Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DEMAM BERDARAH (DBD)

OLEH :
KELOMPOK ….
KELAS X IPA.3

 IRDA MAULIA
 AIDIS ADELIA
 KEISYA AZ-ZAHRA. B
 AULIA AWEASARI

SMA NEGERI 1 TIRAWUTA


TAHUN 2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Demam Berdarah” yang merupakan salah satu tugas Mata pelajaran
Kimia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia
yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu
kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga Makalah yang
berjudul “Demam Berdarah” mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin....

i
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II Tinjauan Teori


2.1 Definisi Demam Berdarah
2.2 Epidemiologi Demam Berdarah
2.3 Klasifikasi Demam Berdarah
2.4 Manifestasi Klinis Demam Berdarah
2.5 Etiologi Demam Berdarah
2.6 Cara Penularan Demam Berdarah
2.7 Tahap Penyakit Demam Berdarah
2.8 Patofisiologi Demam Berdarah
2.9 Pencegahan Demam Berdarah
2.10 Diagnosis Demam Berdarah
2.11 Pengobatan Demam Berdarah

BAB lll Penutup


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengue yang disebabkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia).
Selama dua dekade terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue
(Dengue Fever, DF), demam berdarah (Dengue Hemorragic Fever, DHF), dan
sindrom syok dengue (Dengue Syok Syndrom, DSS) menunjukkan peningkatan
yang dramatis di seluruh dunia. The World Health Report 1996, menyatakan
bahwa ”Kemunculan kembali penyakit infeksisus merupakan suatu peringatan
bahwa kemajuan yang telah diraih sampai sejauh ini terhadap keamanan dunia
dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia belaka”. Laporan tersebut lebih jauh
menyebutkan bahwa ”Penyakit infeksius tersebut berkisar dari penyakit yang
terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi di negara
berkembang) hingga penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis
dan penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang
disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar penduduk dunia
baik di negara miskin maupun kaya.
Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu
resolusi tentang pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa
pengokohan pencegahan dan pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal
maupun nasional harus menjadi salah satu prioritas dari Negara Anggota WHO
tempat endemiknya penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang
dikembangkan untuk mengatasi penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus
dapat dilakukan oleh negara terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan
masyarakat, (3) mengencarkan promosi kesehatan, (4) memperkuat riset, (5)
memperluas surveilens dengue, (6) pemberian panduan dalam hal pengendalian
vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya eksternal untuk pencegahan penyakit harus
menjadi prioritas.
Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan pengendalian
dengue, strategi global untuk operasionalitas kegiatan pengendalian vektor
dikembangkan berdasarkan komponen utama seperti, tindakan pengendalian
nyamuk yang selektif terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja sama
antarsektor, persiapan kedaruratan, dll. Salah satu penopang utama dalam strategi
global adalah peningkatan surveilans yang aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan
laboratorium yang akurat terhadap DF/DHF dan vektornya. Agar berjalan lancar,
setiap negara endemik harus memasukkan penyakit DHF menjadi salah satu jenis
penyakit yang harus dilaporkan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India,
Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya seperti bidan dan pak mantri. Seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai
penyakit lain seperti flu dan tipes (typhoid).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian penyakit Demam berdarah?
2. Bagaimana epidemiologi Demam berdarah?
3. Bagaimana klasifikasi Demam berdarah?
4. Apa saja tanda dan gejala pada pasien Demam berdarah?
5. Apa penyebab terjadinya penyakit Demam berdarah?
6. Bagaimana cara penularan penyakit Demam berdarah?
7. Bagaimana tahap penyakit Demam berdarah?
8. Bagaimana patofisiologi Demam berdarah?
9. Bagaimana pencegahan Demam berdarah?

3
10. Bagaimana diagnosis Demam berdarah?
11. Bagaimana pengobatan Demam berdarah?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Penulisan dari Makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit demam berdarah.
2. Untuk mengetahui Epidemiologi demam berdarah
3. Untuk mengetahui klasifikasi demam berdarah.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada pasien demam berdarah.
5. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit demam berdarah.
6. Untuk mengetahui cara penularan penyakit demam berdarah.
7. Untuk mengetahui tahap penyakit demam berdarah.
8. Untuk mengetahui patofisiologi demam berdarah
9. Untuk mengetahui pencegahan demam berdarah
10. Untuk mengetahui diagnosis demam berdarah
11. Untuk mengetahui pengobatan demam berdarah

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril
akut yang ditemukan di daerah tropis dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus dari genus
flavivirus, famili flaviviridae. Setiap serotype cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi
silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotype (hiperendemisitas) dapat terjadi.
Demam berdarah ini disebarkan pada manusia oleh nyamuk aedes aegepty. Nyamuk ini
mempunyai cirri garis belang hitam-putih pada tubuhnya dan menggigit pada siang hari.
Ia mempunyai badan kecil, senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
dan bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah dan bukan
got atau comberan, di dalam rumah seperti bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat
minum burung, perangkap semur, dan lain-lain.
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). (Effendy Christantie, 1995).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk
setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif disertai ruam, tanpa ruam dan
beberapa atau semua gejala perdarahan. (Hendarwanto, IPD, 1999).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina). Penyakit ini
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak,
serta sering menimbulkan kejadian luar biaa atau wabah. (Suroso Thomas, FKUI, 2002).
DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan
oleh Arbovirus (arthro podborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
(Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula
Dengue Haemoragic Fever (DHF). DHF/DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi: 2001).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh Aedes Aegypti dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

2.2 Epidemiologi
Wabah ini pertama kali terjadi pada tahun 1780 an secara bersamaan di Asia, Afrika,
dan Amerika pada tahun 1779. Wabah global dimulai di Asia Tenggara pada 1950 an dan
hingga 1975 menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak
di daerah tersebut.
Dalam sebuah artikel di abclab.co.id, dijelaskan bahwa di Indonesia, kasus DBD
pertama kali di duga terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Konfirmasi virologist baru bisa
dilakukan pada tahun 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Pada
tahun 1994, DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di daerah pedesaan di Indonesia.
Pada awal terjadinya wabah di suatu Negara, distribusi umur diperkirakan 50-100 juta
kasus DBD per tahun dan 90% menyerang anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Pada

5
wabah-wabah selanjutnya, jumlah penderita yang digolongkan dalam golongan usia
dewasa dan muda juga meningkat. Saat ini, DBD dapat menyerang semua golongan usia.
Rata-rata, angka kematian pada kasus DBD mencapai 5%.
Di Indonesia, korban DBD telah mencapai angka yang sangat menakutkan. Dr.Erik
Tapan MHA (2004) mengatakan bahwa meskipun angka kematian akibat DBD terus
menurun, berdasarkan data yang diperoleh di internet, dilaporkan bahwa pada tahun 2001
terjadi peningkatan penderita DBD di daerah, seperti Kalimantan Timur, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. Dari 55 kasus di Kaltim, 3 orang meninggal hingga
bulan Mei 2001.
Jakarta tidak luput dari serangan DBD. Hingga pada bulan Maret 2001, penderitanya
mencapai 1.093 orang. Dari 285 keluruhan di DKI Jakarta, 55 kelurahan diantaranya
merupakan daerah rawan DBD. Diperkirakan, jumlah penderita demam berdarah,
khususnya di Jakarta pada tahun 2001 tidak kurang dari 4.000 orang. Jakarta pernah
mengalami wabah DBD pada tahun 1998 hingga 15.000 warga terkena DBD.
Di sampit pada bulan Februari 2003, korban DBD mencapai 48 pasien. Pada awal
Maret hingga tanggal 9, korbannya mencapai 15 yang harus menjalani rawat inap.
Sedangkan di Tanah Laut, sudah ada satu orang korban dan 11 orang dirawat.

2.3 Klasifikasi Demam Berdarah


1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat 1, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat (>120x/mnt )
tekanan nadi menurun (  20 mmhg ), tekanan darah menurun, (120/80  120/100
 120/110  90/70  80/70  80/0  0/0 ), disertai ekstremitas dingin, dan
anak gelisah.
4. Derajat IV
Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan darah tidak terukur),
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
2.4 Tanda dan Gejala DHF
Infeksi virus dapat terjadi dengan gejala (simptomatis) dan juga tanpa gejala
(asimptomatis). Pada infeksi virus simptomatis dapat bermanifestasi klinis ringan, yaitu
demam tanpa penyebab yang jelas, demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD),
termasuk sindrom syok dengue (SSD). Infeksi dari satu serotipe dapat memberikan
kekebalan seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan, namun tetap tidak terbukti
adanya proteksi silang terhadap serotipe lainnya. Hal ini dapat menjelaskan adanya
peningkatan wabah dengan siklus 5 tahunan. Menurut Niza Febri (2009) tanda DBD ialah
sebagai berikut :
1. Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari
2. Tampak bintik-bintik merah pada kulit
3. Kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung
4. Mungkin terjadi muntah atau berak darah
5. Sering terasa nyeri di ulu hati
6. Bila sudah parah, penderita gelisah. Tangan dan kakinya dingin dan berkeringat.

Dari pertama munculnya beberapa gejala dan tanda, keadaan penderita dapat menjadi
parah dan menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, pertolongan dan pengobatan harus
segera diberikan untuk menghindarinya. Demam berdarah lamanya sekitar 6-7 hari. Hal
ini kemudian berpuncak pada demam lebih kecil yang terjadi pada akhir masa demam.
Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril. Sesudah inkubasi
selama 3-15 hari, orang yang tertular dapat mengalami dengan salah satu dari 4 bentuk,
yaitu :
1. Bentuk abortif ; penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2. Dengue klasik ; penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri pada

6
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak pendarahan di
bawah kulit.
3. Dengue haemorrhagic fever ; gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah
dengan perdarahan dari hidung, mulut, dubur, dan sebagainya.
4. Dengue syok sindrom ; gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok atau
presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi pendarahan dan syok, maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi. Oleh karena itu, setiap penderita harus segera dibawa ke dokter
atau rumah sakit.
MenurutAziz Alimul (2006:123) manifestasi Klinik DHF sangat bervariasi yaitu:
1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas mendadak
berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat.
2. Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan
berlangsung selama 3-4 hari.
3. Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat diraba sejak
permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin
danlembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki.

Gejala Umum :
1. Demam tinggi selama 2-7 hari, lemah dan lesu. Demam tersebut dapat mencapai
40oC. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan
(anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit didaerah
belakang bola mata (retro orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing).
2. Nyeri ulu hati karena perdarahan lambung
3. Bintik-bintik merah pada kulit karenan pecahnya pembuluh kapiler
Tanda Lanjutan :
1. Muntah bercampur darah
2. Buang Air Besar berdarah merah kehitaman (melena)
3. Mimisan (Epitaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit seperti tes Rumpleede
(+), ptekiae dan ekimosis.
4. Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat bila
tidak segera ditolong dapat meninggal dunia.
2.5 Penyebab Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah atau DBD disebabkan oleh Virus Dengue dari Famili
Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini menimbulkan gejala
yang berbeda-beda jika menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi paling
berat di Indonesia, yaitu DEN-3. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak
manusia dengan manusia.Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat
ditularkan melalui nyamuk.Oleh karena itu, penyakit ini termasuk dalam kelompok
arthropod bome diseases.

Virus dengue berukuran 35-45 mm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang
dalam tubuh manusia dan nyamuk.Nyamuk betina menyimpan virus tersebut pada
telurnya.Nyamuk jantan akan menyimpan virus pada nyamuk betina saat melakukan
kontak seksual. Selanjutnya, nyamuk betina tersebut akan menularkan virus ke manusia

7
melalui gigitan.
Selain itu, nyamuk dapat mengambil virus dengue dari manusia yang mempunyai
virus (viremia) tersebut.Virus masuk ke dalam lambung nyamuk.Selanjutnya, virus
memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh,
termasuk kelenjar air liurnya. Jika nyamuk yang tercemar virus ini menggigit orang sehat
maka akan mengeluarkan air liurnya agar darah tidak membeku. Bersama air liur tersebut,
virus ditularkan.Siklus semacam ini layaknya lingkaran setan yang sulit ditemukan ujung
pangkalnya.

Satu-satunya upaya untuk memutus rangkaian ini, yaitu dengan memberantas


nyamuk yang dapat menularkan virus dengue.Nyamuk yang paling sering menimbulkan
wabah demam berdarah, yaitu nyamuk Aedes Aegypti subgenus stegomyia. Nyamuk jenis
lain, seperti Ae. Albopictus, Ae. Polynesiensis, anggota dari Ae.Scutellaris complex, dan
Ae.(Finiaya) niveus juga dapat menyebarkan virus demam berdarah.
Hanya nyamuk Aedes Aegypti betina yang menggigit dan menularkan virus
dengue.Umumnya, nyamuk ini menggigit di siang hati (pukul 09.00-10.00) atau sore hari
(pukul 16.00-17.00).Nyamuk jenis itu senang berada di tempay yang gelap dan
lembap.Penampilan nyamuk ini sangat khas, yaitu memiliki bintik-bintik putih dan
ukurannya lebih kecil dibandingkan nyamuk biasa.Pada malam hari, nyamuk ini
bersembunyi di tempat gelap atau diantara benda-benda yang tergantung, seperti baju atau
tirai.
Namun, tidak setiap gigitan nyamuk jenis ini dapat mengakibatkan demam
berdarah.Hanya nyamuk yang mengandung virus dengue lah yang dapat menimbulkan
penyakit.Selain itu, viris dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh pun tidak selalu dapat
menimbulkan infeksi.Jika daya tahan tubuh cukup kuat maka dengan sendirinya virus
tersebut dapat dilawan oleh tubuh.
Nyamuk Aedes Aegypti senang sekali tumbuh dan berkembang di genangan air yang
bersih, seperti penampungan air, bak mandi, pot bunga, dan gelas.Mungkin, tempat-
tempat tersebut tidak pernah dikira sebagai lingkungan yang dipilih hewan ini.Oleh karena
itu, populasi nyamuk ini meningkat di musim hujan.
Nyamuk Aedes Aegypti bertelur tiga hari setelah mengisap darah. Darah manusia
merupakan sarana untuk mematangkan telur agar dapat dibuahi. Dalam waktu kurang dari
delapan hari, telur akan berubah menjadi nyamuk. Jika nyamuk tersebut mengandung
virus dengue, mereka siap meyebarkan virus ini dengan cepat.Hal ini dikarenakan
kemampuan terbang nyamuk cukup jauh, yaitu mencapai radius 100-200 meter.
2.6 Cara Penularan Demam Berdarah
Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty betina.
1. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/ menghisap darah:
a. Orang sakit (penderita) DBD atau
b. Tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang
ini memiliki kekebalan terhadap virus dengue)
c. Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-
mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk
Aedes Aegypti.
2. Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh
nyamuk termasuk kelenjar liurnya.
3. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus tersebut akan
dipindahkan bersama air liur nyamuk.
4. Bila orang yang ditulari tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan
segera menderita DBD.
5. Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur hidupnya
dapat menularkan kepada orang lain.
6. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu
lebih kurang 1 minggu.

8
7. Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah Dengue
2.7 Tahapan Penyakit Demam Berdarah
Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam
biasa, demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok
dengue.
1. Demam berdarah (klasik)
Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda
tergantung usia pasien Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah
demam dan munculnya ruam Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa,
gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang
mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada
kulit. Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah
atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien
demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan
yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah
(haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).
2. Demam berdarah dengue (hemoragik)
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan
gejala seperti penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala
utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang
seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah.
Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit
yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan
jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD. Salah satu
karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus
membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma
darah Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami
penurunan suhu tubuh yang drastis Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan
mengalami penurunan tekanan darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan
dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat setelah mengalami masa
kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian.

3. Sindrom Syok Dengue

Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana
pasien akan mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada
penderita demam berdarah klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan
kebocoran cairan di luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan syok
(mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya setelah 2-7 hari demam
Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-tanda awal
yang umum sebelum terjadinya syok Sindrom syokterjadi biasanya pada anak-anak
(kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue untuk
kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat pada kematian,
terutama pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat durasi syok
itu sendiri sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam
setelah syok terjadi atau dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk
mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien
yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan tingkat
pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.
2.8 Patofisiologi Demam Berdarah
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Pertama-
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada

9
kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran
limpa (Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine zat anafilaktosin dan serotonin serta aktivitas system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler, dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Peningkatan permeabilitas kapiler terjadi.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu
oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/DSS, terutama
pada pasien dengan perdarahan hebat. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3
faktor yaitu: perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi
penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di
kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

2.9 Pencegahan Demam Berdarah

Demam berdarah dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik nyamuk. Upaya


ini merupakan cara terbaik, ampuh, murah, mudah, dan dapat dilakukan oleh masyarakat.
Cara-caranya adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (bak mandi/WC, drum, dan lain-lain)
sekurang-kurangnya seminggu sekali. Gantilah air di vas, tempat minum burung,
perangkap semut dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tempayan, drum, dan lain-
lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu.
3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng bekas,
ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air hujan,
agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Potongan bamboo,

10
tempurung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya.
4. Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bamboo dengan tanah atau adukan
semen.
5. Lipat pakaian/kain yang bergantung dalam kamar agar nyamuk tidak hingap
disitu
6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk
abate ke dalam genangan air tersebut. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.

Pengasapan atau fogging bermanfaat membunuh nyamuk Aedes dewasa untuk


mencegah penyebaran demam berdarah. Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus
bagi penyakit ini. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah
dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk
pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
1. Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor
nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-
kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum
burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur
kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan
desain rumah.
2. Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol
dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri.
3. Kimiawi

Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan


pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh
jentik-jentik nyamuk. Selain itu dapat juga digunakan larvasida. Selain itu oleh
karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET,
pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk
dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah.
Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-gejala penyakit demam berdarah
sebelum berkembang menjadi semakin parah.
Saat ini, metode utama yang digunakan untuk mengontrol dan mencegah
terjadinya demam berdarah dengue adalah dengan melakukan pemberantasan
terhadap nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar virus dengue.
Nyamuk Aedes aegypti ini dapat berada di dalam rumah ataupun luar rumah.
Di dalam rumah biasanya nyamuk tersebut suka bersembunyi di tempat yang gelap
seperti di lemari, gantungan baju, di bawah tempat tidur dll. Sedangkan apabila di
luar rumah nyamuk Aedes aegypti tersebut menyukai tempat yang teduh & lembab.
Nyamuk betinanya biasanya akan menaruh telur-telurnya pada wadah air di sekitar
rumah, sekolah, perkantoran dll, dimana telur tersebut dapat menetas dalam waktu
10 hari. Oleh sebab itu, lakukan 3 M:
1. Menguras: Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi
dan kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri.
Atau memasukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab
ikan akan memakan jentik nyamuk.
2. Menutup: Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya
agar nyamuk tidak bisa meletakan telurnya kedalam tempat penampungan air.
Sebab nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.

11
3. Mengubur: Kuburlah barang-barang yang tidak terpakai yang dapat
memungkinkan terjadinya genangan air.

2.10Diagnosis Demam Berdarah


Diagnosis demam berdarah bisa dilakukan secara klinis, serologi dan reaksi berantai
polymerase tersedia untuk memastikan diagnosis demam berdarah jika terindikasi secara
klinis. Menurut Ratini Mappe (2008), pemeriksaan laboratorium akan dilaksanakan
dengan 3 hal, meliputi hematologi, hemotatis, dan imunoserologi. Pemeriksaan
hematologi adalah hitung trombosit (trombositopenia = 100.000/uL) dan hematokrit
(meningkat sampai 20%). Menghitung leukosit atau (leucopenia) pada tepi sering di sertai
peningkatan limposit plasma biru yang awalaupun tidak spesifik untuk virus dengue,
tetapi bila jumlah nya meningkat mendukung diagnosis.
Pemeriksaan homeostatis yang penting pada awal sakit adalah bendungan (uji
tourniquet). Pada setadium lebih lanjut, penetapan D Dimer dan massa protrombin
membantu memastikan adanya koagulasi intra vaskuler menyebar (disseminated intra
vascular coagulation, DIC).
Ada penelitian yang mengatakan bahwa pada penderita DBD ditemukan peningkatan
yang minimal kadar FDP dan tidak berhubungan dengan beratnya penyakit. Pada
penderita dengan peningkatan FDP dan tidak berhubungan dengan beratnya penyakit.
Pada penderita dengan peningkatan FDP ditemukan massa tromboplastin parsial dan
massa protrombin yang agak memanjang. FDP yang meningkat disertai trombositopenia
menunjukan adanya proses koagulasi intra vascular, merupakan hal yang mengakibatkan
pendarahn tetapi belum membuktikan adanya DIC. Namun, demikian DBD dengan syok
dan asidosis berkepanjangan dapat mencetuskan DIC.
Uji laboratorium yang sangat penting dilakukan untuk memastikan diagnosis etiologi
infeksi virus dengue meliputi pemeriksaan-pemeriksaan berikut ini:
1. Isolasi virus dengue;
2. Uji serologi:
a. Adanya kenaikan titer serum antibodi dengue spesifik
b. Adanya anti gen spesifik atau RNA dalam jaringan atau serum.
2.11Pengobatan Demam Berdarah
Hal pertama yang harus kita lakukan ketika terserang atau akan memberikan
pertolongan pengobatan pada penderita DBD bukanlah dengan serta-merta kita
membawanya ke rumah sakit. Beberapa hal di bawah ini merupakan urutan pengobatan
yang mungkin bisa dilakukan pada tahap awal terjadinya serangan, yaitu :
1. Pertolongan pertama yang penting member minum sebanyak mungkin
2. Kompres dengan air es
3. Beri obat penurun panas
4. Segera dibawa ke dokter atau puskesmas terdekat untuk diperiksa

Bagian terpenting dari pengobatan DBD adalah terapi suportif. Pasien disarankan
untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal ini tidak
dapat dilakukan, penambahan dengan cairan dan hemokonsetrasi yang berlebihan.
Transfuse platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastic. Pengobatan alternative
yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji Bangkok. Namun khasiatnya
belum pernah dibuktikan secara medis. Akan tetapi, jambu biji kenyataannya dapat

12
mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian, kombinasi antara manajemen yang
dilakukan secara medic dan alternative harus tetap dipertimbangkan.

13
BAB lll
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang
disebabkan oleh Arbovirus (arthro podborn virus) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti). Nyamuk Aedes aegypti
adalah vektor pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan
virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Tidak seperti nyamuk-nyamuk yang pada umumnya
mencari makan di malam hari, Aedes aegypti dan Aedes albopictus umumnya
menggigit di pagi hari sampai sore hari menjelang petang. Demam berdarah
diklasifikasikan menjadi Derajat I, Derajat II, Derajat III, dan Derajat IV.
Tanda dan Gejala bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi
3-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut
(suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil. Dengan adanya gejala-gejala
klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF seperti adanya gejala pendarahan
pada kulit (petekie, ekimosis, hematom) dan pendarahan lain (epitaksis,
hematemesis, hematuri, dan melena) tingkat keparahan yang ditemui dari hasil
pemeriksaan darah lengkap.
Tindakan pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan 3M yaitu,
menguras, menutup,dan mengubur. Pengobatan yang bisa dilakukan dengan
memberi minum sebanyak mungkin, kompres dengan air es, beri obat penurun
panas, dan segera dibawa kedokter atau puskesmas terdekat untuk diperiksa.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

14
DaftarPustaka

1. Shinta Sunaryati, Septi. 2011. 14 penyakit paling sering menyerang dan sangat
mematikan. Jakarta:FlashBooks
2. Soegijanto,Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi
2.Surabaya:Airlangga University Press
3. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: CV.
Sagung Set

15

Anda mungkin juga menyukai