Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

ISU SARA : PELUANG BAGI KEUTUHAN NKRI

Dosen Pembimbing : Bali Widodo S.H, M.Si.

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Oleh :

Nama : Cecep Deri Saripudin


NPM : 0217103097
Kelas : B1-C

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN


JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kesehatan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah tepat pada waktunya. Salah satu
tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
Makalah ini kami menjelaskan isu sara yang terjadi dilingkungan bermasyarakat di NKRI, dimana isu
sara tersebut berdampak positif terhadap peluang bagi keutuhan NKRI.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, salah penulisan
kata maupun kalimat. Penulis mengharapkan adanya kritik atau pun saran yang akan sangat membantu penulis
sehingga dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi di lain waktu.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menjadi sumber ilmu bagi siapa saja yang
membacanya.

Bandung, 07 Desember 2017

Penyusun

i
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................... 2
1.2 Tinjauan Pustaka ..................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 4

2.1 Pengertian isu SARA .............................................................................................................................. 4


2.2 Contoh isu SARA yang berpeluang untuk menyatukan NKRI .............................................................. 5
2.3 Bagaimana peranan Pancasila dalam membangun persatuan bangsa ? .................................................. 7

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................... 11


3.2 Saran ..................................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................... 12

ii
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara kepulauan dan memiliki berbagai suku, agama, ras, budaya, bahasa daerah,
dan golongan serta beberapa agama yang diperbolehkan berkembang di Indonesia. Indonesia memiliki lebih
dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lain. Selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di
dalamnya agar taat dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Dalam hal cara pandang terhadap suatu
masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat
yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda, mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan
suku bangsanya (primodialisme). Itu menyebabkan pertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu negara
(disintegrasi).
Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh perbedaan-perbedaan
horizontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun,
juga terdapat perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievement). Indikasi
perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam strata sosial, sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan,
kualitas pekerjaan dan kondisi permukiman.
Sedangkan perbedaan horizontal diterima sebagai warisan, yang diketahui kemudian bukan faktor
utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku. Suku tertentu bukan dilahirkan untuk
memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di Indonesia yang
secara absolut menanamkan permusuhan etnik.
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang berpotensi sebagai
sumber konflik, antara lain perluasan batas-batas identitas sosial budaya dari sekelompok etnik, perubahan
sosial, perebutan sumberdaya, alat-alat produksi dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan
kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi. Untuk menghindari diperlukan adanya konsolidasi antar
masyarakat yang mengalami perbedaan. Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk
menuju integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa diperlukan toleransi antar masyarakat yang
berbeda asal-usul kedaerahan.
Selain itu faktor sejarahlah yang mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa mempunyai
nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika. Yaitu
walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu,pancasila sebagai
ideologi yang menjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju integrasi,kedaulatan dan kemakmuran
1
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
bersama. Sehingga masalah sosial terkait SARA (Suku Agama Ras dan Antargolongan) di Indonesia perlu
diperhatikan karena tanah air kita ini terdiri dari negara kepulauan dan memiliki berbagai suku bangsa yang
mempunyai perbedaan antar daerah. Hal tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial antar kelompok
masyarakat.
Dari sekian banyak kasus isu SARA ada kasus isu SARA yang berpeluang mempersatukan NKRI
tetapi ada pihak-pihak/oknum tidak bertanggung jawab yang menciptakan kerusuhan dan adu domba antar
golongan didalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Isu SARA.


2. Contoh isu SARA yang berpeluang untuk menyatukan NKRI.
3. Bagaimana peranan Pancasila dalam membangun persatuan bangsa ?

1.3 Tinjauan Pustaka

1. Faktor Penyebab konflik :

 Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang
berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang
nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang
tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

 Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat
memicu konflik.

 Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu,
dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

 Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

2
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau
bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.

2. Macam-Macam Konflik Sosial, menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :


 Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga
atau profesi (konflik peran (role).
 Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
 Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
 Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
 Konflik antar atau tidak antar agama
 Konflik antar politik.

3
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isu SARA

SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang
menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan
kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan
sebagai tidakan SARA. Tindakan ini mengebiri dan melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar
yang melekat pada manusia. SARA dapat digolongakan dalam tiga kategori :

 Kategori pertama yaitu Individual : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok. Termasuk di dalam katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang bersifat
menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun golongan.
 Kategori kedua yaitu Institusional : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh suatu institusi,
termasuk negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah
membuat peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.
 Kategori ke tiga yaitu Kultural : merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif
melalui struktur budaya masyarakat.

Dalam pengertian lain SARA dapat di sebut Diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan yang
tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh
individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia,
ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang
diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan
kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan
diskriminasi Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang
sama. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat
diterapkan di lapangan.
SARA, khususnya agama, sering terlihat menjadi pemicu. Namun kita perlu bersikap hati-hati
sebelum mengambil kesimpulan bahwa agama "adalah pemicu utama" pecahnya suatu konflik sosial. Faktor
agama dari SARA hanya menjadi "limbah" suatu masalah yang lebih besar, seperti masalah penguasaan
sumber daya alam, kesiapan bersaing, serta kolusi antara pejabat dan suatu etnik tertentu. Demikian pula
halnya suku dalam SARA. Sebagai contoh, kebetulan etnik Cina atau suku Makasar dan Madura mampu

4
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
bersaing dalam penguasaan sumber alam, maka merekalah yang dijadikan tumpuan kemarahan suku yang
merasa kehilangan penguasaan sumber alamnya.
Kita memang perlu melihat masalah SARA dari perspektif lain, yakni perspektif ketidakseimbangan
antara suku dalam akses mereka pada sumber alam dan faktor-faktor pada tingkat makro lain, seperti belum
terciptanya birokrasi yang secara politis netral. Perspektif seperti ini akan melihat masalah sebenarnya yang
kini dihadapi bangsa ini, karena SARA hanya merupakan "limbah" masalah dasar itu, serta wahana
mobilisasi masyarakat, guna menarik perhatian pemerintah untuk menyelesaikan masalah dasar tersebut.
Indonesia memang perlu perubahan apabila ingin memasuki abad ke-21 dengan utuh sebagai suatu bangsa.
Bagaimanapun, SARA adalah bagian dari bangsa dan negara Indonesia. Kita tak dapat menghindar
dari masalah ini. Kita dapat mencegah SARA menjadi sumber kerawanan dengan menempuh beberapa cara.
Pertama, dalam membangun perekonomian harus secara tegas ditempuh pendekatan affirmative action,
yakni memberi kesempatan sebesar-besarnya kepada penduduk pribumi untuk berkembang. Kedua,
pemerintah harus menciptakan aparatur pemerintah yang netral dari segi politis.
Korpri harus dianggap sebagai organisasi profesional pegawai negeri sipil, bukan mesin perolehan
suara dalam pemilu. Ketiga, terciptanya suatu organisasi bagi kelompok etnik Cina yang dapat memberikan
perlindungan politis bagi mereka, sehingga tak perlu mencari perlindungan kepada birokrasi. Keempat,
menciptakan pemerintahan yang bersih dari segala jenis kecurangan.

2.2 Contoh isu SARA yang berpeluang untuk menyatukan NKRI

Salah satu kasus yang berpeluang menyatukan NKRI adalah :

“INI BUKTI JIKA AHOK SANGAT MENCINTAI UMAT ISLAM DI JAKARTA TETAPI ADA SAJA
OKNUM YANG TIDAK SUKA.”

Salah satu paslon, yang kebetulan, beragama non-muslim, Basuki Tjahaya Purnama, mendapat ujian
berat menjelang Pilkada serentak tahun 2017 ini. Pemantiknya adalah sebuah vid`eo yang berisi pidato beliau
di kepulauan Seribu yang dianggap oleh sebagian kalangan muslim telah menghina salah satu ayat suci Al-
Quran.
Atas insiden tersebut, banyak masyarakat yang geram. Berbagai gerakan penolakan terhadapnya kian
bergolak, datang bergelombang. Paling menyita perhatian tentu saja aksi bela Islam yang telah digalakan
hingga berjilid-jilid itu dan, konon, diikuti oleh 7 juta umat muslim yang ada di Jakarta. Nah, dari sini muncul
pertanyaan, “Benarkah pak Ahok menghina umat Islam?”
Meski beliau beragama non-muslim, tepatnya kristen protestan, namun hal itu tak menyurutkan
semangat beliau untuk banyak berkontribusi bagi umat islam. Bahkan, jasa-jasa beliau paling besar dipusatkan
5
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
terhadap agama yang mayoritas dianut oleh penduduk DKI ini. Memangnya, apa saja sih sumbangsih beliau
terhadap umat muslim di DKI?
Sebelum menghakimi beliau, ada baiknya kamu ketahui dulu 5 jasa besar beliau bagi umat Muslim
Jakarta, yaitu :

a. Membangun masjid-masjid yang serba pertama di Ibu Kota Jakarta


Masjid yang berada di bilangan Jalan Raya Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat ini punya nama
resmi Masjid Raya Daan Mogot. Masjid ini sekaligus menjadi masjid raya pertama yang dimiliki oleh provinsi
istimewa Jakarta. Masjid yang tengah memasuki tahap penyelesaian akhir itu, dikabarkan akan diresmikan
langsung oleh pak presiden pada tanggal 16 April tahun ini.

b. Menutup tempat maksiat legendaris

Perbuatan paling fenomenal ini pernah mendapat porsi perhatian yang lebih di media cetak dan online
selama beberapa pekan. Sebuah lokasi hiburan esek-esek yang bertempat di Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara tersebut, kini tinggal nama saja. Puluhan wisma dan diskotek di sepanjang jalan daerah tersebut, kini
luluh lantak digerus excavator dan alat-alat berat.
Tempat yang sejak awal abad ke-20 telah menjadi pusat perjudian dan hiburan selangkangan ini
berhasil digusur, dalam artian yang sebenarnya, oleh seorang Ahok. Padahal pelacuran jelas hal yang
diharamkan dalam agama Islam. Tapi, ke mana para gubernur muslim Jakarta yang pernah menjabat
sebelumnya?
Hanya berselang setahun sejak penggusuran, tempat yang dulunya menjadi ajang jual beli bisnis
pelacuran ini, sekarang resmi disulap menjadi Ruang Publik Terbuka Ramah Anak dan Ruang Terbuka Hijau.
Luar biasa.

c. KJP spesial untuk santri madrasah dan pesantren

Sejak tahun lalu, pemerintah DKI telah menganggarkan KJP khusus sekolah islam alias madrasah,
(mulai jenjang ibtida’yah hingga Aliyah) khususnya yang swasta, dengan total anggaran mencapai Rp2,5
triliun.Ini adalah bentuk keprihatinan pak Ahok lantaran mereka yang bersekolah di madrasah ini tak banyak
mendapat bantuan operasional. Padahal, jika dicermati barang sesaat saja, kita pasti tahu bahwa mereka yang
menimba pendidikan di sini umumnya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ia, lebih lanjut, ingin agar
guru-guru madrasah mendapat gaji yang layak. Sehingga, jika kebutuhan ekonomi para murid terpenuhi,
mereka juga akan semakin giat dan semangat mencerdaskan para santri.
Mereka mendapat gaji UMR DKI senilai Rp3,1 juta per bulannya. Ia juga berkomitmen untuk
membiayai para santriwan dan santriwati yang ingin masuk pesantren di luar Jakarta. Menurutnya, langkah

6
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
demikian justru bagus dalam rangka menyerap pendidikan agama dari daerah yang bersangkutan selain untuk
dalam rangka menjalin hubungan yang lebih baik dengan daerah tersebut.

d. Hadiah umroh dan insentif bulanan bagi marbut

Satu terobosan yang sebelumnya tak pernah dilakukan bahkan oleh gubernur di daerah lain. Yaitu,
memberangkatkan umroh bagi marbut alias penjaga masjid atau mushala. Program ini dibentuk sebagai
apresiasi pemerintah DKI terhadap para penjaga masjid yang dinilai telah berkontribusi besar terhadap
kemakmuran tempat ibadah umat muslim.
Program yang telah diusulkan sejak tahun 2013 ini bukan hanya pepesan kosong belaka. Sejak tahun
2014, 30 marbut yang beruntung telah diberangkatkan ke Tanah Suci. Setahun kemudian naik jadi 40, dan
tahun lalu sudah ada 50 orang. Untuk tahun ini, Insya Allah, kuota akan diperbanyak.
Lah, dananya dari mana? Dananya sendiri berasal dari dana hibah Pemprov DKI untuk kemudian
dititipkan oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) daerah DKI. Nah, pihak DMI inilah yang bertugas menyeleksi
marbut yang beruntung. Selain umrah, para marbut di era kepemimpinan pak Basuki juga “kecipratan”
insentif, sebesar Rp500 ribu/bulan per kepala.
Syarat untuk mengikuti program ini adalah bisa mengumandangkan azan, menjadi imam shalat, dan
hafal surat-surat pendek minimal 10 surat. DMI juga akan melihat masa bakti marbut tersebut, sehingga
mereka yang berpeluang besar untuk umroh biasanya yang telah berusia lanjut. Terakhir, marbut harus
memiliki rekening bank. Sehingga uang insentif yang diberikan langsung ditransfer setiap bulannya ke
rekening masing-masing.
Program ini murni digagas oleh pak Basuki. Sebab, sebelum terjun menjadi cawagub DKI, beliau juga
pernah menjalankan program serupa di tanah kelahirannya, Belitung. Tak ada gubernur lain yang memikirkan
ide mulia seperti ini. Mungkin mereka menganggap bahwa mengumrohkan marbut tak akan menaikkan
elektabilitas mereka.

2.3 Bagaimana peranan Pancasila dalam membangun persatuan bangsa?

Permasalahan SARA yang ada di Indonesia sangatlah beragam. Mulai dari konflik Suku,Agama,Ras
maupun Golongan. Seperti yang sudah kita ketahui dan kita pelajari sejak masih di Sekolah Dasar, bahwa
semboyan Negara Indonesia adalah “Bhineka Tunggal Ika”.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari buku atau kitab karya. Kata Bhinneka Tunggal
Ika merupakan bahasa Jawa kuno yang jika diartikan bhinneka berarti beraneka ragam atau berbeda-

7
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
beda, tunggal berarti satu, sedangkan ika berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
“Beraneka Satu Itu”, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap
satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa,
agama dan kepercayaan. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain
yang sama.
Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia yaitu Burung
Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka
Tunggal Ika.
Seakan kontras akan semboyan yang selama ini selalu kita bicarakan, kejadian yang ada di lapangan
justru jauh dari makna Bhineka Tunggal Ika. Banyaknya konflik yang terjadi karena keberagaman suku,
agama, atau apapun itu adalah indikasi bahwa tidak semua orang paham akan makna semboyan negara kita
tersebut. Jika mereka mengaku paham akan makna semboyan Bhineka Tunggal Ika, mereka justru akan
memahami perbedaan tersebut sebagai keberagaman yang akan memperkaya negeri mereka. Tetapi yang
terjadi adalah keberagaman tersebut dijadikan alasan untuk menonjolkan perbedaan prinsip dan pendapat antar
kelompok dan golongan. Bagi yang menjadikan SARA sebagai konflik, maka mereka belum memahami
kesamaan yang ada dalam diri mereka, karena sebenarnya mereka adalah satu darah, satu bangsa, dan satu
tanah air yaitu Indonesia.
Jika kita lihat fenomena maraknya konflik berbau SARA saat ini, sebenarnya merupakan refleksi
proses panjang bangsa Indonesia dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang sedang diuji. Jika kita melihat
kembali pada masa lalu, tidak akan ada kita lihat orang berperang atas nama perbedaan. Para pahlawan
contohnya. Walaupun mereka berbeda daerah asal, tapi mereka sama-sama bertujuan dan bertempur melawan
penjajah. Tidak ada yang saling berdebat bahwa cara peperangan yang baik adalah dari daerahku, atau agama
yang paling baik untuk dipertahankan dan disebarkan pada masyarakat adalah agamaku. Semua seakan
berjalan selaras dan saling berdampingan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mengakui banyak perbedaan
dan seharusnya tidak ada konflik yang berujung pada kekerasan. Konflik sebagai alat berekspansi merupakan
sifat dasar manusia yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga menimbulkan konflik. Kalau ada
solusi untuk konflik itu maka ada perubahan untuk penyesuaian, sedangkan kalau tidak ada solusi maka yang
terjadi adalah peperangan.
Dengan adanya konflik SARA yang sering muncul akhir-akhir ini, mungkin kita tidak bisa hanya
menyalahkan orang-orang yang berkonflik saja, tetapi kita juga patut mengamati kinerja pemerintahan dalam
menangani konflik. Selama ini pemerintah hanya menyampaikan slogan-slogan untuk meredam konflik, tanpa
ada ketegasan dalam sebuah aturan dan tindakan kongkrit. Pemerintah seolah menggampangkan kasus ini
hanya menurunkan anggota militer yang contohnya dalam kasus penyerangan jemaat Ahmadiyah di Banten

8
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
yang saat terjadi penyerangan hingga merusak satu rumah dan menelan tiga korban jiwa, mereka tetap tidak
berkutik untuk menghalang massa tersebut.
Sedangkan jika dilihat dari dasar negara kita pada sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”
mengajak masyarakat Indonesia untuk bersatu, menjaga perdamaian antar individu dan antar kelompok.
Dalam sila tersebut jelas digambarkan sebagai pohon beringin yang melambangkan negara yang besar dimana
rakyatnya bisa berlindung dibawah satu pemerintahan yang kuat. Pancasila adalah ideologi bangsa, suatu jati
diri bangsa, kepribadian bangsa, cita – cita bangsa. Jika kita gagal mempertahankan makna dari salah satu sila
tersebut, maka dengan kata lain kita pun mulai menghancurkan sendiri jati diri bangsa kita dihadapan bangsa
lain, kita menjatuhkan martabat bangsa kita yang mengaku sebagai negara dan bangsa yang menganut sistem
demokrasi. Cita-cita yang luhur mulia yang dibuat oleh para perintis kemerdekaan sedikit demi sedikit pudar
karena tingkah laku kita yang tidak bisa menjadi sikap dan perilaku kita.
Dalam sila “Persatuan Indonesia” diharapkan kita bisa mendukung antara satu dengan yang lain,
membentuk tujuan bersama yang nantinya dapat kita wujudkan dalam tindakan toleransi kepada semua
golongan tanpa melihat adanya status perbedaan yang dapat mewujudkan Indonesia yang aman, nyaman, dan
layak untuk dijadikan contoh sebagai negara keberagaman yang dapat menyatukan perbedaan sehingga
terciptalah keselarasan yang indah.
Pada prinsipnya Pancasila dibangun di atas kesadaran adanya kompleksitas, heterogenitas atau
pluralitas kenyataan dan pandangan. Artinya segala sesuatu yang mengatasnamakan Pancasila tetapi tidak
memperhatikan prinsip ini, maka akan gagal. Berbagai ketentuan normatif tersebut antara lain: Pertama, Sila
ke-3 Pancasila secara eksplisit disebutkan “Persatuan Indonesia“. Kedua, Penjelasan UUD 1945 tentang
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan terutama pokok pikiran pertama. Ketiga, Pasal-Pasal UUD 1945
tentang Warga Negara, terutama tentang hak-hak menjadi warga negara. Keempat, Pengakuan terhadap
keunikan dan kekhasan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia juga diakui, (1) seperti yang terdapat
dalam penjelasan UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah yang mengakui kekhasan daerah, (2) Penjelasan
Pasal 32 UUD 1945 tentang puncak-puncak kebudayaan daerah dan penerimaan atas budaya asing yang sesuai
dengan budaya Indonesia; (3) penjelasan Pasal 36 tentang peng-hormatan terhadap bahasa-bahasa daerah.
Kiranya dapat disimpulkan bahwa secara normatif, para founding fathers negara Indonesia sangat
menjunjung tinggi pluralitas yang ada di dalam bangsa Indonesia, baik pluralitas pemerintahan daerah,
kebudayaan, bahasa dan lain-lain. Justru pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga bagi kejayaan
bangsa. Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam rangka
menyelesaikan masalah SARA ini antara lain: Pertama, Pancasila merupakan paham yang mengakui adanya
pluralitas kenyataan, namun mencoba merangkumnya dalam satu wadah ke-indonesiaan. Kesatuan tidak boleh
menghilangkan pluralitas yang ada, sebaliknya pluralitas tidak boleh menghancurkan persatuan Indonesia.
Implikasi dari paham ini adalah berbagai produk hukum dan perundangan yang tidak sejalan dengan

9
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
pandangan ini perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut, karena jika tidak akan membawa risiko sosial politik
yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila adalah di dalam tri prakara, yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat
istiadat dan kebiasaan dalam kehidupan bernegara yang diterima oleh masyarakat. Dalam konteks ini
pemikiran tentang toleransi, kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya digali dari nilai-nilai agama, adat
istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegera yang diterima oleh masyarakat.

10
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 Kesimpulan

Berdasarkan berbagai fakta yang telah kami paparkan di bab sebelumnya, kami dapat menyimpulkan
bahwa Pancasila telah menata kehidupan sosial di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkaitan dengan
konflik SARA yang sering terjadi di negara ini, Pancasila telah menjelaskan tentang pentingnya persatuan
yang sebagaimana tercantum dalam Sila ketiga Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Namun
rendahnya pemahaman masyarakat tentang makna sila-sila Pancasila khususnya Sila ketiga ini menimbulkan
banyaknya konflik SARA yang terjadi.
Ada saja pihak-pihak/oknum yang tidak bertanggung jawab yang ingin memecah belah NKRI, padahal
ada niat yang sangat baik dan tulus dari bapak Ahok untuk membangun masa depan Jakarta sebagai ibu kota
negara kita.
Hanya karna dari kaum minoritas pihak-pihak/oknum tersebut dengan mudah membuat isu SARA
dimasyarakat, kita harus sadar betul dan jangan mudah terpercaya oleh isu-isu yang tidak memiliki sumber
terpercaya yang dibuat oleh pihak-pihak/oknum yang akan menghancurkan keutuhan NKRI.

2.2 Saran

Melihat kurangnya pemahaman masyarakat tentang makna sila-sila dalam Pancasila khususnya sila
ketiga, maka kami menyarankan agar pemerintah lebih mengedukasi masyarakat tentang makna-makna sila
dalam Pancasila demi tericptanya rasa persatuan,persaudaraan, rasa sebangsa dan setanah air.

11
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama
DAFTAR PUSTAKA

http://rudybyo.blogspot.co.id/2011/04/pengertian-sara-suku-ras-agama-dan.html
https://www.boombastis.com/bukti-ahok-cinta-islam/95731
https://tejogeo.wordpress.com/2012/02/24/masalah_sosial_terkait_sara/

12
Tugas Makalah Pendidikan Pancasila – Universitas Widyatama

Anda mungkin juga menyukai