Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang maha Esa
yang telah memberikan segala rahmatNya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan Modul Sistem Informasi Kesehatan yang sederhana ini.
Penulis menyadari bahwa materi yang disajikan dalam modul ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran saran yang
membangun guna kesempurnaan modul ini.
Terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan dalam penyusunan modul ini terutama kepada Dr. Henni
Febriawati, SKM, MARS selaku dosen pengampu mata kuliah. Akhir kata
semoga modul ini dapat bermanfaat.
Bengkulu, 20 Januari 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB I Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan.............................................1
BAB II Sistem Kesehatan Nasional, Keterikatan Sistem Informasi Kesehatan
Dalam Bingkai Sistem Kesehatan Nasional........................................................9
BAB III Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia Dan Sistem Informasi
Kesehatan Rumah Sakit.....................................................................................13
BAB IV Sistem Informasi Eksehatan Puskesmas.............................................18
BAB V Pengertian Data, Konsep Data Dan Jenis-Jenis Data...........................21
BAB VI Pengumpulan Data Rutin Dan Sewaktu-Waktu..................................23
BAB VII Definisi Indikator Kesehatan, Syarat Indikator Kesehatan, Jenis
Indikator Kesehatan...........................................................................................32
BAB VIII Bentuk Indikator, Pertimbangan Dalam Menetapkan Indikator,
Berbagai Contoh Indikator Kesehatan...............................................................34
BAB IX Jenis Indikator Kesehatan Di Indonesia Dilihat Dari Indikator Input,
Proses Dan Output.............................................................................................36
BAB X Objek Sistem Informasi Kesehatan (User, Komponen Sistem, Identifikasi
Masalah)............................................................................................................38
BAB XI Format Pencatatan Dan Pelaporan Dalam Sistem Informasi Kesehatan
...........................................................................................................................39
BAB XII Metode Eksplorasi (Health Metric Network/HMN)..........................42
Daftar Pustaka.................................................................................................44
iii
iv
BAB I
KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI KESEHATAN
1.2.Komponen Sistem
Komponen sistem (components system), dimana suatu sistem
terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama
membentuk satu kesatuan. Suatu sistem tidak berada dalam lingkungan yang
kosong, tetapi sebuah sistem berada dan berfungsi di dalam lingkungan yang
berisi sistem lainnya. Apabila suatu sistem merupakan salah satu dari
komponen sistem lain yang lebih besar, maka disebut subsistem, sedangkan
sistem yang lebih besar tersebut adalah lingkungannya
Sistem atau pendekatan sistem mempunyai beberapa komponen yakni :
1. Masukan (input), sesuatu yang dimasukan ke dalam sistem yang
berasal dari lingkungan.
2. Pengolahan (processing), suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian
pengolahan yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.
3. Keluaran (output), suatu hasil dari proses pengolahan sistem yang
dikeluarkan ke lingkungan.
4. Balikan/umpan balik (control).
5. Lingkungan luar sistem (environments), segala sesuatu di luar batas suatu
sistem yang mempengaruhi kerja sistem.
1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Siregar (1995) sistem informasi adalah suatu sistem yang
1
dapatmenghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat
guna dan tepat waktu untuk semua macam proses pengambilan keputusan
pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi Sistem informasi memiliki
tiga elemen utama, yaitu data yang menyediakan informasi, prosedur yang
memberitahu pengguna bagaimana mengoperasikan sistem informasi, dan
orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan masalah, membuat
keputusan, dan menggunakan sistem informasi tersebut. Orang-orang dalam
sistem informasi membuat prosedur untuk mengolah dan memanipulasi data
sehingga menghasilkan informasi dan menyebarkan informasi tersebut ke
lingkungan.
Model dasar sistem adalah masukan, pengolahan, dan keluaran. Fungsi
pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan
diolah dalam waktu periode sebelumnya. Oleh karena itu pada model sistem
informasi ditambahkan pula media penyimpan data (data base) maka fungsi
pengolahan informasi bukan lagi mengubah data menjadi informasi tetapi
juga menyimpan data untuk penggunaan lanjutan. Model dasar ini berguna
dalam memahami bukan saja keseluruhan sistem pengolahan informasi,
tetapi juga untuk penerapan pengolahan informasi secara tersendiri. Setiap
penerapan dapat dianalisis menjadi masukan, penyimpanan, pengolahan dan
keluaran.
Keberhasilan suatu sistem informasi sangat bergantung pada sistem basis
data. Semakin lengkap, akurat dan mudah dalam menampilkan kembali data
yang ada dalam sistem basis data maka akan semakin tinggi kualitas sistem
informasi tersebut. Basis data (database) merupakan kumpulan dari data
yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras
komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data
perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi
lebih lanjut (Jogiyanto, 1999).
1.4 Komponen Sistem Informasi
Komponen sistem informasi berdasarkan Burch dan Grudnisky (1986),
seperti dikutip oleh Jogianto (1999) disebut dengan istilah blok bangunan yang
terdiri dari:
2
a. Blok masukan, merupakan input data yang masuk ke dalam sistem informasi,
termasuk didalamnya adalah metode-metode dan media yang digunakan,
biasanya berupa dokumen-dokumen dasar.
b. Blok model, terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang
akan memanipulasi data masukan dan data yang tersimpan di basis data dengan
cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
c. Blok keluaran, merupakan produk sistem informasi berupa informasi yang
berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen
serta semua pemakai sistem.
d. Blok teknologi, yang merupakan perangkat kerja untuk menerima masukan,
menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan
mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian sistem secara keseluruhan.
Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi, perangkat lunak, dan
perangkat keras.
e. Blok basis data, merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu
dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan
perangkat lunak untuk mengubahnya. Data di dalam basis data perlu
diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga informasi yang dihasilkan
berkualitas.
f. Blok kendali, merupakan mekanisme yang dirancang dan diterapkan untuk
meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun
bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat cepat diatasi.
1.5 Jenis-Jenis Sistem Informasi
Sistem informasi dikembangkan untuk berbagai tujuan, sehingga terdapat
beberapa jenis sistem informasi, diantaranya:
a. Sistem pengolahan transaksi, adalah sistem informasi yang terkomputerisasi
yang dikembangkan untuk memproses data dalam jumlah besar untuk transaksi
bisnis rutin dan inventarisasi. Sistem ini merupakan sistem tanpa batas yang
memungkinkan organisasi bisa berinteraksi dengan lingkungan eksternal.
b. Sistem otomasi perkantoran, sistem yang dipakai untuk menganalisis
informasi sedemikian rupa untuk mengubah data atau menggantikannya
3
dengan cara-cara tertentu sebelum membaginya atau menyebarkannya secara
keseluruhan, kepada organisasi dan kadang-kadang di luar itu.
c. Sistem kerja pengetahuan, adalah sistem yang mendukung para pekerja
profesional seperti ilmuwan, insinyur dan doktor untuk membantu mereka
menciptakan pengetahuan baru dan memungkinkan mereka menerapkannya
pada organisasi atau masyarakat.
d. Sistem informasi manajemen, merupakan sistem yang menghasilkan
informasi untuk kepentingan manajerial atau proses-proses manajemen
(perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian) kegiatan organisasi.
e. Sistem pendukung keputusan, merupakan sistem informasi terkomputerisasi
di atas sistem informasi manajemen yang lebih menekankan pada fungsi
mendukung pengambilan keputusan di seluruh tahapnya, walaupun keputusan
akhir masih tetap wewenang khusus pembuat keputusan.
f. Sistem ahli dan kecerdasan buatan, merupakan sistem yang menggunakan
pendekatan kecerdasan buatan untuk menyelesaikan masalah melalui pengguna
bisnis dan secara efektif menggunakan pengetahuan seorang ahli untuk
menyelesaikan masalah yang ada dalam suatu organisasi.
1.6 Batasan Sistem Informasi Kesehatan
Beberapa batasan sistem informasi kesehatan:
a. Sistem informasi kesehatan adalah mekanisme pengumpulan, pengolahan,
analisis dan pengiriman informasi yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan
dan mengoperasikan pelayanan kesehatan dan juga untuk penelitian dan
pelatihan.
b. Sistem informasi kesehatan adalah sejumlah komponen dan prosedur yang
terorganisir dengan tujuan untuk menghasilkan informasi untuk meningkatkan
keputusan manajemen pelayanan kesehatan pada setiap tingkat sistem
kesehatan.
1.7 Komponen Sistem Informasi Kesehatan
Seperti sistem lainnya, sistem informasi kesehatan terdiri dari komponen
yang saling berhubungan yang dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu:
a. Proses informasi, yang terdiri dari: pengumpulan data. pengiriman data,
pengolahan data, analisis data, penyajian informasi. Pemantauan dan penilaian
4
proses tersebut memungkinkan gabungan masukan yang benar menghasilkan
tipe keluaran yang benar pada waktu yang tepat. Sistem informasi dapat
menyediakan informasi yang tepat dan relevan hanya jika setiap komponen
proses informasi terstruktur dengan baik.
b. Manajemen sistem informasi, yang terdiri dari:
i. Sumber daya sistem informasi kesehatan meliputi orang-orang (perencana,
manajer, ahli statistik, ahli epidemiologi, pengumpul data), perangkat keras
(register, telepon, komputer), perangkat lunak (kertas karbon, format
laporan, program pengolah data) dan sumber dana.
ii. Aturan-aturan organisasi, misalnya penggunaan standar diagnosa dan
penanganan, uraian tugas petugas, prosedur manajemen distribusi, prosedur
pemeliharaan komputer yang memungkinkan efisiensi penggunaan sumber
daya sistem informasi kesehatan. Oleh karena itu dalam merancang atau
merancang kembali sistem informasi kesehatan dibutuhkan penekanan pada
pengaturan yang sistematis setiap komponen baik proses informasi maupun
manajemen sistem informasi tersebut.
1.8 Peran Sistem Informasi Kesehatan
Pada hakikatnya suatu Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berjalan
sendiri. Sistem Informasi Kesehatan merupakan bagian fungsional dari Sistem
Kesehatan yang komprehensif, yang memberikan pelayanan kesehatan secara
terpadu, meliputi baik pelayanan kuratif, pelayanan rahabilitatif, maupun
pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan
harus dapat mengupayakan dihasilkannya informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan. Sistem Kesehatan
memang terdiri atas berbagai tingkat sejak dari tingkat paling bawah, tingkat
menengah, sampai ke tingkat pusat. Dengan berlakunya konsep desentralisasi dan
otonomi daerah, Sistem Kesehatan di setiap tingkat harus dapat mandiri
(selfpropeled), walaupun berkaitan satu sama lain. Sesuai dengan pembagian
wilayah di Indonesia yang berlaku saat ini, tingkat-tingkat itu adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat Kecamatan, di mana terdapat Puskesmas dan pelayanan kesehatan
dasar lain.
5
b. Tingkat Kabupaten/Kota, di mana terdapat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Rumah Sakit Kabupaten/Kota, dan rujukan primer lain.
c. Tingkat Provinsi, di mana terdapat Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit
Provinsi, dan pelayanan rujukan sekunder lain.
d. Tingkat Pusat, di mana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat,
dan pelayanan kesehatan rujukan tersier lain.
e. Setiap tingkat menyediakan pelayanan kesehatan yang berbeda, memiliki
sumber daya yang berbeda, dan mempraktekkan fungsi-fungsi manajemen
yang berbeda pula.
f. Idealnya, sumber daya harus sebanyak mungkin terdapat di kecamatan agar
masyarakat memiliki akses yang optimal terhadap pelayanan kesehatan.
Akan tetapi dalam rangka desentralisasi ternyata dihadapi banyak kendala,
khususnya berkaitan dengan ketenagaan, sarana dan peralatan, yang
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan ekonomi negara.
Fungsi khusus yang dimiliki setiap tingkat mengakibatkan perbedaan
dalam pengambilan keputusan. Dari sisi manajemen, fungsi-fungsi dalam Sistem
Kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) Manajemen
Pasien/Klien, (2) Manajemen Unit Kesehatan, dan (3) Manajemen Sistem
Kesehatan.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit kesehatan berkaitan secara
langsung dengan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif kepada
masyarakat. Dalam hal ini tercakup interaksi antara petugas-petugas unit
kesehatan dengan masyarakat di wilayah pelayanannya. Manajemen pasien/klien
dan manajemen unit dipraktikkan baik di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas
dan lain-lain), pelayanan kesehatan rujukan (Rumah Sakit dan lain-lain), serta di
Dinas Kesehatan. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam rangka manajemen
pasien/klien dan manajemen unit kesehatan disebut keputusan-keputusan
operasional. Manajer, dalam manajemen pasien/klien adalah semua petugas
kesehatan yang melayani pasien/klien. Sedangkan manajer dalam manajemen unit
adalah pimpinan dari unit yang bersangkutan (Kepala Puskesmas, Direktur
Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan). Manajemen Sistem Kesehatan berfungsi
memberikan dukungan manajerial dan koordinasi terhadap tingkat manajemen
6
unit kesehatan dan manajemen pasien/klien. Keputusan-keputusan yang dibuat
dalam rangka manajemen sistem kesehatan disebut keputusan-keputusan strategis.
Adapun manajer dalam manajemen Sistem Kesehatan adalah Kepala Dinas
Kesehatan dan pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusannya
(stakeholders).
Dengan mengenali fungsi spesifik dari setiap tingkat manajemen
kesehatan, akan dapat dikenali pula siapa saja pemakai informasi kesehatan (yaitu
para manajer kesehatan) dari keputusan-keputusan apa yang harus mereka buat.
Hal ini akan membantu dalam perumusan kebutuhan informasi di setiap tingkat
dan penetapan data apa yang harus dikumpulkan, cara dan instrumen
pengumpulannya, pengiriman datanya, prosedur pengolahan datanya, pengemasan
informasinya, dan penyajian informasinya.
7
Keney (1999) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa masalah dalam
pengumpulan data kesehatan maternal diantaranya kualitas, kelengkapan dan
ketersediaan infromasi yang tidak kuat yang menyebabkan keterbatasan dalam
penggunaanya untuk menetapkan kebijakan.
8
BAB II
SISTEM KESEHATAN NASIONAL, KETERIKATAN SISTEM
INFORMASI KESEHATAN DALAM BINGKAI SISTEM KESEHATAN
NASIONAL
9
baik kabupaten / kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas
kesehatan kabupaten / kota dari semua fasilitas kesehatan ( kecuali milik
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat ) dapat berupa laporan
softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri kedalam aplikasi
SIKDA generik, lapor-an softcopy diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik,
selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan
Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama
dengan dinas kesehatan kabupaten / kota untuk laporan dari fasilitas
kesehatan milik provinsi
2. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan
UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.
3. Keterkaitan Sistem Informasi Kesehatan Dalam Bingkai Sistem Kesehatan
Nasional
Menurut badan kesehatan dunia (World Health Organization, WHO),
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu dari 6 “building
block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara.
Keenam kompone n (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
a. Pelaksanaan pelayanan kesehatan (Service delivery)
b. Produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan (Medical product,
vaccine, and technologies)
c. Tenaga medis (Health worksforce)
d. Sistem pembiayaan kesehatan (Health system financing)
e. Sistem informasi kesehatan (Health information system)
f. Kepemimpinan dan pemerintah (Leadership and governance)
Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan bagian dari sub sistem ke 6
yaitu pada sub sistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan.
Sub sistem manajemen dan informasi kesehatan merupakan subsistem
yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,
informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu
10
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna,
berdaya guna, dan mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam
SKN sebagai satu kesatuan yang terpadu.
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:
a. Upaya kesehatan
b. Penelitian dan pengembangan kesehatan
c. Pembiayaan kesehatan
d. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
e. Sediaan farmasi, alat kesehatan,dan makanan
f. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
g. Pemberdayaan masyarakat.
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun
komitmensetiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap sistem
informasi kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting
menggunakan teknologi komputer dalam mengimplementasikan Sistem
Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).
2.3 Kedudukan SIK dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Sejalan dengan perubahan Visi Pembangunan Kesehatan yang tercermin
dalam Visi Kementerian Kesehatan 2010-2014 ‖ Masyarakat Sehat yang Mandiri
dan Berkeadilan, maka motto menjadi Indonesia Cinta Sehat yang juga sangat
ditentukan oleh pencapaian Provinsi-provinsi Sehat, Kabupaten-kabupaten Sehat,
dan sota-kota Sehat. Bahkan juga oleh pencapaian Kecamatan-kecamatan Sehat
dan Desa-desa Sehat. Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku
―Design and Implementaiton of Health Information System‖ (2000) bahwa suatu
sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian
dari suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan
dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan semua jenjang. Sistem
informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen. WHO juga
menyebutkan bahwa SIK merupakan salah satu dari 6 ―building blocks atau
komponen utama dalam suatu sistem kesehatan. Enam komponen Sistem
kesehatan tersebut adalah:
1. Service Delivery / Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
11
2. Medical products, vacines, and technologies / Produk Medis, Vaksin, dan
Teknologi Kesehatan
3. Health Workforce / Tenaga Kesehatan
4. Health System Financing / Sistem Pembiayaan Kesehatan
5. Health Information System / Sistem Informasi Kesehatan
6. Leadership and Governance / Kepemimpinan dan Pemerintahan
SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu
sistem kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari
komponen tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai
kasus kesehatan dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu
dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi proses kerja.
12
BAB III
SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI INDONESIA DAN SISTEM
INFORMASI KESEHATAN RUMAH SAKIT
13
banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
2. Era Transisi (2005 – 2011)
Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 komunikasi data sudah
mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih
terfragmentasi). Peresebaran data Sebagian besar data agregat dan sebagian
kecil data individual. Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian
masih manual. Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin. Pada masa
transisi ini posisi nya masih setengah setengah karena mulai menggunakan
sistem komputerisasi tapi masih belum meninggalkan sistem manual.
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)
Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai , pada era ini pemanfaatan data
menjadi satu pintu (terintegrasi). Data yang ada adalah individual
(disagregat). Data dari unit pelayanan kesehatan langsung diunggah
(uploaded) ke bank data di pusat. Penerapan teknologi m-Health dimana
data dapat langsung diunggah ke bank data. Keamanan dan kerahasiaan
data terjamin (memakai secure login). Lebih cepat, tepat waktu dan efisien
yang pastinya lebih ramah lingkungan.
14
4) BUMN
Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari keuntungan (non profit)
b) Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan,
baik yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang
memang mencari keuntungan (profit)
Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi 2, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Umum Untuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah
Sakit Umum digolongkan menjadi 4 tingkatan, sebagai berikut:
1) Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang luas.
2) Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang
memberikan layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang
terbatas.
3) Rumah Sakit Umum tipe C, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik yang terbatas, seperti penyakit dalam,
bedah, kebidanan dan anak.
4) Rumah Sakit Umum tipe D, rumah sakit umum yang
memberikan layanan medis dasar. Untuk Rumah Sakit Swasta,
Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 3 tingkatan sebagai
berikut:
1) Rumah Sakit Umum Pratama, rumah sakit umum yang
memberikan layanan medis umum,
2) Rumah Sakit Umum Madya, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik,
3) Rumah Sakit Umum Utama, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik dan subspesialisitik
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus ini banyak sekali ragamnya, rumah sakit ini
melakukan penanganan untuk satu atau beberapa penyakit tertentu dan
layanan medis subspesialistik tertentu. Yang masuk dalam kelompok
ini diantaranya: Rumah Sakit Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dsb.
Dari Keputusan Menteri Kesehatan No. 983 tahun 1992, dapat diketahui
bahwa organsasi rumah sakit secara umum adalah organisasi matriks.
15
Semua staf yang ada, dibagi ke dalam divisi -divisi yang ada dalam
struktur organisasi rumah sakit tersebut, sedangkan setiap tenaga medis
tersebut juga dikelompokkan ke dalam kelompok fungsional menurut
profesinya masing-masing dan setiap kelompok fungsional dipimpin oleh
seorang ketua kelompok. Organisasi matriks adalah organisasi yang
paling dinamis dan paling baik, jika dibandingkan dengan tipe
organisasi lainnya, namun harus disadari
sepenuhnya bahwa setiap staf dalam organisasi tersebut mempunyai
2 pimpinan sekaligus yang memberikan perintah dan pengarahan kepada
yang bersangkutan, yaitu pimpinan divisi dan pimpinan kelompok. Oleh
karena itu, setiap staf pada organisasi matriks harus mampu bekerjasama
lintas divisi, mampu berkomunikasi dengan baik dengan ke 2
pimpinannya dan mampu membagi pekerjaannya berdasarkan prioritas.
Organisasi matriks memang sangat memerlukan dukungan teknologi
infomasi/komputer dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. Namun
agar teknologi informasi dapat memberikan dukungan yang maksimal,
maka panataan pola kerja organisasi tersebut merupakan
prasyarat utama untuk menyusun SIRS digunakan 4 pertanyaan
sederhana sebagai berikut:
a. Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit ? Jawaban pada
umumnya adalah layanan kesehatan
b. Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit ?
Jawaban pada umumnya adalah pasien/penderita
c. Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit
? Jawaban pada umumnya adalah tenaga kerja, keuangan dan
sarana/prasaran
d. Sistem apa yang dibutuhkan untuk mengelola rumah sakit tersebut
? Jawaban pada umumnya adalah manajemen rumah sakit
Berdasarkan jawaban tersebut, maka SIRS terdiri dari:
a. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan
kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
16
c. Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas
tenaga medis maupun tenaga administratif rumah sakit.
d. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi
keuangan.
e. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana
yang ada di dalam rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis,
persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.
f. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas
yang ada didalam rumah sakit tersebut, termasuk pengelolaan
data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek,
pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar. Ke 6
subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam
modul-modul yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem Layanan
Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:
a. Modul Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas
layanan medis rawat jalan.
b. Modul Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas
layanan medis rawat inap
c. Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya
tindakan medis, pemeriksaan laboratorium, dsb.
17
BAB IV
SISTEM INFORMASI KESEHATAN PUSKESMAS
18
sehingga informasi yang disajikan puskesmas dapat dipakai untuk
pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan berbagai
jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem
kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dinas
kesehatan kepada masyarakat.
3. Prototipe SIK Puskesmas terdiri dari 7 Sub Sistem yaitu :
a. Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data
kependudukan terdiri dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi
wafat dan mutasi pindah.
b. Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data
ketenagaan. Data yang diolah adalah data pribadi, anak, riwayat
kepangkatan, riwayat jabatan, riwayat pendidikan, riwayat
penjenjangan, riwayat latihan teknis/fungsional, data riwayat
penghargaan serta data penugasan pegawai.
c. Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data
sarana dan prasarana, seperti peralatan medis, kendaraan, gedung, tanah
dan peralatan lainnya.
d. Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data keuangan
secara garis besar saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut
kegiatan dan sumber biaya.
e. Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data
pelayanan kesehatan, terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub
sistem rawat jalan yang meliputi pelayanan dasar (BP,GIGI,
KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan pelayanan puskesmas keliling, rawat
inap, rekam medis dan manajemen obat. Pelayanan luar gedung
meliputi sub sistem KIA dan GIZI, Kesling dan TTU,
Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM, dan PERKESMAS.
f. Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-
laporan, meliputi laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan
laporan program.
g. Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang
sistem seperti: membuat backup dan restore data, data recovery, user
19
list and right assignment, user shortcut, short message over network.
20
BAB V
PENGERTIAN DATA, KONSEP DATA, JENIS-JENIS DATA
1. Tahapan Input
Dilakukan dengan pemasukan data ke dalam proses komputer lewat alat
input (inputdevice).
2. Tahapan Process
Dilakukan proses pengolahan data yang sudah dimasukkan yang
dilakukan oleh data pemroses (process device) yang dapat berupa proses
perhitungan, pengendalian, atau pencarian pada storage.
3. Tahapan output
Dilakukan proses penghasilan output dari hasil pengolahan data ke alat
output (output device) yaitu berupa informasi .
1. Data primer
Berdasarkan pada asal sumbernya, data primer adalah angka, skala, dan lain-
lain yang didapatkan langsung dari sumbernya. Cara mendapatkannya bisa
melalui wawancara secara langsung, observasi, dan jejak pendapat. Anda
juga bisa menyebarkan angket kepada sekelompok orang yang sudah Anda
21
kualifikasi. Hasil angka yang Anda dapatkan akan lebih akurat, namun
sayangnya akan memakan banyak waktu dan budget.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah hasil perhitungan yang didapatkan tidak secara
langsung, melainkan mengambil dari sumber yang ada di buku, jurnal,
arsip, dan lain-lain. Pastikan sumber yang Anda gunakan untuk
mendapatkan data tepercaya dan akurat. Meskipun lebih menghemat uang
dan juga waktu, namun hasilnya masih tidak bisa dipercaya 100%. Jika
ada satu saja yang salah, maka mempengaruhi semua output yang sudah
Anda rangkum.
22
BAB VI
PENGUMPULAN DATA RUTIN DAN
SEWAKTU-WAKTU
23
Surve Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI), Sensus Penduduk (SP),
dan lain-lain.
24
sumber datanya. Metode rutin umumnya berbasis sarana/pelayanan kesehatan
dan mengumpulkan data dari sebagian masyarakat saja. Di daerah-daerah di mana
penggunaan sarana kesehatannya rendah, informasi yang didapat dari sistem
informasi yang berbasis sarana/pelayanan kesehatan saja akan sangat
menyesatkan (bias). Sebaliknya, metode sewaktu-waktu berbasis masyarakat,
sehingga dapat diungkap informasi tentang latar belakang sosial budaya
masyarakat, harapan-harapannya, perilakunya, dan lain-lain secara lebih lengkap.
Metode rutin dan metode sewaktu-waktu saling melengkapi dalam
kaitannya dengan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen yang digunakan dalam metode rutin digunakan untuk mengumpulkan
data dari sebagian masyarakat, yaitu mereka yang berkunjung ke unit-unit
kesehatan. Karena metode sewaktu-waktu digunakan untuk mengumpulkan data
dari keseluruhan masyarakat (walaupun secara sampling), maka dalam membuat
instrumennya harus diperhatikan juga instrumen yang digunakan dalam metode
rutin.
Melihat uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil-hasil
pengumpulan data secara sewaktu-waktu harus diperbandingkan atau dipertautkan
dengan hasil-hasil pengumpulan data secara rutin. Jadi antara metode rutin dan
metode sewaktu-waktu tidak hanya pada tingkat pangkalan datanya, melainkan
juga sampai ke tingkat analisis dan penyusunan informasinya.
25
perancangan formulir pengumpulan data dan penggunaannya, untuk digunakan
sebagai pertimbangan dalam meninjau kembali formulir-formulir pengumpulan
data yang telah ada (kartu status pasien/rekam medik, formulir SP2TP, formulir
SPRS, dan lain-lain).
a. Instrumen Untuk Data Manajemen Pasien/Klien
Instrumen untuk pengumpulan data pasien/klien dapat berbentuk berbagai
macam - selembar kertas, selembar kartu yang dicetak, sebuah buku, atau file
(worksheet) komputer. Apa pun bentuknya, tujuan utamanya adalah untuk
mencatat data yang dapat digunakan membantu para pemberi pelayanan
kesehatan dalam memberikan pelayanannya kepada pasien/klien.
b. Instrumen Untuk Data Manajemen Unit Kesehatan
Di tingkat manajemen unit kesehatan, data dikumpulkan dalam rangka
membantu staf unit kesehatan tersebut mengambil keputusan-keputusan
operasional. Keputusan-keputusan ini dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu (a) keputusan yang berkaitan dengan manajemen
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dan (b) keputusan yang berkaitan
dengan manajemen sumber daya. Karena itu, instrumen pengumpulan datanya
pun mengikuti penggolongan itu.
c. Instrumen Untuk Data Pelayanan Kesehatan
Tujuan utama dari pencatatan pelayanan kesehatan adalah untuk
mengumpulkan data bagi perencanaan dan manajemen pelayanan-pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan di unit kesehatan. Misalnya, data pelayanan
antenatal yang sudah diagregat dan dikombinasikan dengan data kependudukan
akan menghasilkan informasi tentang cakupan pelayanan antenatal. Atau hasil
olahan data pengobatan pasien dapat digunakan untuk membuat informasi
tentang sebaran geografis pasien. Selain itu, data pelayanan kesehatan juga
berguna bagi manajemen Sistem Kesehatan. Data ini diagregat dan dikirim
sebagai laporan ke tingkat adminstrasi kesehatan lebih tinggi (misalnya Dinas
Kesehatan Kabupaten). Atau petugas dari tingkat administrasi lebih tinggi
(misalnya Dinas Kesehatan Kabupaten) akan menggunakan agregat data itu
untuk mengetahui mutu pelayanan suatu unit kesehatan (misalnya Puskesmas)
pada saat melakukan supervisi dan bimbingan.
26
d. Instrumen Untuk Data Sumber Daya
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang berbagai jenis
sumber daya, yaitu: tenaga, peralatan, bahan, alat transpor, obat dan vaksin,
serta dana. Hanya data yang memang diperlukan untuk pengambilan
keputusan yang sebaiknya dikumpulkan. Data sumber daya juga termasuk
data yang diperlukan untuk manajemen Sistem Kesehatan, sehingga agregatnya
perlu dikirim ke tingkat adminstrasi lebih tinggi. Bentuk catatan pelayanan
kesehatan yang paling umum dijumpai adalah Buku Register, di mana pasien
atau klien dicatat berurutan dalam hal nama dan ciri-ciri demografiknya
(misalnya usia dan jenis kelamin). Kemudian kolom-kolom berikutnya
disediakan untuk mencatat data bagi indikator pelayanan kesehatan seperti
kunjungan, diagnosis, status gizi, dan sebagainya.
e. Instrumen Untuk Data Manajemen Sistem Kesehatan
Sebagai bagian dari sistem informasi rutin berbasis unit/pelayanan kesehatan,
data untuk manajemen Sistem Kesehatan dapat diperoleh melalui dua sumber,
yaitu (a) melalui data agregat yang dilaporkan unit-unit kesehatan, dan (b)
melalui pengumpulan data primer. Data primer yang dimaksud di sini adalah
data yang dikumpulkan langsung oleh petugas-petugas dari Dinas Kesehatan
secara berkala sambil melakukan supervisi dan bimbingan.
3. Merancang Dan Melaksanakan Pengumpulan Data
Proses perancangan dan pelaksanaan pengumpulan data secara rutin dapat
ditempuh dalam tiga tahap, yaitu: (a) penetapan instiumen-instrumen
pengumpulan data yang diperlukan, (b) pembuatan format-format instrumen dan
pengujian, serta (c) penerapan instrumen-instrumen baru pengumpulan data.
6.4 Pengumpulan Data Sewaktu-Waktu
Terdapat berbagai metode untuk mengumpulkan data sewaktu-waktu.
Secara umum, metode-metode tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga
golongan, yaitu (1) kajian cepat atau "rapid assessment", (2) survei, dan (3)
surveilans demografik.
27
1. Kajian Cepat (Rapid Assessment)
Para manajer kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan harus memiliki
pengetahuan tentang tatanan sosio-budaya masyarakat di wilayah kerja
unit kesehatannya. Juga tentang perilaku sehat dari penduduk. Kesemuanya itu
diperlukan agar mereka dapat merancang dan melaksanakan pelayanan
kesehatan yang efektif. Dilema yang mereka hadapi adalah bahwa pencatatan
dan pelaporan rutin tidak memberikan informasi mendalam tentang perilaku
masyarakat yang diperlukan untuk meningkatkan "efektivitas" dari
intervensi-intervensi kesehatan. Sementara itu, penelitian-penelitian sosial -
baik sosiologi maupun antropologi - terlalu mahal untuk diselenggarakan dan
dan memakan waktu terlalu lama. Padahal para pengambil keputusan itu
menginginkan informasi yang relatif segera.
Oleh karena itu maka sejumlah ahli menyarankan diselenggarakannya
metode kualitatif secara sangat terfokus. Mereka menamakan metode itu kajian
cepat (rapid assessment). Contoh penggunaan dari metode ini adalah:
pengkajian terhadap risiko sosial dari penyakit-penyakit, pengkajian terhadap
persepsi masyarakat terhadap tindakan pencegahan, dan lain-lain. Kajian cepat
ini masih dapat diurai ke dalam berbagai metode lagi, yaitu observasi,
wawancara, diskusi kelompok fokus (focus group discussion), dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri utama dari kajian cepat adalah: (a) jarak waktu yang
pendek antara pengumpulan data dan penyajian hasilnya, (b) digunakannya
kombinasi antara metode kualitatif dan metode kuantitatif, dan (c) orientasinya
kepada tindakan, sehingga para pengambil keputusan terlibat dalam
menentukan apa yang akan dikaji. Berikut ini disajikan secara ringkas
penjelasan tentang observasi, wawancara perorangan, dan diskusi kelompok
fokus.
1. Observasi
Pengamat-pengamat yang telah dilatih diminta untuk mengikuti interaksi antara
dua orang, biasanya antara pasien dengan pemberi pelayanan. Para pengamat ini
umumnya tidak ikut terlibat dalam interaksi, walaupun hanya sekedar bertanya
atau memberikan komentar.Observasi banyak digunakan untuk mengkaji mutu
pelayanan kesehatan. Praktek-praktek pelayanan kesehatan hasil pengamatan
28
dibandingkan dengan apa yang tercantum dalam standar pelayanan, baik dalam
aspek teknis medisnya maupun aspek kemanusiaannya (kepedulian). Observasi
juga dapat digunakan untuk mengkaji alur pasien dan waktu tunggu pasien di unit-
unit pelayanan kesehatan.
2. Wawancara Perorangan
Metode ini merupakan metode yang paling dekat dengan metode
antropologi yang baku. Individu-individu dipilih berdasar kriteria tertentu. Untuk
mendapatkan sebanyak-banyaknya variasi pengalaman mereka. Wawancara
biasanya diselenggarakan di tempat yang tidak asing bagi responden (orang yang
diwawancara). Di sini tidak digunakan daftar pertanyaan (kuesioner), dan
wawancara berlangsung secara bebas seperti percakapan biasa. Namun
demikian, pewawancara tetap harus memiliki pedoman wawancara yang
tersimpan dalam ingatannya, sehingga dapat membimbing percakapan kepada
issu-issu tertentu. Agar tidak kaku, pewawancara tidak sibuk mencatat, melainkan
merekam pembicaraan menggunakan tape recorder. Setelah selesai wawancara,
rekaman itu kemudian ditranskripsi (ditulis) dan dikode menurut konsep-konsep
yang dikaji.
3. Diskusi Kelompok Fokus
Diskusi Kelompok Fokus atau Focus Group Disccusion (FGD) melibatkan
sekelompok kecil orang (7-12 orang) yang menjadi sasaran pengkajian. Peserta
tidak dipilih secara acak (random) melainkan berdasar kriteria tertentu. Misalnya
mereka yang tidak pendiam dan senang berdiskusi, masing-masing diperkirakan
memiliki sudut pandang yang berbeda, dan lain-lain. Seorang fasilitator
menggunakan butir-butir issu yang telah ditetapkan merangsang para peserta
diskusi untuk menyampaikan pandangan-pandangan mereka dan membahasnya.
Fasilitator ini biasanya dibantu oleh seorang pencatat yang memperhatikan dan
mencatat hal-hal penting sesuai dengan pedoman pengkajian. Umumnya diskusi
tidak berlangsung lama, yaitu kira-kira satu setengah jam. Agar FGD berjalan baik
dan benar diperlukan pelatihan fasilitator dan pencatat. Fasilitator harus pandai-
pandai memandu jalannya diskusi, sehingga diskusi tidak didominasi oleh satu
atau dua orang saja. la juga tidak perlu terlalu kaku berpegang pada urutan butir-
butir issu yang menjadi pedomannya. Bilamana diskusi tentang suatu butir issu
29
menyinggung butir issu lain yang tidak berurutan, peluang itu tak boleh
dilewatkan. Fasilitator dapat segera mengajak peserta diskusi untuk membahas
butir issu tadi. Sebagaimana dengan wawancara, setelah selesai diskusi, hasil
pencatatan kemudian dikode menurut konsep-konsep yang dikaji.
4. Survei
Survei yang sering dilakukan di bidang kesehatan, yaitu (a) survei kesehatan
rumah tangga, dan (b) survei pengguna pelayanan kesehatan.
a. Survei Kesehatan Rumah Tangga
Survei ini merupakan pengkajian terhadap rumah tangga yang pemilihan
sampelnya dilakukan secara gabungan antara metode acak (random) dengan
metode mengikuti kriteria tertentu (purposive). Tujuannya adalah untuk
mengungkap berbagai aspek kesehatan dari keluarga, seperti kesakitan,
perilaku dalam mencari pertolongan kesehatan, dan pengeluaran keluarga
untuk kesehatan. Walaupun survei semacam ini dapat menghasilkan data yang
sangat tinggi validitas dan ketepatannya, tetapi memerlukan biaya yang
besar dan waktu penyelenggaraan yang lama. Karena merupakan data yang
diperoleh dari sampel, maka untuk menggeneralisasi hasilnya juga diperlukan
kecermatan. Sejak tahun 1972, Departemen Kesehatan telah melaksanakan
enam kali Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), yaitu pada tahun 1972,
1980, 1985/86, 1992, 1995, dan 2001. Dua SKRT terakhir dilakukan secara
terpadu dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang
diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS juga mengumpulkan
data kesehatan dalam cakupan terbatas melalui Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) yang telah diselenggarakan sebanyak empat kali,
yaitu tahun 1991, 1994, dan 1997 dan 2003.
b. Survei Kesehatan Nasional
Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) adalah pengembangan dari SKRT,
yaitu pengintegrasian SKRT dengan Susenas dan SDKI. Surkesnas akan
diselenggarakan dalam siklus tiga tahunan, yaitu 2001, 2004, 2007, 2010, dan
seterusnya. Pengintegrasian dilakukan melalui pemakaian rancangan sampling
yang sama, penggunaan format instrumen (kuesioner) yang seragam, kolaborasi
dalam persiapan survei, pelatihan,pelaksanaan lapangan, dan pemanfaatan data.
30
Surkesnas akan melibatkan potensi Daerah dan diharapkan dapat digunakan
sebagai sarana advokasi dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan
kemampuan Daerah. Dengan demikian, model Surkesnas diharapkan dapat
memacu kemauan dan kemampuan Daerah untuk menyelenggarakan Survei
Kesehatan Daerah (Surkesda).
Tujuan umum Surkesnas adalah tersedianya data kesehatan berbasis
masyarakat (community based) untuk keperluan perencanaan, pemantauan, dan
penilaian program pembangunan kesehatan
c. Survei Pengguna Pelayanan Kesehatan
Survei pengguna pelayanan kesehatan atau biasa disebut juga survei
pemakai adalah alat yang cukup efisien untuk mengkaji persepsi dari sebagian
masyarakat yaitu mereka yang menggunakan pelayanan kesehatan. Survei ini
telah banyak digunakan dalam rangka mengetahui kepuasan konsumen terhadap
pelayanan kesehatan yang diterimanya dan persepsi mereka terhadap mutu
pelayanan tersebut. Penyederhanaan dari metode ini adalah dalam bentuk
penyediaan kotak-kotak keluhan/saran di unit-unit pelayanan kesehatan.
5. Surveilans Demografik
Dampak upaya kesehatan dapat dirumuskan sebagai menurunnya
kesakitan atau menurunnya fertilitas. Sebagai ukuran kesakitan dapat digunakan
morbiditas, seperti misalnya kejadian dan lama berlangsungnya penyakit, tingkat
ketidakmampuan akibat sakit; atau mortalitas seperti misalnya angka kematian
pada kelompok usia tertentu atau menurut penyebabnya. Sebagai ukuran fertilitas,
dampak dinyatakan dalam bentuk angka-angka fertilitas pada usia tertentu dan
angka fertilitas total sebagai ukuran tunggal (integrasi dari angka-angka fertilitas
usia tertentu). Kesemuanya itu dapat dikatakan sebagai estimasi terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
31
BAB VII
DEFINISI INDIKATOR KESEHATAN, SYARAT INDIKATOR
KESEHATAN, JENIS INDIKATOR KESEHATAN
32
a. Indikator derajat kesehatan yang merupakan hasil akhir, terdiri atas
indikator angka- angka mortalitas, angka-angka morbiditas, dan indikator
status gizi
b. Indikator Hasil Antara, terdiri atas indikator keadaan lingkungan,
indikator perilaku hidup masyarakat, dan indikator akses dan mutu
pelayanan kesehatan
c. Indikator Proses dan Masukan, terdiri atas indikator pelayanan kesehatan,
indikator sumber daya kesehatan, dan indikator manajemen kesehatan serta
indikator kontribusi sektor-sektor terkait.
33
BAB VIII
BENTUK INDIKATOR, PERTIMBANGAN DALAM MENETAPKAN
INDIKATOR, BERBAGAI CONTOH INDIKATOR KESEHATAN
8.1 Bentuk Indikator
Bentuk-bentuk indikator taitu angka absolute, angka rata-rata
(mean,median,modus), presentase/proporsi, rasio, rate, angka komposit atau
indeks.
8.2 Pertimbangan dalam menetapkan Indikator
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan indikator adalah:
1. Indikator yang dihasilkan dari data yang tersedia dan berkualitas
2. Dipilih dengan memperhatikan masukan dari para ahli (expert
input.judgement) dan melalui proses yang partisipatif
3. Dirancang untuk dapat disebarluaskan kepada berbagai pihak yang
bervariasi (yang terkait)
4. Menggambarkan kondisi pada berbagai wilayah geografis
8.3 Contoh Indikator Kesehatan
1. AKI (Angka kematian ibu )
34
3. AKABA (angka kematian balita )
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup
anak dan mereeksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak$anak
bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. Akaba kerap
dipakai untuk mengidenti%kasi kesulitan ekonomi penduduk & (usia
harapan hidup). Manfaat mengetahui angka harapan hidup adalah untuk
menentukan tingkat kemakmuran penduduk dalam suatu daerah atau
negara.
35
BAB IX
JENIS INDIKATOR KESEHATAN DI INDONESIA DILIHAT DARI
INDIKATOR INPUT, PROSES DAN OUTPUT
36
3. jalan yang dibangun/rehab
37
BAB X
OBJEK SISTEM INFORMASI KESEHATAN
(USER, KOMPONEN SISTEM, IDENTIFIKASI MASALAH)
38
BAB XI
FORMAT PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM SISTEM
INFORMASI KESEHATAN
39
4. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:
41
BAB XII
METODE EKSPLORASI (HEALTH METRIC NETWORK/HMN)
42
sementara dari aspek integration and use, (laporan memberikan
informasi yang lengkap, sistematik, tepat waktu dsb) census
memperolehnilai100%.Secara keseluruhan ( total ) mengenai sumber data
sistem informasi kesehatan census menempati posisi tertinggi yakni 60%.
Sementara health and disease records mencapai 53% dan health service
records memperoleh angka 50.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta: Depkes RI, 2004.
43