Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI EVIDANCE BASED NURSING

PRACTICE

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Firdaus Y Kunoli, SKM.,M.Kes

Oleh :

Niluh Nila Savitri

NIM. P07120317028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN PALU

PRODI D-IV KEPERAWATAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Salam sejahtera, dan Om

Swastyastu.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kekuatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

Analisis Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue

Saya yang bertanggung jawab atas tugas makalah ini telah berusaha

semaksimal mungkin untuk membuat tugas ini dengan baik dan dengan teliti.

Sebelumnya saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada dosen

pembimbing saya bapak Firdaus Y Kunoli, SKM.,M.Kes selaku dosen

pembimbing mata kuliah ‘’Epidemiologi Evidance Based Nursing Practice’’.

Saya berharap mendapat nilai yang memuaskan untuk mata kuliah ini.

Mungkin hanya itu saja yang dapat saya sampaikan. Jika ada kesalahan mohon

dimaklumi karena saya masih dalam tahap pembelajaran.

Palu, Juli 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………...i

Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii

Daftar Isi………………………………………………………………………….iii

BAB I Pendahuluan………………………………………………………………..1

A. Latar belakang……………………………………………………………..1

B. Rumusan masalah………………………………………………………….2

C. Tujuan……………………………………………………………………..2

BAB II Pembahasan……………………………………………………………….3

A. Prevalensi Penyakit Demam Berdarah Dengue…………………………...3

B. Analisis Variabel Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue……4

BAB III Penutup…………………………………………………………………..9

A. Kesimpulan………………………………………………………………..9

B. Saran……………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit

endemis di Indonesia dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama

kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi

virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7

hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti

petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran

menurun, dan syock (Soegijanto, 2006). Belum ada vaksin yang dapat

mencegah seseorang terkena virus dengue tersebut. Terdapat beberapa

tindakan pencegahan demam dengue. Orang-orang dapat melindungi diri

mereka dari nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan nyamuk. Para

ilmuwan juga menganjurkan untuk memperkecil habitat nyamuk dan

mengurangi jumlah nyamuk yang ada. Apabila seseorang terkena demam

dengue, biasanya dia dapat pulih hanya dengan meminum cukup cairan,

selama penyakitnya tersebut masih ringan atau tidak parah. Jika seseorang

mengalami kasus yang lebih parah, dia mungkin memerlukan cairan infus

(cairan yang dimasukkan melalui vena, menggunakan jarum dan pipa infus),

atau transfusi darah (diberikan darah dari orang lain).

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF)

ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk

1
ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Merebaknya

kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian

menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan

lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam

mengantisipasi dan merespon kasus ini (http;//www.litbang.depkes.go.id,

2005).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, diperoleh rumusan masalah sebagau

berikut :

1. Bagaimanakah prevalensi penyakit Demam Berdarah Dengue ?

2. Bagaimanakah analisis variabel epidemiologi penyakit Demam Berdarah

Dengue

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui prevalensi penyakit Demam Berdarah Dengue

2. Untuk mengetahui analisis variabel epidemiologi penyakit Demam

Berdarag Dengue

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prevalensi Penyakit Demam Berdarah Dengue

World Health Organization (WHO) (1995) memperkirakan populasi

didunia yang berisiko terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD)

mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara

tropis dan subtropis. Saat ini diperkirakan juga ada 50 juta infeksi dengue

yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara

(ASEAN) terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus

demam berdarah dengue (DBD) yang memerlukan perawatan dirumah sakit,

dan 90% penderitanya anak-anak usia kurang dari 15 tahun dan jumlah

kematian oleh penyakit demam berdarah dengue (DBD) mencapai 5% dengan

perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2011).

Data Profil Kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian

Kesehatan menunjukan pada tahun 2010 jumlah kasus demam berdarah

dengue (DBD) di Indonesia mencapai 156.086 kasus dan menyebabkan

kematian sekitar 1.358 orang, hal ini menyebabkan Indonesia menduduki

urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue (DBD) di ASEAN (Depkes,

2010).

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia

dengan jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang

signifikan dari tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus. Provinsi dengan jumlah

kasus tertinggi terjadi di 3 (tiga) provinsi di Pulau Jawa, masing-masing Jawa

3
Barat dengan total kasus sebanyak 10.016 kasus, Jawa Timur sebesar 7.838

kasus dan Jawa Tengah 7.400 kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus terendah

terjadi di Provinsi Maluku dengan jumlah 37 kasus (Pusdatin,2017).

Tingginya kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia

mempunyai potensi yang tinggi dalam penyebaran penyakit demam berdarah

dengue (DBD) terhadap Negara-negara ASEAN, mengingat mobilitas

penduduk khususnya banyak wisatawan keluar masuk dari satu Negara ke

Negara yang lain (Kemenkes RI, 2007).

B. Analisis Variabel Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue

1. Orang

a. Umur

Penyakit DBD ini bisa menyerang siapa saja, baik anak-

anak maupun orang dewasa. Namun dari kebanyakan kasus demam

berdarah ini sering rentan menyerang pada anak. Demam berdarah

pada anak memiliki ciri yang hampir sama dengan dewasa, seperti

beberapa gejala berikut

1) Tiba-tiba anak mengalami demam tinggi mencapai 39 atau 40

derajat Celcius atau lebih. Demam bisa terjadi selama 1-7 hari

dan kemudian mulai menurun.

2) Ruam atau bintik-bintik merah pada kulit

3) Nyeri pada otot, sendi, dan tulang. Nyeri ini biasanya mulai

terasa setelah demam muncul.

4) Nyeri pada belakang mata

4
5) Pusing

6) Kelelahan pasca anak sembuh dari DBD.

7) Kehilangan nafsu makan

8) Mimisan atau perdarahan ringan pada gusi

9) Kulit anak mudah memar

Biasanya anak yang menderita penyakit DBD selalu disertai

dengan munculnya bintik-bintik merah di kulit. Penyakit ini tidak

memandang usia. Siapa pun bisa terjangkit virus dengue. Memang,

demam berdarah berdampak lebih buruk pada lansia jika

dibandingkan pada orang-orang yang berusia 45 tahun ke bawah.

Alasan utamanya karena sistem kekebalan tubuh lansia yang secara

alami lebih lemah dibandingkan usia muda.

b. Jenis kelamin

Penyakit demam berdarah tidak memandang jenis kelamin,

wanita dan pria dapat terjangkit penyakit ini

c. Kelas sosial

Masyarakat dengan kelas sosial rendah yang tinggal

didaerah kumuh dan tidak bersih dominan terjangkit penyakit DBD,

karena penyakit ini diakibatkan oleh gigitan nyamuk yang sangat

dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan.

d. Penghasilan

Masyarakat dengan penghasilan kurang dominan kesulitan

membayar biaya pengobatan yang memadai bila ada anggota

5
keluarga yang terjangkit penyakit sehingga hanya menerima

pengobatan yang seadanya.

2. Waktu

a. Musim

Saat musim hujan, kejadian penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) meningkat. Pada musim hujan populasi Aedes

aegypti akan meningkat karena telur yang belum menetas akan

menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air

hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk

sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit

Demam Berdarah Dengue. Kelangsungan hidup nyamuk Aedes

aegypti akan lebih lama bila tingkat kelembaban tinggi selama

musim hujan sehingga masyarakat harus lebih waspada pada saat

memasuki musim hujan.

b. Kronis atau akut

Demam berdarah dengue termasuk penyakit akut. Demam

berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue.

Penyakit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan

biasanya banyak terjadi saat musim hujan. Gejala demam berdarah

umumnya berupa demam, nyeri sendi dan otot, sakit kepala atau

nyeri di daerah rongga mata, tubuh terasa lemas, dan munculnya

bintik-bintik kemerahan di kulit. Ketika seseorang terkena demam

berdarah, ia akan memasuki fase kritis demam berdarah pada hari

6
ke-3 hingga ke-7 setelah gejala demam berdarah muncul. Fase kritis

ini ditandai dengan demam yang mereda, namun jumlah trombosit

atau keping darah akan menurun drastis. Kondisi ini cukup

berbahaya dan perlu ditangani oleh dokter karena bisa menimbulkan

perdarahan spontan. Pada sebagian kasus, penderita demam berdarah

bahkan bisa mengalami syok. Selama berada dalam kondisi tersebut,

penderita perlu mendapat pemantauan dan penanganan oleh dokter.

c. Masa inkubasi lama atau pendek

Masa inkubasi penyakit DBD adalah 4-10 hari, ada pula

yang menyebutkan 8-12 hari. Akan tetapi, pada umumnya lama

inkubasi DBD ini adalah sekitar 4-7 hari. Ini artinya seseorang dapat

mengalami gejala DBD dalam waktu 4 hingga 7 hari (paling lambat

12 hari), setelah ia tergigit nyamuk Aedes aegypti. Masa inkubasi

demam berdarah dengue dimulai pada hari di mana individu digigit

nyamuk yang membawa virus DBD.

3. Tempat

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti

yang merupakan vektor epidemic yang paling utama. Nyamuk penular

dengue jenis aedes aegypti hampir ditemukan di seluruh Indonesia

kecuali di tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas

permukaan laut. Nyamuk aedes aegypti merupakan nyamuk yang aktif

pada siang hari, berkembang biak di tempat penampungan air bersih atau

genangan air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas

7
bunga (baik di lingkungan dalam rumah, sekolah, perkantoran maupun

pekuburan), kaleng bekas, kantung plastik bekas, di atas lantai gedung

terbuka, talang rumah, pagar bambo, kulit buah (rambutan, tempurung

kelapa), ban bekas ataupun semua bentuk kontainer yang dapat

menampung air bersih (Sembel DT, 2009).

Aedes aegypti hidup di lingkungan rumah atau bangunan

sedangkan Aedes albopictus lebih menyukai hidup di luar lingkungan

rumah seperti di kebun yang rimbun dengan pepohonan (Soedarto,2008).

Jarak terbang maksimum antara tempat perindukan (breeding place)

nyamuk dengan sumber makanan tidak lebih dari 500 meter. Rata – rata

nyamuk hanya bisa menyebar dalam jarak dekat. Parameter kepadatan

permukiman, kondisi halaman, dan kondisi saluran air hujan memiliki

hubungan yang signifikan dengan angka bebas jentik. Kondisi kesehatan

lingkungan permukiman dan faktor perilaku merupakan faktor yang

saling berkaitan dalam mempengaruhi sebaran penyakit DBD.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui

adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan

akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi

sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).

Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari,

terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.

Analisis variabel epidemiologi yang dilakukan meliputi orang (umur,

jenis kelamin, kelas social, penghasilan), waktu (musim, kronis atau akut,

masa inkubasi lama atau pendek), dan tempat.

B. Saran

Masyarakat diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan

sederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan sekitar, tidak membiarkan

genangan-genangan air pada sampah, serta dapat menaburkan bubuk abate

pada tampungan air dirumah seperti gentong air, vas bunga, kolam, dll.

9
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI.2010.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

https://pengetahuankesmas.blogspot.com/2016/03/variabel-epidemiologi-orang-

tempat-dan.html

https://www.emc.id/id/care-plus/fakta-dan-mitos-penyakit-demam-berdarah-yang-

penting-diketahui

https://www.cermati.com/artikel/gejala-demam-berdarah-dbd-penyebab-penyakit-

dbd-pertolongan-pertama-dan-pengobatannya

https://www.avitaliahealth.com/2019/02/demam-berdarah-pada-anak-dan-

dewasa.html

https://www.alodokter.com/masa-inkubasi-dbd-sebelum-munculnya-gejala

https://www.alodokter.com/memahami-perbedaan-akut-dan-kronis-pada-penyakit

https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/waspada-demam-berdarah-dengue-dbd-saat-

musim-hujan/

http://www.litbang.depkes.go.id.

Kemenkes RI, Ditjen P2MPL.2007.Modul Pelatihan Bagi Pengelola Program

Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta:

Depkes RI

Pusat Data dan Informasi. 2017. Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia

Tahun 2017.

Sembel, DT. (2009). Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Soedarto. (2008). Parasitologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press

10
Soegijanto, S, 2006. Demam Berdarah Dengue. Surabaya. Airlangga University

Press

World Health Organization (WHO). 2011. Regional Office for South-East Asia.

Dengue In Asia

11

Anda mungkin juga menyukai