DISUSUN OLEH:
Akhmad Riski Ilham
JUDUL
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................iii
BAB I...................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................2
C. Tujuan............................................................................2
BAB II..................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................3
A. Definisi Demam Berdarah Dengue..............................3
B. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue.....................3
C. Penularan Penyakit Demam Berdarah........................4
D. Determinan Penyakit Demam Berdarah.....................4
E. Strategi Pencegahan dan Pemberantasan DBD........5
G. PENELITIAN DBD..........................................................6
BAB III................................................................................7
PENUTUP..........................................................................8
A. Kesimpulan..................................................................9
B. Saran.................................................................10
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dari genus flavivirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti, Penyakit ini terutama menyerang anak yang ditandai dengan
panas tinggi, perdarahan dan dapat menyebabkan kematian. Peningkatan
penderita penyakit ini sering terjadi dari tahun ke tahun yang berkaitan erat
dengan perubahan musim/iklim kondisi cuaca panas-hujan yang bergantian
bahkan sampai menimbulkan kondisi luar biasa di daerah tertentu.
Jumlah kasus DBD sudah ada di beberapa daerah termasuk Lebak Cilong,
Lebak mantan, SP3, SP2, SP1
B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan penyakit Demam Berdarah Dengue?
Kejadian luar biasa pertama penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Asia
ditemukan di Manila pada tahun 1954. Tahun 1958 terjadi kejadian luar biasa
penyakit demam berdarah dengue (DBD) di temukan di Bangkok-Thonburi dan
sekitarnya. Tahun 1960 di Singapura ditemukan kasus demam berdarah dengue
dewasa muda dalam jumlah yang lebih banyak dengan hasil isolasi virus dengue
menunjukkan tipe 1 dan 2. Kejadian luar biasa penyakit demam berdarah
dengue (DBD) terjadi juga di wilayah Asia lainnya (WHO,2014).
CFR penyakit mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap
tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980
sebesar 4,8%, dan tahun 1999 masih diatas 2%. Kasus DBD ditegakkan dengan
diagnosa yang terdiri dari gejala klinis dan hasil laboratorium yang
megindikasikan penurunan trombosit < 100.000/mm² dan. adanya kebocoran
plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit 20%. Kasus DBD yang
dilaporkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303 kasus. Jumlah ini
menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 138,127 kasus. Sejalan dengan
jumlah kasus, kematian karena DBD pada tahun 2020 juga mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2019, dari 919 menjadi 747 kematian. Kesakitan
dan kematian dapat digambarkan dengan menggunakan indikator incidence rate
(IR) per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam bentuk.
persentase. Incidence Rate DBD pada tahun 2020 sebesar 40 per 100.000
penduduk. Relatif menurun jika dibandingkan dengan tahun 2019 (Kemenkes,
2020),
Provinsi dengan IR DBD tertinggi yaitu Bali (273,1), Nusa Tenggara Timur
(107,7), dan DI Yogyakarta (93,2). Sedangkan provinsi dengan IR DBD
terendah yaitu Aceh (0,0), Maluku (4,2), Papua (5,0). Selain ang ka kesakitan,
besaran masalah DBD juga dapat diketahui dari angka kematian atau CFR yang
diperoleh dari proporsi kematian terhadap seluruh kasus yang dilaporkan.
Secara nasional, CFR DBD di Indonesia sebesar 0,7%. Suatu provinsi dikatakan
memiliki CFR tinggi jika telah melebihi 1%. Pada tahun 2020 terdapat sebelas
provinsi dengan CFR di atas 1%. Tingginya CFR memerlukan langkah
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Upaya edukasi kepada masyarakat
juga diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
agar segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan jika ada anggota
keluarganya yang memiliki gejala DBD. Hal ini menjadi penting sebagai
pertolongan segera untuk mencegah keparahan dan komplikasi yang berujung
pada fatalitas (Kemenkes, 2020).
b. Host
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor
yang mempengaruhi manusia adalah:
1. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi
virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun
baru berumur beberapa hari setelah lahir. Penyakit yang disebabkan virus
dengueini terutama menyerang pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun.
2. Jenis kelamin.
3. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya
dengan teori imunologi, bahwa gizi yang baik mempengaruhi peningkatan
antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka
terjadi infeksi virus dengue yang berat.
4. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus
dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah
kasus demam berdarah dengue tersebut.
5. Mobilitas Penduduk.
e. Lingkungan (environment)
1. Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai Negara
terutama di Negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30° Lintang Utara
dan 40° Lintang Selatan seperti Asia Tenggara dengan tingkat kejadian demam
berdarah dengue sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemic
maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari
suatu negara ke negara lain,
2. Musim
Manusia adalah penjamu utama yang dikenai virus, meskipun studi telah
menunjukkan bahwa monyet pada beberapa bagian dunia dapat terinfeksi dan
mungkin bertindak sebagai sumber virus untuk nyamuk penggigit. Virus dengue
bersikulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih waktu dimana
mereka mengalami demam, dan nyamuk tidak terinfeksi mungkin mendapatkan
virus bila nyamuk tersebut menggigit atau menghisap darah individu saat ia
dalam keadaan viraemik. Jika orang digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus
dengue masuk bersama darah yang dihisapnya. Virus kemudian. berkembang
biak didalam tubuh nyamuk selama periode 8-10 hari sebelum ini dapat
ditularkan ke manusia lain selama menggigit atau menghisap darah berikutnya.
Lama waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada
kondisi lingkungan, khususnya suhu sekitar.
Virus dengue berkembang biak di dalam tubuh nyamuk dengan membelah diri
dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada
dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai
puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan
kepada orang lain. Selanjutnya pada waktu nyamuk Aedes aegypti menggigit
orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis) menemukan kapiler
darah, sebelum darah orang itu dihisap, terlebih dulu dikeluarkan air liur dari
kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku.
Bersama dengan air liur inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain.
Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus
dengue itu, akan terserang penyakit demam berdarah. Orang yang mempunyai
kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang penyakit ini,
meskipun dalam darahnya terdapat virus dengue tersebut. Namun sebaliknya
pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue,
dia akan mengalami sakit demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam
tinggi disertai pendarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan
tubuh yang dimilikinya (Tumbelaka dkk, 2009).
b. Kondisi Geografis
Penyebaran geografis dari virus dengue dan nyamuk vektor telah meluas dan
DBD juga telah terjadi di daerah Pasifik dan Amerika. Mulai 1960-an serangan
virus dengue diperkirakan rata-rata 30.000 kasus per tahun. Tiga puluh tahun
kemudian, yaitu pada 1995, kasus dengue diperkirakan mencapai 592.000.
meskipun begitu, jumlah sebenarnya diduga lebih besar karena lebih banyak
pasien yang tidak melaporkan ke rumah-rumah sakit (Supratman, 2010).
b. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai lotion anti nyamuk atau
obat nyamuk bakar sehingga orang yang sehat tidak tertular.
Keterangan:
c. Biologi memelihara ikan pemakan jentik(ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang atau tempalo).
Salah satu Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mngendalikan nyamuk
penyebab DBD adalah dengan mengendalikan lingkungan terlebih dahulu.
Pengendalian secara lingkungan ini dilakukan dengan tujuan membatasi ruang
nyamuk untuk berkembang biak, sehingga harapannya nyamuk penyebab DBD
ini bisa musnah.
Program 3M yang sudah sangat kita kenal, menjadi salah satu cara
mengendalikan perkembangbiakan nyamuk secara lingkungan. Secara lengkap,
pemberantasan
sarang nyamuk
secara
lingkungan, bisa
dilakukan
dengan cara-cara
sebagai berikut:
1. Program 3M
(menguras,
menutup dan mengubur) Menguras bak mandi dan tempat-tempat
penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan atas dasar
pertimbangan bahwa perkembangan. telur sampai tumbuh menjadi nyamuk
adalah 7-10 hari
Menutup rapat tempat penampungan air, ini juga dilakukan agar tempat-tempat
tersebut tidak bisa dijadikan nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak
Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
2. Mengganti air yang ada pada vas bunga atau tempat minum di sarang burung,
setidaknya dilakukan seminggu sekali
Selain upaya pengendalian secara lingkungan ada upaya lainnya juga dilakukan
secara biologis yaitu dengan memanfaatkan hewan atau tumbuhan. Cara yang
dianggap paling efektif adalah dengan memelihara ikan cupang yang
dimasukkan ke dalam kolam. Ikan cupang ini bisa memakan jentik-jentik
nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air atau kolam atau dengan
menambahkannya dengan bakteri bacillus thuringiensis. e. Pengendalian secara
kimiawi.
PSN DBD dilakukan dengan cara 3M-Plus, Plus yang dimaksud yaitu:
2. Menaburkan bubuk abate pada kkolan atau bak tempat penampungan air,
setidaknya 2 bulan sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu 1 gram/10 liter
air. Tidak hanya abate, kita juga bisa menambahkan zat lainnya yaitu altosoid
pada tempat penampungan air dengan takaran 2,5 gram/100 liter air. Abate dan
altosoid bisa didapatkan di puskesmas, apotik atau took bahan kimia.
3. Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot atau elektrik
4. Menggunakan krim pencegah gigitan nyamuk
Penanggulangan Wabah
a. Faktor Internal
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh manusia.
Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan pengetahuan,
lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal, lingkungan sekolah,
atau tempat bekerja. Faktor yang memudahkan seseorang menderita demam
berdarah dengue dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya
nyamuk seperti di penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan
pada nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Hal ini dikarenakan tempat
penampungan air masyarakat Indonesia umumnya lembab, kurang sinar
matahari. Nyamuk lebih menyukai benda-benda yang tergantung didalam
rumah seperti gorden, kelambu, dan pakaian. Maka dari itu pakaian yang
terrgantung dibalik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam lemari, karena
nyamuk aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat ditempat-tempat gelap
dan kain yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi
untuk bisa menggigit manusia (RI, 2007) Semakin mudah nyamuk aedesaegypti
menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena pertumbuhan
penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan penyakit demam
berdarah denguemenyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkendali.(Hijroh, 2017).
G. PENELITIAN DBD
SP1 3 ORANG
SP2 3 ORANG
SP3 2 ORANG
2. Kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303
kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 138.127 kasus.
Sejalan dengan jumlah kasus, kematian karena DBD pada tahun 2020 juga
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019, dari 919 menjadi 747 kematian.
Kesakitan dan kematian dapat digambarkan dengan menggunakan indikator
incidence rate (IR) per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam
bentuk persentase.
•SARAN
1. Diharapkan masyarakat berperan aktif dalam melaksanakan kebersihan
lingkungan terutama dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
guna menekan sekecil mungkin peluang nyamuk untuk bersarang serta
berkembang biak dengan melaksanakan Menguras, Menutup tempat-tempat
penampungan air baik diluar rumah maupun di dalam rumah serta
Mengubur/membakar barang bekas.
DAFTAR PUSAKA
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Laporan Kinerja