Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Oleh:

Dhiya fatiya indra

20101016

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, pencipta alam
semesta,tidak lupa bershalawat atas rahmat kepada nabi muhammad saw. Karna atas karunia
Allah dapat menyusun makalah yang berjudul “Demam Berdarah Dengue (DBD)”. Saya
selaku penulis jika ada kata atau tulisan yang kurang dimengerti mohon dimaafkan. Berkaitan
dengan ini harapkan sebagai penulis dapat di terima dengan baik. Tugas ini dibuat atas
akademi bahasa indonesia program studi d3 keperawatan. Demikian makalah ini penulis
susun agar dapat bermanfaat baik penulis maupun pihak yang membacanya. Saran atau pun
kritik akan diterima.

Pekanbaru, 16 Oktober 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................................

B. Rumusan masalah ...................................................................................................

C. Tujuan .....................................................................................................................
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi demam berdarah dengue(DBD) ................................................................

B. Gejala dan tanda timbulnya demam berdarah dengue(DBD) .................................

C. Riwayat alamiah penyakit demam berdarah dengue(DBD) ...................................

D. Pencegahan demam berdarah dengue(DBD) ..........................................................

E. Pengobatan demam berdarah dengue(DBD) .........................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................................

B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Kasus DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968
dengan jumlah kasus sebanyak 58 penduduk. Hingga pada tahun 2009 terjadi peningkatan
jumlah provinsi dan kota yang endemis DBD, dari dua provinsi dan dua kota menjadi 32
provinsi dan 382 kota dengan jumlah kasus 158.912 penduduk (Kemenkes RI dalam Divy
dkk, 2018). Indonesia tahun 2013 mencatat Angka Insiden (AI) sebesar 45,85 per 100.000
penduduk atau 112.511 kasus, dan tahun 2014 bulan Januari-April tercatat AI sebesar 5,17
per 100.000 penduduk atau 13.031 kasus. Hingga tahun 2010, Indonesia masih menduduki
peringkat atas untuk jumlah kasus DBD di ASEAN yaitu 150.000 kasus (WHO dalam Divy
dkk, 2018).  Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34
provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 100.347 penderita DBD dan
sebanyak 907 penderita meninggal dunia pada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh
perubahan iklim dan rendahnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan (Kemenkes
RI, 2016). Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia dengan jumlah
kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2016 sebanyak
204.171 kasus. Sedangkan perbandingan kasus kematian pada tahun 2017  berjumlah 493
kasus jika dibandingkan tahun 2016 berjumlah 1.598 kasus, kasus ini mengalami penurunan
hampir 3 kali lipat. Fakta menarik lainnya, provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di 3
(tiga) provinsi di Pulau Jawa, masing-masing Jawa Barat dengan total kasus sebanyak 10.167
kasus, Jawa Timur sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah 7.400 kasus. Data tersebut tidak
sebanding dengan jumlah kasus kematiannya karena kasus kematian tertinggi terjadi di
Provinsi Jawa Timur sebanyak 105 kasus dan diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebanyak 92
kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus terendah terjadi di Provinsi Maluku Utara dengan
jumlah 37 kasus (Kemenkes RI, 2018).
B.     Rumusan masalah
Adapaun perumusan masalah untuk makalah ini adalah bagaimana demam berdarah dengue?

C. Tujuan
Tujuan umum
Adapaun tujuan umum untuk mendeskripsikan demam berdarah dengue?

Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan mengenai definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Untuk mendeskripsikan mengenai gejala dan tanda timbulnya Demam Berdarah
Dengue (DBD)
3. Untuk mendeskripsikan mengenai riwayat alamiah penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD)
4. Untuk mendeskripsikan mengenai pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
5.  Untuk mendeskripsikan mengenai pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD)
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus Dengue
yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
seperti Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak ditemukan. Nyamuk dapat membawa virus
dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa
inkubasi virus di dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitannya (Najmah, 2016).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat
fatal dalam waktu yang relatif singkat dan menyerang semua umur baik anak-anak maupun
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengue (Hastuti, 2008).
Demam berdarah (DBD) adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh
virus dengue  yang dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler  dan sistem
pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat menimbulkan kematian
(Misnadiarly,2009).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan
perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

B.     Gejala dan Tanda Timbulnya (DBD)

Pada kasus DBD terjadi demam tinggi berlangsung selama 3 hingga 14 hari. Gejala lain
dari demam berdarah adalah: Nyeri retro-orbital (pada bagian belakang mata), sakit kepala
pada bagian depan , nyeri otot, Rash (bintik merah pada kulit), sel darah putih rendah,
pendarahan, dan dehidrasi (Kesehatan dan Layanan dalam Jaweria, 2016). Dalam sebagian
besar kasus, infeksi dengue tidak menunjukkan gejala, terlebih pada pasien yang sebelumnya
tidak memiliki riwayat penyakit. Jika pasien tidak mendapatkan perawatan tepat waktu maka
penyakit dapat bertambah parah. Tanda-tanda yang muncul pada kondisi ini meliputi: muntah
yang persisten, sakit perut akut, perubahan suhu tubuh, dan iritabilitas (Hyattsville dalam
Jaweria, 2016). Demam berdarah dengue dapat berubah menjadi dengue shock
syndrome (DSS) dengan gejala seperti: kulit yang dingin, gelisah, denyut nadi cepat, sempit
dan lemah (Jaweria, 2016).

Menurut Widoyono (2011), tanda dan gejala DBD meliputi:


1.      Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas

2.      Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+) sampai
perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau buang air besar darah-hitam

3.      Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 µL), hematokrit meningkat


(normal : pria < 45, wanita < 40)

4.      Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome).

C.    Riwayat Alamiah Penyakit (DBD)

1.      Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini terjadi interaksi antara pejamu (Host) dan agen nyamuk Aedes
aegypti yang telah terinfeksi oleh virus dengue. Jika imunitas pejamu sedang lemah, seperti
mengalami kurang gizi dan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan maka virus
dengue yang telah menginfeksi nyamuk Aedes aegypti akan melanjutkan riwayat alamiahnya
yakni ke tahap Patogenesis (Najmah, 2016).

2.      Tahap Patogenesis

Masa inkubasi virus dengue berkisar selama 4-10 hari (biasanya 4-7 hari), nyamuk
yang terinfeksi mampu menularkan virus selama sisa hidupnya. Manusia yang terinfeksi
adalah pembawa utama dan pengganda virus, melayani sebagai sumber virus nyamuk yang
tidak terinfeksi. Pasien yang sudah terinfeksi dengan virus dengue dapat menularkan infeksi
(selama 4-5 hari, maksimum 12 hari) melalui nyamuk Aedes setelah gejala pertama mereka
muncul (Najmah, 2016).

Klasifikasi WHO tradisional pada tahun 1997 diklarifikasikan sebagai berikut :


1)      Demam berdarah dengue adalah demam yang berlangsung dari 2-7 hari, bukti hemoragik
manifestasi atau tes tourniquet positif, trombositopenia (<100,000 sel per mm 3), bukti
kebocoran plasma yang ditunjukkan oleh hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit >20% di
atas rata-rata untuk usia atau penurunan hematokrit >20% dari awal mengikuti terapi
pengganti cairan), atau efusi pleura, asites atau hypoproteinemia.

2)      Sindrom Dengue Lanjut pada tahap shock (Dengue Shock Sindrome (DSS)) adalah penderita


DHF yang lebih berat ditambah dengan adanya tanda-tanda renjatan: denyut nadi lebih lemah
dan cepat, tekanan nadi lemah (< 20 mmHg), hipotensi dibandingkan nilai normal pada usia
tersebut, gelisah, kulit berkeringat dan dingin.

3.      Tahap Pasca Patogenesis
Apabila pengobatan berhasil, maka penderita akan sembuh sempurna tetapi apabila
penyakit tidak ditangani dengan segera atau pengobatan yang dilakukan tidak berhasil maka
akan mengakibatkan kematian.

D.      Pencegahan (DBD)

1.      Pencegahan Primordial

Saat ini, cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus demam berdarah adalah
dengan memberikan penyuluhan yang sangat penting untuk menginformasikan kepada
masyarakat mengenai bahaya nya DBD. Menurut Kemenkes RI (2018), di Indonesia dikenal
dengan istilah 3M Plus dalam pencegahan primer DBD yaitu:
a.      Menguras, tempat penampungan air dan membersihkan secara berkala, minimal seminggu
sekali karena proses pematangan telur nyamuk Aedes 3-4 hari dan menjadi larva di hari ke 5-
7. Seperti, di bak mandi dan kolam supaya mengurangi perkembangbiakan nyamuk.

b.      Menutup, Tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan aktivitas yang


berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya supaya nyamuk tidak bisa
meletakkan telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam berdarah
sangat menyukai air yang bening.

c.       Mengubur, kuburlah barang-barang yang sudah tidak layak dipakai yang dapat


memungkinkan terjadinya genangan air.

d.      Plus yang bisa dilakukan tergantung kreativitas Anda, misalnya :

1)      Memelihara ikan cupang yang merupakan pemakan jentik nyamuk.


2)      Menaburkan bubuk abate pada kolam atau bak tempat penampungan air, setidaknya 2 bulan
sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu 1 gram abate/ 10 liter air. Tidak hanya abate,
kita juga bisa menambahkan zat lainnya yaitu altosoid pada tempat penampungan air dengan
takara 2,5 gram/ 100 liter air. Abate dan altosoid bisa didapatkan di puskesmas, apotik atau
toko bahan kimia.
3)      Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot atau elektrik.
4)      Menggunakan krim pencegah gigitan nyamuk.
5)      Melakukan pemasangan kawat kasa di lubang jendela/ventilasi untuk mengurangi akses
masuk nyamuk ke dalam rumah.
6)      Tidak membiasakan atau menghindari menggantung pakaian baik pakaian baru atau bekas di
dalam rumah yang bias menjadi tempat istirahat nyamuk.
7)      Sangat dianjurkan untuk memasang kelambu di tempat tidur.

2.      Pencegahan Primer
Beberapa bentuk pencegahan primer yaitu dengan pengendalian vektor dan implementasi
vaksin. Saat ini vaksin dengue sudah ditemukan, akan tetapi belum ditetapkan sebagai
imunisasi dasar lengkap oleh pemerintah sehingga harganya masih belum terjangkau oleh
masyarakat umum (Susanto dkk, 2018).

3.      Pencegahan Sekunder

Untuk demam berdarah yang parah, dilakukan pengobatan medik oleh dokter atau
perawat yang berpengalaman, pengobatan medik dapat menurunkan angka kematian lebih
dari 20% sampai 1%. Menjaga volume cairan tubuh pasien adalah hal yang sangat kritikal
untuk pasien dengan demam berdarah yang aparah. Diperlukan pengawasan penderita, kontak
dan lingkungan sekitar dengan melaporkan kejadian kepada instansi kesehatan setempat,
mengisolasi atau waspada dengan menghindari penderita demam dari gigitan nyamuk pada
siang hari dengan memasang kasa pada ruang perawatan penderita dengan menggunakan
kelambu yang telah direndam dalam insektisida, atau lakukan penyemprotan tempat
pemukiman dengan insektisida yang punya efek knock down terhadap nyamuk dewasa
ataupun dengan insektisida yang meninggalkan residu. Lakukan investigasi terhadap kontak
dan sumber infeksi : selidiki tempat tinggal penderita 2 minggu sebelum sakit.

4.      Pencegahan Tersier

Untuk penderita DBD yang telah sembuh, diharapkan menerapkan pencegahan primer
dengan sempurna. Melakukan stratifikasi daerah rawan wabah DBD diperlukan bagi dinas
kesehatan terkait.

E.    Pengobatan (DBD)

Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan


sendirinya. Tidak ada pengobatan antivirus khusus saat ini tersedia untuk demam
berdarah demam. Perawatan pendukung dengan cukup memberikan analgesik, penggantian
cairan, dan istirahat yang cukup. Saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar bermanfaat
untuk mengobati demam berdarah dan hubungannya maupun
komplikasi. Namun, Acetaminophen dapat digunakan untuk mengobati demam dan
meringankan gejala lainnya. Aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan
kortikosteroid seharusnya dihindari. Penatalaksanaan demam berdarah yang parah
membutuhkan perhatian pada pengaturan cairan dan perawatan
pendarahan. Metilprednisolon dosis tunggal menunjukkan tidak ada manfaat mortalitas
dalam pengobatan syok dengue sindrom pada calon, acak, double-blind, uji coba terkontrol
placebo (Pooja dkk, 2014).
Cara penanganan DBD menurut Depkes RI (2004) ada 2 macam, yaitu:
1.      Penanganan Simtomatis : mengatasi keadaan sesuai keluhan dan gejala klinis pasien. Pada
fase demam pasien dianjurkan untuk : tirah baring, selama masih demam, minum obat
antipiretika (penurun demam) atau kompres hangat apabila diperlukan, diberikan cairan dan
elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit
diberikan selama 2 (dua) hari.

