Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH VIROLOGI

“Virus Dengue”

Oleh Kelompok 6 :

1. Fatmawati H
2. Firda Mayang Sari
3. Misda
4. Niza Fausia
5. Sinta Bella
6. Tuti Alawiyah

Dosen Pengampu :

Sulfiah Asri Mulyawati,S.Si., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim.

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, berkat rahmat Allah SWT. yang telah

melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat sejalan dengan tugas yang

diberikan oleh dosen Ibu Sulfiah Asri Mulyawati,S.Si., M.Kes pada mata kuliah

“VIROLOGI” yang berjudul “VIRUS DENGUE” dengan tujuan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa dalam bidang media

pembelajaran.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

oleh karena itu, kami sangat menerima kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan

mahasiswa yang bersifat membangun guna perbaikan kualitas makalah ini

sehingga sesuai dengan apa yang kita harapkan. Semoga makalah ini bisa

bermanfaat dan membantu para mahasiswa, sehingga kita bisa memahami materi

perkuliahan yang diberikan.

Kendari 2 November 2023

DAFTAR ISI

II
Cover......................................................................................................i

Kata pengantar......................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan..............................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................2

1.4 Manfaat..............................................................................................3

BAB II Pembahasan..............................................................................4

2.1 Pengertian..........................................................................................4

2.2 Struktur Virus....................................................................................4

2.3 Siklus Penularan Virus Dengue..................................................................6

2.4 Epidemologi Penyakit ......................................................................7

2.5 Gejala Penyakit Dengue..............................................................................8

2.6 Pengobatan Penyakit Dengue......................................................................10

2.7 Pemeriksaan Imunokromatografi (ICT) Virus Dengue.....................10

2.8 Cara Mencegah Penyakit Dengue..........................................................11

BAB III Penutup....................................................................................14

III
3.1 Kesimpulan........................................................................................14

3.2 Saran..................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam
dengue merupakan penyakit akibat nyamuk yang berkembang paling pesat di
dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis berisiko tinggi terhadap penularan
virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperature yang tinggi dan
perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan
virus dengue (Kemenkes RI, 2011).
Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus hidup
aedes sebagai vektor DBD yang cepat adalah alasan pentingnya melakukan
tindakan pengendalian vektor. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi perkembangan vector. Hal ini
dikarenakan vektor berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang
menghantarkan virus dengue ke manusia sebagai host sehingga terjadinya
penyakit DBD. Apabila jumlah aedes sebagai vektor DBD ditekan, maka jumlah
media transmisi DBD menjadi minimal (Widoyono, 2011).
Indonesia dimasukkan kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh World
Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka
perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Data
Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun
2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang
terjangkit penyakit ini (Chen, dkk., 2009).
Demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di Indonesia karena angka
morbiditas DBD sekarang belum mencapai target pemerintah yaitu kurang dari 49

1
per 100.000 penduduk. Pada tahun 2015 angka kesakitan DBD mencapai 50,7 per
100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015).
Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi yaitu Bali sebesar 105,95 per
100.000 penduduk selanjutnya Kalimantan Timur sebesar 62,57 per 100.000
penduduk 2 dan angka kesakitan Kalimantan Barat sebesar 52,61 per 100.000
penduduk. Angka kesakitan pada provinsi Bali menurun hampir lima kali lipat
dibandingkan tahun 2016 yaitu 515,90 per 100.000 penduduk pada tahun 2017
(Pusdatin, 2017). Sementara berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Jembrana jumlah total kasus DBD tahun 2019 mencapai 213 kasus.
Berdasarkan uraian diatas, demam berdarah merupakan penyakit yang perlu
mendapatkan perhatian khusus oleh karenanya penulis tertarik membahas tentang
Dengue yang merupakan virus penyebab demam berdarah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Pengertian Virus Dengue ?
2. Bagaimana Struktur Virus Dengue ?
3. Bagaimana Siklus Hidup Penularan Virus Dengue ?
4. Bagaimana Epidemologi Virus Dengue ?
5. Bagaimana Gejala Penyakit Dengue ?
6. Bagaimana Pengobatan Penyakit Dengue ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Imunokromwtografi (ICT) Pada Virus Dengue ?
8. Bagaimana Pencegahan Virus Dengue ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Virus Dengue
2. Untuk Mengetahui Struktur Virus Dengue
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Siklus Hidup Penularan Virus Dengue

2
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Epidemologi Virus Dengue
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Gejala Penyakit Dengue
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengobatan Penyakit Dengue
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Imunokromwtografi (ICT) Pada Virus
Dengue
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Pencegahan Virus Dengue

1.4 Manfaat
1. Mengetahui Apa itu Virus Dengue
2. Mengetahui Struk Virus Dengue
3. Mengetahui Siklus Hidup Penularan Virus Dengue
4. Mengetahui Epidemologi Penyakit Virus Dengue
5. Mengetahui Gejala Penyakit Dengue
6. Mengetahui Pengobatan Penyakit Dengue
7. Mengetahui Pemeriksaan Imunokromwtografi (ICT) Pada Virus Dengue
8. Mengetahui Pencegahan Virus Dengue

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Demam berdarah dengue (DBD) a adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
(Aedes albopictuse dan Aedes aegypti).Sampai sekarang dikenal ada 4 jenis virus
dengue yang dapat menimbulkan penyakit, baik demam dengue maupun demam
berdarah.Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictuse.(Soegijanto, 2004).

(Gambar 2.1)

2.2 Struktur Virus


Stuktur virus dengue kira-kira berbentuk bola, dengan diameter sekitar 50 nm
(1 nm adalah sepersejuta dari 1 mm) . Inti virus adalah nukleokapsid, suatu
struktur yang terbuat dari genom virus bersama dengan protein C. Nukleokapsid
dikelilingi oleh membran yang disebut selubung virus, lapisan ganda lipid yang
diambil dari inang. Tertanam di dalam amplop virus adalah 180 salinan protein E
dan M yang melintasi lapisan ganda lipid. Protein ini membentuk lapisan
pelindung luar yang mengontrol masuknya virus ke dalam sel manusia.

4
(Gambar 2.2)

DENV atau virus dengue adalah virus berselubung dengan RNA beruntai
tunggal, sense positif, 10,7 kilobasegenom,4 yang diterjemahkan sebagai
poliprotein tunggal dan kemudian dibelah menjadi 3 struktural protein kapsid
(C), pramembran/membran (prM/M), dan selubung (E) dan 7 protein
nonstruktural (NS) oleh protease yang dikodekan oleh virus dan inang. 3
struktural komponen diperlukan untuk pembentukan kapsid (C) dan perakitan
menjadi partikel virus (prM dan E). Protein NS mengandung serin protease dan
helikase yang bergantung pada ATP (NS3), yang diperlukan untuk pemrosesan
poliprotein virus, metiltransferase dan RNA polimerase (NS5) yang bergantung
pada RNA, dan kofaktor untuk protease NS3 (NS2B). NS4B terlibat dalam
memblokir respons interferon (IFN). NS1,NS2A, dan NS4A memiliki fungsi
yang tidak diketahui atau tidak dipahami sepenuhnya. Semua Protein NS
tampaknya diperlukan untuk replikasi yang efisien.
Pada infeksi DENV primer, virus memasuki sel target setelah protein E
melekat reseptor permukaan sel, seperti molekul adhesi antar sel spesifik sel
dendritik3-grabbing non-integrin (DC-SIGN) pada sel dendritik.5 Penyerapan
virus terjadi melalui endositosis yang dimediasi reseptor. Pengasaman endosom
menginduksi konformasi perubahan protein E, menghasilkan fusi membran virus
dan endosome dan pelepasan nukleokapsid ke dalam sitoplasma.6,7 Replikasi
genom virus terjadi di domain diskrit dalam retikulum endoplasma (ER).

5
Perakitan virus terjadi pada RE, dan virion dieksositosis melalui vesikel sekretori
yang diturunkan dari Golgi.

2.3 Siklus Penularan Virus Dengue


Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus
berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus
Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa
monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena.
Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah
lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap
virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Precenting
Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper
dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit
virus juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi
yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi
fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
Ada dua puncak aktivitas menggigit, pagi hari selama 2 sampai 3 jam setelah
fajar dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap. A. aegyptii betina yang
berperan menghisap darah beberapa orang selama satu kali makan darah sehingga
meningkatkan tingkat transmisi. Masa inkubasinya adalah 3 - 14 hari (rata-rata 4
sampai 7 hari). Berikut ini adalah periode demam akut 2 - 10 hari disertai gejala
nonspesifik. Selama periode ini virus dengue beredar di darah perifer.

6
(Gambar 2.3)
2.4 Epidemologi Penyakit
Epidemiologi demam dengue atau dengue fever (DF) menjadi beban
kesehatan dunia, karena penyebaran penyakit virus dengan vektor nyamuk Aedes
sp ini terjadi paling cepat di dunia. Penyakit ini umumnya lebih sering ditemukan
pada wilayah tropis dan subtropis. Beberapa bagian negara, seperti Amerika
Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Asia, merupakan beberapa area endemis
dengue. Deteksi demam dengue yang cepat dapat menurunkan tingkat fatalitas
menuju demam dengue berat sampai di bawah 1%.

a. Global
Insidensi demam dengue semakin meningkat setiap tahunnya. Sebanyak
390 juta kasus infeksi virus dengue yang dilaporkan setiap tahunnya di seluruh
dunia. Sekitar 96 juta kasus demam dengue memiliki gejala yang signifikan.
Kasus dengue pada dua dekade terakhir juga dilaporkan meningkat sebesar 8
kali lipat. Keadaan epidemi dengue umumnya terjadi pada benua Amerika,
Asia, Afrika, dan Australia. Serotipe virus dengue yang menyebabkan demam
dengue selalu berubah setiap kejadian luar biasa. Sehingga dianjurkan
pemberian vaksin dengue pada individu yang akan atau tinggal di daerah
endemis.

7
b. Indonesia
Insidensi DF di Indonesia meningkat secara signifikan dalam lima dekade
terakhir. Insidensi demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic
fever (DHF) di Indonesia per Juli 2020 dilaporkan sebesar 71.633 kasus.
Jumlah kasus terbanyak adalah di Jawa Barat diikuti dengan Bali dan Jawa
Timur, yaitu 10.722, 8.930, dan 5.948 kasus. Pada tahun 2018 dan 2019,
insidensi DBD berjumlah 65.602 dan 138.127 kasus. Dibandingkan dengan
tahun 2018, kasus DBD meningkat secara signifikan.Seluruh serotipe virus
dengue ditemukan di Indonesia. Namun, DENV-3 (46,8%) dan DENV-1
(26,1%) ditemukan paling banyak tersebar di Indonesia. Berbeda pada daerah
Surabaya, dimana DENV-2 merupakan serotipe paling banyak ditemukan.

c. Mortalitas
 Sekitar 960‒4.032 kasus kematian akibat DHF di dunia dilaporkan pada
periode tahun 2000‒ 2015. Mortalitas demam dengue yang tidak diobati
adalah sekitar 10‒20%. Namun apabila diobati, mortalitas dapat menurun
sampai <1%.
 Case fatality rate (CFR) demam dengue ditemukan semakin menurun
setiap tahunnya. CFR DHF di Indonesia menurun dari tahun 2018 ke
2019, yaitu 0,71% menjadi 0,67%. Pada tahun 2018, dilaporkan 919 kasus
kematian akibat DHF di Indonesia.

2.5 Gejala Penyakit Dengue

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai


sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam,
ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya
mucul dulu pada bagian bawah badan - pada beberapa pasien, ia menyebar
hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga

8
muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare,
pilek ringan disertai batuk-batuk.

(Gambar 2.4)

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan
puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis,
jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.Sesudah masa
tunas/inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami/menderita
penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini:

1. Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.


2. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-
nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-
bercak perdarahan di bawah kulit.
3. Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya
sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung
(epistaksis/mimisan), mulut, dubur dsb.
4. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan
syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian. Karena seringnya
terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya
cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita

9
Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera
dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat
mengalami syok / kematian.Penyebab demam berdarah menunjukkan
demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock
dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

2.6 Pengobatan Penyakit Dengue

Beberapa upaya pertolongan awal terhadap penderita dapat dilakukan antara


lain tirah baring (bedrest), perbanyak asupan cairan/ banyak minum sekurangnya
2 liter per hari, kompres hangat, bila demam tinggi dapat diberikan obat pereda
demam (antipiretik) seperti parasetamol. Bila 2-3 hari gejala semakin memburuk
seperti pasien tampak makin lemas, muntah-muntah, gelisah atau timbul
pendarahan spontan seperti mimisan, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna
dan lain sebagainya diharapkan agar segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

2.7 Pemeriksaan Imunokromatografi (ICT) Virus Dengue


Imunokromatografi adalah metode deteksi antigen atau antibodi spesifik pada
sampel yang memanfaatkan prinsip reaksi imunologis, yaitu adanya ikatan
antigenantibodi. Prinsip ini sama seperti ELISA sandwich, hanya saja reaksi
imonologis terjadi sepanjang membran kapiler dengan bergantung pada migrasi
mikro/nano partikel sepanjang membran kapiler sehingga dapat diaplikasikan
dalam bentuk strip test. Metode ini pertama kali digunakan untuk mendeteksi
hCG (human chorionic gonadotropin) pada orang hamil, kemudian dikembangkan
untuk mendeteksi adanya antigen spesifik, dan sekarang juga digunakan
mendeteksi adanya antibodi spesifik. Secara umum, imunokromatografi disusun
oleh beberapa komponen yaitu, membran nitroselulosa sebagai membran kapiler,

10
antibodi/antigen spesifik yang difiksasi pada garis T (tes/test line), protein
rekombinan/antibodi lain yang difiksasi di garis C (kontrol/control line), antibodi
yang dilabel dengan pewarna. 18 Setelah komponen-komponen pada tes
imunokromatografi tersedia, strip imunokromatografi siap digunakan. Langkah
pertama yang dilakukan adalah sampel diberikan pada ujung kertas kromatografi
sehingga akan bermigrasi pada membran kapiler menuju ujung lain kertas. Saat
bermigrasi, sampel akan melewati garis T yang berisi antigen/antibodi spesifik.
Jika pada sampel terdapat target yang ingin dicari, maka target tersebut akan
berikatan dengan antigen/antibodi spesifik di garis T dan sisanya akan berlanjut
dan menempel ke garis C beserta dengan antibodi lainnya.
Namun, jika tidak ada target yang dicari pada sampel, maka hanya terjadi
ikatan di garis C saja, yakni antara antibodi lain yang ada pada sampel dengan
rekombinan protein/antibodi di garis C. Setelah sampel sampai diujung lain strip,
kemudian diberikan antibodi dengan label pewarna yang juga akan migrasi
sepanjang membran kapiler. Antibodi berlabel ini akan berikatan dengan target, di
garis T (jika ada) dan berikatan dengan antibodi di garis C sehingga muncul wana
merah muda.

2.8. Cara Mencegah Penyakit Dengue

Pencegah penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya. Yaitu


nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat di lakukan dengan
menggunakan metode yang tepat yaitu ;

a. Lingkungan

11
Metode lingkungan ini untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain di
ketahui nyamuk aedes berkembang biak pada tempat-tempat yang dapat
menampung air di dalam rumah seperti : bak mandi, tempayan, pot-pot
tanaman, toples, wadah angkah, dan lain dengan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), pengolahan sampah dan modifikasi tempat perkembang biakan nyamuk
hasil samping kegiatan manusia serta perbaikan desain rumah. Pencegahan
dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk sepanjang hari (pagi sampai sore),
karena nyamuk Aedes aktif pada siang hari dan pasif pada malam hari. Hal
tersebut dapat di lakukan dengan menghindari diri berada di lokasi-lokasi
yang banyak terdapat nyamuk di siang hari, terutama di daerah yang sedang
terjadi serangan demam berdarah atau terdapat penderita DBD. Langkah
yang tepat adalah dengan menyingkirkan tempat perkembangbiakan nyamuk
di sekitar rumah kita. Seperti yang sebagainya. Selain memperhatikan hal
tersebut, juga perlu fi perhatikan kondisi dan situasi rumah, sebaiknya di
usahakan rumah tetap terang dan berventilasi cukup, bersirkulasi baik, bebas
dari lembab dan genangan, tetap terjaga kebersihannya baik di dalam rumah,
tempat kerja, dan halaman rumah bebas dari sampah, akan sangat baik
apabila tanaman tidak terlalu rimbun. Bila di perlukan bisa di lakukan
penyemprotan nyamuk dengan insektisida, memasang kawat nyamuk di
pintu dan jendela, pemakaian kelambu Ketika tidur, pemakaian anti nyamuk
dan baju lengan angkah dan celana angkah dan kaos kaki juga merupakan
Langkah preventif yang bijak sana untuk mencegah demam berdarah.

b. Biologis

Pengendalian secara biologis diantaranya dengan menggunakan ikan


pemakan jentik (ikan adu/ ikan cupang) dan penanam tumbuhan anti
nyamuk (nyamuk tidak suka terhadap bau yang di keluarkan tumbuhan
tersebut) dan pemakan bakteri yang bersifat larvasida seperti Bacillus
thuringiensis (Bt.H-14) walaupun sampai saat ini masih belum efektif
apabila digunakan pada wilayah yang terbuka dan besar selain itu harganya
masih relative mahal dan jarang di temukan di pasaran.

c. Kimiawi

12
Pengendalian secara kimiawi diantaranya dilakukan dengan
melakukan pertama : pengasapan (fogging) dengan malathion dan fenthion
yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas
waktu tertentu. Ditempat yang sudah terjangkit demam berdarah biasa
dilakukan penyemprotan insektisida secara fogging. Langkah ini mempunyai
beberapa kekurangan karena efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat
tergantung pada jenis insektisida yang dipakai, selain itu partikel obat ini
tidak dapat masuk kerumah tempat di temukannya nyamuk dewasa.

Langkah kedua yaitu : memberikan bubuk abate/abatisasi (temephos) pada


tempat-tempat penampungan air yang terbuka seperti angka air, vas bunga, kolam
dan lainnya untuk membunuh larva nyamuk, dimaksudkan untuk mencegah
perkembang biakan nyamuk selama beberapa minggu, perlakuan ini harus di ulang
setiap perode tertentu. Takaran pengukuran bibit abate yang biasa di lakukan
adalah dalam satu liter air diberikan satu gram bubuk abate, jadi bila akan
melakukan abatisasi untuk 100 liter air maka di perlukan 10 gram bubuk abate
atau satu sendok makan saja. Setelah di bubuhkan abate maka selama tiga bulan
apabila tempat penampungan air tersebut akan di bersihkan atau di ganti airnya,
sebaiknya dinding bagian dalam tidak disikat karena akan membuang abatenya
dan air dalam penampungan yang mengandung abate dengan takaran yang benar
cukup aman dan tidak angkaha untuk di gunakan sebagai air minum. Pada parit
atau selokan sekitar rumah terutama yang airnya tergenang tidak mengalir, atau
kolam akuarium di usahakan jangan di biarkan kosong tetapi bisa di pelihara ikan
pemangsa jentik nyamu.

Cara pencegahan yang efektik terhadap penyakit demam berdarah yang lazim
di lakukan biasanya dengan mengkombinasikan cara-cara di atas sebagai angkah
prefentif membunuh larva yang di kenal dengan istilam 3M plus terdiri dari :
menguras, menutup dan menimbun, selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada saat tidur siang hari, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellant, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik secara
berkala dan angkah-langkah lainnya sesuai kondisi setempat. (Depkes.,2004)

BAB III
PENUTUP

13
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Berdasarkan isi dari makalah ini, jika terdapat kekurangan dalam hal
penyajian makalah ini dan dalam hal penyusunan kata-kata yang kurang efektif
penulis mohon kritik dan saran yang berguna bagi penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

14
Education,nature.(2014). Virus Demam Berdarah

(https://www-nature-com.translate.goog/scitable/topicpage/dengue-viruses-
22400925/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc)

15

Anda mungkin juga menyukai