Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EPIDIOMOLIGI PENYAKIT MENULAR

DBD DAN MALARIA

DI SUSUN OLEH :

• Reza Sefti Aisah (2013201022) • Pardoyo (2013201036)


• Fifit Nanda Nirwana (2013201002) • Fahrit Fajri Jawanda (2013201048)
• Regita Maheswari (2013201041) • Arya Pranata (2013201017)
• Lidya Wati (2013201031) • Army Wijaya (2013201044)

DOSEN PENGAMPU : NOPIA WATI, SKM.,SKM

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak lupa kita panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ DBD dan Malaria” dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapakan terimakasih kepada Ibu Nopia Wati, SKM.,MKM selaku doden
pengampu mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular yang membimbing kami dalam
pengerjaan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman - teman kami
selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data – data dalam pengumpulan makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalahl ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui, maka
dari itu kami mohon saran & kritik dari teman – teman maupun dosen demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Bengkulu, 09 Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Risiko untuk kejangkitan
penyakit DBD karena virus penyebab dan nyamuk penularanya tersebar luas baik dirumah –
rumah, maupun di tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000m diatas
permukaan laut. Seiring dengan perkembangan pembangunan dan bertambah lancarnya
transportasi, nyamuk Aedes aegypti telah ikut berimigrasi dan berkembang biak di hampir
seluruh plosok indonesia. Infeksi virus dengue tidak menyebabkan DBD pada manusia
karena masih tergantung pada faktor lain seperti vector capacity, virulensi virus dengue,
status kekebalan host dan lain-lain. Kekebalan host terhadap infeksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu usia dan status gizi. virus dengue dapat menyebabkan manifestasi
klinis yang bervariasi, dari asimtomatik sampai DBD dengan perembesan plasma yang dapat
mengakibatkan sindrom syok dengue (SSD).
Penyakit DBD mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan kematian, tetapi jika
berkembang menjadi SSD angka kematian. Sindrom syok dengue (SSD) adalah sindrom
penyakit infeksi virus dengue yang menunjukan tanda-tanda klinis gangguan fungsi sirkulasi
darah ditandai dengan nadi yang cepat, lemah sampai tidak teraba, jarak sistol dan diastol
menjauh atau mendekat disertai tensi menurun. Pada perabaan ujung tangan dan kaki teraba
sangat dingin. Infeksi dengue memiliki spektrum klinis yang luas dengan dampak dan
perkembangan penyakit yang tidak dapat diprediksi.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasite yang
merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Penyakit
demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia hal ini tampak
dari kenyataan seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit
demam berdarah dengue. Sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularanya
sudah tersebar luas di perumahan-perumahan penduduk. Malaria merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat karena mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan
kematian. resiko tinggi yang rawan terinfeksi malaria adalah balita, anak, ibu hamil dan ibu
menyusui. Malaria selain mempengaruhi angka kematian dan kesakitan balita, anak, wanita
hamil dan ibu menyusui juga menurunkan produktifitas penduduk. Malaria dapat
menyebabkan kekurangan darah karena sel-sel darah banyak yang hancur dirusak atau
dimakan oleh plasmodium. Malaria jugamenyebabkan splenomegali yaitu pembesaran limpa
yang merupakan gejala khas malaria klinik. Limpa merupakan organ penting dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan
infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri, hiperemis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana penyebab terjadinya DBD dan malaria ?
b. Bagaimana siklus hidup vektor penyakit malaria dan DBD ?
c. Bagaimana penularan dan penyebaran penyakit malaria dan DBD ?

1.3 Tujuan penelitian


1. Untuk mengetahui penyebab penyakit terjadinya DBD dan malaria.
2. Untuk mengetahui siklus hidup vektor penyakit malaria dan DBD.
3. Untuk mengetahui penyebaran penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk aedes aegypti.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Epidemiologi penyakit DBD dan Malaria

 DBD

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang
paling ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau
dengue shock syndrome (DSS) ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang
terinfeksi. Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus
Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor primer dan Ae.
polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder, selain itu
juga terjadi penularan transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan
serta penularan transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Dari beberapa cara
penularan virus dengue, yang paling tinggi adalah penularan melalui gigitan nyamuk Ae.
aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari,
sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti
dengan respon imun, berhubungan dengan tinggi rendahnya infeksi virus dengue di
masyarakat; tetapi infeksi tersebut tidak selalu menyebabkan DBD pada manusia karena
masih tergantung pada faktor lain seperti vector capacity, virulensi virus dengue, status
kekebalan host dan lain-lain.Vector capacity dipengaruhi oleh kepadatan nyamuk yang
terpengaruh iklim mikro dan makro, frekuensi gigitan per nyamuk per hari. Selain itu,
frekuensi nyamuk menggigit manusia juga dipengaruhi keberadaan atau kepadatan manusia.

Timbulnya suatu penyakit dapat di terangkan dengan konsep segitiga yaitu


agent(agen/vektor), Host (Manusia), Environment (Lingkungan).

1. Agent (virus dengue)


Agent penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari genus Flavivirus
(Arbovirus Grup B) salah satu genus Familia Togaviradae, dikenal ada empat serotlpe
virus dengue yaitu Den-I, Den 2, Den-3, Den-4, virus dengue ini memiliki masa inkubasi
yang tidak terlalu lama yaitu antara 37 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia.
Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD
2. Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi dengue, beberapa faktor yang
mempengaruhi manusia adalah:
a. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi
virus dengue, semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru
berumur beberapa hari setelah lahir, saat pertama kali epidemi dengue di
Indonesia kebanyakan anak-anak berumur antara 5-9 tahun dan selama tahun
1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15
tahun (Widia Eka, 2009).
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD
dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender).
c. Nutrisi
Teori Nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit tidak ada hubungannya
dengan teori imonulogi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan
antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.
d. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus
dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah
insiden kasus DBD.
e. Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi
virus dengue sehingga mempengaruhi penyebaran epidemik virus dengue.
d. Environment (Lingkungan)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:
1. Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara
terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30° lintang utara dan
44° lintang selatan sepeati Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan
tingkat kejadian sekitar 50-100 juta setiap tahunnya. virus dengue menimbulkan
penyakit demam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala.
Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem
kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang
menyebar dari suatu daerah ke daerah lain.
2. Musim
Dengan 4 musim, epidemic DBD berlangsung pada musim panas, meskipun
ditemukan kasus DBD sporadik pada musim dingin. epidemik DBD terjadi pada
musim hujan, epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan,
periode epidemik yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat
kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan
peningkatan aktifitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan
yang baik untuk masa inkubasi (Widia Eka, 2009)

 Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alamiah
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Orang yang menderita malaria secara
khas mengalami gejala awal mirip seperti flu, demam tinggi, rasa dingin, dan sakit kepala.
Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur.Gejala malaria akan tampak setelah 10
hari sampai 4 minggu berupa demam, sakit kepala, muntah, dan menggigil.

Trias epidemiologi menjelaskan konsep terjadinya penyakit ditentukan oleh tiga faktor yaitu
pejamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan(environment).Penularan malaria
berkaitan dengan manusia sebagai pejamu dan perilakunya, keberadaan Plasmodium dalam
tubuh nyamuk betina, serta lingkungan sebagai tempat perindukan dan peristirahatan
vektor.Ketiga faktor tersebut menentukan risiko penularan malaria, dengan demikian dalam
upaya pencegahan penularan malaria harus memperhatikan ketiga faktor perilaku manusia,
keberadaan agen, dan lingkungan. Program pengendalian vektor malaria telah dilakukan
dengan cara mengendalikan populasi nyamuk dewasa melalui penyemprotan dalam rumah
(Indoor Residual Spray) dan kelambu berinsektisida (Long Lasting Insecticide Nets),
larvasidasi, serta modifikasi/manipulasi habitat perkembangbiakan nyamuk. Penyemprotan
dalam rumah dan pemakaian kelambu berinsektisida bertujuan untuk memperpendek umur
nyamuk sehingga penyebaran dan penularan malaria dapat terputus.

