Anda di halaman 1dari 10

Skrining dan Uji diagnosis

1. Definisi Skrining dan Uji Diagnosis


Skrining adalah suatu usaha mendeteksi/ menemukan penderita
penyakit tertentu yang tanpa gejala (tidak tampak) dalam suatu
masyarakat atau kelompok penduduk tertentu melalui suatu
test/pemeriksaan, yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan
mereka yang betul betul sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar
menderita, selanjutnya diproses melalui diagnosa pasti dan pengobatan.
Tes skrining merupakan suatu tes yang sederhana dan relatif murah yang
diterapkan pada siatu kelompok populasi tertentu (yang relatif sehat) dan
bertujuan untuk mendeteksi mereka yang mempunyai kemungkinan cukup
tinggi menderita penyakit yang sedang diamati (disease under study)
sehingga kepada mereka dapat dilakukan diagnosa lengkap dan
selanjutnya bagi mereka yang menderita penyakit tersebut dapat diberikan
pengobatan secara dini.
Diagnosis berasal dari kata dia yang berarti pembeda, dan gnosis
artinya ilmu. Secara umum, diagnosis dapat diartikan sebagai ilmu untuk
menentukan ada atau tidaknya sebuah penyakit pada individu yang
mempunyai tanda dan gelaja penyakit. Uji skrining dan memiliki
perbedaan dengan uji diagnosis. Uji skrining lebih banyak digunakan
untuk Tindakan pencegahan penyakit yang menjadi prioritas kesehatan
masyarakat (misalnya karena prevalensi penyakit yang tinggi). Sementara
itu, uji diagnosis digunakan dalam setting layanan Kesehatan dimana
seorang dokter mencoba untuk mengetahui penyebab gejala penyakit agar
seorang individu bergejala bisa mendapatkan pengobatan. Mengingat
karakteristik tersebut, uji diagnosis biasanya diawali dari adanya individu
yang bergejala mencari upaya pengobatan ke fasilitas Kesehatan.
Ringkasan perbedaan karakteristik uji diagnosis dan skrining dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Diagnosis Skrining
Masalah Kesehatan atau penyakit Masalah Kesehatan atau penyakit
biasanya dialami oleh biasanya menjadi masalah
individu/masalah individu kesehatan masyarakat
Masalah Kesehatan atau penyakit Masalah Kesehatan atau penyakit
biasanya bisa diobati biasanya tidak bisa disembuhkan
namun dapat dicegah
Masalah Kesehatan atau penyakit Masalah Kesehatan atau penyakit
biasanya dengan prevalensi yang biasanya dengan prevalensi yang
tinggi hingga rendah tinggi
Masalah Kesehatan atau penyakit Masalah Kesehatan atau penyakit
biasanya diawali dengan gejala biasanya tanpa gejala, sehingga
gejala yang akut sehingga tes skrining dilakukan untuk
dilakukan tes diagnostik mendeteksi penyakit kronis

2. Jenis Jenis Skirining


1. Mass screening
Merupakan penyaringan (skrining) yang dilakukan pada seluruh
penduduk. Asumsi seluruh penduduk disini tidak berarti seluruh
Negara melainkan seluruh wilayah atau daerah territorial yang
mempunyai Batasan yang jelas.
2. Selective screening
Selektif skrining didasarkan pada pendekatan skrining pada Batasan
kelompok tertentu misalnya remaja, usia lanjut dan anak anak.
Selektif skrining merupakan skrining yang dilakukan terhadap
penduduk tertentu didasarkan pada kritera tertentu. Misalkna skrining
anemia usia remaja
3. Single disease screening
Single disease screening didasarkan pada jenis penyakit yang akan
dilakukan skrining. Single disease screening merupakan penyaringan
yang hanya ditunjukkan pada suatu jenis penyakit misalnya
penyaringan untuk mengetahui penyakit TB paru.
4. Multiphase screening
pendekatan multiphase screening lebih mengutamakan pendekatan
skrining pada berbagai penyakit sekaligus yang dapat terdeteksi.
Pendekatan skrining lebih mengacu pada aspek kejadian penyakit
seperti penyakit akibat peningkatan usia. Multiphase screening
merupakan skrining untuk mengetahui kemungkinan adanya beberapa
penyakit pada individu, misalnya penyaringan Kesehatan pada calon
pegawai sebelum bekerja.
3. Tujuan Skrining dan Uji Diagnosis
a. Kegiatan skrining bertujuan sebagai berikut:
1. Mendeteksi penderita sedini mungkin sebelum timbul gejala
klinis yang jelas, diagnosis dini tersebut dapat dengan segera
diberikan pengobatan kepada penderita
2. Khusus penyakit menular untuk mencegah meluasnya penyakit
dalam masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya wabah.
3. Memperoleh keterangan epidemiologis yang berguna bagi
petugas Kesehatan terutama bagi dokter/klinis dan bagi peneliti.
Beberapa contoh tes skrining yang umum dilakukan adalah pap
smear, cek gula darah, tes mantoux atau tuberkulin, cek kolesterol,
mammography, fecal occult blood
b. Tujuan Uji diagnosis
Uji diagnosis bertujuan untuk membuat perbedaan secara akurat
antara suatu penyakit dari penyakit lainnya. Uji diagnosis juga
bertujuan agar seorang petugas kesehatan bisa memberikan terapi
yang sesuai untuk menangani pennyakit tersebut. Oleh karena itu, uji
diagnosis juga berperan dalam pencegahan komplikasi dan disabilitas.
Beberapa uji diagnosis yang dilakukan individu antara lain: CT-scan,
MRI (Magnetic Resonance Imaging), HBA1c atau Haemoglobin A1c,
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi, kateterisasi jantung, dan kultur.

4. Bentuk Pelaksanaan Skrining


Proses pelaksanaan skring terdiri dari dua tahap. Tahap pertama,
yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang
dianggap mempunyai risiko tinggi menderita penyakit. Apabila hasil
negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Apabila hasil
positif dilakukan pemeriksaan tahap 2.
Tahap kedua adalah pemeriksaan diagnostik. Jika hasil pemeriksaan
diagnostik positif maka kelompok tersebut dianggap sakit dan harus
mendapat pengobatan. Sebaliknya jika hasilnya negatif maka kelompok
dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).
Skema pelaksaan skrining dapat dilihat gambar 1.1 berikut ini:

Kelompok orang yang


tampak sehat

Tes

Hasil tes negatif Hasil tes posittif

Pemeriksaan diagnostik

Hasil tes positif Hasil tes negatif

Pengobatan intensif

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan skrining sebagai


berikut:
1. menetapkan jenis masalah Kesehatan.
2. Menetapkan cara pengumpulan data.
3. Menetapkan kelompok masyarakat
4. Melakukan skrining
5. Tahap mempertajam penyaringan
6. Tahap penyusunan laporan dan tindak lanjut.

5. Keuntungan Pelaksaan Tes Skrining


Dengan tes skrining kita dapat lebih cepat memperoleh keterangan
tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha
penanggulangannya. Pelaksaan tes penyaringan cukup sederhana dan
relatif mudah serta mempunyai feksibilitas yang cukup dalam
penerapannya. hasil tes ini cukup baik dan juga dapat dipercaya selama
pelaksanaannya tetap memperhatikan beberapa nilai berikut.
a. Realibilitas
b. Validitas
c. Kekuatan test berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitasnya.

6. Kriteria Dalam Menyusun Program Skrining


Untuk menyusun suatu program skrining diharuskan memenuhi
beberapa kriteria:
a. Penyakit yang dituju harus mereupakan masalah kesehatan yang
berarti dan mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
b. Tersedia obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi
yang mereka dinyatakan positif
c. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosa pasti bagi yang
dinyatakan positif.
d. Tes skrining ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup
lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus
e. Tes skrining dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat
sensitivitas dan spesifisitasnya.
f. Semua bentuk teknik maupun cara pemeriksaan harus dapat
diterima dimasyarakat.
g. Sifat perjalanan penyakit harus diketahui secara pasti
h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang
mereka yang dinyatakan mendertita penyakit tersebut.
i. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan
sampai pada titik akhir pemeriksaan harus seimbang dengan risiko
biaya tanpa melakukan tes tersebut.
j. Harus memungkinkan untuk dilakukan pemantaun (follow up)
7. Validitas
Validitas adalah kemampuan dari tes penyaringan untuk
memisahkan mereka yang betul betul menderita terhadap mereka yang
betul betul sehat atau dengan kata lain besarnya kemungkinan untuk
menempatkan suatu individu pada keadaan sebenarnya. ada dua komponen
yang menentukan besarnya tingkat validitas yakni:
1. Nilai sensitivitas yaitu kemampuan dari suatu tes penyaringan yang
secara benar menempatkan mereka yang betul betul menderita
pada kelompok penderita.
2. Nilai spesifisitas yaitu kemampuan dari tes tersebut yang secara
benar menempatkan mereka yang betul betul tidak menderitas pada
kelompok sehat.
Untuk kepentingan validitas diperlukan beberapa perhitungan tertentu.
a. positif sebenarnya, yaitu mereka yang oleh tes skrining dinyatakan
menderita dan yang kemungkinan didukung oleh diagnosa klinik
yang positif.
b. Positif palsu, yang menunjukkan pada banyaknya kasus yang
sebenarnya tidak sakit tetapi tes menunjukkan hasil yang positif.
c. Negatif sebenarnya yaitu mereka yang pada tes skrining dinyatakan
sehat dan pada diagnosa klinik ternyata betul sehat.
d. Negatif palsu yaitu mereka yang pada suatu tes skrining dinyatakan
sehat tetapi oleh diagnosa klinik dinayatakan menderita.
Untuk menetapkan besarnya nilai sensitivitas dan spesifisitas suatu tes,
harus dipertimbangkan beberapa hal tertentu:
a. Risiko terjadinya kasus yang tidak terjaring/lolos dari seleksi
karena melonak diperiksa/tidak ikut berpartisipasi.
b. Besarnya biaya diagnosa klinik untuk menentukan penderita secara
klinik terutama dengan mereka positif palsu.
c. Frekuensi penyaringan berikutnya akan mengambil kasus yang
tidak terjaring pada saat ini
d. Besarnya prevalensi penyakit dalam masyarakat yang menjadi
sasaran tes.
Diagnosis
Penyakit + Penyakit -
Hasil tes + TP FP
Hasil tes - FN TN
Total TP + FN FP + TN
a. True positive (TP): Banyaknya kasus yang benar-benar menderita
penyakit dengan hasil tes positif.
b. False positive (FP): banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit,
tetapi tes menunjukkan hasil tes positif.
c. False negative (FN): banyaknya kasus yang sebenarnya menderita
penyakit dengan hasil tes negatif
d. True negative (TN): banyaknya kasus yang benar-benar tidak sakit
dengan hasil tes negatif
Dengan menggunakan tabel diatas sensitivitas dan spesifisitas dapat
dihitung :
TP
 Sensitivitas ¿
TP+ FN
TN
 Spesifisitas¿
TP+ FP
TN
 Nilai duga negatif ¿
TN+ FN
TP
 Nilai duga positif ¿
TP+ FN

8. Realibilitas
Reabilitas adalah kemampuan test memberikan hasil yang
sama/konsisten bila tes diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran (objek)
yang sama dan pada kondisi yang sama pula. dalam hal tingkat reabilitas
maka ada dua faktor utama yang harus diperhatikan;
1. Variasi dari cara skrining yang sangat dipengaruhi oleh stabilitas
alat tes atau reagensia yang digunakan, serta fluaktuasi keadaan
dari nilai yang akan diukur sebagai contoh tekanan darah yang
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan alat yang digunakan.
2. Kesalahan pengamatan atau perbedaan pengamat yang meliputi
adanya nilai berbeda karena dilakukan oleh pengamat yang
berbeda, atau adanya nilai yang berbeda walaupun dilakukan oleh
pengamat yang sama.
Untuk meningkatkan nilai reabilitas tersebut diatas, maka dapat
dilakukan beberapa usaha tertentu;
a. Pembakuan atau standarisasi penyimpanan
b. Peningkatan dan pemantapan tim pengalamat melalui training
c. Pengamatan yang cermat
d. Menggunakan 2 atau lebih pengamat
e. Memperbesar klarifikasi (kelompok) kategori yang ada terutama
bila kondisi penyakit juga bervariasi/ bertingkat.
Menghitung kesepakatan antar dua pengamat menghitung (Koefisien (K)) Kappa
sebagai berikut:
Koef (k) Kappa
kesepakatan yang terobservasi−kesepakatan yang diharapkan
¿
1−kesepakatan yang diharapkan

(TP+ FN ) ( TP+ FP )+ ( FP+TN ) ( FN +TN )


Kesepakatan yang diharapkan ¿
(TP+ FP+ FN +TN )2

TP+TN
Kesepakatan yang terobservasi ¿
TP+ FP+ FN +TN

Pengukuran test kappa yang digunakan adalah proporsi kesepakatan yang


menghindari kebetulan (beyond chance) menurut Landis dan Koch:

Nilai kesepakatan Kekuatan kesepakatan


<0,40 Kurang
0,40 – 0,75 Intermediate
>0,75 Baik

9. Yield (derajat penyaringan)


Derajat penyaringan adalah besarnya kemungkinan untuk
menemukan mereka yang sebenarnya menderita tetapi tanpa gejala
sehingga dapat terdiagnosis dan diobati lebih dini sebagai hasil dari
skrining. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh:
a. Sensitivitas alat skrining, bila alat yang digunakan memiliki
sensitivitas yang rendah akan dihasilkan banyak netagif semu,
yang berarti banyak penderita yang tidak terdiagnosis sehingga
yield yang diperoleh rendah. Begitu pula sebaliknya
b. Prevalensi penyakit yang tidak tampak, makin tinggi prevalensi
penyakit tanpa gejala dimasyarakat akan meningkatkan yield,
terutama penyakit kronik
c. Skrining yang dilakukan sebelumnya, maka yield akan rendah
karena banyak yang telah terdiagnosis sebelumnya
d. Kesadaran masyarakat

Anda mungkin juga menyukai