Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPRAWATAN ANAK

DENGAN PENYAKIT DHF


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Keprawatan Anak

Dosen Pembimbing :

Rika Maya Sari, S,.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

1. Qonitah Husna Hibatullah ( 22613484 )


2. Retno Setyoningrum ( 22613497 )
3. Fantika Nanda Putri V ( 22613504 )
4. Ardin Ayundya Pramesti ( 22613529 )

PROGRAM STUDI DIII KEPRAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2022/2023
A.KONSEP DASAR PENYAKIT

I.DEFINISI

Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut
terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang
dewasa. Gejala yang ditimbulkan denganmanifestasi perdarahan dan bertendensi
menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian.

Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue di jumpai sepanjang tahun dan
meningkat pada musim hujan. Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang
masih menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini masih disebabkan oleh karena tingginya
angka morbiditas dan mortalitas

Demam Berdarah Dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan,
terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaan darah (circulatory failure).
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan DBD dan
DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik.

2. EPIDEMIOLOGI / INSIDEN KASUS

Epidemiologi demam dengue atau dengue fever (DF) menjadi beban kesehatan dunia, karena
penyebaran penyakit virus dengan vektor nyamuk Aedes spini terjadi paling cepat di dunia.
Penyakit ini umumnya lebih sering ditemukan pada wilayah tropis dan subtropis. Beberapa
bagian negara, seperti Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Asia, merupakan
beberapa area endemis dengue. Deteksi demam dengue yang cepat dapat menurunkan tingkat
fatalitas menuju demam dengue berat sampai di bawah 1%.

Insidensi DF di Indonesia meningkat secara signifikan dalam lima dekade terakhir. Insidensi
demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) di Indonesia per Juli
2020 dilaporkan sebesar 71.633 kasus. Jumlah kasus terbanyak adalah di Jawa Barat diikuti
dengan Bali dan Jawa Timur, yaitu 10.722, 8.930, dan 5.948 kasus. Pada tahun 2018 dan
2019, insidensi DBD berjumlah 65.602 dan 138.127 kasus. Dibandingkan dengan tahun
2018, kasus DBD meningkat secara signifikan.

Seluruh serotipe virus dengue ditemukan di Indonesia. Namun, DENV-3 (46,8%) dan
DENV-1 (26,1%) ditemukan paling banyak tersebar di Indonesia. Berbeda pada daerah
Surabaya, dimana DENV-2 merupakan serotipe paling banyak ditemukan.

3.PENYEBAB / FAKTOR PREDISPOSISI

Penyebab DBD atau demam berdarah dengue adalah infeksi virus dengue yang ditularkan
dari gigitan nyamuk betina Aedes aegypti. Meningkatnya infeksi virus ini bisa dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti curah hujan tinggi atau daya tahan tubuh yang lemah.
Nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD terlebih dahulu terinfeksi virus dengue (DENV)
sebelum menjadi faktor utama yang menularkan penyakit ini ke manusia. Sebagian besar
kasus demam berdarah dengue ini terjadi di daerah tropis dan sub-tropis, terutama di Asia
Tenggara, Afrika, serta Amerika Tengah dan Selatan.

DBD merupakan kondisi yang lebih parah dari demam dengue karena berpotensi mengancam
nyawa. Gejala DBD ini meliputi sakit perut parah, gusi berdarah atau perdarahan di bawah
kulit, perut bengkak, muntah darah, sulit bernapas, kulit terasa lembap dan dingin, hingga
kehilangan kesadaran.

Beragam Faktor Penyebab DBD :

Untuk mencegah infeksi virus dengue, ada beberapa faktor penyebab DBD yang harus Anda
waspadai, di antaranya:

1. Curah hujan tinggi

Hujan terus-menerus dapat menimbulkan genangan air di berbagai tempat, termasuk di


sekitar pemukiman. Genangan-genangan air biasanya terbentuk di talang air, ban bekas,
kaleng atau botol bekas, pelepah daun, hingga lubang pohon.

Genangan yang terbentuk akibat curah hujan tinggi ini akan menjadi tempat bagi nyamuk
berkembang biak. Saat populasi nyamuk penyebab DBD meningkat, maka risiko penularan
virus dengue di masyarakat akan meningkat pula.

2. Pernah menderita demam berdarah

Seseorang bisa terinfeksi virus dengue yang menyebabkan DBD sebanyak 4 kali selama
hidupnya. Jika seseorang pernah mengalami demam dengue sebelumnya, maka ia berisiko
tinggi terkena DBD apabila kembali terinfeksi virus dengue.

3. Memiliki daya tahan tubuh yang lemah

Penelitian menunjukkan bahwa daya tahan tubuh memengaruhi respons tubuh terhadap
infeksi virus dengue. Daya tahan tubuh yang kuat hanya akan menyebabkan gejala ringansaat
seseorang terkena demam berdarah.

Sementara pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, infeksi virus dengue dapat
menyebabkan DBD dengan gejala yang parah, seperti kebocoran pembuluh darah dan
peradangan hebat, terutama pada mereka yang memiliki penyakit penyerta.

4. Kebiasaan menggantung baju di kamar

Gantungan baju di kamar dapat menjadi sarang nyamuk penyebab DBD. Hal ini karena
setelah menggigit manusia, nyamuk Aedes aegypti betina senang beristirahat ditempat gelap,
seperti di sela-sela baju yang tergantung.
Tak hanya mewaspadai faktor penyebab DBD, Anda juga harus melakukan beberapa cara
untuk mencegah penularan virus dengue. Berikut ini adalah cara mencegah gigitan
nyamuk demam berdarah untuk Anda dan keluarga:

1. Dapatkan vaksin demam berdarah (Dengvaxia) jika pernah menderita penyakit demam
berdarah setidaknya sekali

2.Gunakan pendingin udara di dalam ruangan atau pastikan rumah Anda memilki sirkulasi
udara yang baik

3.Kenakan pakaian yang dapat melindungi Anda dari gigitan nyamuk, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, dan kaus kaki

Oleskan losion antinyamuk yang mengandung 50% DEET untuk orang dewasa, atau 15–30%
DEET, picaridin, minyak lemon eucalyptus, atau para-menthane-diol untuk anak-anak

3.Gunakan kelambu pada tempat tidur Anda untuk menghalau nyamuk penyebab DBD yang
masuk

Jagalah kebersihan lingkungan tempat Anda tinggal, karena genangan air dan barang-barang
yang menumpuk dapat menjadi tempat untuk nyamuk berkembang biak

4. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (Zulkoni, 2011). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti (Priesley, dkk. 2018).
DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah
manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes aegypti atau Aedes Albopictus (Hadriyati,
dkk. 2016). Jadi kesimpulannya, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

DBD disebabkan oleh virus dengue yang merupakan virus RNA untai tunggal, genus
Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe yaitu Dengue-1, Dengue- 2. Dengue-3 dan Dengue-4.
Struktur antigen keempat serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi
terhadap masing-masing serotipe tidak dapat memberikan perlindungan silang atau hanya
sebagian kecil yang dapat memberikan perlindungan silang. Virus ini tergolong Arthropod-
borne Aedes antara lain Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus menurut (Zulkoni, 2011).
Kesimpulannya, penyebab dari DBD yaitu virus dengue yang terdiri dari empat serotipe
dengue. Menurut (Irianto, 2013), derajat keparahan penyakit DBD dibagi menjadi 4 derajat
meliputi Derajat 1 yaitu demam, uji torniket (+) dan kematian; Derajat II yaitu demam
dengan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit dan atau perdarahan ditempat lain;
Derajat III yaitu ditemukan kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi I (<20 mmHg) atau hipotensi dengan kulit dingin, lembab dan gelisah; Derajat
IV yaitu renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tensi yang tidak terukur. Kesimpulannya,
DBD mempunyai klasifikasi yang dibagi menjadi empat derajat.

Siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti mempunyai empat fase. Pertama telur, sangat sensitif
dan tidak dapat hidup pada suhu rendah 100C, Tetapi dapat hidup pada kekeringan. Telur
dapat bertahan hidup >1 tahun pada suhu 210C. Telur sering menetas secara bersamaan
menjadi jentik pada suhu optimum 250 -270C didalam air menurut (Putri, 2009). Kedua
jentik/larva, dipengaruhi oleh suhu air, kepadatan populasi dan tersediannya makanan. Jentik
akan menjadi pupa/kepompong dalam waktu 4-8 hari, dapat bertahan lama dibawah
permukaan air ditempat perindukannya, serta dapat bertahan pada tanah yang lembab selama
13 hari. Ketiga pupa/kepompong, Larva/jentik menjadi kepompong memerlukan waktu sekita
1,5-2,5 hari. Beberapa pupa/kepompong dapat hidup pada temperatur 4,50C selama 24 jam.
Keempat nyamuk dewasa, Siklus hidup pupa/kepompong berubah menjadi dewasa
berlangsung selama 1- 5 hari dan dapat hidup <50 hari. Perkawinan dilakukan 24-28 jam
setelah nyamuk menjadi dewasa. Nyamuk betina dapat memproduksi telur 50-500 butir pada
pertama kali. Suhu yang baik untuk nyamuk dewasa adalah 260C. Variasi lamanya umur
nyamuk dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, makanan dan aktivitas reproduksi.

PATHWAY :
5.KLASIFIKASI

Klasifikasi DHF

a. Derajat 1 (ringan)

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji turniket.

b. Derajat 2 (sedang)

Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit dan atau perdarahan lainnya.

c. Derajat 3

Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun.

d. Derajat 4

Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur (Wijaya, 2013).

6.GEJALA KLINIS

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat berupa DBD. Penyakit demam berdarah dan
terjadinya DBD dibagi menjadi 3 kelompok (Anies,2006), yaitu:

1. Virus dengue

Virus dengue termasuk dalam genus flavivirus, yang terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3,
dan 4. Struktur antigen dari ke-4 serotipe ini sangat mirip satu sama lain, namun antibody
masing-masing serotipe tidak bias saling memberi perlindungan silang. Virus dengue
berukuran kecil yaitu + 34-45 nm. Virus dengue dapat tetap hidup di alam dengan dua
mekanisme. Mekanisme

pertama yaitu transmisi vertical dalam tubuh nyamuk. Virus ditularkan nyamuk betina pada
telurnya, yang akan menjadi nyamuk dewasa. Virus juga bisa ditularkan nyamuk jantan

Pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua yaitu transmisi virus dari
nyamuk ke dalam tubuh vertebrata, serta sebaliknya. (Anies,2006).

2. Virus dengue pada tubuh nyamuk

Virus dengue didapat nyamuk Aedes saat melakukan gigitan pada manusia (vertebrata) yang
mengandung virus dengue dalam darahnya (viraemia). Virus yang masuk ke dalam lambung
nyamuk kemudian mengalami replikasi (membelah diri atau berkembangbiak), kemudian
akan migrasi dan pada akhirnya akan sampai di kelenjar ludah. (Anies,2006)

3. Virus dengue pada tubuh manusia

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit.
Setelah nyamuk menggigit manusia kemudian mengalami periode tenang + 4 hari, virus
melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Virus akan memasuki sirkulasi darah
(viraemia) dan apabila jumlah virus sudah cukup, manusia yang terinfeksi akan mengalami
gejala panas. Tubuh akan memberikan reaksi setelah terdapat virus dengue di dalam tubuh
manusia. Reaksi terhadap virus antara manusia satu dengan manusia lainnya dapat berbeda
serta akan memanifestasikan perbedaan pada penampilan gejala klinis dan perjalanan
penyakit. (Anies,2006).

Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan
sering menimbulkan suatu letusan KLB dengan 7

kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular (vektor) penyakit DBD yang penting
adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutrllaris, tetapi sampai saat ini yang
masih menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Seluruh wilayah
Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD, kecuali daerah yang memiliki
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. (Fathi, 2005)

DF adalah penyakit febris-virus akut, seringkali disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang
atau sendi, dan otot, ruam dan leucopenia sebagai gejalanya. DHF ditandai oleh empat
manifestasi klinis utama; demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegaly
dan pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok
hipovolemik yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut Dengue Shock
Sindrom (DSS) dan dapat menjadi fatal.

Gejala Klinis Penyakit DBD :

Faisalado (2013) menyebutkan bahwa tanda dan gejala utama yang paling sering muncul
pada penyakit DBD berupa demam tinggi, pendarahan, pembengkakan hati, dan pada
beberapa kasus parah terjadi kegagalan sirkulasi darah. Penderita DBD akan mengalami
demam mendadak 2-7 hari yang terjadi tanpa penyebab yang jelas kemudian turun sampai
suhu normal atau bahkan lebih rendah. Demam yang terjadi disertai dengan lesu/lelah,
gelisah, nyeri punggung, nyeri tulang, nyeri sendi, nyeri pada ulu hati disertai bitnik-bintik
(plechiae), lebam (ecchymosis), atau ruam (purpura). Kadang terjadi mimisan, muntah darah,
kesadaran menurun atau syok. Terjadinya syok merupakan tanda prognosis yang semakin
memburuk ditandai dengan nadi menjadi lemah dan cepat, bahkan sering tidak teraba dan
tekanan darah sistol menurun sampai di bawah 80 mmHg.

7.PEMERIKSAAN FISIK

8.PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai sebagai beriku.

a) Hb dan PCV meningkat (≥ 20 %)


b) Trambositopenia (≥ 100.000 / ml )

c) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis ).

d) Ig.D. dengue positif.

e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia ,hipokloremia,


hiponatermia.

f) Urium dan pH darah mungkin meningkat.

g) Asidosis metabolic ; pCO2 < 35 – 40 mmHg , HCO3 rendah

h) SGOT / SGPT mungkin meningka

9.DIAGNOSIS / KRITERIA DIAGNOSIS

10.PENATALAKSANAAN / PENANGANAN

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue :

Kebutuhan rawat inap untuk pasien dengue haemorrhagic fever (DHF) bukan berdasarkan
jumlah trombosit. Pasien DHF perlu dirawat inap untuk observasi ketat jika terdapat tanda
bahaya, seperti perdarahan yang signifikan, nyeri abdomen berat, muntah masif, akral dingin,
letargi, iritabilitas, dan tidak mengeluarkan urin selama 4−6 jam.[1-3]

Kehamilan, bayi, lansia, obesitas, diabetes melitus, gagal ginjal, dan penyakit hemolitik
kronis termasuk pasien dengan risiko penanganan yang lebih rumit, sehingga membutuhkan
monitoring ketat. Penanganan DHF tergantung tanda bahaya atau fase kritis pada pasien.
Pemberian transfusi darah, berupa packed red cells atau fresh whole blood, dapat diperlukan
pada komplikasi perdarahan.[1-3]

Rehidrasi Intravena

Pada pasien DHF diberikan cairan isotonik secara intravena, seperti salin normal (NaCl
0,9%), ringer laktat, atau cairan Hartmann dengan dosis pemberian:

Berikan awal 5−7 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam

Kurangi menjadi 3−5 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam

Kurangi kembali menjadi 2−3 mL/kgBB/jam, kemudian cek hematokrit

Jika hematokrit tetap atau membaikl, maka tetap berikan 2−3 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam

Jika hematokrit meningkat atau pasien memburuk, maka berikan 5−10 mL/kgBB/jam selama
1−2 jam
Lakukan pemeriksaan klinis pasien dan hematokrit secara berulang setiap 1-4 jam untuk
menentukan dosis terapi cairan

Berikan dosis rumatan[1-3]

Monitoring Berkala

Pada pasien DHF dengan tanda bahaya, harus dilakukan monitoring untuk memantau
perkembangan penyakit dan menentukan tata laksana. Monitoring terdiri dari:

Urine output setiap 4−6 jam, dengan sasaran 0,5 mL/kgBB/jam

Tanda-tanda vital dan perfusi perifer setiap 1−4 jam, sampai pasien keluar dari fase kritis

Hematokrit sebelum dan sesudah pemberian cairan, atau setiap 6−12 jam

Gula darah dan fungsi organ, seperti ginjal, liver, dan profil koagulasi (prothrombin
time, activated partial thromboplastin time, fibrinogen, dan D dimer)[1-3].

Pencegah :

Tips Pencegahan DBD

Selain itu, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien hingga saat ini yaitu dengan cara
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menggunakan metode 3M Plus (Menguras, Menutup,
Mendaur Ulang Barang Bekas).

Menguras

1. Bersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air seperti: ember air, bak
mandi, penampungan air minum, penampung air lemari es, tong air, dan lain-lain.

Menutup

2. Tutup rapat tempat penampungan air

Mendaur Ulang Barang Bekas

3. Daur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas. Hal tersebut karena barang
bekas dapat berpotensi menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

Sementara itu, Plus pada metode 3M Plus tersebut dimaksudkan untuk melakukan segala
bentuk kegiatan pencegahan yang lain seperti:

1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
2. Menggunakan kelambu saat tidur
3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
4. Menanam tanaman pengusir nyamuk
5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.
6. Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.
11.KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu
perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD).
Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang
lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai
nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan
kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung, telinga, dan kaki teraba
dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria (Pangaribuan 2017).

Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani

akanmenimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :

1) PerdarahanPerdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan


jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati,trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalamsumsum tulang dan pendeknya
masa hidup trombosit. Tendensi perdarahanterlihat pada uji tourniquet positif, petechi,
purpura, ekimosis, dan perdarahansaluran cerna, hematemesis dan melena.

2) Kegagalan sirkulasiDSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,


disebabkanoleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma,efusi
cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia,hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardium volume sekuncup dan curah jantung,sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan
sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.

3) HepatomegaliHati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan


dengannekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler.Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih
banyakdikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.

4) Efusi pleuraEfusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan


ekstravasasialiran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan
dalamrongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.

B.KONSEP DASAR ASUHAN KEPRAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan landasan proses
keperawatan Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang cermat guna mengenal masalah
klien sepersagengnupulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat
ini, data objektif dan subjeku darı klien, keluarga, masyarakat lengkungen, atau tentaya
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan ketelitian dan
pengkajian (Deswuni, 2009).
a.Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF tersering menyerang anak dengan usia kurang dari 15tahun) jenis
kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orangtua, pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas
tinggi anak lemah.

c.Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil. saat demamkesadran


kompos mentis. Panas menurun terjadi antara hari ke 3 dan ke 7, sementara anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,nyeri telan, mual, muntah anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri ototdan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
mata terasa pegal, sertaadanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III IV) menelan
atauhematemesis.

D.Riwayat penyakit yang pernah di derita Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada
dengue Haemorrhagic fever, anak bisa mengalami serangan ulang dengue haemorrhagic fever
dengan tipe virusyang lain.

e.Riwayat imunisasi

Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan timbul komplikasidapat


dihindarkan.

f.Riwayat gizi

Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan statusgizi baik maupun
buruk dapat berisiko apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak yang menderita DHF

sering mengalami keluhanmual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan oemenuhan nutrisi yang adekuat anak dapat mengalami
penurunan berat badan, sehingga status gizinya menjadi kurang.

g. Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, lingkungan yang kurangkebersihannya
(air yang menggenang) dan gantungan baju di kamar.

2.Pemerisaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi palpasi, auskultsai dan perkusi dariujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF.keadaan fisik anak sebagai berikut.

a) Grade 1: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; tanda-tandavital nadi lemah.
b) Grade II: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah : adanya perdarahan spontan
petekia perdarahan gusi dan telinga; nadi lemah kecil, tidak teratur.

c) Grade III kesadaran apatis; somnolen; keadaan umum lemah, nadilemah, kecil, tidak
teratur; tensi menurun.

d) Grade IV: kesadaran koma nadi tidak teraba tensi tidak terukur pernapasan tidak teratur
berkeringat dan kulitnamapk biru. ekstrimitas dingin;

Sistem integumenta :

a) Kulit adanya petekia, turgor kulit menurun, keringat dingin. lembab.

b) Kuku cyanosis/tidak

c) Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri muka tampak kemerahan pada muka karena
demam(flushy), mata anemis, hidup kadang mengalami perdarahan/epistksis(grade II. III.
IV ).pada mulut didapatkan mukosa mulut kering perdarahan gusi kotor dan nyeri telan.
Tenggorokan mengalamihyperemia faring, terjadi perdarahan teling (grade II, III, IV).

d) Dada.Bentuk simestris, kadang-kadang sesak, pada foto thoraks terdapatadanya cairan


yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura). Rales+, ronchi + biasanya pada grade
III, IV.

e) Pada abdomen terdapat nyeri tekan pembesaran hati (hepatomegali), danasites.

f) Ekstremitas, yaitu akral dingin, nyeri otot dan sendi serta tulang.

3.Diagnosa Keprawatan

a. Hipertermia b/d Dehidrasi

b. Resiko perdarahan b/d Aneurisma

c. Nyeri Akut b/d agen pencedera Fisiologis

C. ASUHAN KEPRAWATAN

N Diagnosa Keprawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Keprawatn


O SDKI SLKI SIKI
1 Hipertermia (D0130) termoregulasi (L.14134) Manajemen
Penyebab : Kriteria hasil: Hilertermia (1.15506)
Dehidrasi 1. Kulit merah menurun Observasi:
Gejala dan tanda 2. Kejang menurun * identifikasi penyebab
mayor 3. Akrosianosis menurun hipertermia(mis.
1. Suhu tubuh di atas 4. Piloeraksi menurun Dehidrasi,terpapar lingkungan
nilai normar 5. Vasokontriksi perifer panas, penggunaan inkubator)
Gejala dan tanda minor menurun * monitor suhu tubuh
1. kulit merah 6. Kulit memorata * monitor kadar elektralit
2. kejang menurun * monitor haluaran urine
3. takikardi 7. Pucat menurun * monitor komplikasi akibat
4. takipnea 8. Takikardia menurun hipertermia
5. kulit terasa hangat 9. Takipnea menurun Terapeutik:
10.Bradikardia menurun * sediakan lingkungan yang
11.Dasar kuku sianolik dingin
menurun * longgarkan atau lepaskan
12.Hipoksia menurun pakaian
13.Suhu tubuh membaik * basahi dan kipasi
14.Suhu kulit membaik permukaan
15.Kadar glukosa darah tubuh
membaik * berikan cairan oral
16.Pengisian kapiler * ganti linen setiap hari atau
membaik lebih sering jika mengalami
17.Ventilasi membaik hiperhidrosis(keringat
18. Tekanan darah berlebih)
membaik * lakukan pendinginan
eksternal(mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen,
aksila)
* hindari pemberian
antipiretik
atau aspirin
* berikan oksigen, Jika perlu
Edukasi:
* anjurkan tirah baring
Kaloborasi
* kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, Jika
perlu
2 Resiko Tingkat Pencegahan
Perdarahan (D.0012) Perdarahan (L.02017) Pendarahan (1.02067)
Penyebab : Kriteria hasil: Observasi:
Aneurisma 1. Kelembaban * monitor tanda dan gejala
Kondisi klinis terkait : membran pendarahan
1. aneurisma mukosameningkat * monitor nilai hematokrit/
2. Koagulopati 2. kelembaban kulit hemoglobin sebelum dan
intravaskular meningkat setelah kehilangan darah
diseminata 3. kognitif meningkat * monitor tanda-tanda vital
3. Sirosis hepatis 4. hemoptisis menurun ortostatik
4. Ulkus lambung 5. hematemesis menurun * monitor koagulasi(mis.
5. Varises 6. hematuria menurun Prothrombin time (PT),partiel
6. Trombositopenia 7. perdarahan anus thomboplastin time
7. Ketuban pecah menurun (PTT),fibrinogen,degradasi,fib
sebelum waktunya 8. distensi abdomen rin dan/atau platelet)
8. Plasenta 9. perdarahan vagina Terapeutik:
previa/aprupsio menurun * pertahankan bed rest selama
9. Atonia uteri 10.perdarahan pasca perdarahan
10.Retensi plasenta operasi * batasi tindakan invasif, jika
11.Tindakan 11.hemoglobin membaik perlu
pembedahan 12.hematokrit membaik * gunakan kasur pencegahan
12. 13.tekanan darah dekubitus
kanker membaik * hindari pengukuran suhu
13. 14.denyut nadi apikal rektal
trauma. membaik Edukasi:
15.suhu tubuh membaik * Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
* anjurkan menggunakan kaos
kaki saat ambulasi
* anjurkan meningkatkan
asupan
cairan untuk menghindari
konstipasi
* anjurkan menghindari
aspirin
atau antikoagulan
* anjurkan meningkatkan
asupan
makanan dan vitamin K
* anjurkan segera melapor
jika
terjadi perdarahan.
Kolaborasi:
* kolaborasi pemberian obat
mengontrol perdarahan ,Jika
perlu
* kolaborasi pemberian
produk
darah ,Jika perlu
* kolaborasi pemberian
pelunak
tinja, Jika perlu
