DEMAM DENGUE
Oleh :
K1B1 22 001
Pembimbing
dr.Hj.Musyawarah, Sp.A
dr.Hj.Musyawarah Sp.A
DEMAM DENGUE
A. PENDAHULUAN
Asal kata “dengue” berasal dari frase Swahili ka-dinga pepo yang
menggambarkan penyakit yang disebabkan oleh roh jahat. Kata Swahili
Dinga berasal dari kata Spanyol demam berdarah, yang berarti cerewet atau
hati-hati yang akan menggambarkan kiprah seseorang menderita sakit
tulang akibat demam berdarah. Istilah Break Bone Fever diterapkan oleh
Benjamin Rush dalam 1789 laporan dari epidemi Philadelphia. Dia
menggunakan nama "bilious remitting fever". Syarat demam berdarah mulai
digunakan setelah tahun 1828.1
Catatan pertama dari kasus kemungkinan demam berdarah ada di
Cina ensiklopedia medis dari Dinasti Jin (265-420AD) yang mengacu pada
"racun air" terkait dengan serangga terbang. Pada tahun 1906, nyamuk
Aedes menularkan demam berdarah dikonfirmasi dan pada tahun 1907,
Dengue merupakan penyakit kedua setelah “demam kuning” yang terbukti
disebabkan oleh virus.1
Demam Berdarah Dengue demam pertama kali dilaporkan di
Filipina pada tahun 1953, dan pada tahun 1981 di Amerika Selatan. Infeksi
dengue merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue pada manusia. Penyakit tersebut dibagi menjadi Demam Dengue
(DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Expanded Dengue Syndrome
(EDS). Virus dengue termasuk golongan arthropod-borne viruses, genus
flavivirus, famili flaviviridae. Virus ini memiliki 4 serotipe (DENV-1,
DENV-2, DENV-3 dan DENV-4) yang telah teridentifikasi bersirkulasi di
sebagian belahan dunia terutama pada daerah tropis dan subtropis, termasuk
Indonesia. Saat ini sekitar 2,5 milyar atau lebih kurang 40% penduduk dunia
tinggal di wilayah yang memiliki risiko penularan infeksi dengue. Badan
Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta
kejadian infeksi dengue setiap tahunnya.2
Di Indonesia, istilah DBD lebih dikenal oleh sebagian besar
masyarakat umum untuk mendeskripsikan penyakit yang disebabkan
infeksi virus dengue. Infeksi dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2–7 hari disertai dengan
manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya
hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit,
asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Infeksi dengue dapat disertai gejala-
gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau
nyeri belakang bola mata.2
B. DEFINISI
Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh salah satu
dari empat serotipe virus dengue: DENV 1-4. Ini adalah penyakit yang
ditularkan nyamuk dan terutama ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes
betina. Penyakit ini terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis,
menempatkan hampir sepertiga dari populasi manusia, di seluruh dunia,
pada risiko infeksi.3
Infeksi DENV menghasilkan berbagai tingkat kondisi patologis,
mulai dari demam dengue asimtomatik ringan (DF) hingga demam berdarah
dengue berat (DBD) dan sindrom syok dengue (DSS) yang dapat berakibat
fatal Ekspansi DENV yang dramatis di seluruh dunia telah terjadi karena
urbanisasi yang cepat, peningkatan perjalanan internasional, kurangnya
tindakan pengendalian nyamuk yang efektif, dan globalisasi. 3
Demam dengue klasik terutama merupakan penyakit anak-anak dan
orang dewasa. Hal ini ditandai dengan demam mendadak dan berbagai tanda
dan gejala nonspesifik, termasuk sakit kepala frontal, nyeri retro-orbital,
nyeri tubuh, mual dan muntah, nyeri sendi, kelemahan, dan ruam. Pasien
mungkin anoreksia, mengalami perubahan sensasi rasa, dan sakit
tenggorokan ringan. Sembelit kadang-kadang dilaporkan; diare dan gejala
pernapasan jarang dilaporkan dan mungkin karena infeksi bersamaan.4
C. EPIDEMIOLOGI
Demam dengue diyakini menginfeksi 50 hingga 100 juta orang di
seluruh dunia dalam setahun. Tingkat kematian sekitar 1-5% tanpa
pengobatan dan kurang dari 1% dengan pengobatan. Penyakit berat (demam
berdarah) membawa kematian sebesar 26%. Insiden DBD meningkat 30
kali lipat antara tahun 1960 dan 2010. Peningkatan ini diyakini disebabkan
oleh beberapa faktor seperti, cepatnya urbanisasi, pertumbuhan penduduk,
peningkatan perjalanan internasional dari daerah endemik dan terakhir
pemanasan global. Distribusi geografis di sekitar khatulistiwa terutama
mempengaruhi Asia dan wilayah pasifik.1
Penyakit Ini adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk
dengan penyebaran tercepat secara global, mempengaruhi lebih dari 100
juta manusia setiap tahun. Demam berdarah juga menyebabkan 20 hingga
25.000 kematian, terutama pada anak-anak, dan ditemukan di lebih dari 100
negara. Epidemi terjadi setiap tahun di Amerika, Asia, Afrika, dan
Australia.
