Anda di halaman 1dari 20

MEDICAL SCIENCE

DBD & Diare

Nama Dosen :

Kusmiyati, S.Kep.NS.M.Kes

Disusun Oleh :

Meisi Biya

711540118060

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


D-III KEBIDANAN TINGKAT II B
T.A 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat mengerjakan tugas mata kuliah Medical
Science membuat makalah tentang “DBD dan DIARE”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Medical Science. Melalui tugas ini
diharapkan pembaca dapat memahami berbagai materi tentang DBD dan DIARE. Makalah
yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun
kepada pembaca umumnya.

Manado, 15 April 2020

Meisi Biya

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
1. DEFINISI DEMAM BERDARAH 6
A. A. PENYEBAB DEMAM BERDARAH 6
B. B. GEJALA/TANDA DEMAM BERDARAH 7
C. C. KLASIFIKASI 8
D. D. PENATALAKSANAAN 9
E. E. PENCEGAHAN 13

2. DEFINISI DIARE 13

A. PENYEBAB DIARE 14
B. GEJALA DAN TANDA DIARE 15
C. KLASIFIKASI/DERAJAT 15
D. PENATALAKSANAAN 16
E. PENCEGAHAN 1

BAB III PENUTUP 19

A. KESIMPULAN 19
B. SARAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 LATAR BELAKANG
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot, nyeri sendi disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia (Rohim, 2004).
Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena
infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami
letusan demam berdarah. Kurang dari 500.000 kasus setiap tahun di rawat di RS dan
ribuan orang meninggal (Mekadiana, 2007).
Pada bulan januari 2009, penderita DHF di Jawa Tengah sebanyak 1706 orang.
Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota di Jawa Tengah sampai pertengahan
2009 sebanyak 2767 orang 73 diantaranya meninggal (Lismiyati, 2009).
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok
Sindrom yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami
deficit volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah
sehingga darah menuju keluar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35% paien DHF
yang terlambat ditangani di RS mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.
Diare merupakan salah satu penyagkit tertentu pada manusia. Karenannya
tidak menherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter sumeria pada
tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare atau
juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah utama Negara
berkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilmen, 2003).
Dua penyakit yang menonjol sebagai penyeab utama kematian pada anak
kelompok umur 1 sampai 4 tahun , penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan bagaimana
masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

4
1. Apa itu Demam Berdarah dan Diare
2. Penyeba demam berdarah dan diare
3. Gejala/tanda demam berdarah dan diaere
4. Klasifikasi
5. Penatalaksanaan
6. Pencegahan
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Demam berdarah dan Diare
2. Mengetahui penyebab Demam Berdarah dan Diare
3. Mengetahui gejala Demam Berdarah dan Diare
4. Mengetahui klasifikasi
5. Mengetahui penatalaksanaan
6. Mengetahui cara pencegahan

BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI DEMAM BERDARAH

5
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan ciri- ciri
demam tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan
shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Masa inkubasi
penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari. Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat
menyerang semua golongan umur. Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue
lebih banyak menyerang anak-anak tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya
kecenderungan kenaikan proporsi penderita Demam Berdarah Dengue pada orang
dewasa. Indonesia termasuk daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue.
Serangan wabah umumnya muncul sekali dalam 4 - 5 tahun. Faktor lingkungan
memainkan peranan bagi terjadinya wabah. Lingkungan dimana terdapat banyak air
tergenang dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang merupakan tempat
ideal bagi penyakit tersebut (Siregar, 2004).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria WHO untuk Manifestasi
simptomatik infeksi virus dengue adalah sebagai berikut :
1. Demam tidak terdiferensiasi
2. Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut selama 2-7 hari,
ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri retroorbital,
mialgia/atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan [petekie atau uji bendung
positif], leukopenia) dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan
pasien yang sudah dikonfirmasi menderita demam dengue/ DBD pada lokasi dan
waktu yang sama.
3. DBD (dengan atau tanpa renjatan)
A. PENYEBAB DEMAM BERDARAH
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk dapat menggigit di pagi
hari sampai sore menjelang petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan
menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut
mengigit orang lain, maka virus akan tersebar. Hal tersebut terjadi karena nyamuk
berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut .

6
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik- bintik
putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap
cairan tunlbuhan atan sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina
mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang.
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit
biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang hari (16.00-17.00). Aedes aegypti
mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya
dengan darah.
Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit. Setelah
mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau diluar runlah. Tempat
hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang
agak gelap dan lembab. Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat
perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas
menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi
kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa (Siregar, 2004).
Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang sakit
Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue.
Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari
mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka
virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus
akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk
didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk
tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik).

B. GEJALA/TANDA DEMAM BERDARAH


gejala umumnya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan dapat berlangsung selama 10
hari. Beberapa gejala demam berdarah, yaitu:
 Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius
 Nyeri kepala berat
 Nyeri pada sendi, otot, dan tulang

7
 Nyeri pada bagian belakang mata
 Nafsu makan menurun
 Mual dan muntah
 Pembengkakan kelenjar getah bening;
 Ruam kemerahan sekitar 2-5 hari setelah demam
 Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening , dan
 Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit.

C. KLASIFIKASI DERAJAT PENYAKIT INFEKSI VIRUS DENGUE (WHO,


1997)
DBD derajat III dan IV disebut sindrom syok dengue (SSD)
DD/ Derajat Gejala Laboratorium
DBD
DD Demam disertai 2 atau lebih Leucopenia, trombositopenia,
tanda; sakit kepala, nyeri retro tidak ditemukan bukti
orbital, mialgia, artalgia kebocoran plasma, serologi
dengue positif
DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia
bendung (uji Troniquet) positif (<100.000/mikroliter), bukti
kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah Trombositopenia
perdarahan spontan (<100.000/mikroliter), bukti
kebocoran plasma
DBD III Gejala diatas ditambah Trombositopenia
kegagalan sirkulasi (kulit (<100.000/mikroliter), bukti
dingin dan lembab serta kebocoran plasma
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan Trombositopenia
tekanan darah dan nadi tidak (<100.000/mikroliter), bukti
terukur kebocoran plasma

D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Mulya (2011) yaitu :
1. Fase Demam

8
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau cairan oral
apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam
a. Medikamentosa
 Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan
aspirin.
 Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya
antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
 Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat
perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
 Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
b. Supportif
 Cairan: cairan pe oral + cairan intravena rumatan per hari + 5% defisit
 Diberikan untuk 48 jam atau lebih
 Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan plasma,
sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit
2. Fase Kritis
Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan rumatan +
deficit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-6 jam.
DBD dengan syok berkepanjangan (DBD derajat IV)
a. Cairan: 20 ml/kg cairan bolus dalam 10-15 menit, bila tekanan darah sudah
didapat cairan selanjutnya sesuai algoritma pada derajat III
b. Bila syok belum teratasi: setelah 10ml/kg pertama diulang 10 ml/kg, dapat
diberikan bersama koloid 10-30ml/kgBB secepatnya dalam 1 jam dan koreksi
hasil laboratorium yang tidak normal
c. Transfusi darah segera dipertimbangkan sebagai langkah selanjutnya (setelah
review hematokrit sebelum resusitasi)
d. Monitor ketat (pemasangan katerisasi urin, katerisasi pembuluh darah vena
pusat / jalur arteri) Inotropik dapat digunakan untuk mendukung tekanan darah
Apabila jalur intravena tidak didapatkan segera, coba cairan elektrolit per oral bila
pasien sadar atau jalur intraoseus. Jalur intraoseus dilakukan dalam keadaan darurat
atau setelah dua kali kegagalan mendapatkan jalur vena perifer atau setelah gagal
pemberian cairan melalui oral. Cairan intraosesus harus dikerjakan secara cepat
dalam 2-5 menit

9
3. Perdarahan hebat
a. Apabila sumber perdarahan dapat diidentifikasi, segera hentikan. Transfusi
darah segera adalah darurat tidak dapat ditunda sampai hematokrit turun terlalu
rendah. Bila darah yang hilang dapat dihitung, harus diganti. Apabila tidak
dapat diukur, 10 ml/kg darah segar atau 5 ml/kg PRC harus diberikan dan
dievaluasi.
b. Pada perdarahan saluran cerna, H2 antagonis dan penghambat pompa proton
dapat digunakan.
c. Tidak ada bukti yang mendukung penggunaan komponen darah seperti
suspense trombosit, plasma darah segar/cryoprecipitate. Penggunaan larutan
tersebut ini dapat menyebabkan kelebihan cairan.
4. DBD ensefalopati
DBD ensefalopati dapat terjadi bersamaan dengan syok atau tidak.
a. Ensefalopati yang terjadi bersamaan dengan syok hipovolemik, maka penilaian
ensefalopati harus diulang setelah syok teratasi.
 Apabila kesadaran membaik setelah syok teratasi, maka kesadaran
menurun atau kejang disebabkan karena hipoksia yang terjadi pada syok
 Pertahankan oksigenasi jalan napas yg adekuat dengan terapi oksigen.
b. Jika ensefalopati terjadi pada DBD tanpa syok dan masa krisis sudah dilewati
maka,
 Cegah / turunkan peningkatan tekanan intrakranial dengan,
1) Memberikan cairan intravena minimal untuk mempertahankan volume
intravaskular, total cairan intravena tidak boleh >80% cairan rumatan
2) Ganti ke cairan kristaloid dengan koloid segera apabila hematokrit
terus meningkat dan volume cairan intravena dibutuhkan pada kasus
dengan perembesan plasma yang hebat.
3) Diuretik diberikan apabila ada indikasi tanda dan gejala kelebihan
cairan
4) Posisikan pasien dengan kepala lebih tinggi 30 derajat.
5) Intubasi segera untuk mencegah hiperkarbia dan melindungi jalan
napas.

10
6) Dipertimbangkan steroid untuk menurunkan tekanan intrakranial,
dengan pemberian deksametasone 0,15mg/kg berat badan/dosis
intravena setiap 6-8 jam.
 Menurunkan produksi amonia
1) Berikan laktulosa 5-10 ml setiap 6 jam untuk menginduksi diare
osmotik.
2) Antibiotik lokal akan mengganggu flora usus maka tidak diperlukan
pemberian
 Pertahankan gula darah 80-100 mg/dl, kecepatan infus glukosa yang
dianjurkan 4-6 mg/kg/jam.
 Perbaiki asam basa dan ketidakseimbangan elektrolit
 Vitamin K1 IV dengan dosis:umur < 1tahun: 3mg, <5 tahun: 5mg, >5
tahun:10mg.
 Anti kejang phenobarbital, dilantin, atau diazepam IV sesuai indikasi.
 Transfusi darah, lebih baik PRC segar sesuai indikasi. Komponen darah
lain seperti suspense trombosit dan plasma segar beku tidak diberikan
karena kelebihan cairan dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
 Terapi antibiotik empirik apabila disertai infeksi bakterial.
 Pemberian H2 antagonis dan penghambat pompa proton untuk mencegah
perdarahan saluran cerna.
 Hindari obat yang tidak diperlukan karena sebagai besar obat
dimetabolisme di hati.
c. Hemodialisis pada kasus perburukan klinis dapat dipertimbangkan.
5. Fase Recovery
Pada fase penyembuhan diperlukan cairan rumatan atau cairan oral, serta monitor
tiap 12-24 jam. Indikasi untuk pulang. Pasien dapat dipulangkan apabila telah
terjadi perbaikan klinis sebagai berikut.
 Bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan antipiretik
 Nafsu makan telah kembali
 Perbaikan klinis, tidak ada demam, tidak ada distres pernafasan, dan nadi
teratur
 Diuresis baik
 Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok

11
 Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites
 Trombosit >50.000 /mm3. Pada kasus DBD tanpa komplikasi, pada
umumnya jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal dalam 3-5 hari.

6. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.
2. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan
adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Gagal sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi
dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous
return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi
disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.

E. PENCEGAHAN
Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah demam berdarah, yaitu:

12
 Anak usia 9-16 tahun seharusnya divaksinasi dengue, sebanyak 3 kali dengan jarak 6
bulan;
 Memberantas sarang nyamuk yang dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida
atau fogging dengan jarak 1 minggu;
 Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, minimal setiap minggu;
 Menutup rapat tempat penampungan air;
 Melakukan daur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti;
 Mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah;
 Memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah;
 Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras;
 Menggunakan kelambu saat tidur;
 Menanam tumbuhan pengusir nyamuk;
 Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian;
 Menghindari wilayah daerah yang rentan terjadi infeksi;
 Mengenakan pakaian yang longgar; dan
 Menggunakan krim anti-nyamuk yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET),
tetapi jangan gunakan DEET pada anak di bawah 2 tahun.

2. DEFINISI DIARE
Diare ( berasal dari bahasa Yunani dan Latin : dia, artinya melewati dan rheein, yang
artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang yang menderita
“pengeluaran fases yang terlalu cepat atau terlalu encer” (goodman dan gilman, 2003).
Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi buang air besar (BAB)
dibandingkan dengan pola BAB normalnya. Terjadi BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan
konsistensi lembek atau cair yang tidak seperti biasanya, yang biasanya dua atau 3 kali
dalam seminggu

A. PENYEBAB DIARE
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc, penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi
enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.

13
Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes yang sering
ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Setelah
melalui pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya berasal dari makanan atau
minuman yang tercemar virus. Konkretnya, kasus diare berkaitan dengan masalah
lingkungan dan perilaku. Perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan yang
menimbulkan banjir, kurangnya sarana air bersih, dan kondisi lingkungan yang
kurang bersih menyebabkan meningkatnya kasus diare. Fakta yang ada menunjukkan
sebagian besar pasien ternyata tinggal di kawasan kurang bersih dan tidak sehat.
Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai
yang jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas
airnya tak bisa digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat
banyak karena menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia
yang meracuni tubuh. Masalah perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami
diare. Misalnya, mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah
tercemar, dan mengandung bibit penyakit. Jika daya tahan tubuh ternyata lemah,
alhasil terjadilah diare.
Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Faktor
lingkungan dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab diare.
Makanan yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh
anak dan keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare.
Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh
infeksi pada perut atau usus. Peradangan atau infeksi  usus oleh agen penyebab :
1. Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, kandida
2. Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada anak-
anak)
3. Faktor malbabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
4. Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
yang dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan
5. Faktor psikologis : rasa takut, cemas

B. GEJALA DAN TANDA DIARE


a. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
b. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)

14
c. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
d.  Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
e. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
f. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
g. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
h. Kram abdominal
i. Demam
j. Mual dan muntah
k. Anoreksia
l. Lemah
m.  Pucat
n. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
o. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

C. KLASIFIKASI/DERAJAT
Berdasarkan waktu, diare diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronik.
Berdasarkan manifestasi klinis,diare akut dibagi menjadi disentri, kolera dan diare
akut (bukan disentri maupun kolera). Sedangkan diare kronik dibagi menjadi diare
persisten dan diare kronik.
1. Diare Akut
Adalah diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti secara cepat
atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula menetap dan
melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua umur dan bila
menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis infantile. Penyebab tersering pada
bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri yang
disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki
manifestasi klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras, berbau khas
seperti “bayclin/sperma”, umur anak lebih dari 3 tahun da nada KLB dimana
penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan
kasus yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan ke dalam diare akut.
2. Diare Kronis

15
Yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Sedangkan
berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non spesifik. Diare
spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,virus atau parasite.
Diare yang disebabkan oleh makanan disebut diare non spesifik. Berdasarkan
organ yang terkena,diare dapat di klasifikasi menjadi diare eksternal dan parental.
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14
hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan diare kronik lebih
ditujukan untuk diare yang memiliki manifestasi klinis hilang-timbul, sering
berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14
hari, umumnya disebabkan oleh agen non infeksi

D. PENATALAKSANAAN
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi
pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral
rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera
apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di
rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata
lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan
untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya,
kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-
lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah
yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat
diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease)
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik
yang diberikan dapat membasmi kuman

16
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik,
maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk
menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif
didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau
kondisi sudah membaik.
Adapun  penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Banyak minum
2. Rehidrasi perinfus
3. Antibiotika yang sesuai
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang  abdomen
6. Tintura opium dan paregorik  untuk mengatasi diare (atau obat lain)
7. Transfusi bila terjadi perdarahan
8. Pembedahan bila terjadi perforasi
9. Observasi keseimbangan cairan
10. Cegah komplikasi

E. PENCEGAHAN
Penyakit diare dapat dicegah melalui ( Widoyono, 2005: 151 ) :
1. Menggunakan air bersih
a. Tanda-tanda air bersih
b. Tidak berwarna
c. Tidak berbau
d. Tidak berasa
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian
besar kuman penyakit.
3. Membuang tinja bayi dan anak-anak dengan benar.
a. Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat.
1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2)  Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

17
4.  Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti
air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya
10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi,
dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Demam Berdarah Denguea (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan ciri- ciri
demam tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan
shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan

18
mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Masa inkubasi
penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari. Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat
menyerang semua golongan umur.
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau
lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus sehingga terjadi kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan
dan elektrolit di usus besar, maka muncul beberapa masalah keperawatan dari diare ini,
diantaranya adalah adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru
kebutuhan dan nausea.

B. SARAN
Agar kita terhindar dari DBD dan Diare sebaiknya kita :
1. Selalu menjaga kersihan diri maupun lingkungan
2. Menjaga pola hidup sehat baik dalam hal pola makan atau lingkungan kita.
3. Menghindari menimbun sampah, karena akan menjadi sarang nyamuk
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, jangan lupa gunakan sabun

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana
pelayanan kesehatan. p.19-34
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/33048311/MAKALAH_DEMAM_
BERDARAH&ved=2ahUKEwje7KOAz-

19
noAhVQbn0KHS_MBd8QFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw0mm9-
lZLeP6YkvsVpDwD1w&cshid=1586929775637

Hidayat,A. Aziz Alimun. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Keidanan . Edisi I. Salembang Medika : Jakarta.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/35076598/Makalah_d
iare&ved=2ahUKEwjH3Iqv3OnoAhWWaCsKHQmnAv4QFjAAegQIAxAB&u
sg=AOvVaw2GUYKNajSLyjxkXY1onBzw&cshid=1586929721334

20

Anda mungkin juga menyukai