Anda di halaman 1dari 7

BAB I

A. Pengertian Skrining
skrining adalah upaya pengenalan penyakit atau kelainan yang belum diketahui
dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat secara cepat
membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan orang yang tampak
sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. (WHO)

Skrining adalah suatu usaha mendeteksi atau menemukan penderita penyakit


tertentu yang tanpa gejala (tidak tampak) dalam suatu masyarakat atau penduduk
tertentu melalui tes atau pemeriksaan secara singkat dan sederhana untuk dapat
memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar
menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis pasti dan pengobatan (Noor,
2008).

B. Tujuan Skrining:

Tujuan skrining adalah mencegah penyakit atau akibat penyakit dengan


mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik dalam riwayat alamiah ketika
proses penyakit dapat diubah melalui intervensi. (Morton, 2009)

Tujuan dilakukannya skrining menurut Bustan (2006) yaitu :


1. Mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan
segera memperoleh pengobatan,
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat,
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin,
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat
penyakit dan selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini,
5. Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinisi dan peneliti.

C. Kegunaan Program Skrining

a. Dengan skrining, diharapkan angka mortalitas (kematian) menjadi lebih rendah,


penurunan angka morbiditas (kesakitan), dan biaya kesehatan yang lebih rendah.

b. Keuntungan lainnya adalah meningkatnya harapan hidup sehat dan kualitas


hidup, berkurangnya rasa nyeri, kecemasan, dan ketidakmampuan.

c. Menurunkan angka kematian pada populasi

d. Menurunkan fatallitas dari kasus pada individu


e. Menurunkan kejadian komplikasi penyakit

f. Meningkatkan presentasi kasus yang dapat dideteksi pada stadium awal

g. Mencegah/mengurangi penyebaran penyakit

h. Meningkatkan kualitas hidup individu

D. Macam-macam Skrining
Macam skrining berdasarkan atas sasaran dan populasi:
1. Mess Screening
Skrining merupakan penyaringan yang dilakukan pada seluruh penduduk.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita

2. Selective Screening
Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target
populasi berdasarkan pada risiko tertentu. Tujuan selective screening pada kelompok
risiko tinggi untuk mengurangi dampak negatif dari skrining.
Contohnya, Pap’s smear skrining pada wanita usia > 40 tahun untuk mendeteksi Ca
Cervix, atau mammography skrining untuk wanita yang punya riwayat keluarga
menderita Ca.

3. Multiphasic Screening
Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu
tertentu. Jenis skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta diterima secara
luas dengan berbagai tujuan seperti pada evaluasi kesehatan dan asuransi.
Contoh adalah pemeriksaan kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan darah, gula
darah dan kolesterol.
4. Opportunity Screening

E. Perbedaan Skrining dengan General Check Up


Skrining General Check Up
suatu prosedur yang dilakukan untuk suatu bentuk tindakan pencegahan dan
mengetahui status kesehatan individu saat sering digunakan untuk mendeteksi
ini dan sebagai usaha untuk memelihara adanya suatu penyakit secara dini
kesehatan secara berkala

F. Kriteria Untuk Evaluasi


G. Evaluasi Uji Alat Skrining
a. Validitas
Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa
yang hendak diukur (Sukardi, 2013). Sedangkan validitas dalam skrining adalah
kemampuan dari suatu alat untuk membedakan antara orang yang sakit dan orang
yang tidak sakit. Validitas mempunyai dua komponen yaitu :
1) Sensitivitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat
individu-individu yang menderita penyakit atau besarnya probabilitas seseorang yang
sakit akan memberikan hasil tes positif pada tes diagnostik tersebut. Sensitivitas
merupakan true positive rate (TPR) dari suatu tes diagnostik
2) Spesifisitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat
individu-individu yang tidak menderita sakit. Besarnya probabilitas seseorang yang
tidak sakit atau sehat akan memberikan hasil tes negatif pada tes diagnostik.
Sensitivitas merupakan true negative rate (TNR) dari suatu tes diagnostik.
Sensitivitas dan spesifisitas merupakan komponen ukuran dalam validitas, selain itu
terdapat pula ukuran-ukuran lain dalam validitas yaitu :
a. True positive: menunjuk pada banyaknya kasus yang benar-benar menderita
penyakit dengan hasil tes positif pula.
b. False positive: menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak
sakit tetapi test menunjukkan hasil yang positif.
c. True negative: menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan
hasil test yang negatif pula.
d. False negative: menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya menderita
penyakit tetapi hasil test negatif.
Rumus Sensitivitas dan Spesifisitas

individu yg sakit dgn hasil test +

Sensitivitas = x 100%

Semua individu yg sakit

True Positive

Sensitivitas= x 100%

(True Positive + False Negative)

Individu yg sehat dgn hasil –

Spesifisitas= x 100%

Semua individu yg sehat

True Negative

Spesifisitas= x 100%

(True Negative + False Positive)

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya
prediksi, dan akurasi. Groth-Marnat (2008), Ia melihat seberapa skor yang
diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang itu diperiksa ulang dengan
tes yang sama pada kesempatan berbeda.
Reliabilitas skrining adalah ukuran konsistensi berdasarkan orang dan waktu.
Menurut Budiarto (2003) reliabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
a. Reliabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:
- Stabilitas reagen
- Stabilitas alat ukur yang digunakan
Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil reagen dan alat
ukur, makin konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, sebelum digunakan
hendaknya kedua hasil tersebut ditera atau diuji ulang ketepatannya.
b. Reliabilitas orang yang diperiksa.
Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau penyakit dalam masa tunas.
Misalnya lelah, kurang tidur, marah, sedih, gembira, penyakit yang berat,
penyakit dalam masa tunas. Umumnya, variasi ini sulit diukur terutama
faktor psikis.
c. Reliabilitas pemeriksa.
Variasi pemeriksa dapat berupa:
- Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang
dilakukan berulang-ulang oleh orang yang sama.
- Variasi eksterna, merupakan variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan
pemeriksaan oleh beberapa orang. Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas
dapat dilakukan dengan mengadakan:
 Standarisasi reagen dan alat ukur.
 Latihan intensif pemeriksa.
 Penentuan kriteria yang jelas.
 Penerangan kepada orang yang diperiksa.
 Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.
Pengukuran yang telah dilakukan memiliki empat kemungkinan pada hasil
pengukurannya yaitu:
1. Tepat & teliti (valid – reliabel): good precision & good accuracy.
2. Teliti tapi tidak tepat (valid tapi tidak reliabel): good accuracy & poor precision.
3. Tidak teliti tapi tepat (tidak valid tapi reliabel): poor accuracy & good precision.
4. Tidak teliti & tidak tepat (tidak valid & tidak reliabel): poor accuracy & poor
precision.
c. Yeild
Yeild adalah jumlah penyakit yang didiagnosa dan diobati sebagai hasil
penyaringan. Yield adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala
melalui screening, sehingga dapat ditegakkan diagnosis pasti serta pengobatan dini.
Hasil ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Sensitifitas tes
2. Prevaensi penyakit yang tidak tampak
3. Screening yg tidak tampak
4. Kesadaran masyarakat

Contoh Soal :

Positif Negatif Total


Positif

Negatif

Total

Sensitivitas
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan

http://dwwlndr.blogspot.co.id/2016/11/skrining-epidemiologi.html

Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai