Anda di halaman 1dari 24

PENYAKIT MENULAR DEMAM BERDARA DENGUE

(DBD)

Mata Kuliah : Epidemiologi


Dosen Pengampu : Lisnawati, SKM.,M.Kes

Oleh :
ARIDZKA
NIM PBd21.201
Kelas E Alih Jenjang

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan


Maha Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyeselsaikan makalah yang berjudul “Penyakit Menular Demam Berdarah
Dengue (DBD)” Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segara saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kendari, 21 September 2022

Penyusun

[i]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1 Pengertian Demam Dengue........................................................................3

2.2 Etiologi Demam Berdarah Dengue.............................................................4

2.3 Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti...............................................................5

2.4 Epidemiologi Penyakit DBD......................................................................6

2.5 Tanda dan Gejala Demam Berdara Dengue (DBD)...................................9

2.6 Derajat Beratnya Penyakit DBD.................................................................10

2.7 Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue..................................11

2.8 Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.......................12

2.9 Perawatan DBD..........................................................................................13

2.10 Tatalaksana Terapi....................................................................................14

2.11 Komplikasi dan Cacat...............................................................................15

BAB III PENUTUP.........................................................................................20

3.1 Kesimpulan.................................................................................................20

3.2 Saran...........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21

[ii]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan menurut Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009

adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan untuk orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah

suatu keadaan sejahtera baik secara fisik, mental dan sosial.

Penyakit menular menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 82 tahun 2014 adalah penyakit yang dapat menular ke

manusia yang disebabkan oleh agen biologi, antara lain virus, bakteri, jamur

dan parasit.

Demam berdarah adalah penyakit yang cukup tinggi terjadi di

Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit akut yang disebabkan oleh

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina. Demam berdarah bukan

penyakit baru karena penyakit ini terjadi pada hampir setiap tahun seiring

dengan perubahan musim, yaitu dari musim penghujan ke musim kemarau.

(Yekti Mumpuni dkk, 2015)

Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18 seperti

yang dilaporkan oleh David Bylon, seorang dokter berkebangsaan Belanda.

Saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai demam 5

hari (viifdaagse koorts) karena demam yang terjadi hilang dalam lima hari.

[1]
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demam dengue ?
2. Apa saja etiologi demam berdarah dengue ?
3. Bagaimana ciri-ciri nyamuk aedes aegypti ?
4. Bagaimana epidemiologi penyakit DBD ?
5. Apa saja tanda dan gejala demam berdarah dengue ?
6. Apa saja derajat beratnya penyakit DBD ?
7. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dengue ?
8. Bagaimana cara pencegahan dan pemberantasan demam berdarah
dengue ?
9. Bagaimana perawatan DBD ?
10. Bagaimana tatalaksana terapinya ?
11. Apa saja komplikasi dan cacatnya ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian demam dengue.
2. Untuk mengetahui etiologi demam berdarah dengue.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri nyamuk aedes aegypti.
4. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit DBD.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala demam berdarah dengue.
6. Untuk mengetahui derajat beratnya penyakit DBD.
7. Untuk mengetahui cara penularan penyakit demam berdarah dengue.
8. Untuk mengetahui pencegahan dan pemberantasan DBD.
9. Untuk mengetahui perawatan DBD.
10. Untuk mengetahui tatalaksana terapi.
11. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dan cacat bawaan DBD.

[2]
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demam Dengue

Demam Dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit

kepala, nyeri otot, sendi, dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan

ruam-ruam. Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi

perdarahan.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk

Aedes Aegypti yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa

penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda

pendarahan di kulit berupa bintik pendarahan (petechie), lebam (echymosis), atau

ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran

menurun atau renjatan (shock).

DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam

mendadak 2-7 hari disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai

pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia (trombosit kurang

dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari nilai normal.

[3]
2.2 Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam

group B Arthropoda Borne Viruse (arboviruses) yaitu virus yang ditularkan

melalui serangga. Virus dengue termasuk genus Flavivirus dan mempunyai 4

jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah

satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe lain yang

bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain

sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai

terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis

dengue dapat terinfeksi 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat

serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun

1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe

ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan

jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah. Virus penyebab

penyakit bertahan hidup dalam suatu siklus yang melibatkan manusia dan

nyamuk yang hidup aktif di siang hari.

Gambar. Aedes aegypti betina

[4]
2.3 Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika

dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar

hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya.

Nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan

hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah, nyamuk betina ini lebih

menyukai darah manusia daripada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari

mangsanya pada siang hari, aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-

14.00) sampai petang (16.00-17.00). Aedes Aegypti sangat infektif sebagai

penular penyakit, setelah menghisap darah nyamuk ini hinggap (beristirahat)

di dalam atau di luar rumah, tempat hinggap yang disenangi adalah benda-

benda yang tergantung dan biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.

Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air

seperti: bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (tower air) yang

tidak tertutup, sumur gali, penampungan air hujan, tempat minum burung, vas

bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu, yang dapat menampung air,

kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainya yang

dapat menampung air.

Menurut Widia (2009), nyamuk aedes aegypti telah lama diketahui

sebagai vektor utama dalam penyebaran-penyakit DBD, adapun ciri-ciri

adalah sebagai berikut:

a. Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih.

b. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.

[5]
c. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

d. Menghisap darah pada pagi hari dan sore hari.

e. Nyamuk betina menghisap darah untuk pematangan sel telur sedangkan

nyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan.

f. Hidup di air bersih bukan di got.

g. Di dalam rumah dapat hidup dibak mandi, tempayan, vas bunga, dan

tempat air minum burung.

h. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, dan

ban bekas (Widia Eka, 2009).

2.4 Epidemiologi Penyakit DBD

Timbulnya suatu penyakit dapat di terangkan dengan konsep

segitiga yaitu agent (agen/vektor), Host (Manusia), Environment

(Lingkungan).

a. Agent (virus dengue)

Agent penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari genus

Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu genus Familia Togaviradae,

dikenal ada empat serotlpe virus dengue yaitu Den-I, Den-2, Den-3, Den-

4, virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu

antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa

tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD

b. Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi dengue, beberapa

faktor yang mempengaruhi manusia adalah:

[6]
1) Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kepekaan terhadap infeksi virus dengue, semua golongan umur dapat

terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah

lahir, saat pertama kali epidemi dengue di Indonesia kebanyakan

anak-anak berumur antara 5-9 tahun dan selama tahun 1968-1973

kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15

tahun (Widia Eka, 2009).

2) Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di

Philipina dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di

Tailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan

DBD antara laki-laki dan perempuan namun perbedaan angka tersebut

tidak signifikan, Singapura menyatakan bahwa Insiden DBD pada

anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.

3) Nutrisi

Teori Nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit

tidak ada hubungannya dengan teori imonulogi, bahwa pada gizi yang

baik mempengaruhi peningkatan antibodi yang cukup baik, maka

terjadi infeksi virus dengue yang berat.

[7]
4) Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah

terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk

padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD.

5) Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada

transmisi penularan infeksi virus dengue sehingga mempengaruhi

penyebaran epidemik virus dengue.

c. Environment (Lingkungan)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:

1) Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar

luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang

terletak antara 30° lintang utara dan 44° lintang selatan sepeati Asia

Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar

50-100 juta setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah

ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh david Bylon

seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue

menimbulkan penyakit demam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri

pada sendi. Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang

dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri nyeri pada sendi dan nyeri

kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan

problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik

[8]
maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain

atau dari suatu negara ke negara lain.

2) Musim

Negara dengan 4 musim, epidemic DBD berlangsung pada

musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadik pada musim

dingin. Di asia tenggara epidemik DBD terjadi pada musim hujan,

seperti di Indonesia, Thailand, Philippine, dan Malaysia epidemi DBD

terjadi beberapa minggu setelah musim hujan, periode epidemik yang

terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan

kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan

peningkatan aktifitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh

lingkungan yang baik untuk masa inkubasi (Widia Eka, 2009)

2.5 Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)

Bakhtiar (2009) menyebutkan bahwa terdapat 4 gejala utama

penyakit DBD yaitu demam tinggi, fenomena pendarahan, hepatomegali dan

kegagalan sirkulasi.

a. Demam

Demam terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari

kemudian turun menjadi suhu normal atau lebih rendah demam berdarah

dapat disertai dengan gejala nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi, nyeri

kepala serta rasa lemah.

[9]
b. Pendarahan

Biasanya terjadi pada hari ke dua dari demam dan pada umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa hasil uji tourniquet, pendarahan mudah

terjadi pada tempat fungsi vena, ptekia dan purpura, selain itu juga di

jumpai epistaksis dan pendarahan pada gusi, hematemesia serta melena.

c. Hepatomegali

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan

penyakit, pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, nyeri

tekanan sering ditemukan tanpa di sertai ikterus.

d. Rejatan (syok)

Tanda-tanda rejatan (syok):

1) Kulit dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan

kaki.

2) Penderita menjadi gelisah.

3) Sianosis disekitar mulut.

4) Nadi cepat, lemah, kecil, sampai tak teraba.

5) Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 90 mmHg atau

kurang.

2.6 Derajar Beratnya Penyakit DBD

Derajat penyakit DBD diklarifikasikan dalam 4 derajat:

a. Derajat I: demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan ialah uji

Tourniquet positif.

[10]
b. Derajat II: terdapat pendarahan spontan antara lain pendarahan kulit

(ptekie), pendarahan gusi, epistaksis atau pendarahan lain (menstruasi

berlebihaan, perdarahan saluran cerna).

c. Derajat III: derajat I atau II disertai kegagalan sisrkulasi, yaitu nadi cepat

dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang ) atau hipotesi

sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak

gelisah.

d. Derajat IV: seperti derajat III disertai syok berat (profound syok), nadi

tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur (Kemenkes RI, 2011).

2.7 Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Ada

beberapa spesies: Aedes Aegypti, Aedes Albopticus, Aedes Polynesiensis dan

Aedes Scutelarris yang dapat berlaku sebagai vektor. Nyamuk Aedes dapat

menularkan virus dengue kepada manusia, baik secara langsung (setelah

menggigit orang yang sedang dalam fase viremia), maupun secara tidak

langsung, setelah melewati masa inkubasi dalam tubuhnyaselama 8-10 hari

(extrinsic incubation period). Masa inkubasi didalam tubuh manusia (intrinsic

incubation period) antara 4-6 hari. Manusia infektif hanya pada saat viremia

saja (5-7 hari), tetapi nyamuk dapat infektif selama hidupnya.

Seseorang yang menderita demam berdarah, dalam darahnya

mengandung virus dengue. Penderita tersebut apabila digigit oleh nyamuk

Aedes, maka virus dalam darah penderita tadi ikut terhisap masuk ke lambung

nyamuk dan virus akan memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan tersebar

[11]
di berbagai jaringan tubuh termasuk dalam kelenjar air liur nyamuk. Nyamuk

siap untuk menularkan kepada orang atau anak lain 3-10 hari setelah

menggigit atau menghisap darah penderita.

Penularan penyakit terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit

(menusuk), alat tusuknya yang disebut probocis akan mencari kapiler darah.

Setelah diperoleh, maka dikeluarkan liur yang mengandung zat anti

pembekuan darah (anti koagulan), agar darah mudah dihisap melalui saluran

probocis yang sangat sempit. Bersama liurnya inilah virus dipindahkan

kepada orang lain.

2.8 Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga

penyakit menular lainnya didasarkan pada usaha pemutus rantai

penularannya. Pada penyakit DBD yang merupakan komponen epidemiologi

adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes Aegypti dan manusia. Belum

adanya vaksin untuk pencegahan penyakit DBD dan belum ada obat-obatan

khusus untuk penyembuhannya maka pengendalian DBD tergantung pada

pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti. Penderita penyakit DBD diusahakan

sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama

pada kelompok yang paling tinggi resiko terkena, diusahakan agar jangan

mendapatkan infeksi virus dengan cara memberantas vektornya.

Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD adalah upaya

untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti, dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

[12]
a. Menguras dengan menggosok tempat-tempat penampungan air sekurang-

kurangnya seminggu sekali yang bertujuan untuk merusak telur nyamuk,

sehingga jentik-jentik tidak bisa menjadi nyamuk atau menutupnya rapat-

rapat agar nyamuk tidak bisa bertelur di tempat penampungan air.

b. Mengganti air vas bunga, perangkap semut, air tempat minum burung

seminggu sekali dengan tujuan untuk merusak telur maupun jentik

nyamuk.

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan sampah-sampah

lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi tempat

berkembangbiaknya nyamuk.

d. Mencegah barang-barang/pakaian-pakaian yang bergelantungan di kamar

ruang yang remang-remang atau gelap disukai nyamuk untuk beristirahat.

Dengan melakukan kegiatan PSN DBD secara rutin oleh semua

masyarakat maka perkembangbiakan penyakit di suatu wilayah tertentu dapat

dicegah atau dibatasi.

2.9 Perawatan DBD

a. Pengobatan untuk penderita DBD pada umumnya dengan cara:

1) Mengganti cairan dengan minum yang banyak penambah cairan tubuh

melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah

dehidrasi dan homokonsentrasi yang berlebihan.

2) Memberikan obat-obatan :

a) Bila suhu > 40°C berikan antiseptik, sebaiknya memberikan

parasetamol daripada aspirin.

[13]
b) Bila terjadi syok berikan antibiotik.

b. Perawatan pertama penderita DBD oleh keluarga

1) Tirah baring selama demam.

2) Antiseptic (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa 10-15 mg/kg

untuk anak anak asetosal, salsilat, ibupmfen jangan digunakan karena

dapat menyebabkan gastritis atau pendarahan.

3) Kompres hangat.

4) Minum banyak (1-2 liter/hari) semua cairan diperbolehkan.

5) Bila terjadi kejang:

a) Jaga lidah agar tidak tergigit.

b) Kosongkan mulut.

c) Longgarkan pakaian.

d) Tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang jika 2 hari

panas tidak turun atau timbul gejala lanjut seperti pendarahan

dikulit (seperti bekas gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah,

mimisan, dinjurkan segera dibawa berobat.

2.10Tatalaksana Terapi

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatis, yaitu mengatasi

keadaan sesuai keluhan dan gejala klinis pasien dan suportif, yaitu mengatasi

kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler

dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.

Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.

Untuk dapat merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan

[14]
perawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai, cairan kristaloid

dan koloid, serta bank darah yang senantiasa siap bila diperlukan. Perjalanan

penyakit DBD sulit diramalkan, pasien yang pada waktu masuk keadaan

umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak

tertolong.

2.11Komplikasi Dan Cacat

a. Komplikasi akibat DBD 

Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua

minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut untuk selama

beberapa minggu hinga berbulan-bulan. Gejala klinis yang semakin berat

pada penderita DBD dan dengue shock syndromes dapat berkembang

menjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan hati. Hal ini tentu dapat

mengancam jiwa.

1. Sindrom Syok Dengue (SSD)

Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai kegagalan

sirkulasi dengan manifestasi: 

a) Nadi yang cepat dan lemah

b) Tekanan darah turun (≤ 20 mmHg)

c) Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)

d) Kulit dingin dan lembab

e) Gelisah

[15]
Sindrom syok dengue, menurut sumber lain3: pada

penderita DBD yang disertai syok, setelah demam berlangsung selama

beberapa hari, keadaan umum penderita tiba-tiba memburuk. Pada

sebagian besar penderita ditemukan tanda kegagalan peredaran darah

yaitu kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi

menjadi cepat dan lemah, kecil sampai tidak dapat diraba. Tekanan

darah menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, dan tekanan sistolik

menurun sampai 80 mmHg atau lebih rendah. Penderita kelihatan

lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase kritis syok. Penderita

seringkali mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok timbul.

Nyeri perut hebat seringkali mendahului perdarahan gastrointestinal,

dan nyeri di daerah retrosternal tanpa sebab yang dapat dibuktikan

memberikan petunjuk terjadinya perdarahan gastrointestinal yang

hebat. Syok yang terjadi selama periode demam biasanya mempunyai

prognosis buruk. 

Tatalaksana sindrom syok dengue sama dengan terapi

DBD, yaitu pemberian cairan ganti secara adekuat. Pada sebagian

besar penderita, penggantian dini plasma secara efektif dengan

memberikan cairan yang mengandung elektrolit, ekspander plasma,

atau plasma, memberikan hasil yang baik. Nilai hematokrit dan

trombosit harus diperiksa setiap hari mulai hari ke-3 sakit sampai 1-2

hari setelah demam menjadi normal. Pemeriksaan inilah yang

[16]
menentukan perlu tidaknya penderita dirawat dan atau mendapatkan

pemberian cairan intravena.

b. Komplikasi menurut sumber lain

1) Ensefalopati Dengue 

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi

syok yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga

terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik

seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi

penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat

sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis

pembuluh darah –otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi

intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat

menembus sawar darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan

ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.

2. Kelainan ginjal 

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal,

sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat

dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk

mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan

menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah

benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter

yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok

telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh

[17]
karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan

telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat

sering kali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah

urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.

3. Udem paru 

Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi

sebagai akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan

pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan,

biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan

plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari

ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan

terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit

tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress

pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan

gambaran udem paru pada foto rontgen dada. 

Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan

semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan,

dan shock syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang

terjadi adalah sebagai berikut:

a) Dehidrasi

b) Pendarahan

c) Jumlah platelet yang rendah

d) Hipotensi

[18]
e) Bradikardi

f) Kerusakan hati

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada

permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just

palpable) sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan, derajat

pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk

menemukan pembesaran hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari.

Nyeri tekan di daerah hati sering kali ditemukan dan pada sebagian

kecil kasus dapat disertai ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak

jelas pada anak besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan.

[19]
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada

anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang

biasanya memburuk pada hari kedua.

Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe,

DEN – 3, merupakan serotie yang paling banyak.

Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti. Gejala

utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan,

hepatomegali dan syok. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan

kriteria laboratoris. Dua criteria klinis ditambah trombosipenia dan

peningkatan hmatokrit cukup untukmenegakkan diagnosis demam berdarah

dengue.

3.2 Saran

Perlu adanya pengarahan lengkap, efektif, dan efisien, yang berupa

sikap atau contoh gerakan bebas Demam Berdarah Dengue lebih lanjut

tentang demam Demam Berdarah Dengue dengan sasaran yang tepat dan

perbaikan perilaku yang lebih efisien terhadap komunitas. Adanya

pengarahan terhadap pasien yang lebih ditekankan pada aspek perubahan

perilaku, di antaranya tentang tindakan pencegahan, 3M, penggunaan abate,

dan pengetahuan tentang fogging. Diharapkan dapat membantu pasien

mencegah penyebaran DHF di lingkungan pasien.

[20]
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Ayu Putria. 2016. Demam Berdarah Dengue (DBD). Nuha Medika.

Yogyakarta.

Adri, Muda Azka dkk. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap

Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Di

Kecamatan Baiturrahman.http://jim.unisyah.ac/medisia

http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-kejadian-demam-

berdarah-dengue-tahun-2019/(Diakses 21 September 2022)

https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19010400002/situasi-demam-berdarah-

dengue-di-indonesia.html (Diakses 21 September 2022)

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/demam-berdarah-

dengue-dbd.html (Diakses 21 September 2022)

[21]

Anda mungkin juga menyukai