Anda di halaman 1dari 20

Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) oleh

Puskesmas

Rosaria Oktafiani Darmawan


10-2014-033
D-4
FakultasKedokteranUniversitas Kristen KridaWacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat
No.Telp: (021)5694206
Rosaria.2014fk033@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ialah salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak. 1

Deman Berdarah Dengue ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh
dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi
di Asia Tenggara. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat ayng utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali di temukan di kota Surabaya pada
tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia
(Angka Kematian (AK): 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh
Indonesia.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Virus
Dengue penyebab Demam Dengue (DB), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock
Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu:
Den-1, Den-2, Den-3, Den-4.2

1
Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang
anak- anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Masa inkubasi penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari. Penyakit Demam Berdarah
Dengue dapat menyerang semua golongan umur. Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah
Dengue lebih banyak menyerang anak-anak tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya
kecenderungan kenaikan proporsi penderita Demam Berdarah Dengue pada orang dewasa.
Indonesia termasuk daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue. Serangan
wabah umumnya muncul sekali dalam 4 - 5 tahun. Faktor lingkungan memainkan peranan bagi
terjadinya wabah. Lingkungan dimana terdapat banyak air tergenang dan barang-barang yang
memungkinkan air tergenang merupakan tempat ideal bagi penyakit tersebut.3

Epidemiologi

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995) dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.4

Agen penyakit

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus
Flavivirus dari famili Flaviviridae. Virus dengue memiliki kode genetic (genom) RNA rantai
tunggal, yang dikelilingi oleh selubung inti (nukleokapsid) ikosahedral dan terbungkus oleh
selaput lipid (lemak). Virus ini memiliki 4 tipe, DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Virus dengue
bersifat labil terhadap panas (termolabil). Sifat ini harus diperhatikan ketika hendak melakukan
isolasi ataupun mengkultur virus. Masing-masing virus ini dapat dibedakan melalui isolasi
virus di lab. Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap

2
terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan
imunitas sementara dan parsial terhadap infeksi tipe virus lainnya. 1,2,4

Manusia (Host)

Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demam
berdarah dengue. Ada yang demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, bahkan ada yang
sama sekali tanpa gejala sakit.2 Dalam hal ini faktor imunologis host beserta virulensi sangat
berpengaruh. Pada faktor kelompok yang memiliki keterbatasan imunologis seperti ; anak –
anak yang telah mengalami infeksi dengue sebelumnya, dan bayi dengan penyusutan kadar
antibodi dengue maternal. Di Indonesia, penderita penyakit DHF terbanyak berusia 5-11 tahun.
Perilaku individu yang meliputi kebersihan individu serta kebersihan lingkungan juga
berpengaruh terhadap penyakit DHF. Selain itu, Kepadatan penduduk yang tinggi akan
mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan
meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.1,2,4

Lingkungan (Enviroment)

Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim hujan telah teramati di
beberapa negara. Interaksi suhu dan turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan
dengue, karena makin dingin suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa sehingga
mempengaruhi laju penularan. Lebih jauh lagi, turunnya hujan dan suhu dapat mempengaruhi
pola makan dan reproduksi nyamuk, dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk.1,2,4

Etiologi

Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-borne virus atau virus yang disebabakan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus
Flavivirus dari family Flaviviridae. David Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi
dengue di Batavia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu virus, manusia, dan nyamuk. 1,2,4

Vektor utama penyakit DHF adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan
Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah. 1,2,4

 Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih


 Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC,
tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas,
pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain.

3
 Jarak terbang ± 100 m
 Nyamuk betina bersifat ‘multiple biters’ (mengigit beberapa orang karena sebelum
nyamuk itu kenyang sudah berpindah tempat)
 Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi1,2,4

Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk ini meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari
nyamuk Aedes aegypti betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telurnya berbentuk elips
bewarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam satu sampai dua hari
menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar.
Perkembangan dari instar satu ke instar empat memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah
mencapai instar keempat, larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman
(tidak aktif, tidur).1,2,4

Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa.
Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan
hari, tetapi dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Telur Aedes aegypti
tahan terhadap kondisi kekeringan, bahkan bisa bertahan hingga satu bulan dalam keadaan
kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat
membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat
memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang
melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih
rakus dalam menghisap darah. 1,2,4

Pola Aktivitas Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal, yakni aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang
menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein, antara lain
prostaglandin, yang diperlukan untuk bertelur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan
memperoleh sumber energy dan nectar bunga ataupun tumbuhan. 1,2,4
Nyamuk Aedes aegypti menyukai area yang gelap dan benda-benda bewarna hitam atau
merah. Penyakit DHF/DBD kerap menyerang anak-anak. Hal ini disebabkan karena anak-anak
cenderung duduk di dalam ruang kelas selama pagi hingga siang haari dan kaki mereka yang
tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini. 1,2,4

4
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang
mengarah pada peningkatan kompetensi vector, yaitu kemampuan untuk menyebarkan virus.
Infeksi virus dengue dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah,
berkali-kali menusukkan alat penusuk dan pengisap darahnya (prosboscis), tetapi tidak berhasil
menghisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, resiko
penularan penyakit DHF menjadi semakin besar. 1,2,4
Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai
1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam
darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar
liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk
menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah
mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi
karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air
liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur
inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Di Indonesia, nyamuk Aedes
aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, tempat terdapat banyak
penampungan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan yang menjadi sarang berkembang
biaknya. Selain itu, di dalam rumah juga banyak terdapat baju yang tergantung atau lipatan
gorden, di tempat-tempat inilah biasanya nyamuk Aedes aegypti betina dewasa bersembunyi.

Distribusi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropics yang banyak
ditemukan antara garis lintang 350U dan 350S. distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian,
biasanya tidak dapat dijumpai pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000m, meski pernah
ditemukan pada ketinggian 2.121m di India dan 2.200m di Kolombia. Nyamuk Aedes aegypti
betina merupakan vector penyakit DHF yang paling efektif dan utama. Hal ini karena sifatnya
yang sangat senang tinggal berdekatan dengan manusia dan lebih senang menghisap darah
manusia, bukan darah hewan (antropofilik). Selain Aedes aegypti, ada pula nyamuk Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis, dan Aedes scutellaris yang dapat berperan sebagai vector
DHF, tetapi kurang efektif. 1,2,4

5
Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di daerah perkotaan lebih intensif dari
pada di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan kepadatan jumlah penduduk yang tinggi didaerah
perkotaan. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga
memudahkan nyamuk penular Demam Berdarah Dengue (Aedes aegypti) menyebarkan virus
dengue dari satu orang keorang lain yang ada disekitarnya (jarak terbang nyamuk Aedes
aegypti biasanyatidak lebih dari 100 meter). Selain itu mobilitas penduduk dikota pada
umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. 1,2,4

Interaksi Agent Penyakit, Manusia (Host), Lingkungan (Enviroment), dan Vector

Musim hujan merupakan saat terjadinya peningkatan penyakit DHF. Karena saat
musim hujan terjadi banyak genangan air yang memudahkan perkembang biakan nyamuk
Aedes aegypti. Nyamuk yang menjadi vector penyakit DHF adalah nyamuk yang menjadi
terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam
darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke
telur – telurnya. 1,2,4,9,10

Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar
air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan
bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4 -6 hari
dan orang tersebut akan mengalami sakit DHF. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh
manusia dan berada dalam darah selama satu minggu. 1,2,4,9,10

Pada saat nyamuk menggigit tubuh manusia, kemudian virus akan masuk ke dalam
darah manusia yang kemudian bereplikasi. Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk
antibody, selajutnya akan terbentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi
sebagai antigennya. Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat – zat yang
merusak sel – sel pembuluh darah yang disebut proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan
permeabilitas kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melabarnya pori – pori
pembuluh darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel – sel darah, antara lan
trombosit dan eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai
perdarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran
pernapasan (mimisan, batuk darah), dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering
,emgakibatkan kematian. 1,2,4,9,10

6
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demam
berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau ada
yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue
selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang
ada nyamuk penularnya. Sekali terifeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidup. Penyebaran
penyakit DHF di Jawa bisanya terjadi mulai bulan Januari sampai April dan Mei. 1,2,4,9,10

Kejadian luar biasa (KLB) dan endemis DHF

Pengertian KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004).

Sedangkan Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.5,6
Kriteria

Kriteria Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91) tentang Pedoman
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Jika tergolong Kejadian luar biasa,
apabila ada unsur :5,6

 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.

 Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut


penyakitnya (jam, hari, minggu).

 Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan


periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan, tahun).

 Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata – rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

Tujuh kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :6

a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah

7
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya

c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya

d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya

e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya

f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

Health Promotion

Promosi Kesehatan oleh Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi
“Indonesia Sehat”.6 Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga
fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat
pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. 1,7

Promosi kesehatan secara umum

Secara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa
kegiatan, yaitu : 1,7

a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan

8
b. Memberi nutrisi yang sesuai standar

c. Meningkatkan kesehatan mental

d. Penyediaan perumahan yang sehat

e. Rekreasi yang cukup

f. Pekerjaan yang sesuai

g. Melakukan konseling perkawinan

h. Melaksanakan pemeriksaan berkala

Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja
melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
melalui pesan pokok “3M PLUS”, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap
analisa situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan
diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan
buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah
berhasil dalam penggerakkan peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM
Rotary adalah Purwokerto. Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan
semua pihak yang terkait anak sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kader-kader,
tokoh masyarakat, petugas sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll. 1,7

Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk).


Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-
jalur informasi yang ada: 1,7

1. Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru,
murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.

2. Penyuluhan perorangan:

a. Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu

b. Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas

c. Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas

9
3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan
pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan
(musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan
PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam
rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam
program Sanitasi Lingkungan.

Informasi Penanggulangan Demam Berdarah

Mengingat demam berdarah merupakan penyakit yang tergolong baru dan berbahaya
maka menjadi salah satu masalah kesehatan yang harus ditangani di Indonesia. Apalagi hal itu
dihubungkan dengan adanya kenyataan, sampai dewasa ini belum diketemukan vaksin untuk
mengatasi virus demam berdarah. Thomas Suroso dalam Sumarno et al mengatakan bahwa
penyakit ini mengakibatkan banyak kematian terutama pada anak-anak, selain penyebarannya
pun luas. 1,7

Untuk itu, berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini. Salah satu
upaya yang dilakukan ialah dengan memberikan informasi penanggulangan demam berdarah
kepada masyarakat luas. Sebagai perbandingan misalnya, di Singapura telah dilaksanakan
suatu sistem tepadu untuk menanggulangi demam berdarah. Hal ini, dilakukan dengan
melaksanakan sistem terpadu penyuluhan, peraturan pemerintah dan pengamatan dalam
kontrol spesies aedes.1,7

Penanggulangan demam berdarah ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat
secara terpadu. Karena itu secara umum informasi penanggulangan demam berdarah ialah
informasi yang berhubungan dengan gejala dan tanda penyakit, ciri nyamuk pembawa virus,
cara pemberantasan nyamuk, upaya pencegahan panyakit, pertolongan dini serta tindakan
penanggulangan terhadap penderita demam berdarah. 1,7

Selain itu, masyarakat perlu tahu bagaimana tanda-tanda dan gejala kasus demam
berdarah antara lain : demam tinggi, perdarahan (terutama perdarahan kulit), hepatomegali dan
kegagalan peredaran darah. Hal ini harus diketahui sejak awal, terutama sejak anak demam
tinggi, nyeri kepala dan berbagai bagian tubuh, rasa menggigil, anoreksi dan malaise. Jika
tanda-tanda tersebut ada, anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk memperoleh
pengobatan dan perawatan. 1,7

10
Preventif

Secara garis besar kegiatan ini meliputi :1

a. Pembersihan jentik

 Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

 Larvasidasi

 Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)

b. Pencegahan gigitan nyamuk

 Menggunakan kelambu

 Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)

 Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju)

 Penyemprotan

Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya
didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya.Pada penyakit DBD yang merupakan
komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia.
Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue,
maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan
agar sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada
kelompok yang paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi
penyakit DBD dengan cara memberantas vektornya.8
Menurut Harmadi Kalim (1976), sampai saat ini pemberantasan vector masih
merupakan pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi
pemberantasan vektor ini pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan
oleh WHO dengan diadakan penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi
tersebut terdiri atas perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah dan
pemberantasan vektor untuk pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit DBD.
Untuk mencapai sasaran sebaik-baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam membuat
perencanaan pemberantasan vektor, yaitu:8

11
1. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh alam,
dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat yang
rendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi,
yaitu daerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, Rumah
Sakit, serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada stadium
dewasa maupun stadium jentik.

a. Pemberantasan vektor stadium dewasa


Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan
fogging atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathion yang ditujukan
pada nyamuk dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan
menggunakan mesin pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara.interval 1
minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue
(nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-
nyamuk baru diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat
menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan
siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang
pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan
pada orang lain (Depkes RI, 2005: 13).
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathion
sangat efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan
aplikasi abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya,
karena jentik yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam
pemberantasan vektor stadium dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.

b. Pemberantasan vektor stadium jentik.


Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).

1. Fisik

12
Menurut Erik Tapan, untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit Demam
Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-
DBD) dengan cara “3M” yaitu:
 Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak
mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat tersebut
tidak bisa dikuras
 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan
berkembang biak di dalamnya
 Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnya
ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.
Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh masyarakat
untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes aegypti penular penyakit.
Daur hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur, jentik, kepompong hidup dalam air yang
tidak beralaskan tanah dan akan mati bila airnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong
tersebut tidak menjadi nyamuk, maka perlu dilakukan 3M Plus” secara teratur sekurang-
kurangnya seminggu sekali dengan gerakan “3M Plus”. Yang dimaksud Plus yaitu: 8
 Mengganti air vas bunga,tempat minum burung, atau tempat-tempat sejenis lainnya
seminggu sekali
 Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
 Menutup lubang lubang pada potongan bambu / pohon dan lain lain
 Menaburkan bubuk larvasida , misalnya ditempat tempat yang sulit dikuras atau di
daerah yang sulit air
 Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak penampungan air
 Memasang kawat kasa
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
 Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
 Menggunakan kelambu
 Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

2. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi
jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan
antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yangdigunakan adalah

13
granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata)
untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan
temefos:8
a. aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerah
yang belum pernah terjangkit DBD.
b. aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yang
tertinggi)
c. aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2 bulan setelah aplikasi II.
Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) – Takaran penggunaan
Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk Altosid
1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia dalam setiap
kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu sendok teh peres
(yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau
menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat betul.8
Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif: piriproksifen 0,5%) – Takaran
penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan
0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran
khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat
betul.8

3. Biologi
Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang/tempalo dan lain-lain).8

Peranan Dokter di Puskesmas

Menjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang
baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan yang
sangat detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat
memberikan pelayanan holistik pada pasiennya.
WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam “ 5 stars doctor”, antara lain:

14
1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai
tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan kesehatan
yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu
memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut
pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.
3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang
dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi contoh bagi
komunitas disekelilingnya
4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah
lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan mengelola
sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu yang perlu dimiliki
oleh setiap dokter.
5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti
memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di masyarakat,
dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan kepeduliannya
terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi, menyampaikan sesuatu
dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap dokter
Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan petugas
administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing disiplin
ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi.
 Koordinator P2M dan PKM
 Petugas Laboratorium
 Petugas Administrasi
 Kader aktif
 Jumantik
Manajemen Program DBD di Puskesmas

Dalam penanggulangan DBD, menurut WHO, suatu panitia pengorganisasian atau


pengkoordinasian harus dibuat dan harus terdiri atas administrator, ahli epidemiologi, praktisi,
ahli entomologi, dan pekerja dari laboratorium virus. Tanggung jawab dari panitia yang dibuat
ini biasanya ditetapkan surat keputusan menteri kesehatan.

15
 Menyusun dan mendistribusikan protokol untuk diagnosis klinis dan pengobatan
DBD/DSS.
 Menyiapkan dan menyebarkan DBD/DSS untuk petugas perawatan kesehatan,
masyarakat, dan media massa.
 Merencanakan dan menerapkan program pelatihan untuk petugas perawatan kesehatan
dan pembantunya (misalnya staf rumah sakit, peserta didik kedokteran, perawat, teknisi
laboratorium).
 Mengkaji kebutuhan terhadap cairan intravena, obat-obatan, produk darah, peralatan
perawatan intensif, materi penyuluhan dan peralatan untuk memindahkan pasien.
 Mengawasi penggunaan suplai dan hasil program perawatan klinis (setiap hari bila
perlu).
 Mengkoordinasikan penelitian klinis tentang DBD/DSS selama wabah.

Hasil dari penerapan tindakan diatas, maka suatu program pemberantasan dan
penanggulangan dapat dibuat untuk selanjutnya dilaksanakan oleh organisasi kesehatan yang
berurusan langsung dengan masyarakat, di Indonesia dikenal sebagai puskesmas.4

Bentuk manajemen program oleh puskesmas dalam menanggulangi Demam Berdarah


Dengue.4

1. Tujuan
a) Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD
b) Mencegah dan menanggulangi KLB
c) Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN)
2. Sasaran
Sasaran nasional (2000) :
a) Morbiditas di kecamatan endemic DBD < 2 per 10.000 penduduk
b) CFR < 2,5%
3. Strategi
a) Kewaspadaan dini
b) Penanggulangan KLB
c) Peningkatan keterampilan petugas
d) Penyuluhan
4. Kegiatan

16
a) Pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologis, PE) yaitu kegiatan
mendatangi rumah-rumah daru kasus yang dilaporkan (indeks kasus) untuk
mencari penderita lain dan memeriksan angka jentik dalam radius ± 100 m dari
rumah indeks.
b) Penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan mencari penderita lain .
jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan penanganan
kasus termasuk merujuk ke unit pelayanan kesehatan (UPK) terdekat
c) Abatisasi selektif (AS) atau larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau
menaburkan larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik
aedes
d) Fogging focus (FF), yaitu kegiataan menyemprot dengan insektisida (malation,
losban) untuk membunuh naymuk dewasa dalam radius 1 RW pet 400 rumah
per 1 dukuh
e) Pemeriksaan jentik berkala (PJB), yaitu kegiatan regular tiga bulan sekali,
dengan cara mengambil sampel 100 rumah/desa/kelurahan. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan cara random atau metode spiral (dengan rumah
ditengan sebagai pusatnya) atau metode zig-zag. Dengan metode ini akan
didapatkan angka kepadatan jentik atau HI (house index)
f) Pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD di semua level administrasi, mulai
dari desa, kecamatan sampai pusat
g) Penggerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M (menutup dan
menguras tempat penampungan air bersih, mengubur barang bekas, dan
membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk) di
daerah endemic dan sporadic
h) Penyuluhan tentang gejala awal penyakit
5. Pencegahan
Kegiatan ini meliputi :
a) Pembersihan jentik :
 Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
 Larvasidasi
 Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)
b) Pencegahan gigitan nyamuk
 Menggunakan kelambu

17
 Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)
 Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju)
 Penyemprotan
6. Monitoring dan evaluasi

a. Indikator pemerataan
1. Penyelidikan epidemiologis (PE) =
Jumlah penduduk dengan PE
Jumlah penderita yang dilaporkan
2. Fogging focus =
Jumlah fogging x 100%
Jumlah penderita

b. Indikator efektivitas perlindungan =


Cakupan rumah dengan FF/AS/PSN x 100%
Jumlah rumah yang seharusnya tercakup dalam FF/AS/PSN

c. Indikator efisiensi program


1. Angka kepadatan jentik (HI) =
Jumlah rumah yang positif terdapat jentik x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa

2. Angka kesakitan DBD =


Jumlah kesakitan DBD x 100%
Jumlah penduduk
3. Angka kematian DBD =
Angka kematian DBD x 100%
Jumlah penderita
7. Pengelolaan

Penderita atau tersangka DBD

Penyelidikan epidemiologi

Ada penderita DBD lain atau ada jentik dan ada


penderita demam tanpa sebab yang jelas pada hari
itu atau seminggu sebelumnya ≥ 3 orang
18
Ya Tidak

 Penyuluhan  Penyuluhan
 PSN  PSN
 Pengasapan
radius ± 200 m

Penutup

Pada skenario ini angka CFR yang tinggi dan ABJ yang rendah membuat Puskesmas
dan pelayanan kesehatan ditingkat atas membuat program kerja seperti Foging, serbuk abate,
3M. Dengan tujuan menurunkan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan DBD. Dengan
adanya Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, untuk
itu penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan
membandingkan antara cakupan dengan target yang telah ditetapkan.

Daftar Pustaka

1. Widoyono. Penyakit tropis : Epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya.


Jakarta : Erlangga, 2008. h. 59-66.
2. Achmadi UF, Sudjana P, Sukowati S, at all . Buletin Jendela Epidemiologi. Vol 2.
Jakarta:Pusat data dan surveilens epidemiologi kementrian kesehatan RI; 2010. H. 1-42
3. Siregar FA. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD). FKM
Sumatera Utara : USU digital library, 2006. h. 1 – 3.
4. Arsin AA dan Wahiduddin. 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue Di Kota Makasar. Jurnal Kedokteran Yarsi. ISSN: 0854-1159
Vol. 12 No. 2. Mei-Agustus 2004: 23.
5. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan komunitas.Jakarta : EGC, 2009. h. 22-4.
6. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC, 2007. h. 6 – 18.
7. Karmila. Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD). Sumatera Utara : USU, 2008. h. 34-6.

19
8. Widiyanto T. Kajian manejemEn lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD). Semarang : UNDIP, 2007. h. 39 -42.
9. Martina B E E, Koraka P, Osterhaus A D M E, Dengue Virus Pathogenesis an inegrated
view. 2009 oct 22. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2772360/ . 2017 july 15.
10. Kamaruddin D Sungkar S . The Trend of Dengue Hemorrhagic Fever Cases in Central
Jakarta 2008-2010, April 2013. Available from:
http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/view/1606/1348, 2017 july 15

20

Anda mungkin juga menyukai