KEPERAWATAN KELUARGA
(TREND & ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA)
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Ardianto 16.3.0.1.0055
Elvina Delviantari 16.3.0.1.0063
Lisa 16.3.0.1.0076
Mesa Prayoga 16.3.0.1.0080
Nora Setia Ningsih 16.3.0.1.0086
Nurul Afifah Nensih 16.3.0.1.0089
Tri Agustina 16.3.0.1.0104
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya
pada unit keluarga. Keluarga, bersama dengan individu, kelompok dan
komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris, kami
menyadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan
keluarga, mempunyai hubungan yang sangat erat. Unit dasar ini memiliki
pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang
dapat menentukan berhasil atau tidaknya kehidupan individu tersebut.
Keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukan
identitas seorang individu dan perasaan harga diri. Prioritas tertinggi
keluarga biasanya adalah kesejahteraan anggota keluarganya.
Minuchin (1977), seorang ahli terapi keluarga ternama, membuat
ringkasan dengan begitu indah tentang peran ganda yang dimainkan oleh
keluarga: Keluarga merupakan matriks dari perasaan beridentitas dari
anggota-anggotanya, merasa memiliki dan berbeda. Tugas utamanya
adalah memelihara pertumbuhan psikososial anggota-anggotanya dan
kesejahteraan selama hidupnya secara umum. Keluarga juga membentuk
unit sosial yang paling kecil yang mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan
nilai-nilai dari suatu masyarakat dan dengan demikian melestarikannya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui Trend dan Issue keperawatan keluarga
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Trend dan Issue Keperawatan Keluarga
Secara Global
b. Untuk mengetahui Trend & issue Dalam profesi keperawatan
1
c. Untuk mengetahui Trend & issue dalam pendidikan
keperawatan
d. Untuk mengetahui Trend & Issue dalam layanan keperawatan
e. Untuk mengetahui Strategi Koping Keluarga
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
8. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
9. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
10. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
4
D. Trend Dan Isu Keperawatan Keluarga Dalam Aspek Pendidikan
1. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung
“mudah”
2. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
3. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
4. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
5. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
5
c. Musyawarah bersama (memelihara ikatan keluarga).
Cara untuk mengatasi masalah dalam keluarga adalah: adanya
waktu untuk bersama-sama dalam keluarga, saling mengenal,
membahas masalah bersama, makan malam bersama, adanya kegiatan
bersama keluarga, beribadah bersama, bermain bersama, bercerita pada
anak sebelum tidur, menceritakan pengalaman pekerjaan maupun
sekolah, tidak ada jarak diantara anggota keluarga. Cara seperti ini
dapat membawa keluarga lebih dekat satu sama lain dan memelihara
serta dapat mengatasi tingkat stres, ikut serta dengan aktivitas setiap
anggota keluarga merupakan cara untuk menghasilkan suatu ikatan
yang kuat dalam sebuah keluarga.
d. Memahami suatu masalah.
Salah satu cara untuk menemukan coping yang efektif adalah
menggunakan mekanisme mental dengan memahami masalah yang
dapat mengurangi atau menetralisir secara kognitif terhadap bahaya
yang dialami. Menambah pengetahuan keluarga merupakan cara yang
paling efektif untuk mengatasi stresor yaitu dengan keyakinan yang
optimis dan penilaian yang positif. Menurut Folkman et al. (Friedman,
1998), keluarga yang menggunakan strategi ini cenderung melihat segi
positif dari suatu kejadian yang penyebab stres.
e. Pemecahan masalah bersama.
Pemecahan masalah bersama dapat digambarkan sebagai suatu
situasi dimana setiap anggota keluarga dapat mendiskusikan masalah
yang dihadapi secara bersama-sama dengan mengupayakan solusi atas
dasar logika, petunjuk, persepsi dan usulan dari anggota keluarga yang
berbeda untuk mencapai suatu kesepakatan.
f. Fleksibilitas peran.
Fleksibilitas peran merupakan suatu strategi coping yang kokoh
untuk mengatasi suatu masalah dalam keluarga. Pada keluarga yang
berduka, fleksibilitas peran adalah sebuah strategi coping fungsional
6
yang penting untuk membedakan tingkat berfungsinya sebuah
keluarga.
g. Normalisasi.
Salah satu strategi coping keluarga yang biasa dilakukan untuk
menormalkan keadaan sehingga keluarga dapat melakukan coping
terhadap sebuah stressor jangka panjang yang dapat merusak
kehidupan dan kegiatan keluarga. Knafl dan Deatrick (dalam
Friedman, 1998) mengatakan bahwa normalisasi merupakan cara
untuk mengkonseptualisasikan bagaimana keluarga mengelola
ketidakmampuan seorang anggota keluarga, sehingga dapat
menggambarkan respons keluarga terhadap stress.
2. Strategi Koping Eksternal
Sedangkan strategi coping eksternal ada empat yaitu:
a. Mencari informasi.
Keluarga yang mengalami masalah rnemberikan respons secara
kognitif dengan mencari pengetahuan dan informasi yang berubungan
dengan stresor. Hal ini berfungsi untuk mengontrol situasi dan
mengurangi perasaan takut terhadap orang yang tidak dikenal dan
membantu keluarga menilai stresor secara lebih akurat.
b. Memelihara hubungan aktif dengan komunitas.
Coping ini merupakan suatu coping keluarga yang
berkesinambungan, jangka panjang dan bersifat umum, bukan sebuah
coping yang dapat meningkatkan stresor spesifik tertentu. Dalam hal
ini anggota keluarga adalah pemimpin keluarga dalam suatu
kelompok, organisasi dan kelompok komunitas.
c. Mencari pendukung sosial.
Mencari pendukung sosial dalam jaringan kerja sosial keluarga
merupakan strategi coping keluarga eksternal yang utama. Pendukung
sosial ini dapat diperoleh dari sistem kekerabatan keluarga, kelompok
profesional, para tokoh masyarakat dan lain-lain yang didasarkan pada
kepentingan bersama. Menurut Caplan (dalam Friedman, 1998),
7
terdapat tiga sumber umum dukungan sosial yaitu penggunaan jaringan
dukungan sosial informal, penggunaan sistem sosial formal, dan
penggunaan kelompok-kelompok mandiri. Penggunaan jaringan sistem
dukungan sosial informal yang biasanya diberikan oleh kerabat dekat
dan tokoh masyarakat. Penggunaan sistem sosial formal dilakukan
oleh keluarga ketika keluarga gagal untuk menangani masalahnya
sendiri, maka keluarga harus dipersiapkan untuk beralih kepada
profesional bayaran untuk memecahkan masalah. Penggunaan
kelompok mandiri sebagai bentuk dukungan sosial dilakukan melalui
organisasi.
d. Mencari dukungan spiritual.
Beberapa studi mengatakan keluarga berusaha mencari dukungan
spiritual anggota keluarga untuk mengatasi masalah. Kepercayaan
kepada Tuhan dan berdoa merupakan cara paling penting bagi keluarga
dalam mengatasi stres.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang
lingkup keperawatan keluarga.
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit
keluarga. Keluarga, bersama dengan individu, kelompok dan komunitas
adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris, kami menyadari
bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga,
mempunyai hubungan yang sangat erat. Unit dasar ini memiliki pengaruh
yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat
menentukan berhasil atau tidaknya kehidupan individu tersebut
B. Saran
Bagi mahasiswa calon perawat diharapkan dapat memahami tentang trend
dan issue keperawata keluarga dan teori-teorinya agar bisa
mengaplikasikannya dengan baik pada saat bertemu dengan pasien atau klien
yang berbeda beda dirumah sakit nanti.
9
DAFTAR PUSTAKA
Friedman. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik.
Jakarta: EGC
10