Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“DEMAM BERDARAH DENGUE”

DISUSUN OLEH :
AUDREY MANIMPURUNG
CARMELITA MAKAPUAS
FADILA AWALIYAH L AMANAU
FAJAR PAPUTUNGAN
FIRLYANSA MAKSUM
INKA SRILESLI LEPA
ILFANI DAENG
MOHAMAD IVAN
MONALISA PAKAYA
SAKINA SALEH
SASMITA LIHAWA
SITTI RAHMAWATI OINTU

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA


MEDIKA KOTAMOBAGU
2020
KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul "DEMAM BERDARA DENGUE".

Makalah ini berisikan informasi tentang DEMAM BERDARA DENGUE, agar


memahami secara mendalam tentang semua hal yang berkaitan dengan DEMAM BERDARA
DENGUE.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua teman-teman yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

KOTAMOBAGU 20 februari 2020

Penyusunan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………

B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...

C. TUJUAN ………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DEMAM BERDARA DENGUE……………………………………


B. ETIOLOGI…………………………………………………………………………....
C. MANIFESTASI KLINIS…………………………………………………………......
D. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL……………………………………………..
E. DISCARGE PLANNING…………………………………………………………….
F. PTOFISIOLOGI………………………………………………………………...........

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………

B. SARAN…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Hemrrhagic Faver (DHF) iyalah penyakit
yang disebutkan virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aegtin dan
aides albobopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampit diseluruh pelosok indonesia
kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000 m diatas permuakaan air laut (ginanjar,
2008).
Musim hujan tiba maka oerlu diwaspadai adanya genangan – genangan air yang
terjadi pada selokan yang buntuh, gorong- gorong yang tidak lancar serta adanya banjir
yang berkempanyangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembang
biaknya yamuk pada genangan – genangan tersebut sehinga dapat mengakibatkan musim
nyamuk telah tiba pulah, itulah kata – kata yang melekat pada saat ini. Saatnya kita
melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara pengadilan nyamuk dengan
pendekatan perlakukan sinitasi lingkungan atau non kimiawi yang tempat sangat di
utamakan sebelum dilakukannya pengadilan secara kimiawi
Selama ini semua manusia mengetahui serangan yang disebut nyamuk. Antara
nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tampa batas.
Namun, berdampinganya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif tetapi
nyamuk diangap mengangu kehidupan manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh
manusia jau lebih banyak daripada jumlah manusia yang meningal karena nyamuk, peran
tarhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan yang tak pernah henti yang dilakukan oleh
manusia.
Penyakit Demam Berdara Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Henmorrhagic Faver (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh viruse Dengue yang
ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegipit dan Aedes Albbocpitus, yang mana
menyebabkan ganguan pembuluh darah kapiler dan pada System pebekuan Darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan – perdarahan penyakit ini banyak ditemukan
didaerah tropis seperti Asia Tenggara, india, brazil, amerika termaksut diseluruh pelosok
indonesia, kecuali ditempat – tempat ketingian lebih dari 1000 m permukaan air laut. Hal
ini disebabkan karena penyakit ini telah merengut nanyak nyawa. Berdasarkan data dri
departemen kesehatan RI terdapat 14 profinsi dalam kurun waktu bulan juli sampai
dengan agustus 2005 tercatat jumlah penderitaan sebanyak 1781 orang dengan kejadian
meningal sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun 7 tahun silam penyakit inipun telah
menjakiti 27 profinsi di indonesia dan menyebabkan 16000 orang menderita, serta 429
jiwa meningal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan januari sampai april 1998 (tempo,
2004), WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama boca – boca kecil
dengan daya tahan tubuh ringki, terindefikasi Demam Berdarah setiap tahun.
Berbagai upaya pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah
dilaksanakan meliputi : profinsi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk,
pencegahan dan penangulanga faktor resiko serta kerja sama lintas sama program dan
lintas sektor terkait sampai dengan tingkat desa / kelurahan untuk pemberantasan sarang
nyamuk. Masalah utama dalam upaya meneka angak kesakitan DBD adalah belum
optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat adalam pemberantasan sarang
nyamuk dDemam Berdara Dengue. Oleh karna itu partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut perlu ditingkatkan antara lain pemeriksaan
jentik secara berkalah dan berkesinambungan serta menggerangkan masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk DBD.
B. Rumusan Masala
1. Bagaimana konsep penyakit Demam Berdarah Dengue?
2. Bagaimana cara pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue?
3. Bagaimana ukuran frekuensi terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue?
4. Bagaimana public health surveillance terhadap pentakit Demam Berdarah Dengue?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan.
2. Agar mengetahui perilaku masyarakat tentang pengurusan bak mandi sebelum dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan
3. Agar mengetahui peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kebiasaan menutup
bak air sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
4. Agar mengetahui perubahan perilaku masyarakat mengumbur atau membakar sampah
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Demam dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD ( dengeu haemorhagic fever /
DHF ) adalah penyakit infeksi yang disebapkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan /atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragi. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi ( peningkatan hematikrit ) atau
penumpukan cairan dirongah tubuh. Sindrom renjatan dengue ( dengue shock syndrome )
adal demam berdara dengue yang ditandai oleh rahjatan / syok.
B. Etiologi
Virus, dengue termaksud genus vlavevirus, keluarga vlavidare. Terdapat empat serotipe
virus yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di indonesia
dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah- satu serotife akan menimbulkan anti
bodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang,sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah diindonesia.
C. Manifestasi klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari,di tandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut
 nyeri kepala
 nyeri retro
 orbital
 miyalgia/artralgia
 ruam kulit
 manifestasi perdagrahn (petekie/uji bendung)
 leukopenia
 pemeriksaa serelogi dengan positif/di temukan DD/DBD yang sudah di
konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah (Dongue)
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD di tegangkan bila semua hal di
bawahi ini di penuhi :
a. Demam/Riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik
b. Manifestasi perdarahan biasanya berupa:
 uji tourni quet positif
 Petekie,ekimosis,purpura
 perdarahan glukosa (epistaksis,perdarahan gusi), saliran cerna tempat bekas
suntikan
 Hematemasis atau melena
c. trombosito penia<100.00/UL
d. kebococran plasma yang di tandai dengan:
 peningkatan nilai hematrokrit>20% dari nilai waktu sesuai umur dan jenis
kelamin.
 penurunan nilai hematokrit>20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e. tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi,asites,efusipleura
3. sindrom shop dengue
Seluruh kriteria DBD di atas di tandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
a. Penuruanan kesadaran,gelisah,
b. Nadi cepat, lemah,
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun<20 mmhg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab
Pemeriksaan penunjang (price dan wilson,2006)
1. trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan BCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
4. isolasi virus
5. serelogi (uji H) : respon antibodi sekunder
6. pada renjatan yang berat periksa : HB,PCV,berulang kali (setiap jam atau 4-6
jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan), Faal hemostasis, FDP,EKG,
foto dada, BUN, Creatin serum.
Penatalaksanaan
Penanganan DBD tanpa syok

Keluhan DBD
( kriteria WHO 1997 )

Hb, Ht Hb, Ht normal Hb, Ht normal Hb, Ht meningkat


Trombosist Trombol 100.000 Trombo <100.000 trombo
normal 150.00 normal/turun

Obserfasi Obserfasi Rawat Rawat


Rawatjalan, Periksa Hb, Rawatjalan, Periksa
Ht, Leuko, Trombo/ 24 Hb, Ht, Leuko,
jam Trombo/ 24jam Protocol Penanganan
Rawat Inap untuk DBD
( protocol 2 )

Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Dewasa di Ruang Rawat

Suspek DBD
Pendarahan Spontan Dan Masif ( - )
Syok ( - )

- Hb, Ht ( n ) - Hb, Ht meningkat 10-20% - Hb, Ht meningkatkan


- Trombo ,100.000 - Trombo <100.000 >20%
- Infuse Kristaloid - Infuse Kristaloid
- Hb, Ht Tromb tiap 24 jam - Hb, Ht, Tromb tiap 24 jam

Protocol Pemberian Cairan DBD


dengan Ht meningkatkan > 20%
Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit > 20%

Kurangi infuse kristaloid 5 ml/kg/jam

PERBAIKAN

Kurangi infuse kristaloid 3 ml/kg/jam

PERBAIKAN

Terapi cairan dihentikan 24 – 48 jam


5% deficit cairan

Tatalaksana sindrima syok dengue pada dewasa

Terapi awal caitran intravena Kristaloid 6-7


ml/kg/jam
Airway
Breatin : 02(1-21/menit dengan keteter
nasal).Bila lebih,sungkup muka.
Circulation : cairan kristaloid dan atau koloid
10-20ml/kgBB secepatnya 9 bilamungkin < 10
PERBAIKAN menit). TINDAK MEMBAIK
Perhatian : Tanda-tanda hipovelemia, Ht, nadi meningkat, tekanan darah menurun
Ht dan frekuensi nadi turun, tekanan darah
membaik, produksi urine meningkatHipervolemia overload dan respons pemberian <20 mmHg, produksi urine menurun
cairan.

PERBAIKAN Tetap
TANDA VITAL DAN Infusesyok
kristaloid 10ml/kg/jam
HEMATROKRIT MEMBURUK
Kristaloid 7ml / kg perburukan Kristaloid guyus 20-
/ jam dalam 1jam 30ml/kgBB 20-30

TIDAK MEMBAIK
TETAP
PERBAIKA
PERBAIKAN SYOK

Kristaloid
5ml/kg/jam dalam Ht Infuse kristaloid 15 ml/ kg/Htjam

Koloid 10-20 ml/kgBB Trasfusi darah 10 ml /


Tetes cepat 10-15 menit kgBB dapat diulang
KONDISI MEMBURUKsesuai kebutuhan
Tanda Syok
24-48 jam setelah syok PERBAIKAN
teratasi, tanda vital,ht
stabil, deuresis cukup
PERBAIKAN TETAP SYOK
Telaksanan sesuai protocol syok dan
Stop invus pendarahan
Koloide
hingga
maksimal 30
ml / kgBB

PERBAIKAN TETAP SYOK

Koloid,bila dosis maksimal belum dicapai atau


kristalodgelatin(bila koloid sebelumnya telah
mencapai dosisi maksimal 10 ml/kg dalam 10 Pasang kateter
menit,dapat di ulang sampai 30 ml/kg, sasaran vena central
tekanan vena sentral(TVS) 15-18 smHo

Hipovolemik Normovolemik

TETAP SYOK

Kristaloid Koreksi gangguan


dipantau 10-15 asam basa, elektrolid,
PERBAIKAN menit hipoglikemia, anemia,
KID, infeksi sekunder

-Inotropik
Perbaikan bertahap -Vasopresor
Kombinasi koloid kristaloid
vasopresor -Vasodilator
D. Masalah yang lazim muncul
1. ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas mengganggu akibat spasme otot
pernafasan nyeri hipoventilasi
2. hipertermia b.d proses infeksi virus dengue
3. ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma arah
4. nyeri akut b.d agen cidera biologis (penekanan intra)
5. kekurangan volume cairan b.d pindahnya intrafaskuler ke extrafaskuler
6. resiko syok (hypofolemik)
7. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat
akibat mual dan nafsu makan yang menurun
8. resiko perdarahan
E. discarge planning
1. minum yang cukup, di selingi minuman sari buah buahan (tidak harus jus jambu)
dan ukur jumlah cairan yang keluar
2. upayakan untuk makan dan istrahat yang cukup
3. untuk perlindungan obat anti nyamuk yang mengandung DEET Ssaat
mengunjungi tempat endemik dengue
4. cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya.
5. buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpangan air untuk
mencegah nyamuk berkembang biak dengan menutup tempat penampungan,
mengosongkan, air tergenang dari ban bekas, kaleng bekas, dan pot bunga.
6. pada pasien DBD tidak boleh di berikan asetosal,aspirin, anti inflamasi, non
steroid, karena potensial mendorong terjadinya perdarahan.
7. melakukan abatesasi tempat tempat penampungan air untuk mencegah
berkembang biaknya nyamuk. Untuk abate yang di taburkan ke dalam bak tendon
air, 1 sendok makan abate untuk bak ukuran 1 m x 1 m x 1 1 m atau 10 mg dalam
100 liter air. Jangan di kuras satu bulan karena obat ini melapisi dinding bak air
sehingga kalau ada jentik, jentik akan mati.k5
F. Ptofisiologi

Arbovirus (melalui Beredar dalam Infeksi virus dengue


nyamuk aedes aegypti) aliran darah ( viremia)

PGE 2 Membentuk dan Mengaktifkan


Hipothalamus melepaskan zat C3a,C5a sistem komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas


Na+ dan H2O membram meningkat

Agregasi Kerusakan Resiko syok


trombosit endotel pembuluh hipovolemik
darah
Trombositopeni
Merangsang dan Renjatan
mengaktivasi hipovolemik dan
faktor pembekuan

Kebocoran
DIC plasma

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi
jaringan tidak
efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok ( hipovolemik) Kekurangan volume cairan Ke extravaskuler

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi Pleura Hepatomegali Ascites

Ketidakefektifan Mual, muntah


pola nafas
Penekanan intra abdomen

Ketidak seimbangan nutrisi


Nyeri kurang dari kebutuhan
tubuh
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan
bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang
merupakan faktor penyakit Demam Berdarah sehinga rantai penularan penyakit dapat
diputuskan. Selain fogging juga dapat digunakan abatisasi, yaitu penaburan abate
dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik
nyamuk. Penyuluhan pengerakan masyarakat dalam PSN (pemberantasan sarang
nyamuk) dengan 3m, yaitu :
 Menguras
 Menutup tampungan air, dan
 Mengubur barang barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat
menjadi cara untuk memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu:
 Mengatasih perdarahan
 Mencega keadaan syok
 Menamba cairan tubuh dengan infuse
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan carah menghindari gigitan nyamuk
pada waktu pagi hinga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk.

B. Saran
Setiap indifidu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehinga setiap indifidu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkunganya dari kemungkinan terserangnya Demam Berdarah.
Perlunya digalakkan gerakan 3 m plus. Tidak hanya bila terjadi wabah tetapi harus
dijadikan gerakan nasyonal melalui pendekatan masyarakat.
Early Warning Outbreak Racongnition System (EWORS) perluh dilakukan secara
berdaya guna dan berhasil guna. Segenap pihak yang terkait dapat berkerja sama
untuk mencega DBD.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU : ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIS JILID 1 2016 HALAMAN 148


SAMPAI DENGAN HALAMAN 154

Anda mungkin juga menyukai