Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:
 Akhmad Riski Ilham

SMA NEGERI 2 KOTA BANGUN


TAHUN PELAJARAN
2023-2024

JUDUL

MENGENAL DAN MENCEGAH DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya


kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
proposal "Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragie
Fever)".
Penyusun menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna, maka
saran dan kritik sangat sayai nantikan dari para siswa/siswi dan
pengajar sehingga akan semakin memperbaiki proposalini.
Akhir kata penyusun mengucapkan mohon maaf apabila ada
kesalahan dan saya berharap semoga proposal ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

KOTA BANGUN, 22 February


2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................iii
BAB I...................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................2
C. Tujuan............................................................................2
BAB II..................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................3
A. Definisi Demam Berdarah Dengue..............................3
B. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue.....................3
C. Penularan Penyakit Demam Berdarah........................4
D. Determinan Penyakit Demam Berdarah.....................4
E. Strategi Pencegahan dan Pemberantasan DBD........5

G. PENELITIAN DBD..........................................................6

BAB III................................................................................7

PENUTUP..........................................................................8

A. Kesimpulan..................................................................9

B. Saran.................................................................10
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dari genus flavivirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti, Penyakit ini terutama menyerang anak yang ditandai dengan
panas tinggi, perdarahan dan dapat menyebabkan kematian. Peningkatan
penderita penyakit ini sering terjadi dari tahun ke tahun yang berkaitan erat
dengan perubahan musim/iklim kondisi cuaca panas-hujan yang bergantian
bahkan sampai menimbulkan kondisi luar biasa di daerah tertentu.

WHO menyebutkan bahwa dalam 50 tahun terakhir, insiden penyakit DBD


telah meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara-
negara baru dan pada dekade ini penyakit demamberdarah telah menyebar dari
daerah perkotaan ke daerah pedesaan (World Health Organization, 2019).
Diperkirakan ada sekitar 50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar
2,5 miliar orang hidup di negara endemik DBD.

Jumlah kasus DBD sudah ada di beberapa daerah termasuk Lebak Cilong,
Lebak mantan, SP3, SP2, SP1

B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan penyakit Demam Berdarah Dengue?

2. Bagaimana epidemiologi Demam Berdarah Dengue ?


3. Bagaimana Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue?
4. Bagaimana Determinan Penyakit Demam Berdarah Dengue?
5. Apa saja Strategi pencegahan dan pemberantasan DBD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit Demam Berdarah Dengue.

2. Untuk mengetahui epidemiologi Demam Berdarah Dengue.

3. Untuk mengetahui Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

4. Untuk mengetahui Determinan Penyakit Demam Berdarah Dengue,


5. Untuk mengetahui Strategi pencegahan dan pemberantasan DBD.

BAB II. PEMBAHASAN


A. Definisi Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang


disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui vektor nyamuk dari spesies
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Peran vektor dalam penyebaran penyakit
menyebabkan kasus banyak ditemukan. pada musim hujan ketika munculnya
banyak genangan air yang menjadi tempat perindukan nyamuk. Selain iklim dan
kondisi lingkungan, beberapa studi menunjukkan bahwa DBD berhubungan
dengan mobilitas dan kepadatan penduduk, dan perilaku masyarakat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tersebut menjadi landasan dalam upaya pencegahan
dan pengendalian DBD (Kemenkes, 2020).

B. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue

Kejadian luar biasa pertama penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Asia
ditemukan di Manila pada tahun 1954. Tahun 1958 terjadi kejadian luar biasa
penyakit demam berdarah dengue (DBD) di temukan di Bangkok-Thonburi dan
sekitarnya. Tahun 1960 di Singapura ditemukan kasus demam berdarah dengue
dewasa muda dalam jumlah yang lebih banyak dengan hasil isolasi virus dengue
menunjukkan tipe 1 dan 2. Kejadian luar biasa penyakit demam berdarah
dengue (DBD) terjadi juga di wilayah Asia lainnya (WHO,2014).

Kasus demam berdarah dengue Di Indonesia, pertama kali terjadi di Surabaya


pada tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan pada 200 kota 27 provinsi dan telah
terjadi KLB akibat DBD. Profil kesehatan Jawa Tengah tahun 1999 melaporkan
bahwa kelompok tertinggi adalah usia 5-14 tahun yang terserang sebanyak 42%
dan kelompok usia 15-44 tahun yang terserang sebanyak 37%. Data tersebut
didapat dari data rawat inap rumah sakit. Rata-rata insidensi penyakit DBD
sebesar 6-27 per 100.000 penduduk.

CFR penyakit mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap
tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980
sebesar 4,8%, dan tahun 1999 masih diatas 2%. Kasus DBD ditegakkan dengan
diagnosa yang terdiri dari gejala klinis dan hasil laboratorium yang
megindikasikan penurunan trombosit < 100.000/mm² dan. adanya kebocoran
plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit 20%. Kasus DBD yang
dilaporkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303 kasus. Jumlah ini
menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 138,127 kasus. Sejalan dengan
jumlah kasus, kematian karena DBD pada tahun 2020 juga mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2019, dari 919 menjadi 747 kematian. Kesakitan
dan kematian dapat digambarkan dengan menggunakan indikator incidence rate
(IR) per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam bentuk.
persentase. Incidence Rate DBD pada tahun 2020 sebesar 40 per 100.000
penduduk. Relatif menurun jika dibandingkan dengan tahun 2019 (Kemenkes,
2020),

Provinsi dengan IR DBD tertinggi yaitu Bali (273,1), Nusa Tenggara Timur
(107,7), dan DI Yogyakarta (93,2). Sedangkan provinsi dengan IR DBD
terendah yaitu Aceh (0,0), Maluku (4,2), Papua (5,0). Selain ang ka kesakitan,
besaran masalah DBD juga dapat diketahui dari angka kematian atau CFR yang
diperoleh dari proporsi kematian terhadap seluruh kasus yang dilaporkan.
Secara nasional, CFR DBD di Indonesia sebesar 0,7%. Suatu provinsi dikatakan
memiliki CFR tinggi jika telah melebihi 1%. Pada tahun 2020 terdapat sebelas
provinsi dengan CFR di atas 1%. Tingginya CFR memerlukan langkah
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Upaya edukasi kepada masyarakat
juga diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
agar segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan jika ada anggota
keluarganya yang memiliki gejala DBD. Hal ini menjadi penting sebagai
pertolongan segera untuk mencegah keparahan dan komplikasi yang berujung
pada fatalitas (Kemenkes, 2020).

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga


epidemiologi, yaitu adanya agent, host dan lingkungan (environment).

a. Agent (virus dengue)

Agent penyebab penyakit demam berdarah dengueberupa virus dengue dari

Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae.


Dikenal ada 4 serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Virus
dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari,
virus akan terdapat didalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita
merupakan sumber penular demam berdarah dengue.

b. Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor
yang mempengaruhi manusia adalah:

1. Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi
virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun
baru berumur beberapa hari setelah lahir. Penyakit yang disebabkan virus
dengueini terutama menyerang pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun.

2. Jenis kelamin.

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan demam


berdarah dengue dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender).

3. Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya
dengan teori imunologi, bahwa gizi yang baik mempengaruhi peningkatan
antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka
terjadi infeksi virus dengue yang berat.

4. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus
dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah
kasus demam berdarah dengue tersebut.

5. Mobilitas Penduduk.

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan


infeksi virus dengue.

e. Lingkungan (environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah

1. Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai Negara
terutama di Negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30° Lintang Utara
dan 40° Lintang Selatan seperti Asia Tenggara dengan tingkat kejadian demam
berdarah dengue sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemic
maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari
suatu negara ke negara lain,

2. Musim

Negara dengan empat musim, epidemi demam berdarah dengue berlangsung


pada musim panas, meskipun ditemukan kasus demam berdarah dengue
sporadis pada musim dingin. Wilayah Asia Tenggara epidemik demam berdarah
dengue terjadi pada. musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, dan Malaysia
epidemi demam berdarah dengue terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.
Periode epidemik yang terutamaberlangsung selama musim hujan dan erat
kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan
peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karenadidukung oleh lingkungan
yang baik untuk masa inkubas

C. Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyakit demam berdarah dengue ditularkan ke tubuh manusia melalui gigitan


nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Yang terdapat pada nyamuk Aedes
aegypti dan Ae. Albopictus yang menjadi vektor, namun nyamuk Ae. aegypti
merupakan salah satu vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus (virus
yang ditularkan melalui artropoda), karena nyamuk ini sangat antropofilik dan
hidup dekat manusia juga sering hidup di dalam rumah. Bila terinfeksi, nyamuk
tetap akan terinfeksi sepanjang hidupnya, menularkan virus ke individu rentan
selama mengigit dan menghisap darah. Nyamuk betina terinfeksi juga dapat
menurunkan virus ke generasi nyamuk dengan penularan transovarian, tetapi ini
jarang terjadi dan kemungkinan tidak memperberat penularan yang signifikan
pada manusia.

Manusia adalah penjamu utama yang dikenai virus, meskipun studi telah
menunjukkan bahwa monyet pada beberapa bagian dunia dapat terinfeksi dan
mungkin bertindak sebagai sumber virus untuk nyamuk penggigit. Virus dengue
bersikulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih waktu dimana
mereka mengalami demam, dan nyamuk tidak terinfeksi mungkin mendapatkan
virus bila nyamuk tersebut menggigit atau menghisap darah individu saat ia
dalam keadaan viraemik. Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus
dengue masuk bersama darah yang dihisapnya. Virus kemudian. berkembang
biak didalam tubuh nyamuk selama periode 8-10 hari sebelum ini dapat
ditularkan ke manusia lain selama menggigit atau menghisap darah berikutnya.
Lama waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada
kondisi lingkungan, khususnya suhu sekitar.

Virus dengue berkembang biak di dalam tubuh nyamuk dengan membelah diri
dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada
dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai
puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan
kepada orang lain. Selanjutnya pada waktu nyamuk Aedes aegypti menggigit
orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis) menemukan kapiler
darah, sebelum darah orang itu dihisap, terlebih dulu dikeluarkan air liur dari
kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku.

Bersama dengan air liur inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain.
Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus
dengue itu, akan terserang penyakit demam berdarah. Orang yang mempunyai
kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang penyakit ini,
meskipun dalam darahnya terdapat virus dengue tersebut. Namun sebaliknya
pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue,
dia akan mengalami sakit demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam
tinggi disertai pendarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan
tubuh yang dimilikinya (Tumbelaka dkk, 2009).

Penularan penyakit demam berdarah dengue dapat terjadi di rumah maupun


tempat umum termasuk sekolah, karena nyamuk Aedes aegypti berkembang
biak di tempat. penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti bak
mandi/WC, tempayan, drum dan barang-barang yang menampung air seperti
kaleng bekas, pot tanaman air, vas bunga, dan lain-lain.

D. Determinan Penyakit Demam Berdarah Dengue

a. Vektor Demam Berdarah Dengue

Vektor DBD telah diselidiki terdapat Aedes aegypti di daerah perkotaan


diperkirakan sebagai vektor terpenting. Survei jentik yang dilakukan oleh
Direktoral Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman (Ditjen PPM dan PLP) di 27 provinsi dalam kurun
waktu 5 tahun rata-rata indeks premis 20%, suatu angka yang dianggap 5% lebih
tinggi terhadap ambang risiko transmisi demam dengue (Supratman, 2010).

b. Kondisi Geografis

Penyebaran geografis dari virus dengue dan nyamuk vektor telah meluas dan
DBD juga telah terjadi di daerah Pasifik dan Amerika. Mulai 1960-an serangan
virus dengue diperkirakan rata-rata 30.000 kasus per tahun. Tiga puluh tahun
kemudian, yaitu pada 1995, kasus dengue diperkirakan mencapai 592.000.
meskipun begitu, jumlah sebenarnya diduga lebih besar karena lebih banyak
pasien yang tidak melaporkan ke rumah-rumah sakit (Supratman, 2010).

Kejadian wabah DBD DHF dihubungkan dengan beberapa faktor, termasuk


kejenuhan nyamuk, terutama Aedes aegypti yang merupakan spesies nyamuk
tropis dan subtropis yang ditemukan di bumi, biasanya antara garis lintang 35U
dan 358, kira-kira berhubungan dengan musim dingin isotherm 10 derajat celcius.
Perbedaan pola musim dalam wabah DBD/DHF terjadi di kebanyakan tempat.
Dalam letak kondisi geografis Negara Indonesia merupakan wilayah dengan
iklim tropis yang dapat menyebabkan berkembangbiaknya nyamuk Aedes
aegypti dengan mudah. Di wilayah tropis dimana pola musim hujan terjadi,
sehingga banyak terdapat tempat air tergenang yang dapat menjadi tempat
perkembangbiakan sarang nyamuk. Angka hospitalisasi DBD/DHF meningkat
selama musim hujan dan menurun beberapa bulan setelah hujan berhenti,
penularan virus paling mungkin terjadi di perkotaan endemik dimana kejenuhan
populasi manusia yang tinggi menjamin suplai konstan individual rentan, dan
banyak vektor berkembangbiak dan tinggal di sekitar tempat tinggal manusia
mengisolasi populasi vektor karena pengaruh musim hujan.

E. Strategi Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Menurut WHO (2021), strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit demam


berdarah dengue dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

Cara pemutusan rantai penularan

Ada lima kemungkinan cara memutuskan rantai penularan DBD, yaitu:

a. Melenyapkan virus dengue dengan cara mengobati penderita, tetapi sampai


saat ini belum ditemukan obat anti virus tersebut.

b. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai lotion anti nyamuk atau
obat nyamuk bakar sehingga orang yang sehat tidak tertular.

c. Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan kepada orang lain.

Cara pencegahan dan pemberantasan terhadap jentik aedes aegypti Pencegahan


dan pemberantasan terhadap jentik nyamuk aedes aegypti dikenal dengan istilah
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Keterangan:

a. Kimia: menggunakan insektisida pembasmi larvasida dikenal dengan istilah


abatisasi.

b. Fisik dengan 3 M, yaitu menguras, menutup, mengubur

c. Biologi memelihara ikan pemakan jentik(ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang atau tempalo).

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Pemberantasan demam berdarah dengue dengan melakukan pembasmian


nyamuk aedes aegypti yang berperan sebagai pembawa virus dengue. Ada
banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengendalikan jumlah nyamuk, yang
dianggap tepat dan efektif. Pengendalian nyamuk ini bisa dilakukan baik dengan
pengendalian lingkukan, pengendalian secara biologis dan kimiawi.

a. Pengendalian secara lingkungan

Salah satu Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mngendalikan nyamuk
penyebab DBD adalah dengan mengendalikan lingkungan terlebih dahulu.
Pengendalian secara lingkungan ini dilakukan dengan tujuan membatasi ruang
nyamuk untuk berkembang biak, sehingga harapannya nyamuk penyebab DBD
ini bisa musnah.

Program 3M yang sudah sangat kita kenal, menjadi salah satu cara
mengendalikan perkembangbiakan nyamuk secara lingkungan. Secara lengkap,
pemberantasan
sarang nyamuk
secara
lingkungan, bisa
dilakukan
dengan cara-cara
sebagai berikut:

1. Program 3M
(menguras,
menutup dan mengubur) Menguras bak mandi dan tempat-tempat
penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan atas dasar
pertimbangan bahwa perkembangan. telur sampai tumbuh menjadi nyamuk
adalah 7-10 hari

Menutup rapat tempat penampungan air, ini juga dilakukan agar tempat-tempat
tersebut tidak bisa dijadikan nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak
Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air

2. Mengganti air yang ada pada vas bunga atau tempat minum di sarang burung,
setidaknya dilakukan seminggu sekali

3. Membersihkan saluran air yang tergenang, baik di atap rumah maupun di


selokan jika tersumbat oleh sampah ataupun dedaunan, karena setiap genangan
air bisa dimanfaatkan oleh nyamuk untuk berkembang biak.

b. Pengendalian secara biologis

Selain upaya pengendalian secara lingkungan ada upaya lainnya juga dilakukan
secara biologis yaitu dengan memanfaatkan hewan atau tumbuhan. Cara yang
dianggap paling efektif adalah dengan memelihara ikan cupang yang
dimasukkan ke dalam kolam. Ikan cupang ini bisa memakan jentik-jentik
nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air atau kolam atau dengan
menambahkannya dengan bakteri bacillus thuringiensis. e. Pengendalian secara
kimiawi.

Cara pengendalian nyamuk yang ketiga yaitu dengan pengendalian secara


kimiawi dengan menaburkan bubuk abate ke tempat penampungan air, ini
merupakan salah satu cara mengendalikan dan memberantas jentik - jentik
nyamuk secara kimiawi. Tidak hanya penaburan bubuk abate, pengendalian
secara kimiawi yang biasa dilakukan di masyarakat adalah dengan melakukan
jogging atau pengasapan dengan menggunakan malathion dan fenthion yang
berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aedes

aegypti sampai batas tertentu.

PSN DBD dilakukan dengan cara 3M-Plus, Plus yang dimaksud yaitu:

1. Memelihara ikan cupang, pemakan jentik nyamuk

2. Menaburkan bubuk abate pada kkolan atau bak tempat penampungan air,
setidaknya 2 bulan sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu 1 gram/10 liter
air. Tidak hanya abate, kita juga bisa menambahkan zat lainnya yaitu altosoid
pada tempat penampungan air dengan takaran 2,5 gram/100 liter air. Abate dan
altosoid bisa didapatkan di puskesmas, apotik atau took bahan kimia.

3. Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot atau elektrik
4. Menggunakan krim pencegah gigitan nyamuk

5. Melakukan pemasangan kawat kasa di lubang jendela. ventilasi untuk


mengurangi akses nyamuk ke dalam rumah

6. Tidak membiasakan atau menghindari menggantung pakaian baik pakaian


baru atau bekas di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk

7. Sangat dianjurkan untuk memasang kelambu di tempat tidur.

Cara Pencegahan Demam Berdarah Dengue:

a. Memberikan penyuluhan serta informasi kepada masyarakat untuk


membersihkan tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari gigitan
nyamuk dengan menggunakan lotion anti nyamuk dan memasang kawat kasa
nyamuk.

b. Melakukan survey untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor nyamuk,


mengetahui tempat perindukan dan habitat larva dan membuat rencana
pemberantasan sarang nyamuk serta pelaksanaannya.

Penanggulangan Wabah

Menemukan dan memusnahkan spesies aedes aegypti dilingkungan pemukiman,


membersihkan tempat perindukan nyamuk atau taburkan larvasida disemua
tempat yang potensial sebagai tempat perindukan larva aedes aegypti dan
pengadaan fogging focus. Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran
penularan penyakit demam berdarah dengue adalah:

a. Faktor Internal

Faktor internal meliputi ketahanan tubuh seseorang atau stamina seseorang.


Jika kondisi badan tetap bugar kecil kemungkinan untuk terkena penyakit
demam berdarah dengue. Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki daya tahan
cukup kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus
seperti penyakit demam berdarah dengue. Oleh karena itu sangat penting untuk
meningkatkan daya tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba. Musim itu
terjadi perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
virus dengue penyebab demam. berdarah dengue. Hal ini menjadi kesempatan
jentik nyamuk berkembangbiak menjadi lebih banyak. (Hijroh, 2017).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh manusia.
Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan pengetahuan,
lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal, lingkungan sekolah,
atau tempat bekerja. Faktor yang memudahkan seseorang menderita demam
berdarah dengue dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya
nyamuk seperti di penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan
pada nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Hal ini dikarenakan tempat
penampungan air masyarakat Indonesia umumnya lembab, kurang sinar
matahari. Nyamuk lebih menyukai benda-benda yang tergantung didalam
rumah seperti gorden, kelambu, dan pakaian. Maka dari itu pakaian yang
terrgantung dibalik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam lemari, karena
nyamuk aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat ditempat-tempat gelap
dan kain yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi
untuk bisa menggigit manusia (RI, 2007) Semakin mudah nyamuk aedesaegypti
menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena pertumbuhan
penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan penyakit demam
berdarah denguemenyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkendali.(Hijroh, 2017).

G. PENELITIAN DBD

PENELITIAN YANG TERKENA DBD YANG SUDAH SAYA TELITI


SEBAGAI BERIKUT BERUPA TABEL

SP1 3 ORANG

SP2 3 ORANG

SP3 2 ORANG

LEBAK MANTAN 1 ORANG

LEBAK CILONG 4 ORANG


BAB II. PENUTUP
•KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang


disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui vektor nyamuk dari spesies
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Peran vektor dalam penyebaran penyakit
menyebabkan kasus banyak ditemukan pada musim hujan ketika munculnya
banyak genangan air yang menjadi tempat. perindukan nyamuk

2. Kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303
kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 138.127 kasus.
Sejalan dengan jumlah kasus, kematian karena DBD pada tahun 2020 juga
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019, dari 919 menjadi 747 kematian.
Kesakitan dan kematian dapat digambarkan dengan menggunakan indikator
incidence rate (IR) per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam
bentuk persentase.

3. Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga


epidemiologi, yaitu adanya agent, host dan lingkungan (environment). Agent
penyebab penyakit demam berdarah dengueberupa virus dengue dari Genus
Flavivirus. Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue.
Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah umur, jenis kelamin,
nutrisi, populasi dan mobilitas penduduk. Lingkungan yang mempengaruhi
timbulnya penyakit dengue adalah letak geografis dan musim

4. Pencegahan dan pemberantasan terhadap jentik nyamuk aedes aegypti dikenal


dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN
DBD), Cara Pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan cara melenyapkan
virus dengue dengan cara mengobati penderita, tetapi sampai saat ini belum
ditemukan obat anti virus tersebut, Melakukan survey untuk mengetahui tingkat
kepadatan vektor nyamuk, mengetahui tempat perindukan dan habitat larva dan
membuat rencana pemberantasan sarang nyamuk serta pelaksanaannya.

•SARAN
1. Diharapkan masyarakat berperan aktif dalam melaksanakan kebersihan
lingkungan terutama dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
guna menekan sekecil mungkin peluang nyamuk untuk bersarang serta
berkembang biak dengan melaksanakan Menguras, Menutup tempat-tempat
penampungan air baik diluar rumah maupun di dalam rumah serta
Mengubur/membakar barang bekas.

2. Diharapkan petugas Kesehatan lebih rutin untuk melaksanakan penyuluhan


di masyarakat tentang perkembangan DBD agar masyarakat lebih memahami
tentang penyakit Demam Berdarah serta pentingnya melaksanakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), guna menekan terjadinya perkembangan
kasus Demam Berdarah di masyarakat, bekerja sama dengan lintas sektor yang
terkait untuk bersama-sama berperan aktif di dalam menekan kasus Demam
Berdarah di masyarakat.

DAFTAR PUSAKA
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Laporan Kinerja

Tahun 2020. Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia..

Depkes RI. 2019. Kendalikan DBD Dengan PSN 3M Plus, kementerian


kesehatan Republik Indonesia.

Hijroh, Bahar, H. and Ismail, C. S.2017. "Perilaku Masyarakat Dalam


Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Puskesmas Puuwatu
Kota Kendari Tahun 2017". Jimkesmas, Vol.2 No.6:1-9.

Husein, R. D. and Puri, A. 2014. "Partisipasi Masyarakat Dalam Pemberantasan


Sarang Nyamuk Untuk Pencegahan Demam Berdarah". Jurnal Keperawatan,
Vol.X No 1: 1-6,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia


2020. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Mayasari, D., Oktaria, D. and T. M. N. P. A. 2016. "Pencegahan Demam


Berdarah dan Virus Zika di Posyandu Dahlia III, Kelurahan Olok Gading Teluk
Betung Barat" Jurnal JPM Ruwa JURAI, Vol.2 No 1:1-3.

Sholihul huda.2017. "Gambaran Prilaku Keluarga Daerah Urban Dalam


Pencegahan Kejadian Demam Berdarah Didaerah Endermis Demam Berdarah
Kabupaten Kendal". Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat, Vol.2 No
5:1-18.

Supratman.2010, Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue dan


Pengendaliannya di Indonesia", WHO. 2020. Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
EGC

WHO. 2021. Dengue dan severe dengue.

Anda mungkin juga menyukai