2.2 Faktor Resiko

 Faktor resiko DBD

Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah


diantaranya: lingkungan rumah (jarak rumah, tata rumah, jenis kontainer, ketinggian tempat
dan iklim), lingkungan biologi, dan lingkungan sosial. Jarak antara rumah mempengaruhi
penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin
mudah nyamuk menyebar kerumah sebelah menyebelah. Bahan-bahan pembuat rumah,
konstruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang barang dalam rumah menyebabkan
rumah tersebut disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit
menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak-desakan dan kumuh
mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.

 Faktor resiko Malaria


1. Malaria bawaan / kongenital, disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga
tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya, dan dapat melalui
plasenta dari ibu ke bayi melalui tali pusat.
2. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan
melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan
jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan
siklus eritrositer karena tudak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga
diobati dengan mudah.
3. Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam adalah Plasmodium gallinasium,
burung dara adalah Plasmodium relection dan monyet adalah Plasmodium knowlesi

2.3 Cara penularan dan penyebab DBD dan Malaria

 Penularan Penyakit DBD

Cara penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain dengan perantara vektor
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada waktu menghisap darah
penderita DBD atau carrier, jika nyamuk ini menggigit orang lain, maka virus dengue akan
dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut dapat
menderita sakit DBD. Virus DBD memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan ada
dalam darah selama satu minggu (Kemenkes RI, 2011).

1. Mekanisme penularan DBD


Sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari sebelum
demam, bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan
ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di tubuh nyamuk, termasuk di dalam kelenjar liurnya
kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut siap untuk
menularkan kepada orang lain (masa inkubasi instrinsik). Virus ini akan berada dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk
menggigit sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat
tusuknya (proboacis). Bersamaan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari
nyamuk ke orang lain.
2. Masa inkubasi
Masa inkubasi penyakit DBD berkisar antara 3-15 hari umumnya 5-8 hari dimulai
dengan demam tinggi yang tiba-tiba sakit kepala yang kuat, sakit pada bola mata dan
sakit yang menyeluruh pada otot, sendi dan punggung, menggigil dapat dijumpai
masa krisis mulai menurun pada hari ke 5 atau ke 6 sesudah demam kadang-kadang
temperature tubuh menurun menjadi normal pada masa demam disebut saddle back
type of fever curve. Pada hari ke 3 atau ke 5 bercak merah pertama pada dada,
pinggul, perut, kemudian menyebar ke lengan kaki dan muka, jumlah trombosit di
bawah 150.000/mm, biasanya ditentukan hari ketiga sampai hari ke 7 sakit (dalam
keadaan normal jumlahnya berkisar antara 200.000-400.000 tiap mikro liter darah).
Dijumpai leukopenia pada masa akut dari penyakit, darah ini kembali normal setelah
satu minggu. Separuh dari kasus menunjukan gejala-gejala awal 6-12 jam sebelum
demam berupa lemah, sakit kepala, sakit punggung dan hilangnya nafsu makan.
3. Tempat Potensial bagi penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk sebagai
penularnya, oleh karena itu tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:
a. Wilayah yang banyak kasus demam berdarah (rawan endemis).
b. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa type virus dengue yang cukup besar seperti: sekolah, RS/Puskesmas dan
tempat umum lainya.

 Penularan Malaria
1. Malaria bawaan / kongenital, disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta
sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya,
dan dapat melalui plasenta dari ibu ke bayi melalui tali pusat.
2. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang
menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi
hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tudak melalui sporozoit yang
memerlukan siklus hati sehingga diobati dengan mudah.
3. Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam adalah Plasmodium
gallinasium, burung dara adalah Plasmodium relection dan monyet adalah
Plasmodium knowlesi.
 Penyebab DBD

penyebab DBD adalah keadaan got-gotnya kurang diperhatikan lingkungan yang


kurang bersih. Adanya kaleng-kaleng bekas bekas berisi.genangan air Got di jalan
seharusnya bersih tidak ada lagi limbah dari industri rumah. tangga, ada kaleng bekas isi
genangan air Kemudian yang kedua faktor imigrasi perpindahan warga, ada yang kerja di
luar desa atau ada yang kuliah di luar Mereka yang terkena dan pulang, merekalah yang
mungkin membawa penyakitnya. Apalagi seperti yang diungkapkan warga bahwa PHBS
yang belum bagus dapat juga menyebabkan DBD

 Penyebab Malaria
Lima jenis parasit plasmodium yang dapat menginfeksi manusia secara alami (Harijanto,
2010), yaitu :

1. Plasmodium vivax, menyebabkan malaria tertiana/vivax

2. Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria tropika/falciparum

3. Plasmodium malariae, menyebabkan malaria quartana/malariae

4. Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale

5. Plasmodiumknowlesi.

2.4 Riwayat Alamiah


DBD
1) Pre-Patogenesis
Host terpapar virus dengue tetapi kondisi host masih normal atau sehat
2) Tahap Patogenesis
a. Tahap Inkubasi
Penyakit DBD masa inkubasi awal dari kel-4 : Demam yang akut, selama 2 hingga 7
hari, dengan 2 atau
b. Tahap Penyakit Dini lebih gejala diantaranya seperti berikut: nyeri kepala, nyeri otot,
nyeri persendian. Di mana gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata
menunjukkan peningkatan (cenderung panas) dimana suhu badan mencapai 39 °C-41
°C. hari ke 5-7 rata rata panas cenderung menurun
c. Tahap Penyakit Lanjut: Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan
leucopenia, dan terjadi pembesaran hati (Hepatomegali)

3) Tahap Pasca Pathogenesis


Meninggal bagi yang tidak segera ditangani, dan sembuh bagi yang mendapatkan
penanganan yang tepat
 Malaria
1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit. Pada
proses prepatogenesis penyakit malaria bisa terjadi pada orang-orang yang tinggal
didaerah malaria atau orang yang mengadakan perjalanan kedarah malaria. Daur hidup
spesies malaria terdiri dari fase seksual (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan
aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termauk manusia. Tahap
prepatogenesis penyakit malaria dimulai pada fase seksual (sporogoni). Fase seksual
dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina untuk membentuk ookinet
dalam perut nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista
di selaput luar lambung nyamuk.Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-
35 hari, tergantung pada situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista
akan membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ
nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang
dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit manusia
2. Tahap Inkubasi
Masa inkubasi pada penyakit malaria beberapa hari sampai beberapa bulan yang
kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti
demam. menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, dll. Masa inkubasi
pada penularan secara alamiah bagi masing-masing species parasit adalah sebagai
berikut. Plasmodium Falciparum 12 hari. Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate 13-
17 hari. Plasmodium maJariac 28 -30 hariMasa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa inkubasi
dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis.
Masa prepaten tiap tiap plasmodium berbeda-beda. Masa prepaten P. Falcifarum adalah
6-25 hari, P. Vivax 8-27 hari, P. Ovale 12-20 hari, dan P. Malariae 18-59 hari.
3. Tahap Dini/Klinis
Dikenal beberapa kaadaan klinik dalam perjalan infeksi malaria yaitu :
a. Serangan primer (Periode Klinis) Keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai
terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringat.
Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit
dan keadaan imunitas penderita. Gejala yang biasa terjadi adalah terjadinya "Trias
Malaria" (Malaria proxysm) secara berurutan:
 Periode dingin. : Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh
 Periode panas : Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas
badan tetap tinggi sampai 40"C atau lebih, penderita. Periode ini lebih lama.dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat
 Periode berkeringat Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
sampai basah, temperatur turun, penderita merasa cape dan sering tertidur. Bila penderita
bangun akan merada sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa
b. Periode laten
Periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya
terjadi diantara dua keadaan paroksismal
c. Recrudescense
Berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnyaserangan primer
d. Recurrence
Berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan
primer
e. Relapse atau "Rechute" Berlangsungnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama
dari wakti diantara serangan periodik dari infeksi primer
4. ahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit sudah
menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif
mudah ditegakkan. Dan juga sudah memerlukan perlukan pengobatan.

5. Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
a. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
b. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada. tetapi
tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa
cacat.
c. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namunpenyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
1. Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
2. Berakhir dengan kematian
3. Pada tahap akhir penyakit malaria dapat sembuh sempurna, sembuh karier atau
pembawa, dan ada juga yang meninggal dunia dikarenakan plasmodium yang
menyerang

2.5 Pencegahan
 Pencegahan DBD

Pencegahan penyakit demam berdarah dengue dapat dibagi menjadi tingkatan.


Pertama pencegahan primer, pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Secara garis besar ada cara pengendalian vektor antara lain:

a. pengendalian cara kimiawi, pada pengendalian kimiawi digunakan insektisida yang


ditujukan pada nyamuk dewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan adalah
dari golongan organoklorin, organopospor, karbamat, dan pyrethoid.
b. Pengendalian hayati atau biologik, menggunakan kelompok hidup, baik dari
golongan mikroorganisme hewan invertebrata atau vertebrata Sebagai pengendalian
hayati dapat berperan sebagai patogen, parasit, dan pemangsa. Beberapa jenis ikan
kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusia afffinis) adalah pemangsa
yang cocok nyamuk. untuk larva nyamuk.
c. Pengendalian lingkungan, pencegahan yang paling tepat dan efektif dan aman untuk
jangka panjang adalah dilakukan dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dan 3M yaitu: menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum
hewan peliharaan. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa
sehingga tidak dapat diterobas oleh nyamuk dewasa. Mengubur barang bekas yang
sudah tidak terpakai, yang kesemuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat
berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypty.

 Pencegahan Malaria

Hal – hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit malaria
adalah :

1. Menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk


a. Memasang kawat kasa pada setiap lubang pada rumah
b. Menggunakan kelambu sewaktu tidur
c. Memasang obat nyamuk
d. Menggunakan zat penolak, misalnya lotion anti nyamuk
2. Membunuh nyamuk dewasa
a. Penyemprotan/pengabutan (spraying atau fogging/space praying)
b. Penggunaan insektisida di dalam atau di luar rumah
c. Membunuh jentik nyamuk/kegiatan anti larva
3. Pemakaian Kelambu
Pada saat tidur di kelambu dapat berperan untuk mencegah dari gigitan nyamuk sehingga
penggunaan kelambu dapat untuk mencegah kontak manusia dengan nyamuk yang dapat
mengurangi terjadinya malaria.
4. Penimbunan dan pengaliran genangan air
Dalam pemberantasan tempat perindukan nyamuk seperti genangan air tempat
berkembang biaknya nyamuk dilakukan penimbunan agar tidak banyak berkembang
biakny untuk mencegah agar tidak banyak terjangkit malaria.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. DBD merupakan
salah satu penyakit yang cenderung meningkat jumlah kasus dan penyebarannya serta sering
menimbulkan kejadian kematian sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasite yang
merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.

3.2 Saran

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi


vektor nyamuk demam berdarah. Dengan mengubur barang bekas yang dapat menampung
air, menguras tempat penampungan air dan menimbun barang-barang bekas atau sampah.
Atau kita bisa juga berburu jentik.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan sehingga penelitian


selanjutnya diharapkan lebih efisien dengan tingkat pembuktian yang lebih tinggi dan akurat
serta meminimalkan kekurangan-kekurangan dalam penelitian tentang faktor risiko kejadian
penyakit malaria.
DAFTAR PUSTAKA

 Puasa, R., & Kader, A. (2018). Identifikasi Plasmodium Malaria Didesa Beringin Jaya
Kecamatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan. Jurnal riset kesehatan
 Sains, M. P. F., Coto, I. Z., & Hardjanto, I. (2005). Pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan penyakit malaria dan demam berdarah dengue.
 Artana, I. W. (2018). Demam Berdarah dengue (DBD) di Banjar Tegal, Tegallalang
Gianyar. Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing
 Natalia, D. (2015). Peranan trombosit dalam patogenesis malaria. Majalah Kedokteran
Andalas,
 Nurdin, E., Masrizal, M., & Elytha, F. (2012). Faktor Risiko Kejadian Penyakit Malaria
Diwilayah Tambang Emas Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas,
 Prasetyani, R. D. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam
berdarah dengue. Jurnal Majority
 Dinata, A., & Dhewantara, P. W. (2012). Karakteristik lingkungan fisik, biologi, dan
sosial di daerah endemis DBD Kota Banjar tahun 2011. Jurnal Ekologi Kesehatan.
 Djunaedi, D. 2006. Demam Berdarah Dengue (Dengue DBD) Epidemiologi,
Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai