Anda di halaman 1dari 5

A.

           DEFINISI SKRINING
Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan penyakit atau kelainan yang
belum diketahui dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lainyang dapat secara
cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehatdengan orang yang
tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. 
Skriningadalah pemeriksaan orang-orang asimptometikuntuk   mengklasifikasikan   
mereka  dalam   kategori   yang   diperkirakan
mengidap  atau  diperkirakan  tidak  mengidappenyakit  yang  menjadi  objek
skrining (Sulistiani, 2012).
Sumber yang lain menyatakan bahwa penyaringan adalah suatu usaha
mendeteksiatau menemukan penderita penyakit tertentu yangtanpa gejala
(tidak  tampak)  dalamsuatu  masyarakat  atau  penduduk  tertentu  melalui  tes atau pemeriksaan s
ecara singkatdan sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-
betul sehat terhadap merekayang kemungkinan besar menderita, yang
selanjutnya diproses melalui diagnosis pastidan pengobatan (Noor, 2008).

B.            TUJUAN SKRINING

Menurut Morton (2009), tujuan skrining adalah mencegah penyakit atau akibatpenyakit de
ngan mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik
dalam   riwayat  alamiah   ketika   proses   penyakit   dapat   diubah   melalui
intervensi. Bustan (2006)memiliki pendapat yang berbeda mengenai tujuan
dilakukannya skrining yaitu :
1.             Mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan
segera memperoleh pengobatan,
2.             Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat,
3.             Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin,
4.             Mendidik  dan memberikan  gambaran  kepada petugas  kesehatan  tentang
sifatpenyakit dan selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini,
5.             Mendapatkan  keterangan  epidemiologis  yang  berguna  bagi  klinisi  dan peneliti.

C.           SYARAT – SYARAT SKRINING
Untuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi
beberapa  kriteria  atau  ketentuan-ketentuan  khusus  yang  merupakan
persyaratan suatu  tes  penyaringan,  berikut  ini  merupakan  syarat-syarat
skrining menurut Noor(2008).
1.             Penyakit  yang  dituju  harus  merupakan  masalah  kesehatan  yang  berarti
dalammasyarakat  dan  dapat  mengancam  derajat  kesehatan  masyarakat tersebut,
2.             Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi
merekayang dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyediaan
obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan
3.             Tersedianya  fasilitas  dan  biaya  untuk  diagnosis  pasti  bagi  mereka  yang dinyatakan positif
serta tersedianya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif melalui diagnosis
klinis,
4.             Tes  penyaringan  terutama  ditujukan  pada  penyakit  yang  masa  latennyacukup
lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
5.             Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat
sensitivitasdan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standar
untuk mengetahuiapakah di suatu daerah yang dilakukan skrining berkurang atau
malah bertambah frekuensi endemiknya,
6.             Semua  bentuk  atau  teknis  dan  cara  pemeriksaan  dalam  tes  penyaringan harus dapat
diterima oleh masyarakat secara umum,
7.             Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti,
8.             Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yangdinyatakan
menderita penyakit tersebut,
9.             Biaya  yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan  sampai pada
titikakhir pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut,
10.         Harus  dimungkinkan  untuk  diadakan  pemantauan  (follow  up)  terhadap penyakit tersebut
serta penemuan penderita secara berkesinambungan.
Keberhasilan  suatu  tes  skrining  berhubungan  dengan  tujuan  skrining.

Wilson  dan  Junger  menganjurkan  untuk  memperhatikan  persyaratan  untuk


keberhasilan skrining sebagai berikut:
1.             Seharusnya  ada  pengobatan  yang  sesuai  dan  dapat  diterima  bila  hasil pemeriksaan positif,
2.             Fasilitas pengobatan dan diagnosis harus tersedia,
3.             Mengenal kelainan yang timbul tahap dini suatu penyakit,
4.             Harus ada tes atau pemeriksaan yang sesuai,
5.             Tes atau pemeriksaan harus diterima masyarakat,
6.             Riwayat alamiah yang di skrining harus dimengerti secara baik,
7.             Harus  ada  kebijakan  yang  disetujui  untuk  mengobati  bila  pasien  positif terkena penyakit,
8.             Biaya harus seimbang secara keseluruhan,
9.             Penemuan   kasus   harus   merupakan   proses   berkelanjutan,   tidak   hanya berdasarkan proyek,
10.         Test cukup sensitif dan spesifik,
11.         Penyakit  atau  masalah  yang  akan  di  skrining  merupakan  masalah  yang cukupserius, prevale
nsinya tinggi, merupakan masalah kesehatan masyarakat,
12.         Kebijakan   intervensi   atau   pengobatan   yang   akan   dilakukan   setelah
dilaksanakannya skrining harus jelas.

D. TES SKRINING
Tes ini merupakan salah satu cara yang digunakan dalam epidemiologi
untukmengetahui  prevelensi  suatu  penyakit  yang  tidak  dapat  di  diagnosis atau keadaanketika 
angka kesakitan tinggi pada suatu individu atau masyarakat berisiko tinggi serta
pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan penanganan segara. Namundengan
demikian masih harus dilengkapi dengan pemeriksaaan lain untuk menentukan
diagnosis definit (Chandra, 2009).

1.             Karakteristik tes skrining
Untuk keberhasilan suatu program skrining, ketersediaan tes skrining
jugadiperlukan selain juga harus memiliki kriteria penyakit yang cocok
untuk diskrining. Tes skrining seharusnya juga tidak mahal, mudah
dilaksanakan  danmemberikan  ketidaknyamanan  yang  minimal  pada
pasien.  Dan  juga  hasilskrining  haruslah  valid  dan  konsisten  (Sarwani, 2007).

a.             Validitas
Validitas  adalah  derajat  yang  menunjukkan  dimana  suatu  tesmengukur apa yang henda
k diukur (Sukardi, 2013). Sedangkan menurutSaifuddin Azwar (2014)
bahwa validitas mengacu sejauh mana akurasi suatutes atau
skala  dalam  menjalankan  fungsi  pengukurannya.  Sedangkan validitas
dalam skrining adalah kemampuan dari suatu alat untukmembedakan antara orang yang
sakit dan orang yang tidak sakit. Validitasmempunyai dua komponen yaitu :
1)             Sensitivitas
Kemampuan  yang  dimiliki  oleh  alat  ukur  untuk menunjukan  secara   tepat   individu-
individu   yang   menderita penyakit ataubesarnya probabilitas seseorang yang sakit akan
memberikan hasil tespositif pada tes diagnostik tersebut. Sensitivitas merupakan truepositive
rate  (TPR) dari suatu tes diagnostik.

2)             Spesifisitas
Kemampuan  yang  dimiliki  oleh  alat  ukur  untuk menunjukansecara tepat individu-
individu yang tidak menderita sakit. Besarnyaprobabilitas seseorang yang
tidak sakit atau sehat akan memberikanhasil tes negatif    pada tes    diagnostik. Sensitivitas  mer
upakan  true negative  rate   (TNR)  dari  suatu  tes diagnostik.
Sensitivitas   dan   spesifisitas   merupakan   komponen   ukuran  dalam validitas,
selain itu terdapat pula ukuran-ukuran lain dalamvaliditas yaitu :
a.              True  positive,  yang  menunjuk  pada  banyaknya  kasus  yangbenar- benar menderita
penyakit dengan hasil tes positif pula.
b.             False   positive,  yang  menunjukkan  pada  banyaknya  kasus yang sebenarnya tidak
sakit tetapi test menunjukkan hasil yangpositif.
c.              True   negative,  menunjukkan  pada  banyaknya  kasus  yang tidak sakit dengan
hasil test yang negatif pula.
d.             False   negative,   yang   menunjuk   pada   banyaknya   kasus  yang sebenarnya menderita
penyakit tetapi hasil test negatif.

Perbandingan hasil alat ukur dengan status penyakit

Penduduk
Hasil uji
Dengan penyakit Tanpa penyakit
Mempunyai  penyakit  dan  alat Tidak            mempunyai

Positif uji positif = True Positif = TP penyakit    tapi    alat    uji


positif
Mempunyai  penyakit,  tapialat Tidak            mempunyai

uji  negatif =  False  negative  =F penyakit dan alat uji


Negatif
N negatif  =  True  negatif=
TN

Sensitivitas=TP/TP+FN Spesifitasnya

TN/TN+FP

Distribusi penyakit berdasarkan status kesehatan

Diagnosis pasti
Tes Skrining Total
Sakit Tidak sakit
Positif A B A+B
Negatif C D C+D
Total A+C B+D A+B+C+D

Rumus Sensitivitas                                               =  
Negatif Palsu (false negative rate)                       = 
Spesifitas                                                              = 
Positif palsu (false positive rate)                          = 

Rumus nilai prediksi


Nilai prediksi tes (Predict velue positif) (+)         =    
Nilai prediksi tes (predict velue negatif) (-)         =  

Keterangan :
a =  true positif  individu dengan test skrining positif dan benar salah
b = false positif  individu dengan test  positif dan sebenarnya tidak sakit
c = false negatif individu dengan test skrining negatif tapi sebenarnya sakit
d = true negatif  individu dengan test skrining ndgatif dan benar tidak sakit

Contoh :

Pada tabel di bawah ini di tunjukan 100 orang yang menderita penyakit, 80
orang didefinisikan positif menderita sakit oleh alat uji dan 20
orang   dinyatakannegatif menderita sakit oleh alat uji,dari data ini dapat
dihitung  bahwa sensitivitasnya adalah 80/100*100%  =80%
Dari 900 orang yang tidak mengalami sakit, alat uji mengidentifikasi 800
orang negatif menderita sakit. Jadi spesifikasinya adalah 800/900*100% =
89%

Konsep sensitivitas dan spesifikasinya

Hasil skrining Apa yang sebenarnya terjadi Total


Penyakit - Penyakit +
Positif 80 100 180
Negatif 20 800 820
Total 100 900 1000

Didefinisikan  menderita  sakit  oleh  alat  uji  dari  data  inidapat  di


hitungsensitivitanya adalah 80/100*100%= 80%
Dari  900  orang  yangtidakmenderita  sakit  ,  alat  uji  mengidentifikasi  80
orang  negatif  menderita  sakit.jadisensitifitas  adalah  800/900*  100%  =
89%.
2.             Reliabilitas
Groth-Marnat (2008) mendefinisikan reliabilitas suatu test merujuk pada
derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skoryang
diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang
itu  diperiksa  ulangdengan  tes  yang  sama  pada  kesempatan  berbeda.
Reliabilitas skrining adalahukuran konsistensi berdasarkan orang dan
waktu.   Menurut   Budiarto   (2003)  reliabilitas   ini   dipengaruhi   oleh beberapa faktor
berikut.
a.              Reliabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:
1)             Stabilitas reagen
2)             Stabilitas alat ukur yang digunakan
Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabilreagen dan alat ukur, makin
konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karenaitu, sebelum digunakan hendaknya kedua hasil tersebut
ditera ataudiuji ulang ketepatannya.

b.             Reliabilitas orang yang diperiksa.
Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau penyakit dalam masatunas. Misalnya lelah, kurang
tidur, marah, sedih, gembira, penyakityang berat,
penyakit dalam masa tunas. Umumnya, variasi ini sulit diukur terutama faktor psikis.

c.              Reliabilitas pemeriksa. Variasi pemeriksa dapat berupa :


1)             Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang
dilakukan berulang-ulang oleh orang yang sama.
2)             Variasi  eksterna,  merupakan  variasi  yang  terjadi  bila  satu
sediaan dilakukan pemeriksaan oleh beberapa orang. Upaya
untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan mengadakan:
a)             Standarisasi reagen dan alat ukur.
b)             Latihan intensif pemeriksa.
c)             Penentuan kriteria yang jelas
d)            Penerangan kepada orang yang diperiksa.
e)             Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.

Pengukuran  yang  telah  dilakukan  memiliki  empat  kemungkinan


pada  hasil pengukurannya yaitu:
1.             Tepat & teliti (valid – reliabel): good precision & good accuracy.
2.             Teliti tapi tidak tepat (valid tapi tidak reliabel): good  accuracy  &poor precision.
3.             Tidak teliti tapi tepat (tidak valid tapi reliabel): poor  accuracy  &good precision.
4.             Tidak teliti & tidak tepat (tidak valid & tidak reliabel): pooraccuracy & poor  precision.
Tidak teliti = tidak valid = Bias.

Anda mungkin juga menyukai