Anda di halaman 1dari 13

DEMAM BERDARAH DENGUE

Dosen Pembimbing : Ns. Imam Fajlurrahman M.Kep

Di Susun Oleh :

Nama : Nadya Nurramadhani

Kelas : III D

PRODI : S1 Keperawatan

NPM : 2022010138

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAHYA BIMA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunianya makalah yang berjudul “DEMAM BERDARAH DANGUE” dapat terselesaikan, serta
tepat pada waktunya. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi
Kesehatan. Berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaan bagi kita semua.

Woha, 31 desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................2

A. Latar Belakang.............................................................................................................................2

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3

A. Pengertian Demam Berdarah Dangue (DBD).............................................................................3

B. Faktor Penyebab Penularan DBD................................................................................................4

C. Gejala Yang Muncul Akibat Demam Berdarah Dangue (DBD).................................................7

D. Upaya Dalam Mencegah Terjadinya Demam Berdarah Gangue (DBD)....................................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................................................10

B. Saran..........................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................v

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit
akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis
berisiko tinggi terhadap penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan
temperature yang tinggi dan perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor
resiko penularan virus dengue (Kemenkes RI, 2011).

Demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di Indonesia karena angka


morbiditas DBD sekarang belum mencapai target pemerintah yaitu kurang dari 49 per
100.000 penduduk. Pada tahun 2015 angka kesakitan DBD mencapai 50,7 per 100.000
penduduk (Kemenkes RI, 2015).

Patofisiologi utama dari DBD adalah manifestasi perdarahan dan kegagalan sirkulasi.
Perdarahan biasanya disebabkan oleh trombositopaty dan trombositopenia, karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan trombosit. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit menunjukkan
derajat hemokonsentrasi, sehingga penting dalam menilai perembesan plasma. Adanya nilai
yang pasti dari trombosit, hematokrit, dan hemoglobin untuk setiap derajat klinik DBD
diharapkan sangat membantu petugas medis agar lebih mudah untuk membuat diagnosis dan
menentukan prognosis dari DBD (Syumarta, Hanif, dan Rustam, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan demam berdarah dangue?
2. Apa saja faktor penyebab demam berdarah dangue?
3. Apa gejala yang muncul akibat dari demam berdarah dangue?
4. Apa solusi untuk mencegah terjadinya demam berdarah dangue?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari demam berdarah dangue.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab demam berdarah dangue.
3. Untuk mengetahui gejala yang muncul akibat dari demam berdarah dangue.
4. Untuk mengetahui solusi untuk mencegah terjadinya demam berdarah dangue.

iv
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Demam Berdarah Dangue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis lingkungan akibat
dari pembangunan perkotaan, perubahan iklim, peningkatan mobilitas kepadatan penduduk,
dan rendahnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan (Pradana et al., 2016). Indonesia
beriklim tropis, sangat baik untuk perkembangan DBD yang disebabkan oleh infeksi virus
spesies Flaviviridae, yaitu genus Flavivirus dengan DEN1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
serotype (Irwadi et al., 2018). Kasus dan penyebaran DBD semakin meningkat, terutama saat
musim hujan yang merupakan kondisi optimal nyamuk berkembang biak (Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI, 2016). Kepadatan larva Aedes aegypti meningkat saat musim
penghujan sampai menjelang akhir musim penghujan. Kondisi tersebut disebabkan oleh
keberadaan kontainer berisi air di luar rumah yang bertambah (Sunaryo & Pramestuti, 2014).
(Kurniawati & Ekawati, 2020, p. 2)

Penularan DBD terjadi karena kepadatan vektor, kepadatan penduduk, peningkatan


urbanisasi yang tidak terkendali, pertumbuhan ekonomi, ketersediaan air bersih serta perilaku
masyarakat kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan dan perubahan iklim (Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI, 2016). Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui
gigitan Ae. aegypti. Aedes aegypti merupakan vektor utama, namun spesies lain seperti Ae.
albopictus juga dapat menjadi vektor penular DBD (Sukowati, 2010). Penyebaran DBD
meliputi hampir semua daerah tropis dan sub tropis seluruh dunia. Aedes 0 aegypti hidup di
antara 35 lintang utara (LU) dan 0 35 lintang selatan (LS), di bawah ketinggian 1.000 meter.
Aedes aegypti menggigit pada siang hari, satu gigitan dapat menginfeksi manusia (Utomo,
2017). (Kurniawati & Ekawati, 2020, p. 2)

Yang menjadi masalah adalah ketika nyamuk Aedes membawa virus dengue,
sehingga gigitan pada manusia terjadi perpindahan virus yang sudah mengalami replikasi di
tubuh nyamuk ke manusia melalui air liurnya, sehingga menyebabkan penyakit DBD. Oleh
sebab itu, peningkatan curah hujan diikuti oleh peningkatan AHJ, sehingga jumlah kasus
DBD di masyarakat meningkat.(Sintorini, 2007, p. 6)

Nyamuk ini berasal dari Mesir yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, melalui
kapal laut dan udara. Nyamuk hidup dengan subur di belahan dunia yang mempunyai iklim
tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Nyamuk ini terdapat

v
dimanamana, kecuali di wilayah ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Dewasa ini nyamuk A. aegypti ditemukan terutama di negara-negara yang terletak diantara
garis 45° Lintang Utara dan garis 35° Lintang Selatan. Penyebaran nyamuk yang kosmopolit
ini berkaitan erat dengan perkembangan system transportasi.(Wowor, 2017, p. 3)

1. mekanisme penularan

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk A. aegypti atau A. albopictus betina
yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya yang diperoleh dari penderita
DBD lain. Nyamuk A. aegypti berasal dari Brasil dan Ethiopia dan sering menggigit
manusia pada waktu pagi dan siang. Orang yang berisiko terkena DBD ialah anak-anak
yang berusia di bawah 15 tahun dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab serta
daerah pinggiran kumuh.

Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus
Stegomya yaitu nyamuk A. aegypti dan A. albopictus sebagai vektor primer serta A.
polynesiensis, A. scutellaris, dan A. niveus sebagai vektor sekunder. Selain itu juga terjadi
penularan transeksual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta
penularan transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Terdapat juga penularan virus
dengue melalui transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal
dari penderita asimtomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi
ialah penularan melalui gigitan nyamuk A. aegypti(Wowor, 2017, p. 3)

Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk akan
dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif) ke individu yang rentan selama
menusuk/menggigit dan mengisap darah. 3 Virus kemudian berkembang di dalam tubuh
nyamuk selama 8-10 hari (inkubasi ekstrinsik) sebelum dapat ditularkan ke manusia lain
saat menusuk/menggigit dan mengisap darah berikutnya. Lama waktu yang diperlukan
untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada suhu lingkungan, khususnya suhu sekitar.

Di dalam tubuh nyamuk, virus dengue tersebut akan berkembang biak dengan cara
membelah diri dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus
berada di dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam waktu satu minggu jumlahnya dapat
mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/dipindahkan
kepada orang lain. Pada manusia, virus memerlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation
period) sebelum menimbulkan sakit.(Wowor, 2017, p. 4)

B. Faktor Penyebab Penularan DBD


1. Lingkungan biologi

vi
a. Keberadaan tanaman/ vegetasi ialah Ditemukan bahwa hampir di setiap rumah
memiliki tumbuhan di pot maupun di pekarangan yang dapat menjadi breeding
place dan resting place alami dari nyamuk Aedes sp. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian dari Masruroh et al (2016) yang meneliti tentang hubungan
faktor lingkungan dan praktik PSN dengan kejadian DBD di Kecamatan Ngawi
menemukan bahwa keberadaan vegetasi di sekitar rumah merupakan faktor risiko
kejadian DBD dimana keberadaan vegetasi di dalam maupun luar rumah
mempunyai 6 kali risiko untuk terkena DBD daripada mereka yang tidak
mempunyai vegetasi di dalam ataupun di luar rumahnya. Berdasarkan penelitian
ini, semak-semak yaitu tanaman perdu yang daunnya saling menutupi antara satu
dan lainnya sehingga tidak memungkinkan cahaya matahari jatuh dan
menyebabkan kelembapan tinggi. Semak-semak menjadi resting place alami
nyamuk yang berada di sekitar rumah akan memperbesar peluang untuk nyamuk
Aedes aegypti untuk menjangkau lingkungan rumah dan host (manusia) sehingga
dapat meningkatkan kejadian DBD.(Oroh et al., 2020, p. 3)
b. Keberadaan jentik nyamuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tempat-tempat yang dapat dijadikan
sarang nyamuk di lokasi penelitian terdiri dari jambangan bunga, kaleng-kaleng/
besi bekas yang terisi air hujan, sampai pada reservoir air bersih yang tidak
tertutup.(Oroh et al., 2020, p. 4)
2. Lingkungan Fisik
a. Curah hujan
Curah hujan merupakan determinan penting penularan DBD karena
mempengaruhi suhu udara yang mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa
lebih jauh lagi curah hujan dan suhu dapat mempengaruhi pola makan dan
reproduksi nyamuk dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk (WHO, 2012).
(Oroh et al., 2020, p. 4)
b. Suhu udara
Nyamuk merupakan hewan berdarah dingin dan prosesproses metabolisme atau
siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Nyamuk tidak dapat
mengukur suhunya sendiri terhadap perubahan di luar tubuhnya.(Oroh et al.,
2020, p. 5)
c. Ketinggnian tempat
Menurut Pinontoan (2018), Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DBD hidup
pada ketinggian 0-500 meter dari permukaan dengan daya hidup yang tinggi,
sedangkan pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut nyamuk Aedes aegpti
idealnya masih bisa bertahan hidup.(Oroh et al., 2020, p. 5)

vii
d. Kelembaban udara
Dalam kehidupan nyamuk kelembaban udara mempengaruhi kebiasaan
meletakkan telurnya. Hal ini berkaitan dengan nyamuk atau serangga pada
umumnya bahwa kehidupannya ditentukan oleh faktor kelembaban.(Oroh et al.,
2020, p. 6)
3. Faktor manusia
a. Perilaku
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata memiliki kebiasaan menggantung
pakaian baik di kamar tidur maupun kamar mandi. Selain itu penggunaan
kelambu dan obat antinyamuk yang tidak dilakukan karena tidak biasa. Penelitian
dari Handayani dan Cholik (2019) tentang hubungan pengetahuan, pengurasan
tempat penampung air dan menggantung pakaian dengan kejadian DBD dimana
analisis data menggunakan Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α=0,05,
diperoleh hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggantung pakaian
(ρ=0,000) dengan kejadian DBD.(Oroh et al., 2020, p. 6)
b. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk termasuk salah satu faktor risiko penularan penyakit DBD.
Semakin padat penduduk, nyamuk Aedes aegypti semakin mudah menularkan
virus dengue dari satu orang ke orang lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak
memiliki pola tertentu dan urbanisasi yang tidak terkontrol menjadi faktor yang
juga berperan dalam munculnya kejadian luar biasa penyakit DBD (WHO, 2012).
(Oroh et al., 2020, p. 7)
4. Pelayanan kesehatan
Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap demam berdarah akibat
kurangnya promosi kesehatan oleh pihak pelayanan kesehatan juga menyebabkan
terjadinya demam berdarah. Dengan demikian langkah penting dalam upaya
pemberantasan DBD melalui upaya PSN ialah memberikan penyuluhan kepada
masyarakat yang intensif. Pokokpokok pesan penyuluhan yang disampaikan meliputi
pengenalan tanda-tanda, gejalagejala DBD, dan cara pencegahan penularannya di
rumah dan lingkungan masingmasing yang disesuaikan dengan pendidikan yang
mereka miliki. Sarana yang digunakan bisa melalui pengajian, pertemuan warga,
sedangkan penyuluhan massal bisa dilakukan melalui media massa seperti TV, radio,
majalah dan surat kabar. Melalui langkah ini petugas penyuluh kesehatan dari
puskesmas menjadi ujung tombak dalam pemberantasan DBD (Umardiono et al,
2019).(Oroh et al., 2020, p. 8)

viii
C. Gejala Yang Muncul Akibat Demam Berdarah Dangue (DBD)
Penyakit ini adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh serotipe virus
dengue, dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi
perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan
(sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian.(Prasetyani, n.d., p. 62)

Gejala pada penyakit demam berdarah dengue diawali oleh: 1) demam tinggi
mendadak 2-7 hari (38oC-40oC); 2) manifestasi perdarahan, dengan bentuk uji tourniquet
positif, purpura, pendarahan konjungtiva, epitaksis, melena; 3) hepatomegali; 4) syok,
tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik mencapai 80 mmHg
atau kurang; 5) trombositopenia, dari hari 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai
100.000/mm3 ; 6) hemokonsentarasi, meningkatnya nilai hematokrit; 7) gejala-gejala klinik
lainnya yang dapat menyertai, anoreksia, mual, muntah, lemah, sakit perut, diare kejang dan
sakit kepala; 8) dan rasa sakit pada otot dan persendian.(Prasetyani, n.d., p. 63)

Penurunan jumlah trombosit <150.000/µl dikategorikan sebagai trombositopenia.


Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum tulang,
destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Penyebab trombositopenia pada DBD
adalah akibat terbentuknya kompleks virus antibodi yang merangsang terjadinya agregasi
trombosit. Agregat tersebut melewati RES sehingga dihancurkan. Peningkatan destruksi
trombosit di perifer juga merupakan penyebab trombositopenia pada DBD.(Masihor et al.,
2013, p. 2)

Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis sedang.
Leukopenia dapat terjadi pada hari demam pertama dan ke-3 pada 50% kasus DBD ringan.
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh adanya degenerasi sel PMN yang matur dan
pembentukan sel PMN muda. 4 5 Pada saat demam, mulai terjadi pengurangan jumlah
leukosit dan netrofil disertai limfositosis relatif. Leukopenia mencapai puncaknya sesaat
sebelum demam turun dan normal kembali pada 2-3 hari setelah defervescence (demam
turun). Penurunan trombosit umumnya mengikuti turunnya leukosit dan mencapai puncaknya
bersamaan dengan turunnya demam.(Masihor et al., 2013, p. 2)

D. Upaya Dalam Mencegah Terjadinya Demam Berdarah Gangue (DBD)


Kementerian Kesehatan RI menyebutkan PSN 3M Plus meliputi pemberantasan
sarang nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu menguras tempat-tempat penampungan air, seperti
bak mandi/WC, drum dan sebagainya sekurangkurangnya seminggu sekali, menutup rapat

ix
tempattempat penampungan air seperti gentong air/tempayan dan lain-lain, memanfaatkan
kembali barang bekas yang dapat menampung air dan memiliki potensi menjadi
perkembangbiakan nyamuk penular DBD (Kementerian Kesehatan RI, 2016c). Makna Plus
adalah mengganti air vas bunga, minuman burung, memperbaiki saluran dan talang air rusak,
membersihkan tempat yang dapat menampung air seperti pelepah pisang, dan pekarangan dan
kebun, memelihara ikan cupang, ikan kepala timah, menggunakan obat anti nyamuk,
melakukan larvasidasi (membubuhkan bubuk larvasida), menggunakan ovitrap, larvitrap,
maupun mosquito trap Serta menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender,
kantong semar, sereh, zodiac, geranium dan lainlain (Kementerian Kesehatan RI, 2016c).
(Kurniawati & Ekawati, 2020, p. 3)

Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus merupakan bagian dari Pola Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) yang bisa dilakukan sehari-hari tetapi dampaknya sangat besar dalam
memberantas dan menghilangkan lebih dini jentik/larva sebelum tumbuh menjadi nyamuk
dewasa (Husna & Wahyuningsih, 2016). Upaya pencegahan dan pengendalian tersebut
termasuk dalam pemutusan rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan
nyamuk Ae. aegypti melalui kegiatan PSN 3M Plus (Gifari et al., 2017).(Kurniawati &
Ekawati, 2020, p. 3)

Nyamuk Ae. aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab,
tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat tidur, kloset,
kamar mandi, dan dapur. Nyamuk juga bersembunyi pada bendabenda tergantung seperti
baju, tirai, dan dinding. Walaupun jarang, nyamuk dewasa dapat ditemukan di luar rumah, di
tanaman atau tempat terlindung lainnya (Ariyati, 2015)

Pakaian yang menggantung menjadi tempat hinggap nyamuk Ae. aegypti untuk
tempat beristirahat (resting place). Cahaya minimal di dalam rumah seharusnya 100 lux,
sedangkan kelembaban di ruangan seharusnya sekitar 40- 60%. Menggantung pakaian di
dalam rumah dapat menyebabkan ruangan menjadi gelap, lembab serta tidak terkena sinar
matahari langsung dan tidak terkena angin yang bertiup. (Kementerian Kesehatan RI, 2016b).
Nyamuk Ae. aegypti senang pada daerah gelap dan lembab. Nyamuk Ae. aegypti biasanya
tidak menyukai tempat-tempat dengan suhu dan kelembaban yang tidak sesuai misalnya
terlalu panas atau terlalu kering (Boekoesoe, 2013).(Kurniawati & Ekawati, 2020, p. 3)

Pemasangan kawat kasa adalah kegiatan tambahan (Plus) dari kegiatan PSN 3M yang
dapat membantu mencegah gigitan nyamuk Ae. aegypti penular DBD. Memasang kawat kasa
merupakan salah satu upaya untuk menghindari terbangnya nyamuk dari luar rumah ke dalam
rumah melalui ventilasi. Ventilasi terbuka berfungsi sebagai tempat pertukaran udara ke
dalam rumah, namun dari kondisi ventilasi terbuka tersebut dapat memberi kesempatan

x
nyamuk Ae.aegypti untuk keluar atau masuk ke dalam rumah (Kementerian Kesehatan RI,
2016b).(Kurniawati & Ekawati, 2020, p. 7)

Penelitian Utomo tahun 2017 menunjukkan bahwa penggunaan kelambu pada


keluarga tergolong rendah. Masyarakat menganggap kurang lazim dan kurang praktis serta
ekonomis, sehingga masyarakat lebih memilih memasang obat nyamuk atau lotion anti
nyamuk (Utomo, 2017).(Kurniawati & Ekawati, 2020, p. 8)

xi
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang
ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditunjukkan
melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan
ruam. Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit
Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah
Sakit, mengingat sewaktuwaktu dapat mengalami syok / kematian.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi


vektor nyamuk demam berdarah. Dengan mengubur barang bekas yang dapat menampung air,
menguras tempat penampungan air dan menimbun barang-barang bekas atau sampah. Atau
kita bisa juga berburu jentik.

B. Saran
Dalam upaya memberantas nyamuk aedes aegypti perlu adanya upaya-upaya dari
berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat ataupun individu dalam menjaga lingkungan
agar tetap bersih dan sehat, agar terhindar dari berbagai penyakit salah satunya demam
berdarah dangue. Di setiap lingkungan perlu adanya fasilitas pembuangan sampah dan
pengelola sampah dalam upaya menjaga kebersiahn lingkungan.

xii
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati, R. D., & Ekawati, E. (2020). ANALISIS 3M PLUS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN

PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH PUSKESMAS

MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG. Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit,

12(1), 1–10. https://doi.org/10.22435/vk.v12i1.1813

Masihor, J. J. G., Mantik, M. F. J., Memah, M., & Mongan, A. E. (2013). HUBUNGAN JUMLAH

TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH

DENGUE. Jurnal e-Biomedik, 1(1). https://doi.org/10.35790/ebm.1.1.2013.4152

Oroh, M. Y., Pinontoan, O. R., & Tuda, J. B. S. (2020). Faktor Lingkungan, Manusia dan Pelayanan

Kesehatan yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. 1(3).

Prasetyani, R. D. (n.d.). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah

Dengue.

Sintorini, M. M. (2007). Pengaruh Iklim terhadap Kasus Demam Berdarah Dengue. Kesmas: National

Public Health Journal, 2(1), 11. https://doi.org/10.21109/kesmas.v2i1.279

Wowor, R. (2017). Pengaruh Kesehatan Lingkungan terhadap Perubahan Epidemiologi Demam

Berdarah di Indonesia. 5.

xiii

Anda mungkin juga menyukai