2.      Pengobatan Suportif : mengatasi kehilangan cairan plasma dan kekurangan cairan. Pada saat
suhu turun bisa saja merupakan tanda penyembuhan, namun semua pasien harus diobservasi
terhadap komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari, setelah suhu turun. Karena pada kasus
DBD bisa jadi hal ini merupakan tanda awal kegagalan sirkulasi (syok), sehingga tetap perlu
dimonitor suhu badan, jumlah trombosit dan kadar hematokrit, selama perawatan.
Penggantian volume plasma yang hilang, harus diberikan dengan bijaksana, apabila terus
muntah, demam tinggi, kondisi dehidrasi dan curiga terjadi syok (presyok). Jumlah cairan
yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan
glukosa 5% didalam larutan NaCL 0,45%. Jenis cairan sesuai rekomendasi WHO, yakni:
larutan Ringer Laktat (RL), ringer asetat (RA), garam faali (GF), (golongan Kristaloid),
dekstran 40, plasma, albumin (golongan Koloid).

Beberapa tindakan menurut Pooja (2016) dapat diambil sebagai


perawatan pendukung demam berdarah. Mereka dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori:
1.      Untuk terduga (suspek) demam berdarah:

a.       Pasien dengan dehidrasi sedang yang disebabkan oleh demam tinggi dan muntah
direkomendasikan terapi rehidrasi oral.

b.      Harus memiliki jumlah trombosit dan hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga sakit
hingga 1-2 hari setelah suhu badan menjadi normal.

c.       Pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi dan peningkatan kadar hematokrit atau penurunan
jumlah trombosit telah mengganti defisit volume intravaskular di bawah tutup observasi

2.      Untuk demam berdarah parah:

a.       Demam berdarah yang parah membutuhkan perhatian lebih terhadap pengaturan cairan dan


pengobatan perdarahan secara proaktif. Masuk ke unit perawatan intensif untuk pasien yang
terindikasi sindrom syok dengue.

b.      Pasien mungkin memerlukan jalur intravena sentral untuk volume penggantian dan garis
arteri untuk tekanan darah yang akurat pemantauan dan tes darah yang sering.

c.       Defisit volume intravaskular harus dikoreksi dengan cairan isotonik seperti larutan Ringer


lactat.
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue,
dengan agent Aedes aegypti dengan lingkungan banyak genangan atau penampungan air
memungkinkan untuk berkembangbiaknya nyamuk. Pencegahan DBD dapat dilakukan
dengan imunisasi vaksin demam berdarah, penyuluhan kesehatan, rutin melakukan “Gerakan
3 M” (Menguras, Menutup, Mengubur) dan fogging. Virus dengue membutuhkan waktu
berkisar selama 4-10 hari sampai timbulnya gejala, pasien yang sudah terinfeksi dengan virus
dengue dapat menularkan infeksi (selama 4-5 hari : maksimum 12 hari) melalui nyamuk
Aedes setelah gejala pertama mereka muncul. Oleh sebab itu, jagalah kesehatan dan
lingkungan dengan melakukan “Gerakan 3 M” supaya terhindar dari penyakit DBD.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004. Tatalaksana DBD di Indonesia. Jakarta: Dirjen P2MPL.


Divy, Ni Putu Anindya, dkk., 2018. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUP
Sanglah Bulan Juli-Desember Tahun 2014. E-Jurnal Medika, 7(7), pp. 1-7.
Hastuti, Oktri. 2008. Demam Berdarah Dengue. Yogyakarta : Kanisius.
Jaweria, Anum, dkk., 2016. Dengue Fever: Causes, Prevention and Recent Advances. Journal of
Mosquito Research, 6(29), pp. 1-9.
Kemenkes RI. 2016. Situasi Demam Berdarah  Dengue di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2018. Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017. Jakarta : Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Misnadiarly, Ed.1. 2009. Demam Berdarah Dengue (DBD): Ekstrak Daun Jambu Biji Bisa untuk
Mengatasi DBD. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Trans Info Media.
Pooja, Chawla, Yadav Amrita, dan Chawla Viney., 2014. Clinical Implications and Treatment of
Dengue. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, pp. 169-178.
Susanto, Bambang H., dan Aras U., 2018. Hubungan Faktor Lingkungan Institusi Pendidikan dan
Perilaku Siswa dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Anak Usia 5-14 Tahun. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 7(4), pp. 1696-1706.
Tjokronegoro, Arjatmo dan Hendra Utama. 1999. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue Edisi 2: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan
Pengendalian. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
WHO. 2018. Dengue and Severe Dengue.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai