Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS DBD DI RUANGAN

KEPERAWATAN ANAK RSUD POSO

PROPOSAL STUDI KASUS

Oleh :

ZAINUDIN BAHRIN
NIM : PO0220220028

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
KEPERAWATAN POSO 2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di


Indonesia yang sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) dengan angka
kematian yang tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dengan ciri demam tinggi mendadak yang disertai perdarahan yang
beresiko menimbulkan shock dan kematian. Vektor utama dari penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah lingkungan, sehingga upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
memperhatikan faktor lingkungan sebagai vektor utama (Jawiah et al., 2021)
Demam berdarah Dengue dapat ditemukan di daerah tropis dan
subtropis. DBD muncul disepanjang tahun dan dapat menyerang semua
kelompok umur. Wabah DBD pada tahun 1780 pertama kali terjadi di negara
Afrika, Amerika serta Asia. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization telah memperkirakan bahwa 2,5 milyar atau 40% populasi
didunia mengalami resiko terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue
terutama di daerah perkotaan di negara tropis maupun subtropic dan
diperkirakan terdapat 390 juta yang terinfeksi virus dengue yang tejadi di
seluruh tiap tahunnya (WHO, 2022)
Di Provinsi Sulawesi Tengah kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya
dan cenderung semakin meningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah
yang terjangkit semakin luas. Dari 13 Kabupaten/Kota yang melaporkan data
kasus DBD sampai bulan Desember 2020 terdapat 1.190 kasus (IR : 40,31
per 100.000 penduduk) dengan jumlah kematian 12 orang (CFR : 1.01%).
Jumah kasus pada tahun 2019 terdapat 1933 kasus (IR : 64,21 per 100.000
penduduk) dengan kematian 18 orang (CFR : 0,93), jumlah kasus di tahun
2018 tercatat 1070 kasus (IR 35,54/100.000 penduduk) dengan 7 kematian
(CFR 0,65%), sedagngkan jumlah kasus Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah | PENGENDALIAN PENYAKIT 157 pada tahun 2017 sebanyak 821
kasus (IR 27,36/100.000 penduduk) dengan 8 kematian (CFR 0,97%), dan
Tahun 2016 jumlah kasus sebanyak 2302 (IR 77,91/100.000 penduduk)
dengan 22 kematian (CFR 0,96%). (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah, 2021)
Penyakit dengue akan menyebabkan gejala berikut selama 2 hingga 7
hari setelah masa inkubasi yaitu 4 hingga 12 hari setelah digigit oleh nyamuk
yang membawa virus DBD. Gejala umum DBD adalah sebagai berikut:
Tubuh menggigil, Suhu tubuh mencapai 41℃, kehilangan nafsu makan, sakit
kepala berlebihan, badan terasa lelah, sakit tenggorokan, wajah nampak
kemerahan, nyeri sendi, otot, dan tulang. bentuk klasik dari demam berdarah
dengue (DBD) diawali dengan demam mendadak tinggi, berlangsung 2-7 hari.
pada hari ke-3 mulai terjadi penurunan suhu namun perlu hati-hati karena
dapat sebagai awal syok. Fase kritis mulai terjadi pada hari ke 3-5. DBD dapat
disertai dengan muka kemerahan, dapat juga terjadi keluhan sakit kepala,
nyeri otot, tulang, sendi dan juga sering ditemukan mual dan muntah (Buntet
et al., 2020)
Awal munculnya DBD ditandai dengan demam mendadak tanpa sebab
yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah,
nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut.Gejala-gejala
tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke 2 atau ke 3 demam muncul
bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan
berupa perdarahan dibawah kulit (ptekia/ekimosis), perdarahan gusi,
epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif. Selain perdarahan
juga terjadi syok yang biasanya dijumpai saat demam telah menurun antara
hari ke 3 dan ke 7 dengan tanda-tanda anak makin lemah (Novia et al., 2022)
Menurut Syakir (2020), semakin berat kondisi pasien yang menderita
DBD pada saat masuk (rawat inap) di Rumah sakit semakin tinggi pula derajat
sakitnya dan tentunya hal ini berhubungan dengan risiko terjadinya kematian.
Selain demam tinggi yang mendadak kadang kala juga disertai nyeri ulu hati,
mual bahkan muntah, kepala pasien seperti melayang, pegal, rasa nyeri di
otot. dan yang paling sering dialami adalah bintik merah pada kulit terutama
di tangan, kaki dan dada, mimisan, gusi berdarah setelah 2-5 hari. Banyaknya
penyakit yang memiliki gejala yang sama dengan DBD, kadang orang tua
tidak mengetahui bahwa anaknya terkena DBD. Orang tua dituntut
mempunyai pengetahuan yang baik dan kecermatan yang tinggi untuk
membedakan penyakit DBD dengan penyakit lainnya.(Ahmad et al., 2023)
Di Kabupaten Poso pada tahun 2019-2022 menunjukkan bahwa
penderita DBD sebanyak 1.268 orang, Berdasarkan data dari RSUD poso
pada tahun 2021 jumlah pasien yang menderita DBD yaitu 251 kasus dan
pada tahun 2022 jumlah pasien DBD yaitu 131 kasus (RSUD Poso, 2022)
Berdasarkan uraian diatas, perlu penananganan yang tepat untuk
mengatasi demam agar tidak menyebabkan syok, kejang demam, hingga
kerusakan neurologis. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan intervensi
pemberian tindakan tepid water sponge dengan pasien Dengue Hemorraghic
Fever (DHF) dengan masalah Hipertermia di ruang perawatan anak di RSUD
Poso.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah yaitu “Bagaimanakah
penerapan asuhan keperawatan Pada Pasien dengan kasus DBD di ruangan
Keperawatan Anak RSUD Poso”?
Tujuan

1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kasus DBD di RSUD Poso.

2. Tujuan khusus
a. Untuk dapat melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif
pada pasien dengan kasus DBD di RSUD Poso
b. Untuk dapat merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan
kasus DBD di RSUD Poso
c. Untuk dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan kasus
DBD di RSUD Poso.
d. Untuk dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien DBD di
RSUD Poso.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan asuhan keperawatan pada pasien
DBD di RSUD Poso.

Manfaat

1. Bagi rumah sakit

Penelitian dapat memanfaatkan hasil studi kasus dalam bidang Asuhan


Keperawatan pada pasien DBD dalam mendukung evaluasi yang diperlukan
dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan.

2. Bagi klien

Klien dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih memuaskan


khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan serta meningkatkan
pengatuhan mengenai penyakit yang di derita

3. Bagi institusi

Penelitian ini di harapkan bisa dapat menjadi tambahan bahan bacaan di


perpustakaan Prodi Keperawatan Poso.

4. Bagi penulis

Pengalaman yang sangat berharga dalam memberikan pengetahuan


tentang penyakit DBD.

5. Bagi penelitian lain

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan tambahan untuk di


lakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kasus DBD.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Stroke

1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes albopictus, yang dapat menyerang semua kelompok umur
terutama anak-anak (Febrianti, 2021)
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue
Family Flaviviradae, dengan genusnya adalah Flavivirus.Virus mempunyai
sempat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda
tergantung dari serotipe virus dengue. Demam berdarah tersebar luas di
seluruh daerah topis, dengan variasi risiko local yang dipengaruhi oleh curah
hujan, suhu, dan urbanisasi.

2. Etiologi
Menurut (Quswa, 2021), Demam Berdarah Dengue (DBD) tahun
2021 disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung
Virus Dengue. Saat Aedes aegypti memakan virus Dengue, virus tersebut
masuk ke dalam tubuh. Setelah masa inkubasi sekitar 3 sampai 15 hari,
penderita mungkin mengalami demam tinggi selama 3 hari berturut-turut.
Banyak pasien mengalami kondisi yang fatal karena mengabaikan gejala-
gejala tersebut.

Ciri-ciri nyamuk penyebab DBD (Aedes aegypti) adalah sebagai berikut :

a. Sebuah tubuh nyamuk yang berwarna hitam dan memiliki garis-garis


putih di sekujur tubuhnya.
b. Nyamuk ini dapat berkembang biak pada barang yang dapat menyebabkan
genangan air, seperti waduk dan bak mandi.
c. Aedes aegypti biasanya menyengat manusia pada pagi dan sore hari.
d. Saya duduk di atas pakaian yang tergantung di kamar.

3. Manifestasi Klinis
Faktor risiko demam berdarah tidak hanya meliputi kondisi iklim
seperti curah hujan, kelembaban dan suhu, tetapi juga kondisi iklim. Kondisi
rumah ditemukan dalam penelitian ini. Pelajaran ini peneliti menemukan
hubungan yang signifikan antara kejadian DBD dan kondisi rumah terutama
penerangan rumah (Wanti et al., 2019)
Diagnosis gejala klinis DBD menurut Titik Lestari, 2016 dapat
ditemukan dengan tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Demam tinggi mendadak berlanjut tanpa alasan yang jelas dan berlanjut
dengan hilangnya nafsu makan dan amraise (2-7 hari).
b. Gejala perdarahan
c. Tes Rumple leede yang positif berarti peningkatan kerapuhan kapiler,
perdarahan gusi, ptechiase, epistaksis, hematemesis atau malena.
d. Positif jika ada 10 atau lebih petechiae berdiameter 2,8 cm (1 inci persegi)
pada lengan bawah volar, termasuk fossa kubik.
e. Penurunan trombositopenia, yaitu jumlah trombosit kurang dari 150.000 /
mm3, biasanya terlihat selama 3-7 hari sejak sakit.
f. Hipertrofi hati, nyeri tekan tanpa ikterus.
g. Monokonsentrasi, atau peningkatan hematokrit, merupakan indikator syok
yang sensitif dan harus ditekan berulang kali secara teratur.Peningkatan
hematokrit sebesar 20% mendukung diagnosis klinis DBD.
h. Gejala atipikal seperti sakit kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit, dan
sakit punggung

4. Klasifikasi
a. Derajat 1 (ringan) Demam disertai gejala tidak khas dan satusatunya uji
perdarahan yaitu uji turniket.
b. Derajat 2 (sedang) Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan
pada kulit dan atau perdarahan lainnya.
c. Derajat 3 Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun.
d. Derajat 4 Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba
dan tekanan darah tidak dapat diukur (Fatati et al., 2017)

5. Patofisiologi
Virus Dengue Aedes Aegypti menyerang tubuh manusia, dan infeksi
pertama dapat menyebabkan gejala seperti demam berdarah. Makan
menyebabkan reaksi yang berbeda ketika seseorang dapat berulang kali
terinfeksi virus dengue yang berbeda, terutama ketika konsistensi antara
reticoline toterium dan kulit hematogen, dan tubuh mengedarkan senyawa
antibodi-virus dalam sirkulasi darah. Dengan pelepasan anapylactoxin yang
meningkat permeabilitas dinding pembuluh darah, yang membentuk tubuh
dan dengan demikian mengaktifkan sistem komplemen. Dimana ada juga
agregasi trombosit. Trombosit meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan fase aktif yang melepaskan trombosit faktor XII (faktor XII). Ini
menyebabkan koagulasi intravaskular dan meningkatkan permeabilitas
dinding pembuluh darah

6. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa jenis pemeriksaan pada penderita infeksi dengue yaitu
sebagai berikut:
1. Hematologi
a) Leukosit: Jumlah leukosit normal, namun biasanya terjadi penurunan
dnegan dominasi sel neutrophil
b) Trombosit: Jumlah trombosit pada hari ke 3-7 ≤100.00/l. Pemeriksaan
trombosi darah diulang setiap 4-6 jam sampai trombosit dalam batas
normal dan keadaan klinis membaik
c) Hematokrit: Terjadinya peningkatan nilai hematokrit menjelaskan
terjadinya kebocoran pembuluh darah. Pada umumnya peningkatan nilai
hematokrit didahului sengan penurunan trombosit. Hemokonsentrasi
tejadi peningkatan hematokrit lebih dari 20%
2. Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi yaitu pemeriksaan foto thoraks mendeteksi
pada paru kanan terjadi efusi pleura.
3. USG
Untuk melihat apakah terjadi asites, penebalan dinding kandung empedu
serta efusi pleura dapat dideteksi pemeriksaan USG
4. Serologis
Pemeriksaan serologis dilakukan atas munculnya antibody pada penderita
yang terinfeksi dengan virus dengue
a) Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi: Pemeriksaan ini sampai saat ini
dianggap sebagai uji baku emas. Tetapi pemeriksaan ini membutuhkan 2
sampel darah pada saat fase akut dan fase konvalensen sehingga tidak
memberikan hasil dengan cepat
b) ELISA (IgM/IgG): Infeski virus dengue dibedakan menjadi dua yaitu
primer dan sekunder dengan menentukan rasio limit antibody IgM
terhadap IgG. Uji ini menggunakan satu sampe darah yaitu pada saat fase
akut.

7. Komplikasi
Meski hanya terjadi pada segelintir kasus, demam berdarah dapat
berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius. Kebocoran
plasma/perdarahan hebat ditandai dengan hemokonsentrasi, efusi pleura, asite,
hipoalbuminemia yang menyebabkan syok dengue, disfungsi peredaran darah,
dan penurunan perfusi organ. Status syok DBD dikaitkan dengan kematian
yang tinggi jika syok tidak ditangani dengan baik dan dapat menyebabkan
syok yang berat bahkan kematian (Nisa, 2019). Kedua komplikasi ini berisiko
tinggi pada orang yang sistem kekebalannya tidak mampu melawan demam
berdarah, atau yang sebelumnya pernah menderita demam berdarah kemudian
kembali ke kondisi ini.

8. Penatalaksanaan
Tidak ada gejala atau tanda yang teridentifikasi pada tahap awal DBD.
Masyarakat / keluarga diharapkan waspada jika salah satu gejala atau tanda
tersebut mungkin merupakan awal dari suatu perjalanan penyakit. Keluarga
dan masyarakat yang menemukan gejala demam berdarah segera mengambil
tindakan dukungan keluarga yaitu:
a. Beristirahat saat demam.
b. Memberikan antipiretik (parasetamol) untuk orang dewasa 1 tablet 3 kali,
10-15 mg/kg untuk anak anak jangan gunakan asetosal salisilat, atau
ibuprofen karena dapat menyebabkan mulas akibat maag
c. Mengkompres hangat.
d. Meminum banyak air 1-2 liter perhari kecuali coklat dan cairan merah
(susu coklat, sirup).
e. Jika kram terjadi kendurkan pakaian dan tidak memberikan apapun
melalui mulut selama kejang timbul gejalah dan tanda seperti pendarahan
pada kulit misalnya jika ada gigitan nyamuk, muntah, gelisah, mimisan,
di anjurkan mendapatkan perawatan segera atau konsultsikan dengan
dokter atau unit layanaan terdekat.

A. Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan DHF Pengkajian


Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat,
sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi.
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi :
A. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Identitas klien mencangkup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, suku bangsa, status, alamat, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medis. Selain identitas pasien
juga mencangkup identitas penanggung jawab dalam hal ini : nama, usia,
jenis kelamin, pendidikana, agama, pekerjaan serta hubungan dengan
pasien seperti : ayah, ibu, atau hubungan keluarga lainnya.
2) Riwayat Keluhan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien
melalui metode PQRST yaitu paliatif (penyebab keluhan utama), Qulitatif
(sampai dimana), Region (daerah mana saja yang dikeluhkan), Skala (yang
dapat memperberat dan meringnkan keluhan utama) dan Time (kapan
terjadinya keluhan utama) dala bentuk narasi. Kekurangan cairan tubuh
yang diakibatkan oleh penurunan kadar trombosit hingga menimbulkan
demam dan terjadinya perdarahan baik yang terlihat maupun tidak,
sehingga jika keadaan tidak tertangani dan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh tidak terjaga, maka dapat terjadi komplikasi berupa
terjadinya DSS (Dengue Shock Syndrome) sampai terjadinya kematian.
3) Riwayat Kesehatan Lalu
Pada kasus ini dikaji riwayat kesehatan lalu pasien apakah punya riwayat
penyakit yang sama sebelumnya atau penyakit yang pernah diderita.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga lain (yang tinggal di
dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan)
sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypty.
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat yang sering di jadikan tempat tinggal nyamuk ini
adalah lingkunagn yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat
penampungan air, botol dan ban bekas. Tempat-tempat seperti ini banyak
dibuat sarang nyamuk seperti ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah
itu ada riwayat wabah DHF karena ini pun juga dapat terulang kapan-
kapan.
B. Data Hygiene
Kaji apakah kebersihan rumah, lingkungan dan sekitar tempat tinggal
keluarga apakah sudah memenuhi syarat kebersihan.
C. Data Biologis
1) Pola nutrisi
Kaji kebiasaan makanan dan minuman yang sering dikonsumsi
sehari-hari, adakah pantangan, jumlah minuman, masakan apa saja
yang dikonsusmsi serta frekuensinya dalam satu hari. Pada klien
DHF biasanya akan ditemukan perubahan pola makan atau nutrisi
kurang dari kebutuhan.
2) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensi, jumla, konsistensi, warna
dan masalah yang berhubungan dengan pola eliminasi. Biasanya akan
ditemukan pola eliminasi BAB, yaitu diare atau konstipasi.
3) Pola istirahat / Tidur
Kaji kebiasaan tidur sehari-hari, lamanya tidur siang dan malam serta
masalah yang berhubungan dengan kebiasaan tidur. Akan ditemukan
pola tidur akibat dari manifestasi DHF seperti nyeri otot, demam,
dam lain-lain.

4) Pola Personal Hygiene


Kaji kebiasaan mandi, gosok gigi, cuci rambut dan memotong kuku,
mencangkup frekuensi. Pada klien DHF akan dianjurkan untuk tirah
baring sehingga memerlukan bantuan dalam kebersihan diri.
5) Pola Aktifitas
Kaji kebiasaan aktifitas yang dilakukan di lingkungan keluarga dan
masyarakat : mandiri / tergantung. Pada klien DHF akan dianjurkan
untuk tirah baring sehingga memerlukan bantuan ADL.
D. Pemerksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk memperoleh data objektif dan
riwayat perawatan klien. Adapun tujuan dari pemeriksaan fisik dalam
keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi kesehatan dan mengambil data dasar untuk menentukan
rencana keperawatan
1) System Pernafasan
Respon imobilisasi / tirah baring dapat terjadi penumpukan lendir
pada bronkhi dan bronkhiolus, perhatikan bila asien tidak bisa batuk
dan mengeluarkan lendir lakukan auskultasi untuk mengetahui
kelembaban dalam paru-paru. Dapat juga ditemukan sesak,
epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi
terdengan ronchi.
2) System Kardiovaskuler
Akan ditemukan nadi lemah, cepat disertai penurunan tekanan nadi
(menjadi 20mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (sistolik
sampai 80mmHg atau kurang), disertai teraba dingin dikulit dan
sianosis merupakan respon terjadinya syok, CRT mungkin lambat
karena terjadinya syok hipovolemik akibat perdarahan hebat. Pada
derajat I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositpenia. Pada derajat III dapat terjadi kegagalan sirkulasi,
nadi cepat, lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-
jari. Pada derajat IV nadi tidak teraba, tekanan darah tidak dapat
diukur
3) System Hematologi
Pasien dengan DHF disertai renjatan yang berlangsung lama akana
mengalami perdarahan hebat yang dihubungkan dengan
trombositpenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem
koagulasi. Akibatnya akan ditemukan perdarahan sehingga akan
menyebabkan syok hipovolemik.
4) Sistem Pencernaan
Akan ditemukan rasa mual, muntah dapat terjadi sebagai respon dari
infeksi dengue sehingga dapat menyebabkan penurunan nafsu makan.
Selain itu diare atau konstipasi juga dapat terjadi akibatnya pasien
akan mengalami asupan tidak adekuat dan perubahan eliminasi BAB.
5) Sistem Persyarafan
Akan ditemukan nyeri yang terjadi pada otot atau persendian,
perubahan kesadaran sampai timbulnya kejang, spastisitas dan
enselofati perlu pula dikaji fungsi Nervus Cranil lainnya. Pada derajat
III dapat terjadi penurunan kesadaran serta pada derajat IV dapat
terjadi DSS.
6) Sistem Integumen
Kebocoran plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler
salah satunya akan berdampak pada perdarahan dibawah kulit berupa
ptikie, purpura serta akan terjadi peningkatan suhu tubuh
(hipertermi).
7) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya akan ditemukan keluhan nyeri otot atau persendian
terutama bila sendi dan otot perut ditekan, kepala dan pegal-pegal
seluruh tubuh, akibatnya akan ditemukan gangguan rasa nyaman.
8) Sistem Perkemihan
Dipalpasi bagaimana keadaan blas serta apakah terdapat pembesaran
ginjal dan perkusi apakah pasien merasa sakit serta tanyakan apakah
ada gangguan saat BAK.
E. Data Psikologis Yang perlu dikaji dalam hal psikologis pasien adalah :
1) Body Image
Sikap ini mencangkup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan
bentuk serta penampilan.
2) Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku
berdasarkan standa, tujuan, keinginan, atau nilai pribadi.
3) Identitas Diri
Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian diri sendiri.
4) Peran Diri
Seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok.
F. Data Sosial dan Budaya
Pada spek ini perlu dikaji pola komunikasi, hubungan sosial, gaya hidup,
faktor sosiokultural serta keadaan lingkungan sekitar dan rumah.
G. Data Spiritual
Menyangkut agama serta aktifitas spiritual, dan juga menyangkut
keyakinan, penolakan, atau penerimaan terhadap tindakan medis.
Misalnya, Agama dan kepercayaan tertentu melarang dengan keras
penganutnya untuk melakukan transfusi darah
H. Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita DHF perlu dilakukan pemeriksaan penunjang meliputi:
1) Darah rutin meliputi hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Leukosit dan
Trombosit.
2) Darah lengkap yaitu henokonsentrasi (hematokrit meningkat ≥20%
atau lebih), trombositpenia (100.000/mm2) atau kurang)
3) Rontgen Thorax
1. Diagnosa Keperwatan
a. Pengertian
Diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang
menggambarkan kondisi pasien yang di observasi dalam praktik.
b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien DBD yaitu :
1) Hipovilemia (D.0023)
Definisi :
Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan intraseluler
Penyebab :
a) Kehilangan cairan aktif
b) Kegagalan mekanisme regulasi
c) Peningkatan permeabilitas kapiler
d) Kekurangan intake cairan
e) Evaporasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
a) (tidak tersedia)
Objektif :
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Tekanan nadi menyempit
d) Turgor kulit menurun
e) Membran mukosa kering
f) Volume urin menurun
g) Hematokrit meningkat

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
a) Merasa lemah
b) Mengeluh haus
Objektif :
a) Pengisisan menurun
b) Status mental berubah
c) Suhu tubuh meningkat
d) Konsentrasi urin meningkat
e) Berat badan turun tiba-tiba
Kondisi klinis terkait:
a) Penyakit addison
b) Traum / perdarahan
c) Luka bakar
d) AIDS
e) Penyakit crohn
f) Muntah
g) Hipoalbbuminemia
2) Hipertermia (D.0130)
Definisi :
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab:
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (miss. Infeksi kanker)
d) Ketidakssuaian pakaian dengan lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
Kondisi klinis terkait:
a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) Dehidrasi
e) Trauma
f) Prematurias
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
a) Suhu tubuh di atas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
3) Nyeri akut (D.0077)
Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan

Penyebab :
a) Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)

Gejala dan tanda mayor :


Subjektif :
a) Mengeluh nyeri
Objektif :
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
a) (tidak tersedia)
Objektif :
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola nafas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
Kondisi klinis terkait:
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom koroner akut
e) Glaukoma
4) Nauseaa (D.0076)
Definisi :
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau
lambung yang dapat mengakibatkan muntah
Penyebab :
a) Gangguan biokimiawi (mis. uremia, ketoasidosis diabetik)
b) Gangguan pada esofagus
c) Distensi lambung
d) Iritasi lambung
e) Gangguan pamkreas
f) Peregangan kapsul limpa
g) Tumor terlolisasi (mis. neuroma akustik, tumor otak primer atau
sekunder, metastasis tulang di dasr tengkorak)
h) peningkatan tekanan intraabdominal (mis. keganasan
intraabdomen)
i) Peningkatan tekanan intrakranial
j) Peningkatan tekanan intraorbital (mis. glaukoma)
k) Mabuk perjalanan
l) Kehamilan
m) Aroma tidak sedap
n) Rasa makanan/minuman yang tidak enak
o) Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
p) Faktor psikologis (mis. kecemasan, ketakutan, stres)
q) Efek agen farmakologis
r) Efek toksin

Gejala dan tanda mayor :


Subjektif :
a) Mengeluh mual
b) Merasa ingin muntah
c) Tidak berminat makan
Objektif :
a) (tidak tersedia)
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
a) Merasa asam di mulut
b) Sensasi panas/dingin
c) Sering menelan
Objektif :
a) Salva meningkat
b) Pucat
c) Diaforesis
d) Takikardia
e) Pupil dilatasi
Kondisi klinis terkait:
a) Meningiti
b) Labrinitis
c) Uremia
d) Ketoasidosis diabetik
e) Ulkus petikum
f) Penyakit esofagus
g) Tumor intaabdomen
h) Penyakit meniere
i) Neuroma akustik
j) Tumor otak
k) Kanker
l) Glaukoma
5) Risiko Hipovolemia
Definisi :
Beresiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam
tubuh) maupun eksternal (terjadi diluar tubuh)
Faktor Risiko :
a) Aneurisma
b) Gangguan gastrointestinal
c) Gangguan fungsi hati
d) Komplikasi kehamilan
e) Komplikasi pasca partum
f) Gangguan koagulasi
g) Efek agen farmakologis
h) Tindakan pembedahan
i) Trauma
j) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan pendarahan
k) Proses keganasan
Kondisi Klinis Terkait
a) Aneurisma
b) Koagulopati intravaskuler diseminata
c) Sirosis hepatis
d) Ulkus lambung
e) Varises
f) Trombositopenia
g) Ketuban pecah sebelum waktunya
h) Plasenta previa/abrupsio
i) Atonia uterus
j) Retensi plasenta
k) Tindakan pembedahan
l) Kanker
m) Trauma

9. Perencanaan / intervensi keperawatan


NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria intervensi
Keperawatan Hasil
1 Hipovolemia :(D.0023) Status Cairan :(L.03028) Menajemen hipovolemia (I.O3116)
(Penurunan volume (kondisi volume cairan Observasi :
cairan intravaskular, intravaskuler, interstisiel,
interstisial, dan / atau dan/atau intraseluler) 1. Periksa tanda dan gejala
intraselular)
hipovolemia (mis. Frekuensi nadi 
Ekspetasi : Membaik
Kriteria Hasil meningkat, nadi teraba lemah,
1. Kekuatan nadi tekanan darah menurun, tekanan
2. Turgor kulit nadi menyempit,turgor kulit
3. Output urin menurun, membrane mukosa
4. Pengisian vena kering, volume urine menurun,
5. Ortopnea hematokrit meningkat,haus dan
6. Dispnea lemah)
7. Paroxymal nocturnal 2. Monitor intake dan output cairan
8. Berat badan
9. Perasaan lemah Terapeutik :

10. Keluhan haus 1. Hitung kebutuhan cairan

11. Konsentrasi urin 2. Berikan posisi modified

12. Frekuensi nadi trendelenburg

13. Tekanan darah 3. Berikan asupan cairan oral

14. Tekanan nadi Edukasi :

15. Membran mukosa 1. Anjurkan memperbanyak asupan

16. Kadar Hb cairan oral

17. Kadar Ht 2. Anjurkanmenghindari

18. Intake cairan perubahan posisi mendadak

19. Suhu tubuh Pengaturan posisi (I.01019)


Observasi :
1. Monitor status oksigenasi
sebelum dan sesudah mengubah
posisi
2. Monitor alat traksi agar selalu
tepat
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
2 Hipertermia : Termoregulasi: Menajemen Hipertermia
( D.0130 ) (L.14134) (I.15506)
(Suhu tubuh meningkat (pengaturan suhu Observasi:
di atas rentang normal tubuh agar tetap 1. Identifikasi penyebab hipertermia
ubuh) berada pada rentang 2. Monitor suhu tubuh
normal) 3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urin
Ekspetasi: Membaik 5. Monitor komplikasi akibat
Kriteria hasil : hipertermia
1. Menggigil
2. Kulit merah Terapeutik:
3. Kejang 1. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Akrosianosis 2. Longgarkan atau lepaskan
5. Konsumsi oksigen pakaianbasahi dan kipasi
6. Piloreksi permukaan tubuh
7. Vasokonstriksi perifer 3. Berikan cairan oral
8. Kutis memorata 4. Ganti linen setiap hari atau lebih
9. Pucat sering jika mengalami
10. Takikardi hiperhidrosiis
11. Takipnea 5. Lakukan pendinginan eksternal
12. Bradikardi 6. Hindari pemberian antipiretik
13. Dasar kuku sianotik atau aspirin
14. Hipoksia 7. Berikan oksigen
15. Suhu tubuh
16. Suhu kulit Edukasi:
17. Kadar glukosa darah 1. Anjurkan tirah baring
18. Pengisian kapiler
19. entilasi Tekanan darah Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena
3 Nyeri Akut: Tingkat Nyeri Menajemen Nyeri
(D.0077) (L.08066) (I.08238)
(Pengalaman sensorik (Pengalaman sensorik Observasi :
atau emosional yang atau emosional yang 1. lokasi, karakteristik, durasi,
berkaitan dengan berkaitan dengan frekuensi, kualitas, intensitas
kerusakan jaringan kerusakan jaringan nyeri
aktual atau fungsional, aktual atau fungsional,den 2. Identifikasi skala nyeri
dengan onset mendadak gan onset mendadak atau 3. Identifikasi respon nyeri non
atau lambat dan lambat dan berintensitas verbal
berintensitas ringan ringan hinga berat dan 4. Identifikasi faktor yang
hingga berat yang konstan) memperberat dan memperingan
berlangsung kurang dari nyeri
3 bulan) Ekspektasi : Menurun 5. Identifikasi pengetahuan
Kriteria hasil : dan keyakinan tentang nyeri
1. Kemampuan 6. Identifikasi pengaruh
menuntaskan aktivitas budaya terhadap respon nyeri
2. Keluhan nyeri 7. Identifikasi pengaruh
3. Meringis nyeri pada kualitas hidup
4. Sikap protektif 8. Monitor keberhasilan
5. Gelisah terapi komplementer yang sudah
6. Kesulitan tidur diberikan
7. Menarik diri 9. Monitor efek samping
8. Berfokus pada diri penggunaan analgetik
sendiri
9. Diaforesis Terapeutik :
10. Perasaan depresi 1. Berikan teknik
(teterkan) nonfarmakologis untuk
11. Perasaan takut mengurangi rasa nyeri
mengalami cidera (mis.TENS, hypnosis,
berulang akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

4 Nausea : Tingkat Nausea : Menajemen Muntah :


(D.0076) (L.08065) (I.03118)
(Perasaan tidak nyaman (perasaan tidak Observasi :
pada bagian belakang nyaman pada bagian 1. Identifikasi karakteristik
tenggorokan atau belakang tenggorok muntah (mis.warna, konsistensi, 
lambung yang dapat atau lambung yang dapat adanya darah, waktu, frekuensi
mengakibatkan muntah) mengakibatkan muntah) dan durasi)
2. Periksa volume muntah
Ekspektasi : Menurun 3. Identifikasi riwayat diet (mis:
Kriteria hasil : makanan yang disuka, tidak
1. Nafsu makan disuka, dan budaya)
2. Keluhan mual 4. Identifikasi factor penyebab
3. Perasaan ingin muntah (mis:pengobatan dan
muntah prosedur)
4. Perasaan asam di 5. Identifikasi kerusakan
mulut esofagus dan faring
5. Sensasi panas posterior jika muntah terlalu lama
6. Sensasi dingin 6. Monitor efek
7. Frekuensi manajemen muntah secara
menelan menyeluruh
8. Diaforesis 7. Monitor keseimbangan cairan
9. Jumlah saliva dan elektrolit
10. Pucat
11. Takikardia Terapeutik :
Dilatasi pupil 1. Control factor lingkungan
penyebab muntah(mis. Bau tak
sedap, suara dan stimulasi visual
yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan
penyebab muntah(mis.
Keecemasan, ketakutan)
3. Atur posisi untuk mencegah
aspirasi
4. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
5. Bersihkan mulut dan hidung
6. Berikan dukungan fisik saat
muntah (mis. Membantu
membungkuk atau menundukkan
kepala)
7. Berikan kenyamanan
selama muntah (mis. Kompres
dingin di dahi atau sediakan
pakaian kering dan bersih)
8. Berikan cairan yang tidak
mengandung karbonasi minimal
30 menit setelah muntah

Edukasi :
1. Anjurkan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak
istirahat
3. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengelola muntah (mis.
Biofeedback, hypnosis,
relaksasi, terapi music,
akupresur)

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu
5 Risiko Perdarahan Perdarahan : Pencegahan Perdarahan
(D.0012) (L.2017) (I.02067)
(beresiko mengalami (kehilangan darah Observasi :
kehilangan darah baik baik internal (terjadi 1. Monitor tanda dan gejala
internal (terjadi di dalam di dalamtubuh) maupun pendarahan
tubuh) maupun eksternal eksternal (terjadi hingga 2. Monitor nilai hematokrit/
(terjadi diluar tubuh) keluar tubuh) hemoglobin sebelum dan setelah
kehilangan darah
Ekspektasi : Menurun 3. Monitor tanda-tanda vital
Kriteria hasil : ortostatik
1. Kelembaban 4. Monitor koagulasi(mis.
membrane Prothrombin time (PT), partial
mukosa trhromboplastin time (PTT),
2. Kelembapan kulit fibrinogen, degradasi
3. Kognitif fibrin dan/atau platelet)
4. Hemoptisis
5. Hematemesis Terapeutik :
6. Hematuria 1. Pertahankan bed rest selama
7. Pendarahan anus pendarahan
8. Distensi abdomen 2. Batasi tindakan invasive, jika
9. Pendarahan perlu
vagina 3. Gunakan kasur pencegah
10. Pendarahan pasca decubitus
operasi 4. Hindari pengukuran suhu rektal
11. Hemoglobin
12. Hematokrit Edukasi :
13. Tekanan darah 1. Jelaskan tanda dan gejala
14. Denyut nadi pendarahan
apical 2. Anjurkan menggunakan kaus
15. Suhu tubuh kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin
atau anti koagulan
5. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika
terjadi pendarahan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi obat pengontrol
pendarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu

Avidance Based
a) Hipovolemia
Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah Defisiensi volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal
(Peningkatan permeabilitas Kapiler), Hipertermi berhubungan dengan
penyakit : Infeksi virus Dengue, Nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera biologis (Pengeluaran histamin respon tubuh terhadap infeksi virus
dengue), Resiko Perdarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(Kegagalan faktor bekuan). Adapun tindakan keperawatan yang telah
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan diantaranya adalah
melakukan manajemen cairan berupa mempertahankan catatan intake
dan output yang akurat, memonitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), memonitor
vital sign, kolaborasikan pemberian cairan, mendorong pasien untuk
menambah intake oral.(Setyadevi & Rokhaidah, 2020)
b) Hipertermia
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui adanya perubahan yang
signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan terapi tepid sponge
pada anak demam usia 3-5 tahun. Pemberian terapi tepid sponge dalam
penelitian yang dilakukan ini terbukti dapat menurunkan demam atau
suhu tubuh pada anak. Hasil penelitian mendapatkan bahwa suhu
tubuh pada anak setelah pemberian kompres tepid sponge hangat rata-
rata dapat mengalami penurunan 0,62○C. Waktu yang diperlukan
untuk kompres berdasarkan perbedaan yang signifikan pada kelompok
perlakuan yang diberi water teppid sponge sebelum dan sesudah
perlakuan.(Siska Iskandar, 2022)
c) Risiko Perdarahan
Daun papayasudah terkenal dengan manfaatnya yang dapat
meningkatkan jumlah trombosit pada penderita demam berdarah.
Kandungan metabolit yang berpotensi dalam peningkatan trombosit
yaitu flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, enzim chymopapain,
papain,serta vitamin dan mineral(Lubis & Hilmi, 2023)

2. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian rencana tidnakan
yang telah perawat lakukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu peningkatan status Kesehatan, mencegah penyakit
membantu dalam pemulihan Kesehatan serta memfasilitasi koping. Tahap
implementasi dimulai dengan penyusunan rencana tindakan lalu
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dengan tujuan membantu klien
mencapai

3. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses pemberian
asuhan keperawatan yang meliputi aktivitas yang telah direncanakan,
berkelanjutan serta terarah. Evaluasi sangatlah penting dalam pemberian
asuhan keperawatan karena kesimpulan yang dari evalusi merupakan
penentuan untuk keberlanjutan dari perencanaan, apakah perlu dilakukan
modifikasi, diakhiri maupun perencanaan dilanjutkan.

Evaluasi disusun berdasarkan SOAP yaitu


S: Ungkapan atau respon dari pasien terhadap keluhan yang diraskan
setelah dilakukan implementasi keperawatan
O: Keadaan objektif klien yang dapat diidentifikasi melalaui
Pengamatan
A: Analisis yang dilakukan oleh perawat setelah mengetahui respon
baik subjektif maupun objektif
P: Perencanaan selanjutnya setelah dilakukan analisis.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. F., Mongilong, N. S., Kadir, L., & Surya, S. (2023). Perbandingan
Manifestasi Klinis Penderita Demam Berdarah. 3(1).
https://doi.org/10.37311/ijpe.v3i1.19231
Buntet, J. A., Ilmiah, J., Buntet, A., & Cirebon, P. (2020). No Title. 4(2), 105–115.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. (2021). Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah. In Profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
Fatati, I. F., Wijayanto, H., & Sholeh, A. M. (2017). Analisis Regresi Spasial Dan
Pola Penyebaran Pada Kasus Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Provinsi Jawa
Tengah. Media Statistika, 10(2), 95. https://doi.org/10.14710/medstat.10.2.95-
105
Febrianti, N. W. (2021). Literature Review Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue ( Dbd ) Berdasarkan Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue ( Dbd ) Berdasarkan.
Yayasan Perawat Sulawesi Selatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakukang
Makassar.
Jawiah, Kusumawati, I., Ulianti, N., & Hidayati, N. (2021). Kegiatan Pengalihan
(storytelling) untuk Menurunkan Kecemasan Selama Hospitalisasi pada Anak
Dengan Demam Berdarah Dengue Di Pelayanan Rumah Sakit. Jurnal
Keperawatan Merdeka (JKM), 1(November), 128–136.
Lubis, C. F., & Hilmi, I. L. (2023). Review Articel. 6(1), 243–248.
Novia, R., Permana, H. H., & Fhonna, R. (2022). Studi Kasus Asuhan keperawatan
Gawat Darurat Demam Berdarah Dengue Dengan Masalah Keperawatan Devisit
Volume Cairan Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Harapan Bunda
Kota Batam 2021. Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Sains, 1, 24–33.
Quswa, N. (2021). Asuhan Keperawatan Anak Pada an. a Dengan Diagnosa Kejang
Demam Di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. In
Repository Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Vol. 1, Issue 1).
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Setyadevi, S. N., & Rokhaidah, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Dengue Hemmorhagic Fever (Dhf) : Sebuah Study Kasus. Jurnal Keperawatan
Widya Gantari Indonesia, 4(2), 67. https://doi.org/10.52020/jkwgi.v4i2.1825
Siska Iskandar, I. (2022). Efektifitas Terapi Tepid Water SPonge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Barat Kota Bengkulu. 14.
Wanti, Yudhastuti, R., Notobroto, H. B., Subekti, S., Sila, O., Kristina, R. H., &
Dwirahmadi, F. (2019). Dengue hemorrhagic fever and house conditions in
Kupang City, East Nusa Tenggara Province. Kesmas, 13(4), 177–182.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v13i4.2701
WHO. (2022). World Health Organization telah. Awaliah, Nurul.

Anda mungkin juga menyukai