DISUSUN
OLEH:
NAMA: LENI
KELAS: 3B
NIM: 022012063
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep keperawatan DBD
2.1.1 pengertian
Demam dengue/DHF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, 2009).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang
tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan Kota
Samarinda Tahun 2016).
2.1.2 Etiologi
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B
yaitu Athropad borne. Atau virus yang disebabkan oleh Arthropoda. Virus ini
termasuk genus flavivirus. Dari famili flavividau. Nyamuk Aides betina biasanya
terinfeksi virus dengue pada saat menghisap darah dari seseorang yang sedang pada
tahap demam akut. Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik selama 8-10
hari. Kelenjar ludah Aides akan menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan
ketika nyamuk menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan
ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi instrinsik selama 3-14 hari timbul
gejala awal penyakit secara mendadak yang ditandai dengan demam, pusing,
nyeri otot, hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda nonspesifik seperti nousea
(mual-mual), muntah dan rash (ruam kulit) biasanya muncul pada saat atau persis
sebelum gejala awal penyakit tampak dan berlangsung selama 5 hari setelah
dimulai penyakit, saat-saat tersebut merupakan masa kritis dimana penderita
dalam masa inefektif untuk nyamuk yang berperan dalam siklus penularan.
(Widoyono 2010). Tubuh yang terasa lelah demam yang sering naik turun, nyeri
pada perut secara berkelanjutan, sering mual dan muntah darah yang keluar
melalui hidung, dan muntah. Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih
dalam waktu dua minggu Dengan gejala klinis yang semakin berat pada penderita
DBD dan dengue shock syndromes dapat berkembang menjadi gangguan
pembuluh darah dan gangguan hati. Klien dapat terjadi komplikasi seperti
Disorientasi atau Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama yang
berhubungan dengan waktu, tempat, dan orang. Shock, effusi pleura, asidosis
metabolik, anoksia jaringan, Penurunan kesadaran.(Suriadi dan yuliani, 2009).
2.1.2 Patofisiologi
Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah
peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke
dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari
20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi. Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus
dengue berkembang biak dalam
sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung
5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular,
antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang
muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi
mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi
meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar
demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan
menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar
antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi
primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam
hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua.
Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan
mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis (Aspirator Vol. 2
No. 2 Tahun 2010 : 110 –119)
2.1.3 patway
2.1.4. Pemeriksaan penunjang
Menurut susalaningrum, R(2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF akan
dijumpai sebagai berikut
a. Hb dan PCV meningkat (>20%)
b. Trombosite (<100.000)
c. IgD dengue positif
d. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoprotrinemia, hipokloremia.
Hiponateremia.
e. Urin dan pH darah mungkin meningkat
f. Asidosis metabolic Pco2<35-40 mmHg HCO3 rendah.
2.1.5. penatalaksaan
Dalam penatalaksanaan kasus demam berdarah dengue dikutip oleh WHO
(2016) menyatakan bahwa dasar pengobatan demam berdarah Dengue adalah
pemberian cairan ganti secara adekuat. Sebagai contoh jika anak dengan berat
20kg, maka kebutuhan cairan 2.500 ml/24 jam dengan kecepatan 5 ml/kgBB/jam.
Cairan kritaloid isotonik merupakan cairan pilihan. Pada bayi <6 bulan diberikan
cairan NACl 0,45% atau dasar pertimbangan fungsi fisiologis yang berbeda
dengan anak yang lebih besar. Penderita DBD tanpa renjatan tersebut dapat di
beri
minum banyak 1,5-2 liter perhari, berupa air putih, teh manis, sirup, susu, oralit.
Terhadap penderita DBD yang tidak disertai dengan renjatan tersebut
dapat diberikan dengan penurun panas. Karena besarnya risiko bahaya yang
mengancam, setiap orang yang diduga menderita DBD harus segera dibawa ke
rumah sakit. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk pemantauan
kemungkinan terjadinya komplikasi yaitu perdarahan dan renjatan (shock). Pada
orang dewasa kemungkinan ini sangat kecil dan banyak terjadi pada anak-anak.
Penderita biasanya mengalami demam 2-7 hari diikuti fase kritis 2-3 hari. Pada
fase kritis ini, suhu menurun tetapi risiko terjadinya penyakit justru meningkat
bahkan bila tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan kematian.
2.1.6 Menifestasi Klinik. (Hadinegoro, 2009)
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan DHF yaitu:
Demam atau riwayat demam akut antar 2-7 hari. Keluhan pada saluran
pencernaan, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi. Keluhan sistem tubuh
yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri ulu hati,
dan lain-lain. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adanya
trombositopenia (kurang atau sama dengan 100.000/mm3. Gambaran klinis yang
timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13 – 15
hari, tetapi rata –rata 5-8 hari. Gejala klinis timbul secara mendadak berupa suhu
tinggi 2-7 hari, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang – kadang muntah dan
batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah
supraorbital dan retrobital. Nyeri di bagian otot terutama di rasakan bila otot perut
di tekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia,
otot sekitar mata terasa pegal. Ruam berikutnya mulai antara 3-6 hari, mula –
mula terbentuk macula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta
kemudian timbul bercak – bercak pteki. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan
dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal,
ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas – bekasnya terasa gatal. Nadi
klien mula – mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke 4 dan
ke 5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam penyembuhan. Gejala
perdarahan mulai pada hari ke 3 dan ke 5 berupa ptekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, epitaksis. Juga kadang terjadi syock yang biasanya dijumpai pada
saat demam telah menurun antara hari ke 3 dan ke 7 dengan tanda; klien menjadi
makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi
terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg
Rasional: Suhu 38 0c menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
membantu dalam diagnosis misalnya kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam
menunjukkan pneumonia pnuomokokal, demam scarlet atau tiroid
Intervensi: Anjurkan orang tua untuk memberikan pakaian tipis dan mudah
menyerap keringat
Rasional: Untuk memberikan rasa nyaman pakaian yang tipis mudah
menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh
Intervensi: Anjurkan orang tua untuk meningkatkan asupan cairan pada pasien
Rasional: Untuk mencegah dehidrasi pada psien
Intervensi: Ajarakan cara mengompres yang benar yaitu lipat paha aksila
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam pada pasien
Intervensi: Observasi suhu tbuh pasien
Rasional: Suhu 38 menunjukkan proses penyakit infeksius akut demam yang
kembali normal
Intervensi: Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai dengan kebutuhan pasien
Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam denga aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan
organisme, dan meningkatakan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Resiko pendarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni
Intervensi: Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis
Rasional : penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh
darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti
epistaksis, ptekie
Intervensi : anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya pendarahan
Intervensi : kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat
kebocoran pembuluh darah dan kemudian penrdarahan yang dialami pasien
Intervensi : antisipasi adanya pendarahan: gunakan sikat gigi lunak, peihara
kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit
Rasional : mencegah trjadinya pendarahan lebih lanjut
Intervensi : lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan pendarahan
Rasioanal : untuk mengurangai resiko pendarahan pada pasien
Intervensi : kolaborasi, monitor trombosit detiap hari
Rasiona : dengan trombosit yang dipamtau setap hari dapat diketahui tingkat
kebocoran pembluh darah kemungkinan pendarahan yang di alamai pasien
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehdrasi karena peningkatan suhu
tubuh
Intervensi : jelaskan pada orang tua megenai dampak yang imbul apabila anak
kekurangan cairan
Rasional : agar orang tua mampu memhami dampak yang timbul apabila anak
kekurangan cairan
Intervensi : pertahankan catatan unput dan output yang akurat
Rasional : evaluator langsung atatus cairan. Perubahan tiba0tiba pada berat badan
dicurigai kehilangan cairan
Intrvensi : monitor status dehidrasi (observasi turgor kulit, observasi membran
mukosa, dan nadi adekuat) jika diperlukan
Rasional : peningkatan suhu /memamnjangnya demam meningkatkan laju metabolik
dan kehilangan cairan melalui evaporasi TD ortotastik berubah dan peningkatan
takikardia menunjukkan kekurangan cairan sisitemik
Intervensi : observasi tanda-tanda vital
Rasional : memantau perubahan tanda-tanda vital pada pasein
Intervensi : anjurkan pasien untuk minum banyak 2500 cc atau sesuai tolenransi
Rasional : untuk memenuhi kebeutuhan cairan tubuh peroral
Intervensi : kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : cairan dapat dibutuhkan untuk mencegah dehidrasi
BAB 3
FORMAT PENKAJIAN
Hari rawat ke : 2
INDENTITAS
Nama pasien : AN R
Umur : 6 thn
Agama: islam
Pekerjaan : pelajar
Pendidikan : SD
KELUHAN UTAMA : Demam kurang lebih 3 hari, demam hilang timbul, menggigil, batuk, dan
mengeluh nyeri perut
genogram