Anda di halaman 1dari 21

“DEMAM BERDARAH DENGUE”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Penyakit Berbasis Lingkungan

Disusun oleh :

Citra Septiyani ( PO71331230104 )

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI

1|DEMAM BERDARAH DENGUE


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul “DEMAM BERDARAH DENGUE”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Susy Ariyani, S.Pd.,M.Sc. dan
Ibu Erwin Hari Astuti,SKM., M.PH selaku dosen mata kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi peningkatan kualitas makalah ini. Saya berharap semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat memenuhi tugas Penyakit Berbasis Lingkungan.

Muara Enim, 31 Januari 2024

( Penyusun)

2|DEMAM BERDARAH DENGUE


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 6
3. Tujuan 6
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue 7
2. Faktor Penyebab Demam Berdarah Dengue 11
3. Beban Penyakit Demam Berdarah Dengue 13
4. Dampak Demam Berdarah Dengue 14
5. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue 15
6. Strategi Pengendalian Demam Berdarah Dengue 16
KESIMPULAN 19
DAFTAR PUSTAKA 21

3|DEMAM BERDARAH DENGUE


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui
nyamuk dan menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia (World Health
Organization [WHO], 2021). Pada awal tahun 2020, WHO memasukkan
dengue sebagai salah satu ancaman kesehatan global di antara 10 penyakit
lainnya (WHO, 2021). Insidensi dengue meningkat secara signifikan di seluruh
dunia dalam beberapa dekade terakhir. Bhatt et al. (2013) memperkirakan
terdapat 390 juta infeksi dengue terjadi setiap tahunnya dan 96 juta
diantaranya memiliki manifestasi klinis dengan tingkat keparahan penyakit
yang bervariasi. Dengue yang tidak tertangani dapat memicu terjadinya
kejadian luar biasa (KLB), dengue berat, bahkan kematian. Kondisi tersebut
menimbulkan beban yang besar pada populasi, sistem kesehatan, dan
ekonomi di sebagian besar negara tropis di dunia (WHO, 2012).
World Health Organizaton (WHO) menyebutkan jumlah kasus demam
berdarah yang dilaporkan meningkat lebih dari 8 kali lipat selama 4 tahun
terakhir, dari 505.000 kasus meningkat menjadi 4,2 juta pada tahun 2022.
Jumlah angka kematian yang dilaporkan juga mengalami peningkatan dari
403 menjadi 960. Tidak hanya jumlah kasus yang meningkat seiring
penyebaran penyakit ke wilayah baru termasuk Asia, tetapi wabah eksplosif
juga terjadi. Ancaman kemungkinan wabah demam berdarah sekarang ada di
Asia. Wilayah Amerika melaporkan 3,1 juta kasus, dengan lebih dari 25.000
diklasifikasikan sebagai parah. Terlepas dari jumlah kasus yang
mengkhawatirkan ini, kematian yang terkait dengan demam berdarah lebih
sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kasus DBD tersebut
merupakan masalah yang dilaporkan secara global terjadi pada tahun 2022
(WHO, 2022).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Jumlah kasus DBD 2021
mencatat 138.127 jiwa yang terserang penyakit DBD di seluruh Indonesia dan
jumlah kasus meninggal 919 jiwa. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun
2020 sebesar 65.602 kasus yang terserang penyakit dan 467 kasus

4|DEMAM BERDARAH DENGUE


meninggal. Di tahun 2022 jumlah kasus deman berdarah dengue mencapai
131.265 kasus yang mana sekitar 40% adalah anak-anak usia 0-14 tahun.
Sementara, jumlah kematiannya mencapai 1.135 kasus dengan 73% terjadi
pada anak usia 0-14 tahun. (Kemenkes, 2019).
Dilaporkan kasus DBD tahun 2020-2022 di Sumatera Selatan
mengalami fluktuatif. Pada tahun 2020 sebanyak 2.359, 2021 sebanyak 1.135.
kasus. dan di tahun 2022 sebanyak 2.854 dengan angka kesakitan atau
Incidence Rate (IR) sebesar 45,67/100.000 penduduk, sedangkan angka
kematian atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,81%, dengan jumlah kasus
yang meninggal yaitu 47 jiwa (BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2022).
Kasus DBD ditegakkan dengan diagnosa yang terdiri dari gejala klinis
dan hasil laboratorium yang megindikasikan penurunan trombosit
<100.000/mm3 dan adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan
peningkatan hematokrit >20%. Kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2019
tercatat sebanyak 138.127 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun
2018 sebesar 65.602 kasus. Kematian karena DBD pada tahun 2019 juga
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yaitu dari 467 menjadi 919
kematian. (Profil kesehatan, 2019).
Kabupaten Muara Enim terdiri dari 22 Puskesmas, data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Muara Enim pada tahun 2020 sampai dengan tahun
2022 didapatkan total kasus kejadian penyakit demam berdarah dangue
(DBD) di kabupaten Muara Enim sebanyak 502 kasus. Dengan rincian pada
tahun 2020 sebanyak 182 kasus penyakit demam berdarah (DBD), Tahun
2021 sebanyak 67 kasus penyakit demam berdarah dangue (DBD), Tahun
2022 sebanyak 253 kasus penyakit demam berdarah dangue (DBD). Pada
Tahun 2022 kasus demam berdarah dangue (DBD) tertinggi ada di tiga
puskesmas yaitu pertama puskesmas Muara Enim dengan kasus demam
berdarah dangue (DBD) sebanyak 108 kasus, kedua puskesmas Tanjung
Enim dengan kasus demam berdarah dangue (DBD) sebanyak 47 kasus,
ketiga Puskesmas Tebat Agung dengan jumlah kasus demam berdarah
dangue (DBD) sebanyak 18 kasus (Profil Dinkes Kab. Muara Enim, 2022).

5|DEMAM BERDARAH DENGUE


Dalam makalah ini akan membahas antara lain mengenai definisi
demam berdarah dengue, faktor penyebab terjadinya demam berdarah
dengue, beban penyakit demam berdarah dengue, dampak demam berdarah
dengue, pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue serta
strategi pengendalian yang dilakukan untuk menekan terjadinya peningkatan
demam berdarah dengue di lingkungan endemis.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian demam berdarah dengue
2. Faktor penyebab demam berdarah dengue
3. Beban penyakit demam berdarah dengue
4. Dampak demam berdarah dengue
5. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue
6. Strategi pengendalian demam berdarah dengue

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian demam berdarah dengue
2. Mengetahui faktor penyebab demam berdarah dengue
3. Mengetahui beban penyakit demam berdarah dengue
4. Mengetahui dampak demam berdarah dengue
5. Mengetahui pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue
6. Mengetahui strategi pengendalian demam berdarah dengue

6|DEMAM BERDARAH DENGUE


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demam Berdarah Dengue


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemi
akut yang disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa
demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata,
otot dan persendian, hingga pendarahan spontan (WHO, 2010). Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Ades albopictus.
Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, yang dapat menyebabkan
penyakit demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus
Flaviviridae, famili flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah
tropis dcm subtropics di berbagai belahan dunia terutama di musim hujan
yang lembab. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan setiap tahunnya
terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Penyakit
demam berdarah akut yang disertai dengan adanya manifestasi pendarahan
yang bertendensi mengakibatkan rejatan yang dapat menyebabkan kematian,
penyakit ini berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-
anak berusia di bawah 15 tahun.
Pada Tahun 2022 sebanyak 253 kasus penyakit demam berdarah
dangue (DBD) di kabupaten Muara Enim. Kasus demam berdarah dangue
(DBD) tertinggi ada di tiga puskesmas yaitu pertama puskesmas Muara Enim
dengan kasus demam berdarah dangue (DBD) sebanyak 108 kasus, kedua
puskesmas Tanjung Enim dengan kasus demam berdarah dangue (DBD)
sebanyak 47 kasus, ketiga Puskesmas Tebat Agung dengan jumlah kasus
demam berdarah dangue (DBD) sebanyak 18 kasus (Profil Dinkes Kab. Muara
Enim, 2022).

7|DEMAM BERDARAH DENGUE


Berikut adalah tabel dan grafik kasus demam berdarah dengue di
Kabupaten Muara Enim dari bulan Januari – Desember 2022 :

39
40

35 33
29 28
30 27
25
25

20
14 15
15 12 13
11
10 7

5 2
1 1 1 1 1
0
jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des

kasus meninggal

8|DEMAM BERDARAH DENGUE


Berikut adalah tabel dan grafik kasus demam berdarah dengue
berdasarkan lokasi puskesmas di Kabupaten Muara Enim dari bulan Januari –
Desember 2022 :

Berikut adalah tabel dan grafik kasus demam berdarah dengue


berdasarkan wilayah kerja puskesmas Tanjung Enim dari bulan Januari –
Desember 2022 :

9|DEMAM BERDARAH DENGUE


50
40
30
20
10
0
keban
tanjung lingga
agung tegal rejo
enim tanjung
selatan darmo
enim total

tanjung
keban tanjung
enim lingga tegal rejo darmo total
agung enim
selatan
kasus 15 4 1 7 19 1 47
meninggal 2 2

Berikut adalah tabel dan grafik kasus demam berdarah dengue


berdasarkan wilayah kerja puskesmas Muara Enim dari bulan Januari –
Desember 2022 :

10 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
120
108

100

80

60

40 31
23
18
20 10
8 7 6
1 2 0 1 0 2 0 1 0 0 1 3
0

kasus meninggal

B. Faktor Penyebab Demam Berdarah Dengue


Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit DBD dapat
dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Agent
Penyebab DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam kelompok
arbovirus, dengan keberadaan virus dengue pada tubuh nyamuk Aedes
aegypti dan vektornya adalah nyamuk dewasa dan jentik nyamuk.
2. Host
Manusia yang rentan terhadap inveksi virus. Sejak satu atau dua hari
sebelum demam telah terdapat virus Dengue dalam darah penderita selam
empat sampai tujuh hari. Dalam masa ini penderita merupakan sumber
penular apabila Aedes aegypti menghisap darah penderita maka virus akan
terbawa masuk ke dalam tubuh nyamuk bersamaan dengan darah
penderita yang dihisapnya. Dalam konsep dasar perjalanan penyakit secara
umum, ditinjau dari masalah penyakit menular faktor perilaku yang dalam
penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan secara umum
adalah netral, tetapi seseorang kadang menggunakan perilaku yang salah
sehingga menimbulkan resiko penyakit, namun perilaku yang menimbulkan

11 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
penyebab penyakit seharusnya dihentikan, selain itu faktor demografi
(mobilitas penduduk dan kepadatan penduduk) padatnya penduduk akan
lebih mudah untuk menjadi penularan penyakit DBD, dengan tingginya
mobilitas penduduk memudahkan penularan dari satu tempat ke tempat
yang lain, sosial budaya.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penularan DBD adalah
suhu dan kelembapan udara. Suhu dan kelembapan udara ini berpengaruh
pada masa inkubasi intrinsik, yaitu proses pembiakan dan pertumbuhan
virus Dengue dalam tubuh nyamuk mulai dari lambung sampai kelenjar
lidah nyamuk hingga siap untuk ditularkan. Kelembapan optimum bagi
kehidupan Aedes aegypti adalah 70%- 80%, sedangkan suhu optimum
antara 28-29 derajat celcius, kelembapan yang tinggi dapat
memperpanjang umur nyamuk. Pada musim hujan jumlah tempat
perindukan bertambah banyak dan berakibat pada peningkatan populasi
nyamuk, perubahan musim agaknya berpengaruh pula pada kebiasaan
nyamuk untuk lebih lama tinggal didalam rumah pada waktu musim hujan.
Lingkungan yang tidak terawat terutama dengan terdapatnya barang-
barang bekas yang berserakan, memungkinkan bertambahnya jumlah
tempat perindukan sehingga kebersihan lingkungan sangat berperan.
Tidak adanya kontrol vektor yang efektif di daerah endemis
penyebaran wabah Dengue dipengaruhi oleh ada tidaknya genangan air
yang kotor karena itu pengontrolan Dengue biasa dilakukan dengan
berbagai nyamuk Aedes aegypti denganmelakukan pembunuhan nyamuk
baik dengan menggunakan pestisida, ovitrap, bak perangkap yang ditutup
kasa, membuat nyamuk transigenik agar tidak terinfeksi oleh Dengue dan
melakukan gerakan 3M. Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-
tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung disuatu
tempat atau bejana di dalam atau disekitar rumah atau tempat-tempat
umum, biasanya melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini tidak
dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan
dengan tanah. Beberapa jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dapat dikelompokan sebagai berikut TPA untuk keperluan sehari-

12 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi / WC dan ember.
TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas
bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol,
plastik dan lain-lain). TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.

C. Beban Penyakit Demam Berdarah Dengue


Dengue menimbulkan beban kesehatan, ekonomi dan sosial yang
signifikan pada penduduk di daerah endemis. Sejak ditemukan pertama kali di
Indonesia pada tahun 1968, angka kejadian dengue terus meningkat.
Sekalipun berbagai intervensi pencegahan dan penanggulangan dengue telah
dilakukan pemerintah sejak awal program penanggulangan dengue pada
tahun 1970, namun upaya demi upaya tersebut belum mampu memperlambat
laju penyakit ini secara nasional.
Sejak tahun 2005 hingga saat ini, kejadian dengue terus meningkat
hingga mencapai puncaknya pada tahun 2016. Dengan jumlah penduduk
yang terus bertambah, artinya jumlah kasus dengue meningkat. Urbanisasi,
perubahan iklim, mobilisasi penduduk yang semakin tinggi merupakan faktor
yang turut berpengaruh pada situasi ini, selain perilaku masyarakat dan variasi
dalam implementasi program.
Pada periode tahun 2020-2022, terlihat pola yang sangat fluktuatif,
yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Hal ini mungkin terpengaruh oleh
situasi pandemi Covid-19 di Indonesia. Apalagi gejala awal penyakit dengue
dan Covid-19 memiliki kemiripan.
Kasus dengue dapat ditemukan di hampir seluruh kota dan kabupaten
di Indonesia. Namun, secara umum kejadian dengue tinggi di daerah
perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Sebagian besar wilayah
Indonesia memiliki endemisitas tinggi untuk dengue. Wilayah yang termasuk
dalam kategori endemis rendah (yaitu yang memiliki jumlah kasus <10 per
100.000 penduduk) sangat sedikit jumlahnya dan cukup tersebar wilayahnya.
Meskipun jumlah kasus yang rendah tersebut dapat merupakan gambaran
kondisi yang sesungguhnya di wilayah tersebut, namun terdapat pula
kemungkinan bahwa jumlah kasus yang rendah merupakan cerminan dari

13 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
hambatan dalam mendeteksi kasus oleh karena fasilitas diagnosis yang
kurang memadai dan sistem surveilans yang lemah sehingga terkendala
dalam melaporkan kasus dengue yang sebenarnya terjadi (underreporting).
Pembiayaan untuk kasus dengue diperoleh melalui data sampel 1%
yang dibuka untuk publik, 2015-2021. Setiap tahun BPJS membayarkan klaim
perawatan kasus dengue (A90) dan Demam berdarah dengue (A91) melebihi
350 milyar rupiah. Bahkan pada puncak kejadian dengue di tahun 2016, BPJS
membayarkan lebih dari 1,5 trilyun untuk seluruh kasus dengue. Pada tahun
2021, klaim BPJS untuk menangani 73 ribu kasus dengue adalah sebesar 424
Milyar. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan bahwa biaya yang dikeluarkan
BPJS pada tahun 2022 melebihi 800an milyar Rupiah. Hal ini mencerminkan
beban pembiayaan pemerintah yang tinggi untuk penanganan kasus dengue
di Indonesia.
Dengue menyerang semua lapisan masyarakat namun mungkin lebih
besar terjadi pada kelompok masyarakat termiskin yang tumbuh di
masyarakat dengan pasokan air dan infrastruktur limbah padat yang tidak
memadai, dan dimana kondisinya paling mendukung perkembangbiakan
vektor utama, Ae. Aegypti.

D. Dampak Demam Berdarah Dengue


Dengue adalah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti melalui gigitan, Umumnya gejala muncul sekitar hari ke 4–7 setelah
tergigit oleh nyamuk. Gejala yang ditimbulkan berupa demam tinggi, nyeri
sendi/otot, nyeri di belakang mata, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah,
nafsu makan menurun, lemas dan bisa juga timbul bintik-bintik merah di
tubuh. Gejala lain yang dapat muncul, seperti mimisan, kencing berdarah
maupun perdaharan saluran cerna. Jika tidak ditangani secara cepat dan
tepat, dengue ini bisa menyebabkan syok hingga kematian.
Salah satu dampak DBD yang perlu diwaspadai adalah dehidrasi. Hal
ini bisa terjadi akibat demam tinggi, muntah, nafsu makan menurun, dan
kebocoran plasma. Umumnya jika terinfeksi virus dengue, tubuh kita akan
mengalami kebocoran plasma. Hal ini disebabkan karena racun-racun yang
dikeluarkan oleh virus tersebut memicu pelebaran pembuluh darah. Akibatnya,

14 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
cairan berpindah keluar dari pembuluh darah ke jaringan dan tubuh pun akan
semakin kekurangan cairan.
Kebocoran plasma ini juga bisa menyebabkan syok pada penderita
DBD. Syok ditandai dengan badan terasa lemas, sesak napas, perdarahan
yang spontan, volume/produksi urin yang berkurang, peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah, hingga penurunan kesadaran.
Sampai saat ini dengue masih menjadi masalah kesehatan bagi
masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian
sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga,
kematian anggota keluarga dan berkurang usia harapan dalam keluarga,
kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup
masyarakat. Dampak ekonomi langsung adalah biaya pengobatan yang cukup
mahal, sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja dan
biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan
akomodasi selama perawatan sakit.

E. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue


Pencegahan DBD kita lakukan untuk mengurangi angka kejadian
DBD. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian dapat diuraikan dalam
beberapa teknik yaitu:
1. Manajemen lingkungan, mencakup semua perubahan yang dapat
mencegah atau meminimalkan perkembangan vektor sehingga kontak
antara manusia dengan vektor berkurang. Upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan memodifikasi lingkungan dan memanipulasi lingkungan.
2. Perlindungan diri yang dapat mengurangi risiko terkena gigitan nyamuk
seperti pakaian yang dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk,
penggunaan produk insektisida untuk konsumsi rumah tangga,
penggunaan penolak serangga yang alami maupun kimiawi.
3. Pengendalian biologis yang dilakukan untuk mengendalikan populasi
nyamuk menggunakan preparat biologis seperti memelihara ikan pemakan
larva dan membuatperangkap telur autosidal. Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan menggunakan insektisida pembasmi jentik

15 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
(larvasida) antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi dan pengasapan
ruangan.

F. Strategi Pengendalian Demam Berdarah Dengue


Beberapa regulasi dan pedoman telah diterbitkan oleh Kementerian
Kesehatan untuk penanggulangan dengue dalam periode 2014-2020, meliputi
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta
Pengendaliannya; Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue Tahun
2017; Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida); Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01/07/MENKES/9845/2020 tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana Infeksi Dengue pada Dewasa;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01/07/MENKES/4632/2021 tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana Infeksi
Dengue pada Anak dan Remaja.
Program penanggulangan dengue di Indonesia 2021-2025
dilaksanakan dengan enam strategi yang seluruhnya memiliki daya ungkit
yang tinggi dalam pencapaian target dan indikator program. Enam strategi
tersebut adalah:
Strategi 1. Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan
berkesinambungan
Bertujuan meningkatkan pencegahan dengue melalui surveilans dan
pengendalian vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan, serta dapat
diimplementasikan oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dikembangkan enam area intervensi, yaitu: (1) Surveilans vektor; (2)
Implementasi panduan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat; (3)
Kolaborasi dengan institusi pendidikan dan tempat kerja; (4) Resistensi vektor
terhadap insektisida; (5) Manajemen pengendalian vektor; dan (6)
Pemanfaatan teknologi tepat guna.

16 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
Strategi 2. Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue
Bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan mutu layanan dengue di
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan rumah sakit, baik di fasilitas
kesehatan milik pemerintah maupun swasta. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka dikembangkan empat area intervensi, yaitu: (1) Meningkatkan ketepatan
rujukan kasus dengue; (2) Meningkatkan mutu diagnosis dan penanganan
kasus dengue; (3) Meningkatkan ketersediaan dan kompetensi keterampilan
klinis tenaga kesehatan dalam menerapkan panduan penatalaksanaan
dengue di fasilitas kesehatan; dan (4) Meningkatkan kapasitas dan kepatuhan
tenaga kesehatan dalam pelaporan kasus.

Strategi 3. Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen


KLB yang responsive
Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sistem surveilans untuk
mendeteksi kasus dengue secara dini dan merespons secara cepat serta
mencegah dan menguatkan manajemen kejadian luar biasa yang responsif.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dikembangkan beberapa intervensi,
yaitu: (1) Meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana diagnostik dengue
di fasilitas kesehatan tingkat pertama; (2) Menguatkan kewaspadaan dini
dengue; (3) Menguatkan sistem data dengue yang terintegrasi; dan (4)
Meningkatkan kapasitas daerah untuk manajemen KLB yang responsif.

Strategi 4. Peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan


Bertujuan untuk (1) Meningkatkan pemahaman dan perilaku
masyarakat yang berkesinambungan tentang vektor dengue, gejala dan tanda
bahaya penyakit dengue, dan kesehatan lingkungan secara umum dan (2)
Melakukan kolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) peduli
lingkungan, organisasi masyarakat, dan komunitas dalam pencegahan
dengue. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan tiga area intervensi, yaitu:
(1) Meningkatkan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan; (2) Menjalin
kolaborasi dengan LSM peduli lingkungan, organisasi masyarakat, dan
komunitas; dan (3) Menguatkan peran media dalam mengedukasi masyarakat
(Germas, kesehatan lingkungan dan pencegahan dengue).

17 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
Strategi 5. Penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program,
dan kemitraan
Bertujuan untuk 1) Memperkuat komitmen pemerintah pusat dan
daerah, kebijakan dan manajemen program penanggulangan dengue dengan
dukungan sistem kesehatan melalui komunikasi dan advokasi; (2)
Meningkatkan kolaborasi dan koordinasi lintas program, lintas sektor, serta
kemitraan; (3) Meningkatkan kontribusi pembiayaan pemerintah daerah, lintas
program, lintas sektor, dan multi-pihak. Untuk mencapai tujuan tersebut, akan
dilakukan tiga intervensi, yaitu: (1) Penguatan komitmen pemerintah pusat dan
daerah, kebijakan, regulasi, dan manajemen program dengan dukungan
sistem kesehatan; (2) Peningkatan kolaborasi dan koordinasi lintas program-
sektor serta kemitraan; dan (3) Peningkatan pembiayaan pemerintah daerah,
lintas program-sektor dan multi-pihak melalui komunikasi dan advokasi.

Strategi 6. Pengembangan kajian, invensi, inovasi, dan riset sebagai dasar


kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.
Bertujuan untuk (1) Mengembangkan kajian, invensi, inovasi, dan
riset; (2) Meningkatkan adopsi hasil kajian, invensi, inovasi, dan riset untuk
penguatan kebijakan dan program; dan (3) Memanfaatkan teknologi terkini
serta sistem informasi dan data yang berkualitas untuk pengambilan
keputusan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dikembangkan tiga
intervensi, yaitu: (1) Identifikasi kebutuhan kajian, invensi, inovasi, dan riset
dan pelaksanaannya; (2) Pengembangan kajian dan adopsi hasil invensi,
inovasi, dan riset dalam program penanggulangan dengue; dan (3)
Pemanfaatan data yang berkualitas serta integrasi sistem informasi untuk
pengambilan keputusan dalam program penanggulangan dengue.

18 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
KESIMPULAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albocpictus. Di Indonesia merupakan wilayah endemis
dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Gejala yang akan muncul seperti
ditandai dengan demam mendadak, sakir kepala, nyeri belakang bola mata,
mual dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta
adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita.
Dengue menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi
antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga dan berkurang usia harapan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup masyarakat. Dampak ekonomi
langsung adalah biaya pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak
tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan
selain pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan
sakit.
Kasus DBD ini diperparah dengan adanya perubahan iklim yang
terjadi saat ini. Pencegahan DBD dapat dilakukan untuk mengurangi angka
kejadian DBD dengan menejemen lingkungan yaitu dengan cara memodifikasi
& memanipulasi lingkungan, memberi perlindungan pada diri dari gigitan
nyamuk, dan pengendalian biologis serta kimiawi untuk mengendalikan
populasi nyamuk.
Terdapat beberapa strategi nasional dalam menanggulangi DBD di
Indonesia yaitu :
1) Strategi 1. Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan
berkesinambungan.
2) Strategi 2. Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue.
3) Strategi 3. Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta
manajemen KLB yang responsif.
4) Strategi 4. Peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan.

19 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
5) Strategi 5. Penguatan komitmen pemerintah, kebijakan-manajemen
program, dan kemitraan.
6) Strategi 6. Pengembangan kajian, invensi, inovasi, dan riset sebagai dasar
kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.

20 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E
DAFTAR PUSTAKA

https://p2pm.kemkes.go.id/storage/publikasi/media/file_1631494745.pdf
https://www.klikdokter.com/info-sehat/demam-berdarah/dehidrasi-dampak-dbd-
yang-harus-ditangani-dengan-cepat
https://mediaindonesia.com/humaniora/626710/tak-hanya-turunkan-kualitas-
hidup-dbd-bisa-berdampak-sosial-dan-ekonomi
https://puskesmasmengwi1.badungkab.go.id/artikel/44703-demam-berdarah-
dengue#:~:text=Kerugian%20sosial%20yang%20terjadi%20antara,berku
rangnya%20usia%20harapan%20hidup%20msyarakat
Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim, (2020-2023).
Demografi Kesehatan Masyarakat Muara Enim
Badan Pusat Stastistik Provinsi Sumatera Selatan (2022) Demografi Kesehatan
Masyarakat
World Health Organization, 2022. Regional Office for South-East Asia, New
Delhi. Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Hemmorhagic
Fever in Small Hospitals

21 | D E M A M B E R D A R A H D E N G U E

Anda mungkin juga menyukai