Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU EPIDEMIOLOGI

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Managemen Epidemiologi

Dosen Pengampu:

Dr. Agus Hadian Rahim, dr., Sp. OT(K)Spine., M.Epid., M.HKes., MMRS.
Dr. Ardini Saptaningsih Raksanagara. dr., MPH

Disusun Oleh:
Lena Fitriyani Martal

PROGRAM STUDI PASCASARJANA MANAGEMEN RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
2023
1. Demam Berdarah
1.1 Definisi
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus Dengue
yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, seperti
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak ditemukan.
1.2 Triad Epidemiologi
1 Agen
Dalam penyakit Demam Berdarah Dengue yang menjadi agen adalah Virus Dengue.
Virus penyebab DHF/DSS adalah Flavi virus terdiri dari 4 serotipe yaitu serotipe 1,2,3
dan 4 (Dengue -1, -2, -3 dan -4). Virus ini ditularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti betina yang terinfeksi. Aedes aegypti hidup diperkotaan dan berkembang
biak terutama diwadah buatan manusia.
2 Pejamu (Host)
Pejamu penyakit DBD adalah manusia yang penderitanya merupakan sumber
penularan, terutama anak-anak. Virus Dengue bertahan melalui siklus nyamuk Aedes
aegypti - manusia di daerah tropis
3 Environtmen (Lingkungan)
Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain yaitu curah hujan yang
tinggi sepanjang tahun, genangan air pada barang-barang yang dapat menampung air
seperti kaleng, ban bekas, tanaman hias. Selain itu perilaku manusia yang kurang
memperhatikan lingkungannya.
1.3 Riwayat Alamiah Penyakit
I. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini terjadi interaksi antara pejamu (Host) dan agen nyamuk Aedes aegypti
yang telah terinfeksi virus Dengue. Jika imunitas pejamu lemah, mengalami kurang gizi
dan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan maka virus Dengue yang telah
terinfeksi nyamuk Aedes aegypti akan melanjutkan riwayat alamiah yakni ke tahap
Patogenesis.
II. Tahap patogenesis
Masa inkubasi virus Dengue berkirsar 4-10 hari (biasanya 4-7 hari), nyamuk yang
terinfeksi mampu menularkan virus selama sisa hidupnya. Manusia yang terinfeksi
adalah pembawa utama dan pengganda virus, melayani sebagai sumber virus nyamuk
yang tidak terinfeksi. Pasien yang sudah terinfeksi dengan virus Dengue dapat

1
menularkan infeksi (selama 4-5 hari; maksimum 12 hari) melalui nyamuk Aedes setelah
gejala pertama mereka muncul.
1.4 Frekuensi dan Distribusi
Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi DKI Jakarta pada
tahun 2019 sebanyak 8,716, dengan incidence rate 83,0 per 100.0000 penduduk,
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 3.007 kasus (IR 28,7). Hal ini terjadi
dikarenakan kualitas lingkungan dan hidup masyarakat di wilayah DKI Jakarta menurun,
kesadaran masyarakat untuk melakukan program pembasmian sarang nyamuk dengan 3M
Plus serta monitoring dan evaluasi program DBD di wilayah DKI Jakarta.
Jumlah DBD pada Klinik C*** di Daerah Jakarta Barat yang dinilai selama 5 bulan
(September 2022 hingga januari 2023).

Demam Berdarah Dengue


40
35
30
25
20
15
10
5
0
September Oktober November Desember Januari

September Oktober November Desember Januari

Dari diagram diatas dapat terlihat bawah terjadi peningkatan kasus DBD pada bulan
Desember dan Januari. Pada bulan Oktober (9 orang) yang diagnosis DBD, bulan
November (11 orang), sedangkan pada Desember (27 orang) dan bulan Januari (38 orang).
Peningkatan DBD dikarenakan penularan virus Dengue oleh Aedes aegypti, terutama
terjadi selama musim hujan karena penampungan air hujan akan menjadi
perkembangbiakan nyamuk.

Demam Berdarah Dengue (September 2022 -


Januari 2023)
20
15
10
5
0
<1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-35 36-44 45-59 >59

Berdarkan usia kejadian DBD lebih tinggi pada kasus anak-anak usia 5-9 tahun
(17 orang), pada kasus DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak-
anak, hal ini berkaitan dengan imun tubuh anak yang rendah. Perubahan iklim berefek
terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan terutama
2
terhadap perkembangbiakan vektor penyakit seperti Aedes. Selain itu, faktor perilaku dan
partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) serta pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas
penduduk sejalan dengan semakin meningkatnya penyebaran Virus DBD. Hal ini
dapat dilihat melalui diagram diatas kasus DBD tidak hanya tinggi pada usia anak-anak
namun juga menyerang seluruh kelompok umur, bahkan lebih banyak pada usia
produktif.
2. Demam Tifoid
2.1 Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella thypi. Bakteri ini akan menyerang sistem pencernaan dengan gejela yang
tampak demam dengan pola khas “Step-ledder” disertai dengan gangguan pencernaan.
2.2 Triad Epidemilogi
1 Agen
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella thypi, merupakan bakteri Gram negatif,
berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora.
Salmonella thypi memiliki tiga macam antigen yaitu, antigen O (somatik), antigen H,
dan antigen O.
2 Pejamu (Host)
Pejamu penyakit demam tifoid adalah manusia yang penderitanya merupakan sumber
penularan atau sebagai carier. Feses yang dihasilkan oleh penderita demam tifoid akan
menularkan Salmonella thypi ke orang lain. Bakteri tersebut ditularkan melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi. Dapat pula melalui perantara lalat, kecoa maupun
tikus. Demam tifoid menyerang kesemua kelompok umur, namun golongan terbesar
tetap pada usia <20 tahun.
3 Environtmen (Lingkungan)
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian demam tifoid adalah sanitasi
lingkungan dan higyene yang buruk. Penularan dapat berupa ledakan serangan yang
disebarkan air karena sanitasi yang buruk dam penyebaran secara fekal oral akibat
personal higyene yang buruk. Dapat juga melalui makanan dan minuman yang
terkontantaminasi oleh tinja dan urin penderita atau caier.
2.3 Riwayat Alamiah Penyakit
Berawal dari Salmonella thypi masuk kedalam tubuh host melalui makanan atau
minuman yang terkontamisi, kemudian bakteri akan dieliminasi dalam asam lambung dan
sebagian masuk kedalam usus halus dan bereplikasi diri. Kuman yang masuk ini tidak
3
langsung menimbulkan gejala biasanya akan membutuhkan masa inkubasi 7-21 hari (pada
umumnya 10-12 hari) hingga timbul gejala seperti demam, pusing, pegal-pegal, mual
muntah dll.
2.4 Frekuensi dan Distribusi
Demam tifoid paling tinggi terutama di negara Asia Selatan dan Afrika, terutama di
negara dengan banyak pemukiman kumuh dan sanitasi yang buruk. Demam tifoid termasuk
endemik di Indonesia, terutama pada daerah-daerah padat penduduk dan kumuh.
Epidemiologi demam tifoid di seluruh dunia saat ini diduga angka kejadiannya antara 11-
21 juta kasus per tahun dengan angka kematian mencapai 215.000.Demam tifoid juga
paling banyak ditemukan di negara tropis dengan sanitasi yang buruk, sulit akses air bersih
dan pemukiman padat penduduk. Saat ini di dunia sekitar 80% dari seluruh kasus demam
tifoid aktif yang ada terjadi di negara Bangladesh, Tiongkok, India, Indonesia, Laos, Nepal,
Pakistan serta Vietnam.
Demam tifoid terjadi di 5 bulan terakhir di Klinik C****, di daerah Jakarta Barat.
Berdasarkan jumlah pasien di 5 bulan terakhir angka kejadian demam tifoid terus
meningkat, peningkatan kasus ini tidak berdasarkan iklim ataupun cuaca. Peningkatan
angka terjadinya demam tifoid dipengaruhi oleh padatnya penduduk di Jakarta.

Demam Tifoid
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
September Oktober November Desember Januari

September Oktober November Desember Januari

Pada kasus demam tifoid, anak-anak rentan terhadap penyakit demam tifoid, anak
usia sekolah yang berpotensi tertukar melalui makanan, hal ini disebabkan karena anak
usia sekolah kurang memperhatikan kebersihan personal akibat ketidak pengatahuan jenis
makanan yang dapat menularkan penyakit. Sedangkan pada angka kejadian demam tifoid
di Klinik C****, Jumlah terjadinya demam tifoid tidak begitu signifikan berbeda antara
kelompok umur. Hal ini disebabkan demam tifoid tidak hanya disebabkan oleh usia (daya
tahan dan ketidak pengetahuan), namun disebabkan juga oleh kondisi lingkungan setempat,
dimana Jakarta sendiri merupakan kawasan padat penduduk dan banyak terdapat kawasan
kumuh. Selain itu higyene perorangan serta sanitasi juga berperan penting dalam
meningkatnnya kejadia demam tifoid
4
Demam Tifoid (September 2022 -
Januari 2023)
40
30
20
10
0
<1 1-4 5-9 10-14 15-1920-35 36-44 45-59 >59

3. Diare
3.1 Definisi
Diare merupakan suatu keadaan buang air besar dengan konsistensi cair atau
lembek, bahkan bisa berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (3kali
atau lebih) dalam 24 jam.
3.2 Triad Epidemilogi
1) Agen
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fekal-oral antara lain melalui
makanan dan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Lebih dari 90% kasus diare disebabkan oleh agen infeksius. Diare dapat
disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovius, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus
dan lain-lain; infeksi bakteri seperti Vibrio, E. Coli, Salmonella, dan sebagainya;
infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia), jamur (Candica albicans). Beberapa
perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
terjadinya diare perilaku tersebut antara lain:
a. Tidak memberikan ASI ( Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan.
b. Menggunakan botol susu, penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh
kuman dan menggunakan air yang tercemar.
c. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar.
d. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak dan tidak membuang tinja dengan benar.
2) Pejamu (Host)
Beberapa faktor host dapat meningkatkan insidensi beberapa penyakit diare, faktor
tersebut adalah:
i. Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun.
ii. Kekurangan gizi menimbulkan penyakit

5
iii. Campak diare dan disentri terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir.
iv. Imunodifesiensi/imunosupresi
3) Environtmen
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor
yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tida
sehat pula (melalui makanan dan minuman), maka dapat menimbulkan diare.
3.3 Riwayat Alamiah Penyakit
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh Rotavirus. Virus ini
menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak. Setelah terpapar dengan agen
tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh manusia bersama makanan dan minuman,
kemudian virus akan sampai ke sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi dan
merusak sel epitel tersebut. Kerusakan tersebut menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan
makanan yang tertumpuk di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal
tersebut menyebabkan banyak cairan yang di tarik ke dalam lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya hiperplastik usus, cairan dan makanan yang tidak terserap akan
didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.
3.4 Frekuensi dan Distribusi
Penyakit diare ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Penurunan angka kematian akibat diare masih menjadi masalah kesehatan di Jakarta. Pada
tahun 2020, terdapat 35 kasus diare yang menyebabkan kematian pada bayi, 10 kasus
kematian pada balita. Jumlah kasus diare pada balita dan dewasa di Provinsi DKI Jakarta,
paling tinggi didaerah Jakarta Barat baik jumlah kasus balita (16421 kasus) maupun dewasa
(47636 kasus). Dari 62.710 kasus diare pada balita, hampir seluruhnya (99,82%)
mendapatkan oralit dan zinc. Jumlah kasus diare ini mencakup 38,21% dari target
penemuan kasus diare di tahun 2020.
Pada kasus diare di Klinik C**** Jakarta barat, selama 5 bulan (september-januari)
terdapat peningkatan kasus diare. pada bulan Januari sebanyak 130 kasus diikuti pada bulan
desember (107 kasus) yang berobat ke Klinik C***, peningkatan angka kasus diare pada
bulan desember dan januari dipengaruhi oleh peningkatan curah hujan. Pada saat musim
hujan Patogen diare seperti Kolera, Escherichia coli, Shigella, Rotavirus, Norovirus,
6
Cryptosporidium dapat menyebar melalui kontak langsung dengan air banjir atau tercemar.
Genangan air yang tersisa dari banjir menjadi tempat berkembang biak patogen dan
penyakit menular. Kasus diare yang datang jumlah kasus diare selama 5 bulan ini paling
banyak ditemukan pada usia 1-4 tahun (68 kasus) dan >56 tahun (63 kasus). Diare
meningkat pada usia 1-4 tahun hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh, pemberian
ASI (Air Susu Ibu). namun pada kelompok usia yang lain tidak ada perbedaan signifikan
pada kasus diare.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadai
penyediaan air bersih, air yang tercemar, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja
yang tidak hygiene, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan
makanan yang tidak semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agen, pejamu,
lingkungan dan perilaku. Faktor pejamu meningkatkan kerentanan terhadap diare,
diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campat dan
imunodifisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu penyediaan air bersih dan
pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinterasi dengan perilaku manusia.

DIARE
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
September Oktober November Desember Januari

September Oktober November Desember Januari

4. Hipertensi
4.1 Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan atau
diastolik diatas 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC VIII pada tabel dibawah
ini:
Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah
hipertensi (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100

7
4.2 Frekuensi dan Distribusi
Berdasarkan RIKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 prevalensi hipertensi
pada kelompok usia >18 tahun berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat
antihipertensi 8,8%, jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan Riskesdas 2013
sebanyak 9,5%. Namun prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah
pada penduduk >18 tahun pada tahun 2013 sebanyak 25,8%, sedangkan pada tahun 2018
sebanyak 34,1%. Berdasarkan profil kesehatan DKI Jakarta 2020 dari estimasi jumlah
penderita hipertensi berusia > 15 tahun yang telah ditetapkan, sebanyak 41,04%
(1.096.618) telah mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai standar, lebih tinggi pada
populasi perempuan (47,9%) daripada laki-laki (34,13%). Sedangkan, pada jumlah
estimasi penderita hipertensi berusia >15 tahun sebanyak 2.671.915 (laki-laki 1.331.287
dan perempuan 1.340.628). Pada Tahun 2019, jumlah estimasi penderita hipertensi berusia
≥ 15 tahun sebanyak 2,655,351 jiwa dibandingkan tahun 2018 sebanyak 2.748.282 jiwa.
Lebih tinggi pada populasi perempuan (22,9%) dan laki-laki (19,9%).
Di Klinik C**** Jakarta barat kejadian hipertensi selama 5 bulan semakin meningkat
jumlah kasus hipertensi, dan jumlah populasi perempuan lebih tinggi. Pada bulan januari
terdapat 341 kasus hipertensi pada perempuan sedangkan pada laki laki 210 kasus.
Dibandingkan bulan desember terdapat 258 (perempuan)kasus hipertensi, sedangkan pada
laki laki 201. Kejadian hipertensi di klinik semakin meningkan pada populasi >36 tahun.

Hipertensi Hipertensi (September 2022 -


400 Januari 2023)
350
600
300 550
250 500
450
200 400
150 350
300
100 250
50 200
150
0 100
50
0

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

4.3 Determinan
hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatanan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seorang mengalami penyakit lainnya. Hipertensi primer adalah suatu
kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi akibat gaya hidup seorang dan faktor
lingkungannya.
Ada beberapa terjadinya hipertensi sekunder antara lain:

8
1 Penyakit ginjal : stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomeruloneftritis
2 Kelainan hormonal: hiperaldosteronisme, sindroma clashing, feokromositoma
3 Obat-obatan: PIL KB, kortikosteroid, Eritropoetin
4 Penyebab lain: koartasio aorta, preeklamsia pada kehamilam
Beberapa faktor resiko
Usia diatas 40 tahun Makanan dan minuman: seperti makanan yang
tinggi garam dan lemak, dan minuman yang
mengandung alkohol atau sodium, kopi (belum
terbukti)
Ras kulit hitam lebih tinggi terkena Rokok : pada perokok (maupun perokok pasif)
dibandingkan kulit putih lebih tinggi hipertensi dibandingkan tidak
perokok
Genetik Kontrasepsi hormonal: resiko tinggi dengan
lamanya pakai (±12 tahun berturut-turut.
Berat badan lahir rendah Berat badan: kegemukan lebih banyak
ditemukan terjadinya hipertensi
Urban/rural: lebih tinggi kejadian hipertensi Jenis kelamin: perempuan lebih tinggi
pada populasi yang tinggal dipantai dibandingankan laki-laki
dibandingkan pergunungan

4.4 Pencegahan
Mengukur tekanan darah secara teratur, menurunkan berat badan pada
obesitas/kegemukan, pembatasan penggunaan garam dapur, menghentikan konsumsi
alkohol, menghentikan kebiasaan merokok, melakukan olahraga teratur dan istirahat
cukup, diet rendah lemak jenuh, menghindari stress, pemberian kalium dalam bentuk
makanan (sayur dan buah). Untuk orang yang sedang dan sudah mendapatkan Pengobatan
hipertensi berobat secara teratur, minum obat walaupun tidak ada keluhan (obat seumur
hidup) ikuti nasihat dokter, diet rendah garam dan lemak jenuh, olahraga secara teratur,
hadapi persoalan tidak dengan emosional.
5. Diabetes Mellitus
5.1 Definisi dan Klasifikasi
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) dikenal juga sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormom insulin sesuai kesehehatan tubuh.
Terdapat 2 tipe diabetes mellitus berdasarkan penyebab perjalanan klinik antara lain:
1) Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan
hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).

9
Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans
pankreas. Diabtes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormom insulin dimana tubuh tidak dapat berfungsi
dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM).
5.2 Frekuensi dan Distribusi
Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-64 tahun,
sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh penduduk usia diatas
64 tahun. Penderita DM tipe 1 biasanya berumur <40 tahun dan penderitas DM tipe 2
biasanya berumur >40 tahun. IDF diabetes atlas melaporkan prevalensi diabetes global
pada usia 20-79 tahun pada tahun 2021 diperkirakan 10,5% (536,6 juta orang), meningkat
menjadi 12,2% (783,2 juta) pada 2045. Prevalensi diabetes mirip antara pria dan wanita
dan tertinggi pada mereka yang berusia 75 – 79 tahun. Prevalensi (tahun 2021) diperkirakan
lebih tinggi di perkotaan (12,1%) daripada pedesaan (8,3%), dan di negara – negara
berpenghasilan tinggi (11,1%) dibandingkan dengan negara – negara berpenghasilan
rendah (5,5%). Peningkatan relatif terbesar dalam prevalensi diabetes antara tahun 2021
dan 2045 diperkirakan terjadi di negara – negara berpenghasilan menengah (21,1%)
dibandingkan dengan negara – negara berpenghasilan tinggi (12,2%) dan rendah (11,9%).
Menurut Rikesdas tahun 2013 prevalensi diabetes melitus pada usia >15 tahun 1,5%,
sedangkan pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 2,0%, dari data tersebut
Provinsi DKI kejadian diabetes paling tinggi tahun 2018 sebanyak 3,4%. Berdasarkan
Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2018 didapatkan 43,70% penderita diabetes mellitus
yang mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar. di Jakarta barat 27,74%. Jumlah kasus
di Klinik C**** dalam 5 bulan terakhir mengalami peningkatan dibulan januari, antara
kasus diabetes mellitus perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaan signifikan. Kejadian
diabetes paling banyak ditemukan pada kelompok usia >59 tahun, diikuti 45-59 tahun, 36-
44 tahun, dan kelompok usia 20-35 tahun.

10
Diabetes Diabetes (September 2022 - Januari
2023)
100
80
60 160
40 140
120
20 100
80
0 60
40
20
0

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

5.3 Determinan
1. Genetik atau Faktor keturunan
DM cenderung diwariskan atau diturunkan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis
memberikan peluang besar bagi timbulnya penyakit DM.
2. Jenis kelamin
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita DM dibandingkan laki-laki.
3. Pola makan dan kegemukan (Obesitas)
Pola makan yang tidak seimbang menjadi faktor timbulnya DM, selain itu makanan
yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa)
muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi
minuman yang kaya gula. Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk
diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe 2 berkaitan dengan
obesitas.
4. Aktifitas Fisik
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang kelebihan
kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk
menderita DM.
5.4 Pencegahan
Tujuannya adalah mencegah hiperglikemia pada individu/populasi yang berisiko tapi
belum sakit dengan cara:
1. Makan seimbang; karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25% yang
disesuaikan dengan proses pertumbuhan status gizi, umur, stres akut, kegiatan jasmani.
2. Olahraga teratur 3-4 kali seminggu selama 30 menit, sifat continous, ritmik, interval
progresif, endurance.
3. Jaga berat badan, dan lain-lain. Kaloborasi tanggung jawab antara instansi kesehatan,
masyarakat, swasta, dan pemerintah sangat diperlukan dalam pengendalian DM.
11
DAFTAR PUSTAKA

Najmah. Epidemiologi penyakit menular. Jakarta: Trans Info Media; 2016

Anung AP, Intan KP, Mujahidil A, Reza A. Epidemiologi penyakit menular pengantar bagi
mahasiswa kesehatan, 1ed. Depok: Raja Grafindo Persada; 2021

Irwan. Epidemiologi penyakit tidak menular. 1ed. Yogyakarta: Deepublish; 2016

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2019. Profil Kesehatan DKI Jakarta 2019. Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2020. Profil Kesehatan DKI Jakarta 2020. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.


Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

Hong S, Pouya S, Suvi K, Moritz P, Katherine O, Bruce BD, et al. IDF Diabetes Atlas: Global,
Regional And Country-Level Diabetes Prevalence Estimates For 2021 And Projections
For 2045. 2022:01(183)

12

Anda mungkin juga menyukai