Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DISINTREGRASI BANGSA

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Muazzin, S.H., M.H
Nip: 197002081998021001

DISUSUN OLEH:

Zaskia Ramadhani (2210101010070)


Nur Zikra Ramadhana (2210101010071)
Nurhalizatunnisa (2210101010072)
Nadia Safira (2210101010074)
Ghassan Mahardhika (2210101010073)

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pemetaan social ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok,
dengan dosen pengampu Dr. Muazzin, S.H., M.H. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Disintegrasi Bangsa, bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 16 Februari 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................3
1.2.Latar Belakang......................................................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah.................................................................................................................4
1.3.Tujuan....................................................................................................................................4
1.4.Manfaat Penelitian................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
2.1. Definisi Disintegrasi Bangsa................................................................................................5
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Disintegrasi Bangsa ...................................................................6
2.3 Contoh Kasus Ancaman Disintegrasi Bangsa Yang Pernah Terjadi di Indonesia.........7
BAB III PENUTUP...................................................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................................................22
B. Saran......................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................23

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kesatuan, negara dengan total jumlah penduduk nomor empat
terbanyak di dunia. Penduduk dengan berbagai macam latar belakang perbedaan suku, agama,
ras, budaya, bahasa, etnis, golongan dan lain sebagainya. Lantas, maka tak heran tentunya jika
hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial
dalam lingkungan masyarakat. Kondisi seperti ini dapat dilihat dengan meningkatnya konflik
yang bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari
(NKRI) akibat dari ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah, perbedaan kepentingan dsb.
Apabila kondisi seperti ini tidak segera dituntaskan dan ditangani dengan baik, maka akhirnya
nanti akan berdampak pada perpecahan (disintegrasi bangsa).

Seperti halnya yang pernah terjadi di Aceh ujung barat kepulauan Indonesia yang dikenal
dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), yang kini hampir sudah tidak terdengar lagi di telinga
kita. Dulu kelompok ini benar-benar sangat membuat repot bangsa Indonesia, seandainya
GAM ini berhasil memisahkan diri dari Indonesia maka tidak ada lagi lagu “Dari Sabang
Sampai Merauke”, lagu pemersatu bangsa kita. Namun rakyat dan bangsa ini tidak rela jika
Aceh lepas dari pangkuan ibu pertiwi, maka dari itu dengan segala cara dan upaya dilakukan
bangsa ini untuk menghentikan gerakan ini.

Kemudian apakah peristiwa semacam itu kita biarkan untuk terulang kembali lagi, seperti
akhir-akhir ini yang diberitakan terjadi kembali di ujung timur Indonesia dengan nama gerakan
OPM (Organisasi Papua Merdeka), bukankah kita sudah cukup kehilangan ditinggal oleh
saudara-saudara kita di Timor Timur. Masalah disintegrasi bangsa memang merupakan
masalah yang sangat mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa ini. Dimanakah nilai-nilai
Pancasila yang dulu dicita-citakan oleh para tokoh pendiri bangsa? Sudah lunturkah nilai-nilai
Pancasila dari bangsa ini? Untuk itu inilah adalah pekerjaan rumah bagi kita semua, bukan
hanya pemerintah, bukan hanya TNI dan POLRI tetapi juga kita seluruh warga negara
Indonesia.

Perlunya ditegakkan kembali nilai-nilai Pancasila tidak bisa ditunda-tunda lagi, bangsa ini
sudah krisis dalam segala aspek kehidupan khususnya krisis moral dan rasa nasionalisme.
Nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan kembali dalam setiap aspek kehidupan, bukan hanya

3
terkristalisasi sebagi ideologi negara saja. Oleh karna itu, persatuan dan kesatuan bangsa tentu
harus senantiasa dijaga dalam upaya mengatasi masalah tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


2. Apakah yang dimaksud dengan Disintegrasi Bangsa?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Disintegrasi Bangsa?
4. Apa sajakah contoh kasus ancaman Disintegrasi Bangsa yang pernah terjadi di
Indonesia?
5. Bagaimana cara mengatasi atau penanggulangan masalah Disintegrasi Bangsa?
6. Bagaimanakah arti penting nilai-nila Pancasila dalam kaitannya sebagai alat pemersatu
bangsa?

1.3. Tujuan
Secara Umum, tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui lebih detail mengenai
masalah Disintegrasi Bangsa, baik dari itu segi definisi, faktor penyebab, cara mengatasinya,
contoh kasus, dan kaitannya dengan nilai-nilai pancasila.

1.4. Manfaat Penelitian


Secara Umum, tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui lebih detail mengenai
masalah Disintegrasi Bangsa, baik dari itu segi definisi, faktor penyebab, cara mengatasinya,
contoh kasus, dan kaitannya dengan nilai-nilai pancasila.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Disintegrasi Bangsa
Disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-
bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1996). Disintegrasi
Bangsa juga dapat artikan sebagai keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya keutuhan
dan persatuan serta menyebabkan perpecahan.

Bila dicermati, adanya gerakan pemisahan diri sebenarnya sering berangkat dari
idealisme untuk berdiri sendiri akibat dari ketidak puasan yang mendasar dari perlakuan
pemerintah terhadap wilayah atau kelompok minoritas seperti masalah otonomi daerah,
keadilan sosial, keseimbangan pembangunan, pemerataan dan hal-hal yang sejenis.

Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang
dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah
berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang terkait
dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan dibongkar.
Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai-partai
politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar
mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka yang dengan sendirinya makin menambah
problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar etnik dengan segala
permasalahannya.

Timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang tidak adil dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah yang
memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/lebih, sehingga daerah tersebut
mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
tinggi. Selain itu, disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa ini.
Dalam kehidupan politik sangat terasa adanya pengaruh dari statemen politik para elit maupun
pimpinan nasional, yang sering mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa, sebagai akibat
masih kentalnya bentuk-bentuk primodialisme sempit dari kelompok, golongan, kedaerahan
bahkan agama. Hal ini menunjukkan bahwa para elit politik secara sadar maupun tidak sadar
telah memprovokasi masyarakat. Keterbatasan tingkat intelektual sebagian besar masyarakat
Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para elitnya sehingga dengan mudah

5
terpicu untuk bertindak yang menjurus kearah terjadinya kerusuhan maupun konflik antar
kelompok atau golongan.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Disintegrasi Bangsa :

a) Geografi
Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak yang sangat strategis
untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia selain itu juga memiliki berbagai
permasalahan yang sangat rawan terhadap timbulnya disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau
yang dihubungkan oleh laut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan kondisi alamnya
yang juga sangat berbeda-beda pula menyebabkan munculnya kerawanan sosial yang
disebabkan oleh perbedaan daerah misalnya daerah yang kaya akan sumber kekayaan alamnya
dengan daerah yang kering tidak memiliki kekayaan alam dimana sumber kehidupan sehari-
hari hanya disubsidi dari pemerintah dan daerah lain atau tergantung dari daerah lain.

b) Demografi
Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, sempitnya lahan
pertanian, kualitas SDM yang rendah berkurangnya lapangan pekerjaan, telah mengakibatkan
semakin tingginya tingkat kemiskinankarena rendahnya tingkat pendapatan, ditambah lagi
mutu pendidikan yang masih rendah yang menyebabkan sulitnya kemampuan bersaing dan
mudah dipengaruhi oleh tokoh elit politik/intelektual untuk mendukung kepentingan pribadi
atau golongan.

c) Kekayaan Alam
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati maupun non hayati akan tetap
menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Industri, walaupun belum secara keseluruhan dapat
digali dan di kembangkan secara optimal namun potensi ini perlu didayagunakan dan
dipelihara sebaik-baiknya untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat dalam peran sertanya
secara berkeadilan guna mendukung kepentingan perekonomian nasional.

6
d) Ideologi
Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dalam penghayatan dan
pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila, bahkan saat
ini sering diperdebatkan. Ideologi pancasila cenderung tergugah dengan adanya kelompok
kelompok tertentu yang mengedepankan faham liberal atau kebebasan tanpa batas, demikian
pula faham keagamaan yang bersifat ekstrim baik kiri maupun kanan.

e) Politik
Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh bangsa Indonesia
saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem multi partai, pemisahan TNI dengan
Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI, sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang
belum dapat diselesaikan secara tuntas karena berbagai masalah pokok inilah yang paling
rawan dengan konflik sosial berkepanjangan yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya
disintegrasi bangsa.

f) Ekonomi
Sistem perekonomian Indonesia yang masih mencari bentuk, yang dapat
pemberdayakan sebagian besar potensi sumber daya nasional, serta bentuk-bentuk kemitraan
dan kesejajaran yang diiringi dengan pemberantasan terhadap KKN. Hal ini dihadapkan dengan
krisis moneter yang berkepanjangan, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan
meningkatnya tingkat pengangguran serta terbatasnya lahan mata pencaharian yang layak.

g) Sosial Budaya
Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan dapat
menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang mengandung berbagai nilai dan
budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat yang terjadi adalah konflik
tata nilai. Konflik tata nilai akan membesar bila masing-masing mempertahankan tata nilainya
sendiri tanpa memperhatikan yang lain.

h) Pertahanan dan Keamanan


Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat multi
dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring dengan
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi. Serta
sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi
dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.

7
2.3 Contoh Kasus Ancaman Disintegrasi Bangsa Yang Pernah Terjadi di Indonesia

Walaupun sudah menjadi negara yang dinyatakan merdeka, Indonesia mengalami


banyak sekali pemberontakan dari bangsa dan rakyatnya sendiri. Sebagai negara yang masih
muda, pada saat itu Indonesia tidak luput dari berbagai masalah, termasuk pemberontakan. Hal
yang menjadi pemicunya adalah perbedaan ideologi, perbedaan kepentingan dan perbedaan
pendapat sehingga terlahir berbagai gerakan yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

Untuk memberantas semua pemberontakan tersebut, pemerintah pada masa itu telah melakukan
berbagai upaya, mulai dari melakukan pendekatan dengan bermusyawarah hingga menetapkan
gerakan operasi militer bahkan dalam operasi pemberantasan tersebut mereka tidak segan-
segan untuk mempenjarakan hingga memusnahkan siapa saja yang terlibat di dalamnya.

1. Pemberontakan DI/TII

 Pemberontakan DI / TII di Jawa Barat

Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat),
Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia.
Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya dinamakan Tentara Islam
Indonesia (TII). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat ditinggal oleh pasukan Siliwangi
yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam
Perundingan Renville.

Usaha untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan
oleh beberapa faktor, yakni :

a) Medannya berupa daerah pegunungan-pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan


DI/TII untuk bergerilya.
b) Pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan leluasa di kalangan rakyat.
c) Pasukan DI /TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain pemilik-
pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan.
d) Suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah
mempersulit usaha-usaha pemulihan keamanan.
Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan TNI untuk
menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan
operasi “Pagar Betis” dan operasi “Bratayudha.” Pada tanggal 4 Juni 1962 SM. Kartosuwiryo
beserta para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi “Bratayudha”
8
di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian SM. Kartosuwiryo oleh Mahkamah
Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/ TII di Jawa Barat dapat
dipadamkan.

 Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

Gerombolan DI/TII ini tidak hanya di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah juga muncul
pemberontakan yang didalangi oleh DI/ TII. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah di bawah
pimpinan Amir Fatah yang bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. dan Moh.
Mahfudh Abdul Rachman (Kiai Sumolangu). Untuk menumpas pemberontakan ini pada bulan
Januari 1950 pemerintah melakukan operasi kilat yang disebut “Gerakan Banteng Negara”
(GBN) di bawah Letnan Kolonel Sarbini (selanjut-nya diganti Letnan Kolonel M. Bachrun dan
kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani). Gerakan operasi ini dengan pasukan “Banteng
Raiders.” Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian
dari DI/ TII, yakni dilakukan oleh “Angkatan Umat Islam (AUI)” yang dipimpin oleh Kyai
Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “Romo Pusat” atau Kyai Somalangu. Untuk
menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan.

Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh
Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas
pemberontakan ini pemerintah melakukan “Operasi Merdeka Timur” yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo. Pada awal tahun 1952 kekuatan
Batalyon pemberontak terrsebut dapat dihancurkan dan sisa-sisanya melarikan diri ke Jawa
Barat dan ke daerah GBN.

 Pemberontakan DI/TII di Aceh

Gerombolan DI/ TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Daud
Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di Aceh adalah kekecewaan
Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi
karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud
Beureuh yang waktu itu menjabat sebagai gubernur militer menyatakan bahwa Aceh
merupakan bagian dari Negara Islam Indonesia di bawah pimpinan SM. Kartosuwiryo. Dalam
menghadapi pemberontakan DI/ TII di Aceh ini semula pemerintah menggunakan kekuatan
senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer I/Iskandar
Muda, pada tanggal 17-21 Desember 1962 diselenggarakan “Musyawarah Kerukunan Rakyat

9
Aceh” yang mendapat dukungan tokoh-tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/
TII di Aceh dapat dipadamkan.

2. Pemberontakan APRA

Pada saat pertama pemerintah RIS yang mana Drs. Moh Hatta jadi Perdana Menteri tak
sedikit kesulitan yang dihadapi oleh Pemerintah. Baik rongrongan dari luar, maupun dari dalam
tubuh sendiri. Pembentukan APRIS ternyata menimbulkan ketegangan-ketegangan yang
mengakibatkan terjadinya serentetan pertumpahan darah Diantara kalangan TNI sendiri ada
tantangan dan keengganan untuk bekerjasama dengan bekas anggota tentara Belanda, dengan
KNIL, KL, KM dan sebagainya yang dilebur kedalam APRIS. Sebaliknya dipihak KNIL ada
tuntutan agar bekas kesatuannya ditetapkan sebagai alat dari Negara Bagian. Juga tantangan
dari eks serdadu KNIL yang merasa was-was akan nasib mereka jika dilebur dalam tubuh
APRIS bersama dengan TNI. Mereka takut kehilangan kedudukannya kalau Belanda pergi dari
Indonesia.

Diantara mereka adalah gerakan apa yang mereka namakan "APRA" (Angkatan Perang Ratu
Adil) dibawah pimpinan Kapten Raymond Westerling. Ya, Kapten inilah yang dengan para
pengikutnya pada tahun 1947 telah membuat terror di Sulawesi Selatan yang terkenal bengis
dan kejam dengan pembantaian dalam waktu singkat mencapai sekitar 40.000 korban rakyat
Indonesia. Dengan menggunakan nama "Ratu Adil" Westerling mencoba mengetahui rakyat
Indonesia, seakan-akan merekalah yang "ditungggu-tunggu" rakyat sesuai dengan ramalan
Joyoboyo, dan mereka pulalah yang akan memerintah Indonesia yang rakyatnya sudah lama
menderita.

Ketegangan-ketegangan pun terjadi dalam pertentangan politik yang menajam antara golongan
"Federalis" yang tetap ingin mempertahankan Negara Bagian terhadap golongan "Unitaris"
yang menginginkan Negara Kesatuan. Tujuan APRA sebenarnya untuk mempertahankan
bentuk Federal Indonesia, oleh sebab itu beberapa Pengusaha Perkebunan dan tokoh-tokoh
Belanda berdiri di belakang Westerling. Kebrutalan APRA menjadi-jadi, karena mereka telah
memberikan "ultimatum" kepada Pemerintah RIS dan Negara Pasundan, supaya mereka diakui
sebagai "Tentara Pasundan" dan menolak untuk membubarkan Negara "boneka" tersebut.
Sudah tentu "ultimatum" tersebut tidak digubris oleh Pemerintah RIS, yang sebagaimana
diketahui Perdana Menterinya adalah Bung Hatta.

Maka pada tanggal 23 Januari 1950 pagi-pagi benar dengan diperkirakan membawahi 800
tentara KNIL, terdiri dari pelarian-pelarian pasukan payung, barisan pengawal "Stoottroepen"
10
dan polisi Belanda dengan dilindungi oleh kendaraan berlapis baja, mereka "menyerbu" kota
Bandung dan untuk beberapa lamanya mereka dapat "kuasai" kota Bandung. Setiap anggota
APRIS (TNI) yang mereka temui baik itu bersenjata atau tidak ditembak mati di tempat.
Perlawanan dapat dikatakan tidak ada, karena penyerbuan tersebut tidak terduga sama sekali.
Pun mengingat kesatuan-kesatuan Siliwangi baru beberapa saat saja memasuki kota Bandung,
setelah perdamaian terdapat sebagai hasil KMB. Staf Divisi Siliwangi yang pada hari itu hanya
dijaga 15 prajurit, diserang dengan tak terduga. Seorang Perwira menengah-Letkol Lembong
tewas menjadi keganasan APRA. Dalam penyerbuan APRA ini 79 anggota APRIS/TNI gugur.

Pemerintah RIS untuk memperkuat pertahanan kota Bandung mengirimkan bala bantuan antara
lain dari kesatuan-kesatuan polisi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang ketika itu sedang
berada di Jakarta. Pun pada hari itu juga TNI dapat mengkonsolidasi kekuatannya, dan
akhirnya gerombolan APRA dapat dipaksa mengundurkan diri kota Bandung.
Operasi penumpasan dan pengejaran gerombolan APRA ini yang sedang melakukan gerakan
mundur, segera dilakukan oleh Kesatuan TNI. Dalam suatu pertempuran di daerah Pacet pada
tanggal 24 Januari 1950 pasukan TNI berhasil menghancurkan sisa-sisa gerombolan APRA.

Di kota Bandung juga diadakan pembersihan dan penahanan terhadap mereka yang terlibat,
termasuk beberapa tokoh Negara Pasundan. Setelah melarikan diri dari Bandung, Westerling
masih ingin melanjutkan "Petualangannya" di Jakarta. Ia merencanakan gerakannya untuk
menangkap semua Menteri RIS yang sedang menghadiri Sidang Kabinet dan membantainya,
persis semacam apa yang pernah Westerling lakukan dulu dengan rakyat Sulawesi Selatan
tetapi gerakan tersebut dapat digagalkan, dan ternyata bahwa "otaknya" adalah Sultan Hamid
II, yang juga duduk di Kabinet RIS. Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan
Westerling setelah melihat kegagalannya APRA di Bandung dan juga gagal usahanya
"menangkap" para Menteri RIS dalam Sidang Kabinet RIS di Jakarta, sempat melarikan diri ke
luar negeri dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda, dan dengan
demikian berakhirlah "petualangan" Westerling untuk mengacau di Indonesia yang telah
membawa korban Rakyat Indonesia beribu-ribu banyaknya, dan tak akan dilupakan oleh
Bangsa Indonesia selama-lamanya.

3. Pemberontakan G 30 S/PKI

Tantangan yang dihadapi NKRI ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan dan


munculnya krisis ekonomi nasional merupakan peluang paham komunis untuk berkembang.
Prinsip Nasakom yang dilaksanakan pada waktu itu memberi kesempatan kepada PKI dan

11
organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Melihat kondisi ekonomi yang
memprihatinkan serta kondisi sosial politik yang penuh dengan gejolak pada awal tahun 1960-
an maka PKI berusaha menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan. Sebelum
melakukan pemberontakan, PKI melakukan berbagai cara agar mendapat dukungan yang luas
di antaranya sebagai berikut :

1. PKI menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat serta berjanji akan
menaikkan gaji dan upah buruh, pembagian tanah dengan adil, dan sebagainya.
2. PKI juga mencari pendukung dari berbagai kalangan mulai dari para petani, buruh kecil,
pegawai rendahan baik sipil maupun militer, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen,
intelektual, dan para perwira ABRI.
3. Pengaruh PKI yang besar dalam bidang politik sehingga memengaruhi terhadap kebijakan
pemerintah. Misalnya, semua organisasi yang anti komunis dituduh sebagai anti
pemerintah. Manifesto Kebudayaan (Manikebu), sebagai organisasi para seniman
dibubarkan pemerintah pada bulan Mei 1964. Kebijakan politik luar negeri RI pada waktu
itu lebih condong ke Blok Timur yakni dengan terbentuknya Poros Jakarta-Peking.
Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional pada dini hari tanggal 30 September
1965 atau awal tanggal 1 Oktober 1965, yakni terjadinya penculikan dan pembunuhan terhadap
para perwira Angkatan Darat. Penculikan ini dilakukan oleh sekelompok militer yang
menamakan dirinya sebagai Gerakan 30 September. Aksi ini di bawah pimpinan Letnan
Kolonel Untung, komandan Batalyon I Cakrabirawa. Para pimpinan TNI AD yang diculik dan
dibunuh oleh kelompok G30S/PKI tersebut adalah sebagai berikut.

1. Letnan Jenderal Ahmad Yani.


2. Mayor Jenderal R. Suprapto.
3. Mayor Jenderal Haryono MT.
4. Mayor Jenderal S. Parman.
5. Brigadir Jenderal DI. Panjaitan.
6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean.
Dalam peristiwa tersebut Jenderal Abdul Haris Nasution yang menjabat sebagai Menteri
Kompartemen Hankam/ Kepala Staf Angkatan Darat berhasil meloloskan diri dari pembunuhan
akan tetapi putri beliau, Irma Suryani Nasution tewas akibat tembakan para penculik. Letnan
Satu Pierre Andreas Tendean, ajudan Jenderal Nasution juga tewas dalam peristiwa tersebut.

12
Selain itu Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II
Dr. J. Leimena juga menjadi korban keganasan PKI. Peristiwa pembunuhan oleh G 30 S/ PKI
yang terjadi di Yogyakarta mengakibatkan gugurnya dua orang perwira TNI AD yakni Kolonel
Katamso Dharmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono. Pada hari Jum’at pagi tanggal 1
Oktober 1965 “Gerakan 30 September “ telah menguasai dua buah sarana komunikasi vital,
yakni studio RRI Pusat di Jalan Merdeka Barat, Jakarta dan Kantor PN Telekomunikasi di
Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI pagi itu pukul 07.20 dan diulang pada pukul 08.15
disiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September. Diumumkan antara lain bahwa gerakan
ditujukan kepada jenderal-jenderal anggota Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta
terhadap pemerintah. Dengan pengumuman ini maka masyarakat menjadi bingung.

Menghadapi situasi politik yang panas tersebut Presiden Sukarno berangkat menuju Halim
Perdana kusumah, dan segera mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat Indonesia tetap
tenang dan meningkatkan kewaspadaan serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Mayor Jenderal Suharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD)
mengambil alih komando Angkatan Darat, karena belum adanya kepastian mengenai Letnan
Jenderal Ahmad Yani yang menjabat Menteri Panglima Angakatan Darat. Dengan
menghimpun pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi, dan Resimen Para Komando Angkatan
Darat (RPKAD) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edi Wibowo, panglima Kostrad mulai
memimpin operasi penumpasan terhadap Gerakan 30 September. Tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam operasi ini sebagai berikut :

1). Pada tanggal 1 Oktober 1965 operasi untuk merebut kembali RRI dan Kantor
Telkomunikasi sekitar pukul 19.00. Dalam sekitar waktu 20 menit operasi ini berhasil tanpa
hambatan. Selanjutnya Mayor Jenderal Soeharto selaku pimpinan sementara Angkatan Darat
mengumumkan lewat RRI yang isinya sebagai berikut:
a) Adanya usaha usaha perebutan kekuasaan oleh yang menamakan dirinya Gerakan 30
September.
b) Telah diculiknya enam tinggi Angkatan Darat.
c) Presiden dan Menko Hankam/Kasab dalam keadaan aman dan sehat.
d) Kepada rakyat dianjurkan untuk tetap tenang dan waspada.

2). Menjelang sore hari pada tanggal 2 Oktober 1965 pukul 06.10 operasi yang dilakukan oleh
RPKAD yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo dan Batalyon 328 Para Kujang.
Operasi ini berhasil menguasai beberapa tempat penting dapat mengambil alih beberapa daerah
13
termasuk daerah sekitar bandar udara Halim Perdanakusumah yang menjadi pusat kegiatan
Gerakan 30 September.

3).  Dalam operasi pembersihan di kampung Lubang Buaya pada tanggal 3 Oktober 1965, atas
petunjuk seorang anggota polisi, Ajun Brigadir Polisi Sukitman diketemukan sebuah sumur tua
tempat jenazah para perwira Angkatan Darat dikuburkan. Mereka yang menjadi korban
kebiadaban PKI tersebut mendapat penghargaan sebagai pahlawan revolusi.
Ketika gerakan 30 September ini menyadari tidak adanya dukungan dari masyarakat maupun
anggota angkatan bersenjata lainnya, para pemimpin dan tokoh pendukung Gerakan 30
September termasuk pemimpin PKI D.N. Aidit segera melarikan diri. Dengan demikian
masyarakat semakin mengetahui bahwa Gerakan 30 September yang sebenarnya melakukan
pengkhianatan terhadap negara ini. Usaha terhadap Pemerintah RI dan mengganti dasar negara
Pancasila telah dua kali dijalankan, yang pertama di tahun 1948, dikenal sebagai
pemberontakan PKI Muso di Madiun dan yang kedua ialah pemberontakan G 30 S PKI dalam
bulan September 1965.

Sebelum melancarkan Gerakan 30 September, PKI mempergunakan berbagai cara


seperti mengadu domba antara aparat Pemerintah, ABRI dan ORPOL, serta memfitnah mereka
yang dianggap lawan-lawannya serta menyebarkan berbagai isyu yang tidak benar seperti
KABIR, setan desa dan lain-lain. Semua tindakan tersebut sesuai dengan prinsip PKI yang
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya yaitu mengkomuniskan Indonesia dan
mengganti Pancasila dengan ideologi mereka. Bahkan menjelang saat-saat meletusnya
pemberontakan G 30 S/PKI, maka PKI di tahun 1965 melontarkan isu bahwa Angkatan Darat
akan mengadakan kup terhadap Pemerintah RI dan di dalam TNI AD terdapat "Dewan
Jenderal".

Jelaslah isu-isu tersebut merupakan kebohongan dan fitnah PKI, yang terbukti bahwa
PKI sendiri yang ternyata melakukan kup dan mengadakan pemberontakan terhadap
Pemerintah RI yang syah dengan mengadakan pembunuhan terhadap Pejabat Teras TNI AD
yang setia kepada Pancasila dan Negara. Di samping itu, PKI memantapkan situasi
"revolusioner" dikalangan anggota-anggotanya dan massa rakyat. Semua ini dimungkinkan
karena PKI mendompleng dan berhasil mempengaruhi presiden Sukarno, dengan berbagai
aspek politiknya seperti MANIPOL, USDEK, NASAKOM dan lain-lain.

Semua kegiatan ini pada hakekatnya merupakan persiapan PKI untuk merebut
kekuasaan negara dan sesuai dengan cita-cita atau ideologi mereka yang akan membentuk
14
pemerintah komunis sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis. Setelah persiapan
untuk melakukan pemberontakan mereka anggap cukup matang antara lain dengan latihan
kemiliteran para SUKWAN dan Ormas-ormas PKI di Lubang Buaya, maka ditentukan hari H
dan Jam D-nya. Rapat terakhir pimpinan G30S/PKI terjadi pada tanggal 30 September 1965,
diamana ditentukan antara lain penentuan Markas Komando (CENKO) yang mempunyai 3
unsur :

1. Pasopati, Tugas khusus pimpinan Lettu Dul Arief dari MEN Cakrabirawa.
2. Bimasakti, tugas penguasaan dipimpin oleh Kapten Radi.
3. Gatotkaca sebagai cadangan umum juga penentuan tanda-tanda pengenal, kode-kode dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan operasi tersebut. Untuk gerakan operasi mereka ini
Jakarta dibagi dalam 6 sektor.
Dari Lubang Buaya ini PKI dan pasukan-pasukan yang telah dipersiapkan, melancarkan
gerakan pemberontakannya, dengan diawali lebih dahulu menculik dan membunuh secara keji
Pemimpin-pemimpin TNI AD yang telah difitnah oleh PKI menduduki beberapa instalasi vital
di Ibukota seperti Studio RRI, pusat Telkom dan lain-lain.

Diantara para Pemimpin TNI AD yang dibunuh secara kejam adalah Panglima
Angakatan Darat Letjen TNI A Yani, Deputy II MEN/PANGAD MAYJEN TNI Suprato,
Deputy III MEN/PANGAD Mayjen TNI Haryono MT, ASS 1 MEN/PANGAD Mayjen TNI
Suparman, ASS III MEN/PANGAD Brigjen TNI DI Pandjaitan, IRKEH OJEN AD Brigjen
TNI Sutoyo Siswomiharjo

Usaha PKI untuk menculik dan membunuh MEN PANGAB Jenderal TNI A.H.
Nasution mengalami kegagalan, namun Ajudan beliau Lettu Czi Piere Tendean dan putri beliau
yang berumur 5 tahun Ade Irma Suryani Nasution telah gugur menjadi korban kebiadaban
gerombolan G 30 S/PKI. Dalam peristiwa ini Ade Irma Suryani telah gugur sebagai tameng
Ayahandanya. Para pemimpin TNI AD tersebut dan Ajudan Jenderal TNI Nasution berhasil
diculik dan dibunuh oleh gerombolan G 30 S/PKI tersebut, kemudian secara kejam
dibuang/dikuburkan di dalam satu tempat yakni di sumur tua di Lubang Buaya daerah Pondok
Gede. Demikian pula AIP Satuit Tubun pengawal kediaman WAPERDAM DR. A.J. Leimena
gugur pula. Di Jogyakarta, DANREM 072 Kolonel Katamso dan KASREM 072 Letkol I
Sugiono gugur pula diculik dan dianiaya oleh gerombolan G 30 S/PKI secara di luar batas-
batas perikemanusiaan di desa Kentungan.

15
Sementara itu, sesudah PKI dengan G 30 S/PKI nya berhasil membunuh para pimpinan
TNI AD, kemudian pimpinan G 30 S/PKI mengumumkan sebuah dektrit melalui RRI yang
telah berhasil pula dikuasai. Dekrit tersebut diberinya nama kode Dekrit No 1 yang
mengutarakan tentang pembentukan apa yang mereka namakan Dewan Revolusi Indonesia di
bawah pimpinan Letkol Untung. Berdasarkan revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, dekrit
no 1 tersebut, maka Dewan Revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, Dekrit no 2 dari G 30
S/PKI tentang penurunan dan kenaikan pangkat (semua pangkat diatas Letkol diturunkan,
sedang prajurit yang mendukung G 30 S/PKI dinaikan pangkatnya 1 atau 2 tingkat).

Setelah adanya tindakan PKI dengan G 30 S/PKI-nya tersebut, maka keadaan di seluruh
tanah air menjadi kacau. Rakyat berada dalam keadaan kebingungan, sebab tidak diketahui di
mana Pimpinan Negara berada. Demikian pula halnya nasih para Pemimpin TNI AD yang
diculikpun tidak diketahui bagaimana nasib dan beradanya pula.

Usaha untuk mencari para pimpinan TNI AD yang telah diculik oleh gerombolan G 30
S/PKI dilakukan oleh segenap Kesatuan TNI/ABRI dan akhirnya dapat diketahui bahwa para
pimpinan TNI AD tersebut telah dibunuh secara kejam dan jenazahnya dimasukan ke dalam
sumur tua di daerah Pondok Gede, yang dikenal dengan nama Lubang Buaya.

Dari tindakan PKI dengan G 30 S nya, maka secara garis besar dapat diutarakan :

1) Bahwa Gerakan 30 September adalah perbuatan PKI dalam rangka usahanya untuk
merebut kekuasaan di negara Republik Indonesia dengan memperalat oknum ABRI
sebagai kekuatan fisiknya, untuk itu maka Gerakan 30 September telah dipersiapkan jauh
sebelumnya dan tidak pernah terlepas dari tujuan PKI untuk membentuk pemerintah
Komunis.
2) Bahwa tujuan tetap komunis di Negara Non Komunis adalah merebut kekuasaan negara
dan mengkomuniskannya.
3) Usaha tersebut dilakukan dalam jangka panjang dari generasi ke generasi secara berlanjut.
4) Selanjutnya bahwa kegiatan yang dilakukan tidak pernah terlepas dari rangkaian kegiatan
komunisme internasional

Upaya Penumpasan G-30S/PKI


Setelah melakukan aksinya, Letkol Untung kemudian mengumandangkan berdirinya Dewan
Revolusi yang selanjutnya bertindak sebagai pemegang kekuasaan dan keamanan negara.
Dewan Revolusi ini diketuai oleh Letkol Untung dengan wakil Brigjen Suparjo.

16
Melihat hal tersebut, Mayjen Soeharto segera melakukan tindakan tegas. Ia lalu menyuruh
Sarwo Edhi Wibowo selaku RPKAD untuk mengamankan keadaan. Dengan sekejap pasukan
Sarwo Edhi berhasil menguasai RRI. Dalam siaran tanggal 1 Oktober 1965 malam, Mayjen
Soeharto menegaskan bahwa G-30S/PKI adalah pemberontakan dan Presiden Soekarno dalam
keadaan selamat.

Pada tanggal 1 Oktober juga, TNI dapat menguasai pangkalan udara Halim Perdanakusumah
dan Lubang Buaya. Lalu, pada tanggal 2 Oktober 1965 jenazah perwira TNI AD berhasil di
temukan di Lubang Buaya dan pada tanggal 5 Oktober 1965 jenazah pahlawan revolusi
dikebumikan di TMP Kalibata. sementara jenazah Kolonel Katamso dan Letkol Sugiyono yang
menjadi korban Gestapu di Yogya baru ditemukan tanggal 19 Oktober 1965.

Sementara itu, beberapa orang yang terlibat dalam Gestapu terus melarikan diri ke berbagai
tempat di Pulau Jawa. Akan tetapi, usaha penumpasan G-30S/PKI terus dilakukan di berbagai
tempat. Akhirnya Letkol Untung dapat ditangkap di Tegal pada tanggal 11 Oktober 1965 dan
pimpinan PKI waktu itu, D.N. Aidit ditangkap di Surakarta tanggal 22 November 1965. Selain
itu, banyak pula tokoh PKI lain yang ditangkap. Kemudian mereka diajukan ke Mahkamah
Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk diadili.

Akibat dari Gestapu tersebut adalah munculnya demonstrasi menentang PKI. Para demonstran
menuntut dibubarkannya PKI. Pada demonstrasi ini, gugurlah mahasiswa Universitas
Indonesia, Arif Rahman Hakim yang mendapat gelar pahlawan Ampera (Amanat penderitaan
rakyat).

Akhirnya, pada tanggal 11 Maret 1966 lahirlah Supersemar yang isinya memberikan amanat
kepada Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan demi mencapai keamanan dan
ketenangan. lalu, pada tanggal 12 Maret 1966, PKI dinyatakan partai terlarang di seluruh
Indonesia dan pada tanggal 18 Maret 1966 dilakukan pembersihan kabinet dari orang-orang
yang diduga terlibat Gestapu. Dengan lahirnya Supersemar inilah sebagai awal dimulainya orde
baru.

2.4 Cara Mengatasi atau Penanggulangan Masalah Disintegrasi Bangsa


Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan lain-
lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan pemerintah pusat,
dimana segala sumber dan tatanan hukum dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk

17
permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki
kesamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat, terutama bila kita
meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam menerapkan dan mempraktekkan
kebijaksanaannya.

Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini sesungguhnya berawal dari
kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial budaya, hukum dan hankam. Kondisi
tersebut lalu diramu dan dibumbui kekecewaan dan sakit hati beberapa tokoh daerah, tokoh
masyarakat, tokoh partai dan tokoh agama yang merasa disepelekan dan tidak didengar aspirasi
politiknya serta para eks tapol/Napol. Akumulasi dari kekecewaan tersebut menimbulkan
gerakan radikal dan gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.

Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan nasional dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai
dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah ancaman
disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis
dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

 Strategi Penanggulangan

Adapun strategi yang digunakan dalam penanggulangan disintegrasi bangsa antara lain :

a) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan,
agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
b) Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primodialisme sempit pada setiap
kebijaksanaan dan kegiatan, agar tidak terjadi KKN.
c) Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecahbelahan dari
anasir luar dan kaki tangannya.
d) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir
Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
f) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam
memerangi separatis.
g) Melarang dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk menggunakan
kekuatan massa.
18
 Upaya Penanggulangan

Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil, diperlukan pula
tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh integrasi nasional antara lain :

a) Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.
b) Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun consensus.
c) Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
d) Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan
dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
e) Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif
dan bijaksana, serta efektif.

2.5 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa


Di saat menipisnya nilai-nilai nasionalisme pada diri manusia Indonesia, berbagai
hasutan dan isu-isu baik politik, ekonomi, pendidikan, agama dan sosial budaya dapat memicu
timbulnya berbagai konflik di daerah-daerah Indonesia, hal inilah yang merupakan akar dari
timbulnya disintegrasi. Keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia) serta buruknya moral
manusia Indonesia menyebabkan manusia Indonesia mudah dihasut dan dipofokatori yang
tidak baik oleh bangsa lain. Bangsa Indonesia mudah diadu domba dan mempunyai sifat yang
tidak stabil bila sudah terpengaruh oleh uang. Dengan uang manusia Indonesia mudah diubah
dari yang berperangai baik menjadi tidak baik, bahkan ikatan persaudaraan bisa menjadi
permusuhan.

Untuk itu perlu kiranya penegakan yang jelas atas alat pemersatu bangsa. Salah satunya
adalah penegakkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai norma-norma yang luhur dalam setiap
aspek kehidupan seperti halnya yang telah dijaga oleh nenek moyang bangsa Indonesia sejak
dulu. Pancasila bukan hanya sebuah bentuk filosofis bangsa Indonesia yang dikristalisasikan
sebagai ideology Negara, tetapi Pancasila adalah tatanan hidup yang luhur dan merupakan cita-
cita yang ingin diwujudkan oleh para pendiri bangsa kita.

Untuk itu seluruh elemen masyarakat harus memahami apa saja nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pemahaman untuk setiap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dapat diwujudkan melalui pendidikan kewarganegaraan. Namun, bagaimana dengan
putra-putri Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan? Maka perlu ada perhatian

19
khusus yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia.
Memprioritaskan anggaran belanja Negara sebesar 20% untuk dunia pendidikan rasanya
kurang, karena sebenarnya yang bobrok adalah sistem pengaturan di Indonesia, sehingga
walaupun anggaran untuk pendidikan dinaikkan tetap saja pendidikan di Indonesia tidak akan
maju, karena banyak penyelewengan-penyelewengan dalam praktiknya. Maka inilah system
regulasi Indonesia yang sangat bobrok, dan inilah juga yang memicu ketidak adilan bagi rakyat
yang akhirnya memberikan celah disintegrasi bangsa untuk bernafas.

Namun dalam hal ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, seharusnya para
pelajar, baik siswa maupun mahasiswa juga bertanggung jawab dalam memberikan contoh
yang baik dalam pengamalan nilai pancasila. Kiranya perlu dibentuk sebuah organisasi yang
mewadahi usaha-usaha pemerataan pendidikan. Mahasiswa lebih baik mebentuk suatu
kelompok pemberi pendidikan gratis bagi rakyat yang tidak mampu, daripada melakukan
demonstrasi yang ujung-ujungnya tindak anarkis.

Inilah beberapa nilai-nilai Pancasila yang yang seharusnya dipahami dan diamalkan oleh
manusia Indonesia selurunya:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Makna yang terkandung dalam sila ini adalah:

a) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
d) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Makna yang terkandung dalam sila ini adalah:

a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
b) Saling mencintai sesama manusia.
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
20
f) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g) Berani membela kebenaran dan keadilan.
h) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia internasional dan
dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
Makna yang terkandung dalam sila ini adalah:

a) Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


b) Rela berkorban demi bangsa dan negara.
c) Cinta akan Tanah Air.
d) Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
e) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Makna yang terkandung dalam sila ini adalah:

a) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat


b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
d) Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat diliputi
dengan semangat kekeluargaan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna yang terkandung dalam sila ini adalah:

a) Bersikap adil terhadap sesama.


b) Menghormati hak-hak orang lain.
c) Menolong sesama.
d) Menghargai orang lain.
e) Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
22
 Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat akumulasi
permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih sehingga perlu
penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta mengutamakan aspek hukum,
keadilan, sosial budaya.
 Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan daerah di
Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya heterogental dibidang
SARA.
 Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang dapat
menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.
 Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan
meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada skala kejadian diperlukan
profesionalisme aparat kemanan secara terpadu.
 Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu diantisipasi
dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan sosialisasi.

B. Saran

Kita harus menyadari betapa susahnya para tokoh pendiri bangsa di masa lalu untuk mencapai
dan mendapatkan sebuah kemerdekan, bahkan mereka sampai mengorbankan seluruh jiwa dan
dan raganya hanya demi bangsa ini, sementara kita sekarang tinggal menikmati jerih payah
mereka dimasa lalu. Oleh karena itu, sebagai warga negara kita diamanahkan dan dituntut
untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan NKRI, meskipun berbagai ancaman dan gangguan
datang menghampiri. Bung Karno sendiri juga pernah menyampaikan dalam isi pidatonya
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Amirul Isnaini, Mayor Jendral TNI, Mencegah Keinginan Beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas 2001.
23
Budi Utomo, Pembangunan Wilayah Perbatasan Indonesia dalam Perspektif Keamanan
Manusia, diakses tanggal 28 September 2008.

Departemen Pertahanan RI, Buku Putih Pertahanan Negara, Jakarta, 2008.

Departemen Pertahanan RI, Doktrin Pertahanan Negara, Jakarta, 2007.

HB. Amiruddin Maula, Drs, SH, Msi, Menjaga Kepentingan Nasional Melalui Pelaksanaan
Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangs, Jakarta, Lemhannas,
2001.

Ketetapan MPR Nomor : V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional,
Jakarta, 2000.

Iskandar Zulkarnaen, Bung Hatta Pernah Menagis Melihat Kondisi Perbatasan, Save Our
Borneo, Jakarta, 2008.

http://saveourborneo.org/index.php?option=com_content&task=view&id=178&Itemid=37

http://www.materipelajaran.web.id/2015/08/perjuangan-disintegrasi-bangsa-serta>)http://
www.materipelajaran.web.id/2015/08/perjuangan-disintegrasi-bangsa-serta
pengaruhnya.html?m=1

24
1
2
3

Anda mungkin juga menyukai