3 Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (1.08238)
Penyebab Kriteria hasil: Observasi:
agen pencedera fisiogis 1. Kemampuan * identifikasi lokasi,
Gejala dan tanda menuntaskan aktivitas karakteristik,durasi,frekuensi,
mayor meningkat kualitas intensitas nyeri
1. Tampak meringis 2. Keluhan nyeri * identifikasi skala nyeri
2. Bersikap menurun * identifikasi respon nyeri non
protektif(mis. 3. Meringis menurun verbal
Waspada, posisi 4. Sikap protektif * identifikasi faktor yang
menghindari nyeri) menurun memperberat dan
3. Gelisah 5. Gelisah menurun memperingan nyeri
4. Frekuensi nadi 6. Kesulitan tidur * identifikasi pengetahuan dan
meningkat menurun keyakinan tentang nyeri
5.Sulit tidur 7. Menarik diri menurun * Identifikasi pengaruh
Gejala dan tanda 8. Berfokus pada diri budaya
minor sendiri menurun terhadap respon nyeri
1. Tekanan darah 9. Diaforesis menurun * Identifikasi pengaruh nyeri
meningkat 10.Perasaan pada kualitas hidup
2. Pola napas berubah depresi(tertekan)menu * monitor keberhasilan terapi
3. Nafsu makan run komplementer yang sudah
berubah 11.Perasaan takut diberikan
4. Proses berpikir mengalami cedera * monitor efek samping
terganggu berulang menurun Penggunaan analgetik
5. Menarik diri 12.Anoreksia menurun Terapeutik:
6. Berfokus pada diri 13.Perineum terasa * berikan teknik non
sendiri tertekan menurun farmakologi untuk
7. Diaforesis. 14.Uterus teraba mengurangi
membulat menurun rasa nyeri
15.Ketegangan otot * kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
16.Pupil dilatasi menurun * fasilitasi istirahat dan tidur
17.Muntah menurun * pertimbangkan jenis dan
18.Mual menurun sumber nyeri dalam pemilihan
19.Frekuensi nadi strategi meredakan nyeri
membaik Edukasi:
20.Pola nafas membaik * Jelaskan
21.Tekanan darah penyebab,periode,dan
membaik pemicu nyeri
22.Proses berpikir * Jelaskan strategi pereda
membaik nyeri
23.Fokus membaik * anjurkan memonitor nyeri
24.Fungsi berkemih secara mandiri
membaik * anjurkan menggunakan
25.Perilaku membaik analgetik secara tepat
26.Nafsu makan * ajarkan teknik non
membaik farmakologis untuk
27.Pola tidur membaik mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
* kolaborasi pemberian
analgetik
,Jika perlu

D. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intensi keperawatan untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pelaksanaanya juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah memberikan tindakan
keperawatan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini antara lain keterampilan
kognitif, keterampilan interpersonal, dan keterampilan psikomotor. (Budiono & Pertami,
2015)

Pada sisi lain, agama islam adalah sumber motivasi dalam berbagai segi kehidupan agar
manusia selalu meningkat kualitas hidupnya, termasuk di bidang Kesehatan.

‫الَّلُهَّم َر َّب الَّناِس َأْذ ِهِب اْلَبْأَس اشِف َأْنَت الَّش اِفي اَل َش اِفَي ِإاَّل َأْنَت ِش َفاًء اَل ُيَغاِد ُر َس َقًم‬
Artinya: "Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakit. Sembuhkanlah, Engkaulah
penyembuh. Tidak ada penawar selain dari penawar-Mu, penawar yang menghabiskan sakit
dan penyakit."

E.EVALUASI KEPRAWATAN

Evaluasi Keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan tindakan yang telah
ditentukan, untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Bentuk evaluasi menurut
Deswani (2009) terdiri atas evaluasi struktur, proses, dan hasil.Setelah di lakukan
implementasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai