Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERJUANGAN MENGHADAPI
DISINTEGRASI BANGSA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6
KELAS XII IPA 2

 MELVINA SILONDAE
 ANISA DWI AULIA
 MUH. RISKI AFANDI
 ARMAN MAULANA

SMA NEGERI 1 TIRAWUTA


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Ancaman Disintegrasi” untuk memenuhi tugas sekolah dengan lancar dan sesuai dengan
target waktu yang ditentukan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
para pembaca, makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran atau masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................

A. Pengertian Disintegrasi Bangsa...........................................................................................

B. Bahaya Disintegrasi Bangsa................................................................................................

C. Upaya Mencegah Disintegrasi Bangsa................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................................................

B. Saran....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki
masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai masyarakat yang plural.Masyarakat
yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan etnik, baik yang
dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila etnisitas, agama, atau elemen
premordial lain muncul di pentas politik sebagai prinsip paling dominan dalam
pengaturan negara dan bangsa, apalagi berkeinginan merubah sistem yang selama
ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman disintegrasi bangsa dalam arti yang
sebenarnya akan terjadi di Indonesia.
Makalah ini berjudul “Disintegrasi Bangsa” ini berisikan tentang
pengertian, bahaya, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
disintegrasi. Dalam makalah ini penulis bertujuan untuk memberikan informasi
tentang disintegrasi.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Disintegrasi Bangsa


Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi
bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994).
Pengertian ini mengacu pada kata kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or
as if by breaking into parts”.
Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan
tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan;
perpecahan.

B. Bahaya Disintegrasi Bangsa


Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki
keanekaragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat
istiadat,  serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan bangsa Indonesia
yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus dipelihara.
Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang jika tidak dikelola
dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti
gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan yang dapat
mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa.
Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat
dari banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari
solusi pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik menjadi upaya
memisahkan diri dari NKRI.  
Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada
didalam masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan
yang akhirnya mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila tidak cepat dilakukan
tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mencegah dan menanggulanginya sampai
pada akar permasalahannya secara tuntas maka akan menjadi problem yang
berkepanjangan. 
Nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang selama ini
demikian kukuh, kini mulai memperlihatkan keruntuhan. Asas persamaan digerogoti
oleh ketidakadilan pengalokasian kekayaan yang tak berimbang antara pusat dan
daerah selama ini.
Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar,
merupakan salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa, di samping instabilitas yang
diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikap netral. Meskipun
barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang, namun bila dlihat dalam
konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan sebagai acuan.
Paling tidak untuk melihat sebab-sebab munculnya disintegrasi bangsa.
Maka menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai daerah
sudah barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi bukan janji-janji
sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.
Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga stabilitas tetapi juga menjamin
adanyan perubahan nyata dan konkret yang dapat dirahasiakan langsung oleh warga
terhadap tuntutan dan keinginan mereka. Namun, bagaimanapun juga kita tetap mesti
berupaya agar tuntutan terhadap pemisahan dari kesatuan RI dapat diurungkan.
Dalam hal ini diperlukan kejernihan pikiran, kelapangan dada dan kerendahan
hati untuk merenungkan kembali makna kesatuan dan persatuan, sekaligus menyikapi
secara arif dan bijak terhadap berbagai kasus dari tuntutan berbagai daerah, Aceh
khususnya.
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama
dan lain-lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan
pemerintah pusat, dimana segala sumber dan tatanan hukum dinegara ini berpusat.
Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun
kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang
diterima oleh masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga menimbulkan
ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat, terutama bila kita meninjau kembali
kekeliruan pemerintah masa lalu dalam menerapkan dan mempraktekkan
kebijaksanaannya.
Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini sesungguhnya
berawal dari kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial budaya, hukum
dan hankam. Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui kekecewaan dan sakit hati
beberapa tokoh daerah, tokoh masyarakat, tokoh partai dan tokoh agama yang merasa
disepelekan dan tidak didengar aspirasi politiknya. Akumulasi dari kekecewaan
tersebut menimbulkan gerakan radikal dan gerakan separatisme yang sulit
dipadamkan.
Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan
nasional dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada
posisi yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena
itu untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas
keamanan yang mantap dan dinamis dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta
menegakkan peraturan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Indonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro dan kontra
yang disebabkan dari sudut pandang mana yang digunakan. Reformasi sudah berjalan
kurang lebih 10 tahun, apa yan telah didapat, bahkan rakyat kecil sudah mulai menilai
bahwa kehidupan di masa Orde Baru lebih baik bila dibandingkan dengan saat ini.
Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari sudut pandang harga
kebutuhan pokok sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya satu hal tersebut yang
ada dibenak mereka. Kemudian ada kelompok masyarakat yang selalu menuntut
kebebasan, dan oleh kelompok yang lain dikatakan sudah keblabasan.

C. Upaya Mencegah Disintegrasi Bangsa


Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah berkembang
sedemikian kuat. Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian masyarakat, segelintir
elite politik lokal maupun elite politik nasional dengan menggunakan beberapa issue
global Issue tersebut meliputi issu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan
lemahnya penegakan hukum serta sistem keamanan wilayah perbatasan. Oleh sebab
itu, pengaruh lingkungan global dan regional mampu menggeser dan merubah tata
nilai dan tata laku sosial budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat
membawa pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk pertahanan
keamanan. Dalam kaitan dengan politik pembangunan hukum maka Pancasila yang
dimaksudkan sebagai dasar pencapaian tujuan negara tersebut, melahirkan kaidah-
kaidah penuntun, antara lain:
Pertama, hukum Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi bangsa baik secara
teritorial maupun ideologis. Hukum-hukum di Indonesia tidak boleh memuat isi yang
berpotensi menyebabkan terjadinya disintegrasi wilayah maupun idiologi.
Kedua, hukum harus bersamaan membangun demokrasi dan nomokrasi. Hukum di
Indonesia tidak dapat dibuat berdasar menang-menangan jumlah pendukung semata
tetapi juga harus mengalir dari filosofi Pancasila dan prosedur yang benar.
Ketiga, membangun keadilan sosial. Tidak dibenarkan munculnya hukum-hukum
yang mendorong atau membiarkan terjadinya jurang sosial-ekonomi karena
eksploitasi oleh yang kuat terhadap yang lemah tanpa perlindungan negara. Hukum
harus mampu menjaga agar yang lemah tidak dibiarkan menghadapi sendiri pihak
yang kuat yang sudah pasti akan selalu dimenangkan oleh yang kuat. Keempat,
membangun toleransi beragama dan berkeadaban.Hukum tidak boleh
mengistimewakan atau mendiskrimasi kelompok tertentu berdasar besar atau kecilnya
pemelukan agama.Indonesia bukan negara agama (yang mendasarkan pada satu
agama tertentu) dan bukan negara sekuler (yang tak perduli atau hampa spirit
keagamaan). Hukum negara tidak dapat mewajibkan berlakunya hukum agama, tetapi
negara harus memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanannya jika warganya
akan melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya sendiri
Kemudian timbul kembali pertanyaan apa itu reformasi? Yang jelas bangsa Indonesia
semua menginginkan kehidupan yang lebih baik melalui reformasi setelah hidup di
era Orde Baru. Dengan demikian bangsa ini sudah mendekati disintegrasi kalau tidak
memiliki pegangan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bangsa dan negara
ini dalam upaya untuk bangkit kembali, yaitu :
1. Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang paling
bawah, dalam rangka pemahaman dan penghayatan.
2. GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
membangun bangsa dan negara perlu dihidupkan kembali.
3. Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi cintoh rakyat,
jangan selalu berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan kelompok
atau partai politiknya.
4. Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan
dilaksanakan oleh bangsa ini yaitu budaya saling hormat menghormati.
5. TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang
ditentukan oleh DPR. Jangan ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur bangsa
ini karena keselamatan bangsa dan negara sudah terancam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila ditinjau
dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa
pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab konflik
atau kekerasan massal, tidak bisa diterima begitu saja. Pendapat ini bisa benar untuk
sebuah kasus tapi belum tentu benar untuk kasus yang lain. Namun ada kondisi-
kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat yang beraneka ragam yang
terkadang terjadi akibat dari suatu proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu,
sehingga memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang arif namun tegas
walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya merupakan faktor berpengaruh
dan perlu pemikiran sendiri.
Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga
kepemimpinan daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflik yang
terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik memerlukan tingkat profesionalisme
dari seluruh aparat hukum dan instansi terkait secara terpadu dan tidak berpihak pada
sebelah pihak.
Sekilas permasalahan tersebuat nampak biasa saja, namun apabila hal ini terus
terjadi dan tidak ada usaha dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan tersebut,
bukan tidak mungkin disintegrasi yang selama ini di khawatirkan akan terwujud.
Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat dalam aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak,
semua wilayah.
B. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan
serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan beberapa langkah
sebagai berikut :
1. Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar
didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi kultural dapat
dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara
sadar/tanpa paksaan dari setiap warga negara atas kemejemukan  dengan segala
perbedaannya.
2. Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi, dalam
membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi keterwakilan semua
elemen masyarakat sebagai warga negara.
3. Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan tatanan
yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap prajurit yang akan
menjadi anggota TNI dan tata cara penyumpahan diatur dengan Undang-undang.
4. Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi pernyataan bahwa
setiap warga negara Indonesia cinta damai, persatuan dan kesatuan dan rela
berkorban untuk mementingkan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi
atau golongan.
5. Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya musik atau lagu-
lagu yang mengobarkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi Bangsa
Indonesia. Berdasarkan pengalaman sejarah telah membuktikan betapa
dahsyatnya sebuah lagu mempunyai pengaruh terhadap para pejuang
kemerdekaan dimasa lalu.
6. Pendidikan jangka panjang harus memperkenalkan tentang perbedaan umat
manusia dan kemajemukan budaya bangsa Indonesia dari tingkat sekolah yang
terendah sampai yang tertinggi secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
7. Perlu dihimbau semua insan jurnalistik/pers dengan memperkenalkan rasa
nasionalisme diatas segalanya bagi keutuhan NKRI, sehingga  dapat 
memposisikan  diri  dalam  keikutsertaan meredam konflik dan bukannya
memperbesar melalui berita-berita yang berdampak kebencian dan prasangka
buruk bagi setiap warga negara.
8. Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu mungkin dibuat
semacam deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan tekad memelihara keutuhan
persatuan dan kesatuan NKRI. Suatu deklarasi yang tepat akan dapat menjadi
pemicu tumbuhnya rasa nasionalisme.
9. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa nasionalisme sebangsa dan setanah air
dalam NKRI, harus dicari lagi terobosan lain yang dimana tugas dan fungsinya
minimal sama dengan BP-7 yang telah dibubarkan namun tidak bersifat doktriner
karena berdasarkan hasil penelitian didaerah, masyarakat masih menghendaki
adanya semacam penataran atau yang sejenis tentang  Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila.
 
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2097591-contoh-makalah-upaya-mencegah-
disintegrasi/#ixzz1lfuwthMz
http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=22&mnorutisi=5
http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/05/indonesia-dan-ancaman-disintegrasi/

Anda mungkin juga menyukai