Setelah tahun 2010, usia rata-rata pasien adalah 34 tahun
dibandingkan dengan 27,2 tahun dari tahun 1990 hingga 2010. Serotipe
virus dengue yang menyebabkan wabah penyakit bervariasi dari waktu ke
waktu, seperti halnya terjadinya demam berdarah yang parah. 5
D. ETIOLOGI
Demam Dengue disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe yang
berbeda (DENV 1-4) dari virus RNA beruntai tunggal dari genus Flavivirus.
Infeksi oleh satu serotipe menghasilkan kekebalan seumur hidup terhadap
serotipe tersebut tetapi tidak terhadap serotipe lainnya.
Masa inkubasi virus dengue dalam darah nyamuk 8-12 hari sebelum
menularkan kepada individu yang rentan. Sekali nyamuk terinfeksi, virus
dengue akan menetap seumur hidup nyamuk dan dapat menularkan kepada
manusia yang digigitnya. Tranmisi dapat pula terjadi secara vertical dari ibu
hamil ke janin yang dikandungnya.11
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi virus
Dengue diantaranya adalah
1. Virologi
Virus dengue (DENV) adalah virus RNA untai tunggal yang kecil,
bulat, dengan 10.700 pangkalan. Merupakan genus Flavivirus dalam
keluarga Flaviviridae. DENV terdiri dari tiga protein struktural dan tujuh
protein non-struktural. Infeksi dengan setiap serotipe memberikan
kekebalan seumur hidup untuk serotipe penyebab, tetapi tidak untuk
serotipe lainnya. Pada sebaliknya, infeksi ulang dengan serotipe yang
berbeda menyebabkan penyakit. Di wilayah tertentu, wabah berkala terjadi
karena perbedaan serotipe selama beberapa dekade, sehingga
pengembangan kawanan lengkap kekebalan untuk keempat serotipe di
masyarakat tidak dapat dicapai dan penyakit mungkin tetap tanpa eliminasi
alami. 6
2. Host
Virus dengue, yang berevolusi dari nyamuk, beradaptasi dengan primata
non-manusia dan manusia dalam proses evolusi. Viremia di antara manusia
membangun titer tinggi dua hari sebelum timbulnya demam (non-febrile)
dan berlangsung 5-7 hari setelah timbulnya demam (febrile). Selama dua
periode inilah spesies vektor terinfeksi. Setelah itu, manusia menjadi jalan
tempat untuk transmisi. Penyebaran infeksi terjadi melalui pergerakan inang
(manusia) karena gerakan vektor sangat terbatas. Kerentanan manusia
tergantung pada status kekebalan dan kecenderungan genetic baik monyet
maupun manusia.7
3. Transmisi
Penularan virus dengue terjadi dalam tiga siklus:
a. Siklus enzootik: Siklus sylvatic primitif yang dipelihara oleh siklus
monyet-Aedes-monyet seperti yang dilaporkan dari Asia Selatan
dan Afrika. Virus tidak patogen bagi monyet dan viremia
berlangsung selama 2-3 hari. Keempat serotipe dengue (DENV-1
hingga -4) telah diisolasi dari monyet. 7
b. Siklus epizootik: Virus dengue menyeberang ke primata non-
manusia dari siklus epidemi manusia yang berdampingan melalui
vektor jembatan. Di Sri Lanka, siklus epizootik diamati di antara
kera touqe (Macaca sinica) selama 1986-1987 di daerah penelitian
berdasarkan serologis. Dalam wilayah studi (tiga kilometer), 94%
kera ditemukan terkena dampak. 7
c. Siklus epidemi: Siklus epidemik dipertahankan oleh siklus manusia-
Aedes aegypti-manusia dengan epidemi periodik/siklus. Umumnya,
semua serotipe bersirkulasi dan menimbulkan hiperendemisitas. Ae.
aegypti umumnya memiliki kerentanan yang rendah terhadap
infeksi mulut, tetapi antropi yang kuat dengan perilaku makan ganda
dan habitat yang sangat terdomestikasi menjadikannya vektor yang
efisien. Persistensi virus dengue, oleh karena itu, tergantung pada
perkembangan titer virus yang tinggi pada inang manusia untuk
memastikan penularan pada nyamuk. 7
E. PATOGENESIS
Pada studi invitro dan autopsi diduga terdapat tiga organ penting
yang terlibat dalam pathogenesis infeksi dengue yaitu sistem imun, hati dan
sel endotel pembuluh darah. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk yang mengandung virus dengue. Setelah virus masuk ke
dalam aliran darah akan terjadi infeksi pada sel Langerhans imatur
(epidermal dendritic cell dan keratinocyte) yang berada di lapisan epidermis
dan dermis. Sel yang terinfeksi akan memasuki kelenjar limfe dan
selanjutnya terjadi infeksi monosit dan makrofag yang menjadi target
infeksi dengue dan terjadi viremia. Viremia primer akan mengakibatkan
infeksi pada monosit dan mielosit yang bersikulasi sehingga terjadi infeksi
pada makrofag yang berada di hati dan limpa.
Respon imun pada Infeksi sekunder dengan serotipe virus dengue
yang berbeda, diawali oleh IgG anti dengue yang telah ada dengan kadar
yang tinggi dan selanjutnya akan membentuk kompleks imun dengan virus
dengue yang baru masuk (kompleks antigen-antibodi). Kompleks imun
yang terjadi mengakibatkan uptake virus oleh reseptor monosit/ makrofag
meningkat, replikasi virus meningkat, sehingga viral load juga meningkat.
Sel yang terinfeksi dan viremia yang terjadi akan berperan dalam
menghasilkan sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi. Hati merupakan
organ penting, peningkatan enzim transaminase berhubungan dengan
peningkatan tendensi terjadinya perdarahan selain itu virus dengue juga
mengakibatkan apoptosis dan nekrosis sel hepatosit.5
Sel endotel pembuluh darah berperan dalam respon koagulasi akibat
inflamasi. Keterlibatan sel endotel terdapat pada pembuluh darah pulmonal
dan abdominal. Dalam studi invitro tampak replikasi virus mengakibatkan
kelainan endotel dan tidak terjadi perusakkan morfologi sel. Di Asia infeksi
pada anak lebih berat dari pada dewasa, berbeda dengan kejadian di
Singapura dan Amerika yang cenderung mengenai dewasa lebih ringan. Hal
ini berdasarkan hipotesis yang secondary of h eterotypic dengue infection
atau dikenal dengan Antibody Dengue Enhachment (ADE), dimana jika
seseorang terinfeksi dengue untuk kedua kalinya dengan serotipe yang
berbeda akan menyebabkan dengue yang berat.5
Beberapa faktor yang memegang peran penting adalah adanya
reseptor Fcg yang terdapat pada permukaan sel amkrofag mononuclear.
Antibody enhancing immune- globulin G (un- neutralized antibody) akan
mengikat virus dan menempel pda permukaan makrofag dan membawa
infection virion mendekati reseptor. Jadi virus- specific antibody dan
reseptor Fc bekerja sama sebagai co-receptor, sehingga ikatan menjadi kuat
dan meningkatkan jumlah sel yang terinfeksi. Jadi pada seorang pasien yang
yang terinfeksi virus dengue, pre-exiting antibody dapat menyebabkan
peningkatan viral load, memperpendek masa inkubasi dan meningkatkan
derajat keparahan penyakit. 5
Beberapa penelitian klinis pada manusia memperlihatkan bahwa
tingkat derajat viremia yang tinggi berhubungan dengan kejadian DBD dan
SSD, pada infeksi sekunder oleh virus dengue heterotipik. Peran sel T pada
pathogenesis virus dengue juga sangat penting.
Berdasarkan penelitian invitro dan in vivo, dikatakan bahwa
aktivitas sel T berperan pada terjadinya perembesan plasma (plasma
leakage). Interaksi antigen- presenting cell (APC) sel T akan memicu
proliferasi dan produksi sitokin pro-inflamasi seperti IFN gamma dan TNF
alfa. Sitokin tersebut secara langsung berdampak pada endotel vascular
sehingga terjadi perembesan plasma.5
F. KLASIFIKASI
Pada tahun 2011 WHO membuat klasifikasi infeksi dengue menjadi
demam tidak terdiferensiasi, DD, dan DBD. DBD sendiri dibagi lagi
menjadi derajat I-IV. Untuk menentukan penatalaksanaan penderita infeksi
virus dengue, perlu diketahui klasifikasi derajat penyakit seperti tertera pada
tabel. 2
G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi dengue dapat bersifat asimtomatik dan
simtomatik. Manifestasi infeksi dengue memperlihatkan gejala asimtomatik
atau demam dengue dan pada infeksi berat disertai gangguan koagulasi,
peningkatan fragilitas vaskuler dan peningkatan permeabilitas kapiler
kemudian diikuti dengan syok hipovolemik.
DAFTAR PUSTAKA