BAB I
PENDAHULUAN
yang paling optimum dalam pemberian ASI eksklusif adalah hingga umur enam
bulan pertama dan dilanjutkan hingga umur dua tahun atau lebih yang disertai
dengan makanan pendamping (Abasattai et al, 2013; Pollard, 2016).
Tidak hanya bagi bayi, pemberian ASI juga bermanfaat bagi ibu.
Diantaranya menurunkan risiko kanker payudara dan kanker mulut rahim,
pemulihan berat badan, dan merupakan kontrasepsi alami (Pollard, 2016; WHO,
2010; Jara-Palacios et al,2015). Berdasarkan penelitian Jonas et al tahun 2008 di
Swedia, yang dikutip dari buku Pollard (2016), menyimpulkan bahwa menyusui
bisa menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik selama kehamilan dalam
dua hari setelah melahirkan. Manfaat lainnya yaitu mengurangi risiko perdarahan
postpartum, perbaikan tulang dan memberikan manfaat sosial dan ekonomi
keluarga dan bangsa (Abasattai et al, 2013).
Cakupan ASI eksklusif umur 0 hingga 6 bulan setelah kelahiran secara
global hanya 38% pada tahun 2011. Data terbaru dari dua puluh satu Negara di
Eropa, pemberian ASI eksklusif hanya 13%. Di Eropa barat diperkirakan pada
tahun 2006-2012, hanya 25%, dan 43% di bagian Asia Tenggara (WHO Europe,
2015).
Di Indonesia, dalam rangka meningkatkan pengembangan ASI eksklusif
pemerintah telah menetapkan peraturan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkan. Peraturan ini tercantum
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012. Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 pemberian
ASI eksklusif hanya 32%. Pada tahun 2012 pemberian ASI eksklusif mengalami
peningkatan yang signifikan hingga mencapai 42%. Berdasarkan Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Pusdatin, 2014), neonatus
mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 39,8%, rentang umur 1-2 bulan sebanyak
32,5%, rentang umur 2-3 bulan sebanyak 30,7%, rentang umur 3-4 bulan
sebanyak 25,2%, rentang umur 4-5 bulan sebanyak 26,3%, dan rentang umur 5-6
bulan sebanyak 15,3%. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
penurunan pemberian ASI eksklusif dengan bertambahnya umur bayi. Di Provinsi
Riau sendiri persentase pemberian ASI eksklusif mencapai 51,52% dari 7.798
3
bayi pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi 58,5% dari 17.656
bayi pada tahun 2014.
Dalam hasil penelitian Asfaw et al (2015), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Diantaranya, faktor sosio-demografis
termasuk didalamnya umur ibu, status pendidikan, pekerjan dan pendapatan
rumah tangga. Faktor dukungan psiko-sosial untuk ibu, kebiasaan masyarakat
setempat dan jenis kelamin.
Dari hasil Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010), pemberian ASI
eksklusif di Indonesia masih relatif rendah. Menurut Dirjen Gizi dan KIA (2010),
rendahnya pemberian ASI di Indonesia disebabkan oleh faktor sosial-budaya,
kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya
ASI, serta jajaran kesehatan yang belum optimal dalam melakukan dukungan
Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Kurangnya pengetahuan ibu dipengaruhi
oleh kepercayaan yang keliru seperti kepercayaan bahwa kolostrum merupakan
cairan yang tidak baik dan harus dibuang (Pusdatin, 2013 dan Manjula et al,
2016). Faktanya, kolostrum adalah ASI yang mengandung gizi yang tinggi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menganjurkan untuk
pemberian ASI pada 1 jam pertama kelahiran atau disebut juga dengan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) agar bayi mendapatkan kolostrum.
Sikap dipengaruh oleh banyak hal, diantaranya pengetahuan, kebudayaan,
media massa, pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dan
emosi individu itu sendiri. Sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif bisa
berwujud positif dan negatif. Sikap positif ibu hamil terhadap pemberian ASI
eksklusif bisa ditingkatkan dengan pemberian edukasi antenatal dan konseling
individual. Edukasi dan konseling yang diberikan kepada ibu hamil ini adalah
meluruskan kesalahpahaman yang dianut oleh masyarakat setempat seperti
kegunaan kolostrum dan kekhawatiran dengan cukupan nutrisi bayi setelah lahir
(Azwar, 2015 dan Manjula et al,2016).
Puskemas Karya Wanita yang berada di Kecamatan Rumbai Pesisir
merupakan salah satu puskesmas yang mempunyai pelayanan rawat inap dan
pelayanan perawatan antenatal di Pekanbaru. Berdasarkan data Buku Saku
4