Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DISINTEGRASI BANGSA YANG TERJADI SAAT INI

Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Oleh:

Ardi Ardana Dwi Pramana

NPM : 2304107010023

JURUSAN TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “DISINTEGRASI BANGSA YANG TERJADI SAAT INI”. Terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan serta banyak kekurangannya baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal yang pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, untuk itu
besar harapan penulis jika ada kritik maupun saran dari dosen maupun teman-teman
sekalian yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-

ini.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-
mudahan apa yang penulis susun memberikan manfaat baik untuk orang lain, teman-
teman, serta orang yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam referensi yang telah ada.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................


DAFTAR ISI.............................................................................................................................................
BAB I........................................................................................................................................................
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................................
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................
A. Pengertian Disintegrasi Bangsa ....................................................................................................
B. Bahaya Disintegrasi Bangsa..........................................................................................................
C. Upaya Mencegah Disintegrasi Bangsa .........................................................................................

BAB III .....................................................................................................................................................


PENUTUP ................................................................................................................................................
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................
B. SARAN .........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki


masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai masyarakat yang
plural.Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan
etnik, baik yang dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila etnisitas,
agama, atau elemen premordial lain muncul di pentas politik sebagai prinsip
paling dominan dalam pengaturan negara dan bangsa, apalagi berkeinginan
merubah sistem yang selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman
disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya akan terjadi di Indonesia.
BAB II
ANALISIS

2.1 Pengertian Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa


menjadi bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic
Dictionary 1994). Pengertian ini mengacu pada kata kerja disintegrate, “to lose
unity or intergrity by or as if by breaking into parts”.
Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
keadaan tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan
atau persatuan; perpecahan.

2.2 Bahaya Disintegrasi Bangsa

Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki


keanekaragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat
istiadat, serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus
dipelihara. Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang
jika tidak dikelola dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan
kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan
perbedaan kepentingan yang dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi
bangsa.

Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat


dilihat dari banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila
tidak dicari solusi pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik
menjadi upaya memisahkan diri dari NKRI.
Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang
ada didalam masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang
berkepanjangan yang akhirnya mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila
tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mencegah dan
menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara tuntas maka akan
menjadi problem yang berkepanjangan.

Nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang


selama ini demikian kukuh, kini mulai memperlihatkan keruntuhan. Asas
persamaan digerogoti oleh ketidakadilan pengalokasian kekayaan yang tak
berimbang antara pusat dan daerah selama ini.

Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar,


merupakan salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa, di samping
instabilitas yang diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikap
netral. Meskipun barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang,
namun bila dlihat dalam konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan
sebagai acuan.

Paling tidak untuk melihat sebab-sebab munculnya disintegrasi bangsa.


Maka menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai
daerah sudah barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi bukan
janji-janji sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.
Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga stabilitas tetapi juga
menjamin adanyan perubahan nyata dan konkret yang dapat dirahasiakan
langsung oleh warga terhadap tuntutan dan keinginan mereka. Namun,
bagaimanapun juga kita tetap mesti berupaya agar tuntutan terhadap pemisahan
dari kesatuan RI dapat diurungkan.
Dalam hal ini diperlukan kejernihan pikiran, kelapangan dada dan
kerendahan hati untuk merenungkan kembali makna kesatuan dan persatuan,
sekaligus menyikapi secara arif dan bijak terhadap berbagai kasus dari tuntutan
berbagai daerah, Aceh khususnya.
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku,
agama dan lain-lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas
kebijaksanaan pemerintah pusat, dimana segala sumber dan tatanan hukum
dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama,
sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni
dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat,
terutama bila kita meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam
menerapkan dan mempraktekkan kebijaksanaannya.
Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini sesungguhnya
berawal dari kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial budaya,
hukum dan hankam. Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui kekecewaan
dan sakit hati beberapa tokoh daerah, tokoh masyarakat, tokoh partai dan tokoh
agama yang merasa disepelekan dan tidak didengar aspirasi politiknya.
Akumulasi dari kekecewaan tersebut menimbulkan gerakan radikal dan gerakan
separatisme yang sulit dipadamkan.

Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan


kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus
ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional bangsa
Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus
diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis dalam rangka
mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Indonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro dan
kontra yang disebabkan dari sudut pandang mana yang digunakan. Reformasi
sudah berjalan kurang lebih 10 tahun, apa yan telah didapat, bahkan rakyat kecil
sudah mulai menilai bahwa kehidupan di masa Orde Baru lebih baik bila
dibandingkan dengan saat ini.

Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari sudut


pandang harga kebutuhan pokok sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya
satu hal tersebut yang ada dibenak mereka. Kemudian ada kelompok
masyarakat yang selalu menuntut kebebasan, dan oleh kelompok yang lain
dikatakan sudah keblabasan.

2.3 Upaya Mencegah Disintegrasi Bangsa

Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah


berkembang sedemikian kuat. Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian
masyarakat, segelintir elite politik lokal maupun elite politik nasional dengan
menggunakan beberapa issue global Issue tersebut meliputi issu demokratisasi,
HAM, lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum serta sistem
keamanan wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan global dan
regional mampu menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku sosial budaya
masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat membawa pengaruh besar
terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk pertahanan keamanan.

Dalam kaitan dengan politik pembangunan hukum maka Pancasila yang


dimaksudkan sebagai dasar pencapaian tujuan negara tersebut, melahirkan
kaidah-kaidah penuntun, antara lain:

Pertama, hukum Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi


bangsa baik secara teritorial maupun ideologis. Hukum-hukum di Indonesia
tidak boleh memuat isi yang berpotensi menyebabkan terjadinya disintegrasi
wilayah maupun idiologi.

Kedua, hukum harus bersamaan membangun demokrasi dan nomokrasi.


Hukum di Indonesia tidak dapat dibuat berdasar menang-menangan jumlah
pendukung semata tetapi juga harus mengalir dari filosofi Pancasila dan
prosedur yang benar.

Ketiga, membangun keadilan sosial. Tidak dibenarkan munculnya


hukum-hukum yang mendorong atau membiarkan terjadinya jurang sosial-
ekonomi karena eksploitasi oleh yang kuat terhadap yang lemah tanpa
perlindungan negara. Hukum harus mampu menjaga agar yang lemah tidak
dibiarkan menghadapi sendiri pihak yang kuat yang sudah pasti akan selalu
dimenangkan oleh yang kuat. Keempat, membangun toleransi beragama dan
berkeadaban.Hukum tidak boleh mengistimewakan atau mendiskrimasi
kelompok tertentu berdasar besar atau kecilnya pemelukan agama.Indonesia
bukan negara agama (yang mendasarkan pada satu agama tertentu) dan bukan
negara sekuler (yang tak perduli atau hampa spirit keagamaan). Hukum negara
tidak dapat mewajibkan berlakunya hukum agama, tetapi negara harus
memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanannya jika warganya akan
melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya sendiri

Kemudian timbul kembali pertanyaan apa itu reformasi? Yang jelas


bangsa Indonesia semua menginginkan kehidupan yang lebih baik melalui
reformasi setelah hidup di era Orde Baru. Dengan demikian bangsa ini sudah
mendekati disintegrasi kalau tidak memiliki pegangan. Ada beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini dalam upaya untuk bangkit kembali,
yaitu :

1. Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang


paling bawah, dalam rangka pemahaman dan penghayatan.

2. GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
membangun bangsa dan negara perlu dihidupkan kembali.
3. Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi
cintoh rakyat, jangan selalu berkelahi dan saling caci maki hanya untuk
kepentingan kelompok atau partai politiknya.

4. Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan
dilaksanakan oleh bangsa ini yaitu budaya saling hormat menghormati.

5. TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang
ditentukan oleh DPR. Jangan ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur bangsa
ini karena keselamatan bangsa dan negara sudah terancam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila
ditinjau dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan
terlihat bahwa pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan pangkal
penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bisa diterima begitu saja.
Pendapat ini bisa benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar untuk kasus
yang lain. Namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam
masyarakat yang beraneka ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu proses
sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu, sehingga memerlukan penanganan
khusus dengan pendekatan yang arif namun tegas walaupun aspek hukum,
keadilan dan sosial budaya merupakan faktor berpengaruh dan perlu pemikiran
sendiri.

Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga


kepemimpinan daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflik yang
terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik memerlukan tingkat
profesionalisme dari seluruh aparat hukum dan instansi terkait secara terpadu
dan tidak berpihak pada sebelah pihak.

Sekilas permasalahan tersebuat nampak biasa saja, namun apabila hal ini
terus terjadi dan tidak ada usaha dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan
tersebut, bukan tidak mungkin disintegrasi yang selama ini di khawatirkan akan
terwujud. Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat
dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan
keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
3.2 Saran

Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi


pertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan
beberapa langkah sebagai berikut :

a) Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus


menerus agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang
berbasis multi kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap
perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari
setiap warga negara atas kemejemukan dengan segala perbedaannya.

b) Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat


tertinggi, dalam membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat
memenuhi keterwakilan semua elemen masyarakat sebagai warga
negara.

c) Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua


aturan dan tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti
halnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota TNI dan tata cara
penyumpahan diatur dengan Undang-undang.

d) Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi


pernyataan bahwa setiap warga negara Indonesia cinta damai, persatuan
dan kesatuan dan rela berkorban untuk mementingkan kepentingan
nasional diatas kepentingan pribadi atau golongan.

e) Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya


musik atau lagu-lagu yang mengobarkan rasa cinta tanah air dan
bangga menjadi Bangsa Indonesia. Berdasarkan pengalaman sejarah
telah membuktikan betapa dahsyatnya sebuah lagu mempunyai
pengaruh terhadap para pejuang kemerdekaan dimasa lalu.
f) Pendidikan jangka panjang harus memperkenalkan tentang
perbedaan umat manusia dan kemajemukan budaya bangsa Indonesia
dari tingkat sekolah yang terendah sampai yang tertinggi secara
bertahap, bertingkat dan berlanjut.

g) Perlu dihimbau semua insan jurnalistik/pers dengan


memperkenalkan rasa nasionalisme diatas segalanya bagi keutuhan
NKRI, sehingga dapat memposisikan diri dalam keikutsertaan
meredam konflik dan bukannya memperbesar melalui berita-berita
yang berdampak kebencian dan prasangka buruk bagi setiap warga
negara.

h) Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu


mungkin dibuat semacam deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan
tekad memelihara keutuhan persatuan dan kesatuan NKRI. Suatu
deklarasi yang tepat akan dapat menjadi pemicu tumbuhnya rasa
nasionalisme.

i) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa nasionalisme sebangsa


dan setanah air dalam NKRI, harus dicari lagi terobosan lain yang
dimana tugas dan fungsinya minimal sama dengan BP-7 yang telah
dibubarkan namun tidak bersifat doktriner karena berdasarkan hasil
penelitian didaerah, masyarakat masih menghendaki adanya semacam
penataran atau yang sejenis tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2097591-contoh-makalah-upaya-mencegah-
disintegrasi/#ixzz1lfuwthMz

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=22&mnorutisi=5

http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/05/indonesia-dan-ancaman-disintegrasi/

Anda mungkin juga menyukai