanpa adanya tatap muka antar perawat.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rivai (2015) yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara supervisi dengan implementasi keselamatan pasien

pada perawat pelaksana di RSUD Ajjapannge Soppeng dengan nilai p = 0,000.

Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti dalam mengambil dokumentasi terbatas, dikarenakan kebijakan

rumah sakit yang tidak memungkinkan hal tersebut. Untuk mengatasi hal

tersebut, peneliti meminta izin hanya melampirkan beberapa pilihan

dokumentasi dari penilitian ini.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Pelaksanaan Patient Safety pada Perawat Rawat Inap di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan patient

safety pada dengan nilai p = 0,02.

2. Tidak terdapat hubungan antara sikap perawat dengan pelaksanaan patient

safety dengan nilai p = 0,60.

3. Tidak terdapat hubungan antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan

patient safety dengan nilai p = 0,12.

4. Tidak terdapat hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan

patient safety dengan nilai p = 0,64.

Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini

sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi perawat sebagai tenaga kesehatan untuk lebih mengikuti

pelatihan patient safety guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

keterampilan dalam melaksanakan pelayan kesehatan terkait keselamatan

pasien.

2. Diharapkan bagi pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat lebih meningkatkan

pelayanan keperawatan yang berkaitan dengan keselamatan pasien (patient

safety).

69
Universitas Sumatera Utara
70

3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan patient safety

yang belum diteliti pada penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Arikunto. (2010). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bawelle, S.C., Sinolungan, J.S.V., & Hamel, R. (2013). Hubungan pengetahuan


dan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety)
di ruang rawat inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Jurnal Keperawatan,1
(1), 1-7. Diakses dari https:// ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/jkp/article/view/2237/1794.

Cahyono, J.B.S. (2012). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek


kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.

Ginting, D.S. (2014). Hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan


penerapan standar joint comission international tentang keselamatan
pasien di instalasi gawat darurat RSUP H. Adam Malik Medan. (Tesis,
Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http:// repository.usu.ac.id/
handle/123456789/40684.

Hia, W.F. (2018). Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan


pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap bedah
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2018. (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara. Diakses dari http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11239.

Hidayat, A.A.A. (2008). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Iskandar. (2013). Keperawatan profesional. Jakarta: In Media.

Kementerian Kesehatan RI. (2008). Pedoman nasional keselamatan pasien rumah


sakit. Diakses dari https:// kupdf.net/download/ panduan-nasional-
keselamatan- pasien -depkes-2008 pdf_5a45e21ae2b6f56207d8d067_pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman nasional keselamatan pasien rumah


sakit. Diakses dari http://www.rsmatasmec.com/wp-content uploads/ sites/
2/ 2019 /04/ PEDOMAN- NASIONAL-KESELAMATAN-PASIEN- RS-EDISI
–III -2015. pdf

Mawansyah, L.M.T., Asfian, P., & Saptaputra, S.K. (2017). Hubungan


pengetahuan sikap dan motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan patient
safety di Rumah Sakit Santa Anna Kendari. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2 (6), 1-8. Diakses dari https:// www.neliti.com/ publications/1 98260/
hubungan- pengetahuan- sikap- dan- motivasi- kerja- perawat- dengan-
pelaksanaan-patient.

71
Universitas Sumatera Utara
72

Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press.

Ngalngola, E. (2012). Gambaran pengetahuan dan motivasi perawat terhadap


penerapan program patient safety di instalasi rawat inap RSUD Daya
Makassar tahun 2012. (Skripsi, Universitas Hasanuddin). Diakses dari
http://digilib.unhas.ac.id/.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Nurmalia & Nivalinda. (2015). Fungsi manajemen keperawatan dalam aplikasi


mentoring budaya keselamatan pasien. Jurnal Keperawatan, 1 (3), 1-6.
Diakses dari https:// ejournal2.undip.ac.id/ index.php/mmm/ article/view/
2614.

Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pambudi, Y.D.W., Sustriningsih, A., & Yasin, D.D.F. (2018). Faktor-faktor yang
mempengaruhi perawat dalam penerapan 6 SKP (sasaran keselamatan
pasien) pada akreditasi JCI (join commission international) di ruang rawat
inap Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Jurnal Keperawatan. 3 (1), 735-
745. Diakses dari https:// publikasi.unitri.ac.id/
index.php/fikes/article/download/844/657.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang


Keperawatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang


Keselamatan Pasien.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tahun


Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

Prawitasari, S. (2009). Hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan


keselamatan pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta. (Tesis Universitas
Indonesia). Diakses dari https:// // www.scribd.com/ doc/308036776/
Hubungan -Beban-Kerja- Perawat-Pelaksana- Dengan-Keselamatan-Pasien-
Di- Rumah- Sakit- Husada- Jakarta+ &cd =4&hl =en&ct= clnk&gl=id.

Universitas Sumatera Utara


73

Priyoto & Widyastuti, T. (2014). Kebutuhan dasar keselamatan pasien.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Retnaningsih, D., & Fatmawati, D. (2016). Beban kerja perawat terhadap


implementasi patient safety di ruang rawat inap. Jurnal Keperawatan
Soedirman. 11 (1), 44-52. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/324060611_Beban_Kerja_Perawat
_terhadap_Implementasi_Patient_safety_di_Ruang_Rawat_Inap.

Rivai, F., Indahwaty S., dan Ita K. (2016). Faktor yang berhubungan dengan
implementasi keselamatan pasien di RSUD Ajjappannge Soppeng tahun
2015. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 5 (4), 153-156. Diakses dari
https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/30527.

Simamora, R.H. (2018). Buku ajar keselamatan pasien melalui timbang terima
pasien berbasis komunikasi efektif: sbar. Medan: USU Press.

Suarli, S. dan Yanyan B. (2009). Manjemen keperawatan dengan pendekatan


praktis. Jakarta: Erlangga.

Sukesi, I., Soeharto, S., & Ahsan. (2015). Analisis faktor yang berhubungan
dengan kinerja perawat melaksanakan keselamatan pasien. Jurnal
Keperawatan. 6 (1), 34-42. Diakses dari https:// media. neliti.com/ media/
publications/ 138567- ID- none. pdf + &cd=1&hl =en& ct= clnk & gl = id.

Sunaryo. (2015). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Syatriawati. (2018). Hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat


pelaksana di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. (Tesis,
Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http://repositori.usu.ac.id/handle/
123456789/12306.

Tarwaka, Solichul, dan Lilik S. (2004). Ergonomi untuk keselamatan dan


kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.

Triwibowo, C. (2013). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit.


Jakarta: Trans Info Media.

Wardhani, V. (2017). Manajemen keselamatan pasien. Malang: UB Press.

WHO. (2011). Collaborating centre for patient safety solutions. Diakses dari
http://www.who.int.

Universitas Sumatera Utara


74

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN


PATIENT SAFETY PADA PERAWAT RAWAT INAP
DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2019

Kepada Yth. Responden

Saya, Tiara Sukma Helmi adalah mahasiswa peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang sedang melakukan penelitian untuk tugas skripsi dengan judul

“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Patient Safety pada

Perawat Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2019”.

Sehubungan dengan penelitian tersebut, saya memohon kepada

Bapa/Ibu/Saudara untuk membantu dengan mengisi kuesioner ini dengan

sebenarnya tanpa ada rasa takut karena tidak ada penilaian benar atau salah dalam

jawaban Bapak/Ibu/Saudara. Keterangan yang Bapak/Ibu/Saudara berikan akan

kami jamin kerahasiaanya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan

penelitian semata.

Atas kerjasama Bapak/Ibu/Saudara berikan saya mengucapkan terima kasih.

Universitas Sumatera Utara


75

A. IDENTITAS RESPONDEN

Petunjuk Pengisian:
1. Baca dan pahami baik-baik setiap pertanyaan.
2. Isilah jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Saudara
dengan memberikan tanda (√ ) pada lembar kuesioner pilihan.

Nama

Usia Tahun

Jenis Kelamin □ Perempuan □ Laki-laki


□ Diploma III
□ S1 Ilmu Keperawatan
Pendidikan Terakhir □ Ners (S1 profesi)
□ Master (S2)
□ Lain-lain, sebutkan ____________
Pelatihan Patient Safety □ Pernah □ Tidak Pernah

B. PENGETAHUAN

Berikanlah tanda ( X ) pada pilihan yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar.


1. Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) Rumah Sakit
adalah …..
a. Suatu sistem di RS dimana untuk mengatasi cedera pada pasien
b. Suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi:
assessmen risiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko
c. Suatu proses tindakan yang diambil dalam penanganan pasien di ruang
rawat inap
d. Suatu proses pengamanan pasien terhadap resiko jatuh dari tempat tidur

2. Tujuan dari patient safety adalah .....


a. Menurunkan angka cedera di rumah sakit

Universitas Sumatera Utara


76

b. Mendidik pasien dan keluarganya


c. Menciptakan keadaan aman pada pasien
d. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya
kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan

3. Dibawah ini yang tidak termasuk sasaran keselamatan pasien adalah ….


a. Mengidentifikasi pasien dengan benar
b. Meningkatkan komunikasi efektif
c. Mengembangkan sistem pelaporan
d. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwasapadai

4. Kondisi dimana sudah terjadinya insiden tetapi belum terpapar pada pasien
disebut …..
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
b. Kondisi Potensial Cedera (KPC)
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

5. Berikut yang tidak termasuk tujuh langkah menuju keselamatan pasien


adalah ….
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Memimpin dan mendukung staf
c. Mengembangkan sistem pelaporan
d. Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh

6. Dibawah ini yang termasuk kedalam standar keselamatan pasien adalah ….


a. Hak pasien
b. Pendidikan bagi pasien dan keluarga
c. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
d. A dan B benar

Universitas Sumatera Utara


77

C. SIKAP

Petunujuk Pengisian :
Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang sesuai menurut Bapak/Ibu/Saudara.
Keterangan:
TS= Tidak Setuju, S= Setuju

No. Pernyataan TS S

1. Dengan menerapkan sistem keselamatan pasien di rumah


sakit akan membuat pasien menjadi lebih aman.
2. Menurut saya melakukan identifikasi pasien dengan benar
sangat pelru dilakukan oleh perawat pelaksana.
3. Setiap terjadinya insiden keselamatan pasien harus
dilaporkan, bukan untuk ditutupi atau disembunyikan.
4. Menurut saya sangat penting diperhatikannya keamanan
terhadap obat-obatan yang harus diwaspadai.
5. Menggunakan metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien
sangat penting dilakukan oleh perawat.
6. Komunikasi merupakan kunci untuk mencapai keselamatan
pasien.
7. Setiap terjadinya IKP harus didiskusikan, dikaji, dicari akar
masalah dan dijadikan bahan pembelajaran bersama.
8. Perlu ditulis lengkap dan dibacakan ulang untuk
instruksi dokter yang diberikan melalui verbal/lisan dan via
telepon.
9. Saya selalu berkomunikasi dengan pasien mengenai
informasi terkait kondisi pasien.
10. Menurut saya mengikuti pelatihan mengenai keselamatan
pasien perlu karena akan menambah pengetahuan dan
wawasan perawat dalam menjalankan tugasnya.

D. BEBAN KERJA
Petunjuk pengisian:
Berilah penilaian atas masing-masing pernyataan dibawah ini dengan memberi
tanda check list (√ ) pada kolom pilihan yang sesuai dengan
Bapak/Ibu/Saudara lakukan.
No Pernyataan Ya Tidak
1. Melakukan observasi pasien secara ketat selama jam
kerja.

Universitas Sumatera Utara


78

2. Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi


keselamatan pasien.
3. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan
demi keselamatan pasien.
4. Kontak langsung perawat dengan pasien di ruang
rawat inap bedah secara terus-menerus selama jam
kerja.
5. Menyampaikan informasi mengenai status kesehatan
pasien kepada pasien dan keluarganya.
6. Kurangnya tenaga perawat di ruang rawat inap bedah
dibanding dengan pasien.
7. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan diberikan
kepada pasien dan keluarganya.
8. Perawat mampu menghadapi pasien yang memiliki
banyak keluhan.
9. Perawat melakukan pengurusan berkas administrasi
pasien.
10. Perawat mendampingi dokter ketika visit ke ruangan
pasien.
11. Perawat melakukan operan dengan perawat yang berbeda
shift.
12. Menyiapkan pasien yang akan pulang.

E. SUPERVISI KEPALA RUANGAN


Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan
jawaban: TP = Tidak pernah, P = Pernah
No Pernyataan TP P
.
1. Kepala ruangan membimbing saya dan perawat lainnya
dalam pembentukan tim setiap shift kerja.
2. Kepala ruangan membimbing saya dalam merencanakan
kegiatan atau program untuk identifikasi risiko
keselamatan dan meminimalkan insiden.
3. Kepala ruangan mengarahkan saya untuk melaksanakan
program patient safety sesuai standar operasional rumah
sakit yang berlaku.
4. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengikuti
serah terima pasien setiap harinya.
5. Kepala ruangan membimbing saya dalam perencanaan
sebelum melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien.
6. Kepala ruangan mengatur dan membuat jadwal dinas
perawat pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


79

7. Kepala ruangan melakukan rumusan metode penugasan


dan membuat rincian tugas anggota tim secara jelas.
8. Kepala ruangan membimbing saya dalam menganalisis
kondisi pasien.

F. PELAKSANAAN PATIENT SAFETY

Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda check list (√ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan
jawaban.:
TP = Tidak pernah, P = Pernah
No. Pertanyaan TP P
1. Apakah perawat melaksanakan ketepatan identifikasi
pasien?

1. Melakukan pemasangan gelang kepada pasien.

2. Sebelum pemberian pengobatan dan


tindakan/prosedur, perawat menanyakan identitas
pasien.

2. Apakah perawat melaksanakan peningkatan


komunikasi yang efektif?

1. Perintah lisan dituliskan secara lengkap oleh


perawat.

2. Perintah yang melalui telepon dituliskan secara


lengkap oleh perawat.

3. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil


pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali
oleh perawat.

4. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh


perawat yang memberi perintah atau pemeriksaan
tersebut.

3. Apakah perawat melaksanakan peningkatan keamanan


obat yang perlu diwaspadai (high alert)?

1. Perawat mengidentifikasi dan memberikan label

Universitas Sumatera Utara


80

khusus untuk obat-obat yang perlu diwaspadai.

2. Perawat menyimpan obat-obat yang perlu


diwaspadai di area yang dibatasi ketat (restricted).

4. Apakah perawat melaksanakan pengurangan risiko


infeksi terkait pelayanan kesehatan?

1. Perawat menerapkan program hand hygiene yang


efektif sebelum dan sesudah melakukan tindakan
pada pasien.

5. Perawat melaksanakan pengurangan risiko pasien


jatuh?

1. Perawat menerapkan proses asesmen awal risiko


pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan.

2. Perawat menerapkan langkah-langkah untuk


mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko.

3. Pasien menggunakan gelang identifikasi risiko


jatuh setelah diasesmen oleh perawat dan
membutuhkannya.

6. Apakah perawat melaksanakan kepastian tepat-lokasi,


tepat-prosedur, tepat- pasien operasi?

1. Sebelum pasien dioperasi, perawat memastikan


ulang identitas pasien dengan benar.

2. Sebelum pasien dioperasi, perawat memastikan


lokasi operasi dengan benar.

Universitas Sumatera Utara


81

Lampiran 2. Master Data

Pengetahuan
Nama Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 Total P
YS 1 0 1 1 0 0 3
NG 1 0 1 1 0 0 3
TGS 1 1 1 1 0 0 4
TN 1 0 0 1 0 0 2
HK 1 0 0 1 0 0 2
S 1 0 1 1 0 0 3
RA 1 1 1 1 0 0 4
Ris 0 1 0 1 0 0 2
MP 1 1 1 1 1 0 5
Her 1 1 1 1 0 0 4
Ri 1 1 1 1 0 0 4
No 1 1 1 1 0 0 4
RMM 1 1 1 1 0 0 4
NS 1 1 1 1 0 0 4
Ric 1 1 1 1 0 0 4
SS 1 1 1 1 0 1 5
HM 1 0 1 1 0 0 3
ST 1 0 1 0 0 0 2
M 1 0 1 0 0 0 2
RB 1 0 1 1 0 0 3
AU 1 0 0 0 0 0 1
TG 1 0 0 1 0 0 2
JG 1 1 1 1 0 0 4
Is 1 1 0 1 1 1 5
TA 1 0 0 1 0 0 2
JH 1 1 0 1 0 1 4
YO 1 0 0 1 0 0 2
SU 1 1 0 1 0 0 3
MY 1 1 0 1 1 1 5
Y 1 1 1 0 0 0 3
TY 1 0 0 1 0 0 2
NH 1 0 0 1 0 0 2

Universitas Sumatera Utara


82

Sikap Total
Nama Responden
Si1 Si2 Si3 Si4 Si5 Si6 Si7 Si8 Si9 Si10 Si
YS 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 16
NG 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
TGS 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 16
TN 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 16
HK 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 16
S 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
RA 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19
Ris 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
MP 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Her 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Ri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
No 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
RMM 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
NS 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Ric 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
SS 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 16
HM 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
ST 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 16
M 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
RB 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
AU 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 15
TG 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 15
JG 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 15
Is 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 18
TA 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 15
JH 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 17
YO 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 17
SU 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 15
MY 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Y 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
TY 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 17
NH 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 17

Universitas Sumatera Utara


83

Beban Kerja
Nama Responden
BK1 BK2 BK3 BK4 BK5 BK6 BK7
YS 2 1 1 1 2 1 1
NG 2 1 1 1 2 1 1
TGS 1 1 1 1 2 1 2
TN 2 2 2 2 2 1 2
HK 2 2 2 2 2 1 2
S 2 2 2 2 2 2 2
RA 1 1 1 1 2 1 2
Ris 2 2 2 2 2 1 2
MP 2 2 2 2 2 2 2
Her 1 1 1 1 2 1 2
Ri 1 1 1 1 2 1 2
No 1 1 1 1 2 1 2
RMM 1 1 1 1 2 1 2
NS 2 1 2 2 1 1 1
Ric 1 1 1 1 2 1 2
SS 2 2 2 2 2 1 2
HM 1 1 1 1 2 1 2
ST 2 2 2 2 2 1 2
M 2 1 1 1 1 2 1
RB 1 1 1 1 2 1 2
AU 1 1 1 1 2 1 2
TG 2 2 1 2 2 2 1
JG 1 1 1 1 2 2 1
Is 2 2 1 2 2 2 1
TA 2 2 1 2 2 2 1
JH 2 2 1 2 2 2 1
YO 2 2 1 2 2 2 1
SU 1 1 1 1 2 1 1
MY 1 1 1 1 1 1 2
Y 1 1 1 2 2 1 2
TY 2 2 1 2 2 2 1
NH 1 1 1 2 2 2 2

Universitas Sumatera Utara


84

Nama
Beban Kerja
Responden Total BK
BK8 BK9 BK10 BK11 BK12
YS 2 2 2 1 1 17

NG 2 2 1 1 1 16

TGS 2 2 2 1 2 18

TN 2 2 1 1 1 20

HK 2 2 1 1 1 20

S 2 2 2 2 2 24

RA 2 2 2 1 2 18

Ris 2 2 2 2 2 23

MP 2 2 2 2 2 24

Her 2 2 2 1 2 18

Ri 2 2 2 1 2 18

No 2 2 2 1 2 18

RMM 2 2 2 1 2 18

NS 2 2 1 1 2 18

Ric 2 2 2 1 2 18

SS 2 1 2 1 2 21

HM 2 2 2 1 2 18

ST 1 2 1 2 2 21

M 2 2 1 1 1 16

RB 2 2 2 1 2 18

AU 2 2 2 1 1 17

TG 2 2 2 1 2 21

JG 2 1 2 1 2 17

Is 2 2 2 1 2 21

TA 2 2 2 1 2 21

JH 2 2 2 1 2 21

YO 2 2 2 1 2 21

SU 2 2 2 1 2 17

MY 2 2 2 1 2 17

Y 2 2 2 1 2 19

TY 2 2 2 1 2 21

NH 2 2 2 1 2 20

Universitas Sumatera Utara


85

Nama Petient Safety


Responden PS1 PS2 PS3 PS4 PS5 PS6 PS7 PS8
YS 2 1 1 1 1 1 1 2
NG 2 1 1 1 1 1 2 1
TGS 2 1 1 1 1 1 2 2
TN 2 1 1 1 1 1 2 1
HK 2 1 1 1 1 1 2 1
S 2 2 1 1 1 1 2 1
RA 2 1 2 1 2 1 2 1
Ris 2 2 1 1 1 1 2 1
MP 2 2 2 1 1 1 1 1
Her 2 2 2 1 1 2 2 2
Ri 2 2 2 1 1 1 2 2
No 2 2 2 1 1 2 2 2
RMM 2 1 2 1 1 1 2 2
NS 2 1 1 1 1 1 2 2
Ric 2 1 1 1 1 1 2 2
SS 2 2 1 1 1 1 2 2
HM 2 2 2 1 1 2 2 1
ST 2 2 1 1 1 1 2 2
M 2 1 1 1 1 1 2 1
RB 2 2 2 1 1 1 2 1
AU 2 1 1 1 1 1 2 1
TG 2 2 2 1 1 1 2 2
JG 2 2 1 1 2 2 1 2
Is 2 2 2 1 1 1 2 2
TA 2 2 2 1 1 1 2 2
JH 2 2 2 1 1 1 2 2
YO 2 2 2 1 1 1 2 2
SU 2 2 2 1 1 1 2 2
MY 2 2 2 1 2 2 2 1
Y 2 2 2 1 2 2 2 1
TY 2 2 2 1 1 1 2 2
NH 2 2 2 1 1 1 2 2

Universitas Sumatera Utara


86

Nama Patient Safety


Total PS
Responden PS9 PS10 PS11 PS12 PS13 PS14
YS 1 1 1 1 2 1 17
NG 1 1 1 1 2 2 18
TGS 1 2 2 1 2 2 21
TN 1 1 1 1 1 1 16
HK 1 1 1 1 2 1 17
S 1 1 1 1 2 1 18
RA 2 2 1 2 2 1 22
Ris 1 1 1 1 1 1 17
MP 1 1 1 1 2 2 19
Her 2 2 1 1 2 2 24
Ri 2 2 2 2 2 2 25
No 2 2 1 1 2 2 24
RMM 2 2 1 1 1 1 20
NS 1 1 1 1 2 1 18
Ric 1 1 1 1 2 1 18
SS 1 2 2 2 2 2 23
HM 2 2 1 1 1 1 21
ST 1 2 2 2 1 1 21
M 1 1 1 1 2 2 18
RB 1 1 1 1 2 2 20
AU 1 1 2 1 2 1 18
TG 1 1 2 1 2 1 21
JG 2 1 2 2 2 2 24
Is 1 1 2 1 2 1 21
TA 1 1 2 1 2 1 21
JH 1 1 2 1 2 1 21
YO 1 1 2 1 2 1 21
SU 1 1 2 1 2 2 21
MY 2 1 2 1 2 2 24
Y 2 2 1 1 2 1 23
TY 1 1 2 1 2 1 21
NH 1 1 2 1 2 1 21

Universitas Sumatera Utara


87

Lampiran 3. Output Analisis Data


Analisis Univariat
1. Usia Kategorik

usia kategorik 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-35 1 3.1 3.1 3.1
36-45 18 56.3 56.3 59.4
46-55 9 28.1 28.1 87.5
56-65 4 12.5 12.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

2. Jenis Kelamin
jk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 28 87.5 87.5 87.5
laki-laki 4 12.5 12.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

3. Pendidikan Terakhir
pt
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DIploma III 27 84.4 84.4 84.4
Ners 5 15.6 15.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

4. Pelatihan Patient Safety


pps
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pernah 17 53.1 53.1 53.1
tidak pernah 15 46.9 46.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


88

5. Pengetahuan Perawat
P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 1 3.1 3.1 3.1
Benar 31 96.9 96.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 15 46.9 46.9 46.9
Benar 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

P3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 13 40.6 40.6 40.6
Benar 19 59.4 59.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

P4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 4 12.5 12.5 12.5
Benar 28 87.5 87.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

P5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 29 90.6 90.6 90.6
Benar 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


89

P6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 28 87.5 87.5 87.5
Benar 4 12.5 12.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

total pengetahuan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang 18 56.3 56.3 56.3
baik 14 43.8 43.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

6. Sikap Perawat
Si1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 32 100.0 100.0 100.0

Si2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 5 15.6 15.6 15.6
Setuju 27 84.4 84.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Si3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 11 34.4 34.4 34.4
Setuju 21 65.6 65.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

Si4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 32 100.0 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


90

Si5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 16 50.0 50.0 50.0
Setuju 16 50.0 50.0 100.0
Total 32 100.0 100.0

Si6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 32 100.0 100.0 100.0

Si7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 32 100.0 100.0 100.0

Si8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 16 50.0 50.0 50.0
Setuju 16 50.0 50.0 100.0
Total 32 100.0 100.0

Si9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 16 50.0 50.0 50.0
Setuju 16 50.0 50.0 100.0
Total 32 100.0 100.0

Si10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 32 100.0 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


91

total sikap 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 5 15.6 15.6 15.6

Baik 27 84.4 84.4 100.0


Total 32 100.0 100.0

7. Beban Kerja Perawat

BK1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 15 46.9 46.9 46.9
Ya 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 19 59.4 59.4 59.4
Ya 13 40.6 40.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 29 90.6 90.6 90.6
Ya 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 16 50.0 50.0 50.0
Ya 16 50.0 50.0 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


92

BK5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 5 15.6 15.6 15.6
Ya 27 84.4 84.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 14 43.8 43.8 43.8
Ya 18 56.3 56.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 12 37.5 37.5 37.5
Ya 20 62.5 62.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 1 3.1 3.1 3.1
Ya 31 96.9 96.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 2 6.3 6.3 6.3
Ya 30 93.8 93.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 6 18.8 18.8 18.8
Ya 26 81.3 81.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


93

BK11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 28 87.5 87.5 87.5
Ya 4 12.5 12.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

BK12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 6 18.8 18.8 18.8
Ya 26 81.3 81.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

total beban kerja 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ringan 17 53.1 53.1 53.1
Berat 15 46.9 46.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

8. Supervisi Kepala Ruangan

Su1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 40.6 40.6 40.6
Pernah 19 59.4 59.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Su2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 40.6 40.6 40.6
Pernah 19 59.4 59.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


94

Su3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 10 31.3 31.3 31.3
Pernah 22 68.8 68.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

Su4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 26 81.3 81.3 81.3
Pernah 6 18.8 18.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

Su5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 17 53.1 53.1 53.1
Pernah 15 46.9 46.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Su6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 9 28.1 28.1 28.1
Pernah 23 71.9 71.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Su7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 25 78.1 78.1 78.1
Pernah 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Su8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 14 43.8 43.8 43.8
Pernah 18 56.3 56.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


95

total supervisi 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang Baik 25 78.1 78.1 78.1
Baik 7 21.9 21.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

9. Pelaksanaan Patient Safety


PS1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 32 100.0 100.0 100.0

PS2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 11 34.4 34.4 34.4
Pernah 21 65.6 65.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 14 43.8 43.8 43.8
Pernah 18 56.3 56.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 32 100.0 100.0 100.0

PS5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 28 87.5 87.5 87.5
Pernah 4 12.5 12.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


96

PS6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 26 81.3 81.3 81.3
Pernah 6 18.8 18.8 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 3 9.4 9.4 9.4
Pernah 29 90.6 90.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 40.6 40.6 40.6
Pernah 19 59.4 59.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 23 71.9 71.9 71.9
Pernah 9 28.1 28.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 22 68.8 68.8 68.8
Pernah 10 31.3 31.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 17 53.1 53.1 53.1
Pernah 15 46.9 46.9 100.0
Total 32 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


97

PS12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 27 84.4 84.4 84.4
Pernah 5 15.6 15.6 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 15.6 15.6 15.6
Pernah 27 84.4 84.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

PS14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 20 62.5 62.5 62.5
Pernah 12 37.5 37.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

total patient safety 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang Baik 23 71.9 71.9 71.9
Baik 9 28.1 28.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

Analisis Bivariat
1. Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Patient Safety
Crosstab

total patient safety 2

Kurang Baik Baik Total


total pengetahuan 2 Kurang Count 16 2 18
% within total pengetahuan 88.9% 11.1% 100.0%
2
baik Count 7 7 14
% within total pengetahuan 50.0% 50.0% 100.0%
2
Total Count 23 9 32
% within total pengetahuan 71.9% 28.1% 100.0%
2

Universitas Sumatera Utara


98

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.892 1 .015
b
Continuity Correction 4.125 1 .042
Likelihood Ratio 6.058 1 .014
Fisher's Exact Test .022 .021
Linear-by-Linear 5.707 1 .017
Association
N of Valid Cases 32
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,94.
b. Computed only for a 2x2 table

2. Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Patient Safety


Crosstab

total patient safety 2

Kurang Baik Baik Total


total sikap 2 Kurang Baik Count 3 2 5

% within total sikap 2 60.0% 40.0% 100.0%


Baik Count 20 7 27
% within total sikap 2 74.1% 25.9% 100.0%
Total Count 23 9 32

% within total sikap 2 71.9% 28.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .413 1 .520
b
Continuity Correction .010 1 .919

Likelihood Ratio .391 1 .532

Fisher's Exact Test .604 .437

Linear-by-Linear .400 1 .527


Association
N of Valid Cases 32

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41.

b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


99

3. Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan Patient Safety


Crosstab

total patient safety 2

Kurang Baik Baik Total


total beban kerja 2 Ringan Count 10 7 17

% within total beban kerja 2 58.8% 41.2% 100.0%


Berat Count 13 2 15
% within total beban kerja 2 86.7% 13.3% 100.0%
Total Count 23 9 32

% within total beban kerja 2 71.9% 28.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.056 1 .080
b
Continuity Correction 1.834 1 .176

Likelihood Ratio 3.209 1 .073

Fisher's Exact Test .122 .087

Linear-by-Linear 2.961 1 .085


Association
N of Valid Cases 32

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,22.

b. Computed only for a 2x2 table

4. Supervisi Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Patient Safety


Crosstab

total patient safety 2

Kurang Baik Baik Total


total supervisi 2 Kurang Baik Count 17 8 25

% within total supervisi 2 68.0% 32.0% 100.0%


Baik Count 6 1 7
% within total supervisi 2 85.7% 14.3% 100.0%
Total Count 23 9 32

% within total supervisi 2 71.9% 28.1% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


100

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .849 1 .357
b
Continuity Correction .199 1 .656

Likelihood Ratio .939 1 .332

Fisher's Exact Test .640 .343

Linear-by-Linear .822 1 .364


Association
N of Valid Cases 32

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,97.

b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


101

Lampiran 4. Surat Izin Survei Pendahuluan

Universitas Sumatera Utara


102

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


103

Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


104

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 3. Wawancara pada Perawat Ruang Rawat Inap Bedah Melati 3

Gambar 4. Wawancara pada Perawat Ruang Rawat Inap Bedah Kenanga 1

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai