Oleh :
ZAINUDIN BAHRIN
NIM : PO0220220028
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah yaitu “Bagaimanakah
penerapan asuhan keperawatan Pada Pasien dengan kasus DBD di ruangan
Keperawatan Anak RSUD Poso”?
Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kasus DBD di RSUD Poso.
2. Tujuan khusus
a. Untuk dapat melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif
pada pasien dengan kasus DBD di RSUD Poso
b. Untuk dapat merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan
kasus DBD di RSUD Poso
c. Untuk dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan kasus
DBD di RSUD Poso.
d. Untuk dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien DBD di
RSUD Poso.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan asuhan keperawatan pada pasien
DBD di RSUD Poso.
Manfaat
2. Bagi klien
3. Bagi institusi
4. Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes albopictus, yang dapat menyerang semua kelompok umur
terutama anak-anak (Febrianti, 2021)
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue
Family Flaviviradae, dengan genusnya adalah Flavivirus.Virus mempunyai
sempat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda
tergantung dari serotipe virus dengue. Demam berdarah tersebar luas di
seluruh daerah topis, dengan variasi risiko local yang dipengaruhi oleh curah
hujan, suhu, dan urbanisasi.
2. Etiologi
Menurut (Quswa, 2021), Demam Berdarah Dengue (DBD) tahun
2021 disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung
Virus Dengue. Saat Aedes aegypti memakan virus Dengue, virus tersebut
masuk ke dalam tubuh. Setelah masa inkubasi sekitar 3 sampai 15 hari,
penderita mungkin mengalami demam tinggi selama 3 hari berturut-turut.
Banyak pasien mengalami kondisi yang fatal karena mengabaikan gejala-
gejala tersebut.
3. Manifestasi Klinis
Faktor risiko demam berdarah tidak hanya meliputi kondisi iklim
seperti curah hujan, kelembaban dan suhu, tetapi juga kondisi iklim. Kondisi
rumah ditemukan dalam penelitian ini. Pelajaran ini peneliti menemukan
hubungan yang signifikan antara kejadian DBD dan kondisi rumah terutama
penerangan rumah (Wanti et al., 2019)
Diagnosis gejala klinis DBD menurut Titik Lestari, 2016 dapat
ditemukan dengan tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Demam tinggi mendadak berlanjut tanpa alasan yang jelas dan berlanjut
dengan hilangnya nafsu makan dan amraise (2-7 hari).
b. Gejala perdarahan
c. Tes Rumple leede yang positif berarti peningkatan kerapuhan kapiler,
perdarahan gusi, ptechiase, epistaksis, hematemesis atau malena.
d. Positif jika ada 10 atau lebih petechiae berdiameter 2,8 cm (1 inci persegi)
pada lengan bawah volar, termasuk fossa kubik.
e. Penurunan trombositopenia, yaitu jumlah trombosit kurang dari 150.000 /
mm3, biasanya terlihat selama 3-7 hari sejak sakit.
f. Hipertrofi hati, nyeri tekan tanpa ikterus.
g. Monokonsentrasi, atau peningkatan hematokrit, merupakan indikator syok
yang sensitif dan harus ditekan berulang kali secara teratur.Peningkatan
hematokrit sebesar 20% mendukung diagnosis klinis DBD.
h. Gejala atipikal seperti sakit kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit, dan
sakit punggung
4. Klasifikasi
a. Derajat 1 (ringan) Demam disertai gejala tidak khas dan satusatunya uji
perdarahan yaitu uji turniket.
b. Derajat 2 (sedang) Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan
pada kulit dan atau perdarahan lainnya.
c. Derajat 3 Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun.
d. Derajat 4 Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba
dan tekanan darah tidak dapat diukur (Fatati et al., 2017)
5. Patofisiologi
Virus Dengue Aedes Aegypti menyerang tubuh manusia, dan infeksi
pertama dapat menyebabkan gejala seperti demam berdarah. Makan
menyebabkan reaksi yang berbeda ketika seseorang dapat berulang kali
terinfeksi virus dengue yang berbeda, terutama ketika konsistensi antara
reticoline toterium dan kulit hematogen, dan tubuh mengedarkan senyawa
antibodi-virus dalam sirkulasi darah. Dengan pelepasan anapylactoxin yang
meningkat permeabilitas dinding pembuluh darah, yang membentuk tubuh
dan dengan demikian mengaktifkan sistem komplemen. Dimana ada juga
agregasi trombosit. Trombosit meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan fase aktif yang melepaskan trombosit faktor XII (faktor XII). Ini
menyebabkan koagulasi intravaskular dan meningkatkan permeabilitas
dinding pembuluh darah
6. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa jenis pemeriksaan pada penderita infeksi dengue yaitu
sebagai berikut:
1. Hematologi
a) Leukosit: Jumlah leukosit normal, namun biasanya terjadi penurunan
dnegan dominasi sel neutrophil
b) Trombosit: Jumlah trombosit pada hari ke 3-7 ≤100.00/l. Pemeriksaan
trombosi darah diulang setiap 4-6 jam sampai trombosit dalam batas
normal dan keadaan klinis membaik
c) Hematokrit: Terjadinya peningkatan nilai hematokrit menjelaskan
terjadinya kebocoran pembuluh darah. Pada umumnya peningkatan nilai
hematokrit didahului sengan penurunan trombosit. Hemokonsentrasi
tejadi peningkatan hematokrit lebih dari 20%
2. Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi yaitu pemeriksaan foto thoraks mendeteksi
pada paru kanan terjadi efusi pleura.
3. USG
Untuk melihat apakah terjadi asites, penebalan dinding kandung empedu
serta efusi pleura dapat dideteksi pemeriksaan USG
4. Serologis
Pemeriksaan serologis dilakukan atas munculnya antibody pada penderita
yang terinfeksi dengan virus dengue
a) Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi: Pemeriksaan ini sampai saat ini
dianggap sebagai uji baku emas. Tetapi pemeriksaan ini membutuhkan 2
sampel darah pada saat fase akut dan fase konvalensen sehingga tidak
memberikan hasil dengan cepat
b) ELISA (IgM/IgG): Infeski virus dengue dibedakan menjadi dua yaitu
primer dan sekunder dengan menentukan rasio limit antibody IgM
terhadap IgG. Uji ini menggunakan satu sampe darah yaitu pada saat fase
akut.
7. Komplikasi
Meski hanya terjadi pada segelintir kasus, demam berdarah dapat
berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius. Kebocoran
plasma/perdarahan hebat ditandai dengan hemokonsentrasi, efusi pleura, asite,
hipoalbuminemia yang menyebabkan syok dengue, disfungsi peredaran darah,
dan penurunan perfusi organ. Status syok DBD dikaitkan dengan kematian
yang tinggi jika syok tidak ditangani dengan baik dan dapat menyebabkan
syok yang berat bahkan kematian (Nisa, 2019). Kedua komplikasi ini berisiko
tinggi pada orang yang sistem kekebalannya tidak mampu melawan demam
berdarah, atau yang sebelumnya pernah menderita demam berdarah kemudian
kembali ke kondisi ini.
8. Penatalaksanaan
Tidak ada gejala atau tanda yang teridentifikasi pada tahap awal DBD.
Masyarakat / keluarga diharapkan waspada jika salah satu gejala atau tanda
tersebut mungkin merupakan awal dari suatu perjalanan penyakit. Keluarga
dan masyarakat yang menemukan gejala demam berdarah segera mengambil
tindakan dukungan keluarga yaitu:
a. Beristirahat saat demam.
b. Memberikan antipiretik (parasetamol) untuk orang dewasa 1 tablet 3 kali,
10-15 mg/kg untuk anak anak jangan gunakan asetosal salisilat, atau
ibuprofen karena dapat menyebabkan mulas akibat maag
c. Mengkompres hangat.
d. Meminum banyak air 1-2 liter perhari kecuali coklat dan cairan merah
(susu coklat, sirup).
e. Jika kram terjadi kendurkan pakaian dan tidak memberikan apapun
melalui mulut selama kejang timbul gejalah dan tanda seperti pendarahan
pada kulit misalnya jika ada gigitan nyamuk, muntah, gelisah, mimisan,
di anjurkan mendapatkan perawatan segera atau konsultsikan dengan
dokter atau unit layanaan terdekat.
Penyebab :
a) Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak
istirahat
3. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengelola muntah (mis.
Biofeedback, hypnosis,
relaksasi, terapi music,
akupresur)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu
5 Risiko Perdarahan Perdarahan : Pencegahan Perdarahan
(D.0012) (L.2017) (I.02067)
(beresiko mengalami (kehilangan darah Observasi :
kehilangan darah baik baik internal (terjadi 1. Monitor tanda dan gejala
internal (terjadi di dalam di dalamtubuh) maupun pendarahan
tubuh) maupun eksternal eksternal (terjadi hingga 2. Monitor nilai hematokrit/
(terjadi diluar tubuh) keluar tubuh) hemoglobin sebelum dan setelah
kehilangan darah
Ekspektasi : Menurun 3. Monitor tanda-tanda vital
Kriteria hasil : ortostatik
1. Kelembaban 4. Monitor koagulasi(mis.
membrane Prothrombin time (PT), partial
mukosa trhromboplastin time (PTT),
2. Kelembapan kulit fibrinogen, degradasi
3. Kognitif fibrin dan/atau platelet)
4. Hemoptisis
5. Hematemesis Terapeutik :
6. Hematuria 1. Pertahankan bed rest selama
7. Pendarahan anus pendarahan
8. Distensi abdomen 2. Batasi tindakan invasive, jika
9. Pendarahan perlu
vagina 3. Gunakan kasur pencegah
10. Pendarahan pasca decubitus
operasi 4. Hindari pengukuran suhu rektal
11. Hemoglobin
12. Hematokrit Edukasi :
13. Tekanan darah 1. Jelaskan tanda dan gejala
14. Denyut nadi pendarahan
apical 2. Anjurkan menggunakan kaus
15. Suhu tubuh kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin
atau anti koagulan
5. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika
terjadi pendarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi obat pengontrol
pendarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
Avidance Based
a) Hipovolemia
Diagnosis keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah Defisiensi volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal
(Peningkatan permeabilitas Kapiler), Hipertermi berhubungan dengan
penyakit : Infeksi virus Dengue, Nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera biologis (Pengeluaran histamin respon tubuh terhadap infeksi virus
dengue), Resiko Perdarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(Kegagalan faktor bekuan). Adapun tindakan keperawatan yang telah
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan diantaranya adalah
melakukan manajemen cairan berupa mempertahankan catatan intake
dan output yang akurat, memonitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), memonitor
vital sign, kolaborasikan pemberian cairan, mendorong pasien untuk
menambah intake oral.(Setyadevi & Rokhaidah, 2020)
b) Hipertermia
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui adanya perubahan yang
signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan terapi tepid sponge
pada anak demam usia 3-5 tahun. Pemberian terapi tepid sponge dalam
penelitian yang dilakukan ini terbukti dapat menurunkan demam atau
suhu tubuh pada anak. Hasil penelitian mendapatkan bahwa suhu
tubuh pada anak setelah pemberian kompres tepid sponge hangat rata-
rata dapat mengalami penurunan 0,62○C. Waktu yang diperlukan
untuk kompres berdasarkan perbedaan yang signifikan pada kelompok
perlakuan yang diberi water teppid sponge sebelum dan sesudah
perlakuan.(Siska Iskandar, 2022)
c) Risiko Perdarahan
Daun papayasudah terkenal dengan manfaatnya yang dapat
meningkatkan jumlah trombosit pada penderita demam berdarah.
Kandungan metabolit yang berpotensi dalam peningkatan trombosit
yaitu flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, enzim chymopapain,
papain,serta vitamin dan mineral(Lubis & Hilmi, 2023)
2. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian rencana tidnakan
yang telah perawat lakukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu peningkatan status Kesehatan, mencegah penyakit
membantu dalam pemulihan Kesehatan serta memfasilitasi koping. Tahap
implementasi dimulai dengan penyusunan rencana tindakan lalu
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dengan tujuan membantu klien
mencapai
3. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses pemberian
asuhan keperawatan yang meliputi aktivitas yang telah direncanakan,
berkelanjutan serta terarah. Evaluasi sangatlah penting dalam pemberian
asuhan keperawatan karena kesimpulan yang dari evalusi merupakan
penentuan untuk keberlanjutan dari perencanaan, apakah perlu dilakukan
modifikasi, diakhiri maupun perencanaan dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. F., Mongilong, N. S., Kadir, L., & Surya, S. (2023). Perbandingan
Manifestasi Klinis Penderita Demam Berdarah. 3(1).
https://doi.org/10.37311/ijpe.v3i1.19231
Buntet, J. A., Ilmiah, J., Buntet, A., & Cirebon, P. (2020). No Title. 4(2), 105–115.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. (2021). Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah. In Profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
Fatati, I. F., Wijayanto, H., & Sholeh, A. M. (2017). Analisis Regresi Spasial Dan
Pola Penyebaran Pada Kasus Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Provinsi Jawa
Tengah. Media Statistika, 10(2), 95. https://doi.org/10.14710/medstat.10.2.95-
105
Febrianti, N. W. (2021). Literature Review Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue ( Dbd ) Berdasarkan Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue ( Dbd ) Berdasarkan.
Yayasan Perawat Sulawesi Selatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakukang
Makassar.
Jawiah, Kusumawati, I., Ulianti, N., & Hidayati, N. (2021). Kegiatan Pengalihan
(storytelling) untuk Menurunkan Kecemasan Selama Hospitalisasi pada Anak
Dengan Demam Berdarah Dengue Di Pelayanan Rumah Sakit. Jurnal
Keperawatan Merdeka (JKM), 1(November), 128–136.
Lubis, C. F., & Hilmi, I. L. (2023). Review Articel. 6(1), 243–248.
Novia, R., Permana, H. H., & Fhonna, R. (2022). Studi Kasus Asuhan keperawatan
Gawat Darurat Demam Berdarah Dengue Dengan Masalah Keperawatan Devisit
Volume Cairan Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Harapan Bunda
Kota Batam 2021. Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Sains, 1, 24–33.
Quswa, N. (2021). Asuhan Keperawatan Anak Pada an. a Dengan Diagnosa Kejang
Demam Di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. In
Repository Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Vol. 1, Issue 1).
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Setyadevi, S. N., & Rokhaidah, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Dengue Hemmorhagic Fever (Dhf) : Sebuah Study Kasus. Jurnal Keperawatan
Widya Gantari Indonesia, 4(2), 67. https://doi.org/10.52020/jkwgi.v4i2.1825
Siska Iskandar, I. (2022). Efektifitas Terapi Tepid Water SPonge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Barat Kota Bengkulu. 14.
Wanti, Yudhastuti, R., Notobroto, H. B., Subekti, S., Sila, O., Kristina, R. H., &
Dwirahmadi, F. (2019). Dengue hemorrhagic fever and house conditions in
Kupang City, East Nusa Tenggara Province. Kesmas, 13(4), 177–182.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v13i4.2701
WHO. (2022). World Health Organization telah. Awaliah, Nurul.