Indonesia
Disusun Oleh :
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Seinendan
Seinendan adalah organisasi barisan pemuda yang dibentuk oleh pemerintah
Jepang pada 9 Maret 1943. Organisasi ini bercorak militer dan semi militer.
Organisasi ini di bawah kepemimpinan Gunseikan. Persyaratan untuk menjadi
anggota Seinendan tidak begitu sulit, seluma anggotanya tercatat sebanyak 35.500
orang pemuda dari seluruh jawa. Jumlah ini berkembang menjadi kira-kira 500.000
orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
1) Tujuan Seinendan
Pada masa Perang Pasifik, Jepang yang bertempur dengan negara-negara Barat
membutuhkan dukungan untuk memenangkan perang. Jepang beranggapan barisan
pertahanan perlu dibentuk karena posisi mereka yang semakin terdesak oleh pasukan
Sekutu. Untuk itu, Jepang pun melatih para pemuda Indonesia dengan dalih menjaga
pertahanan Tanah Air menggunakan kekuatan mereka sendiri.
Namun, sebenarnya Jepang ingin para pemuda menjadi barisan pertahanannya
atau tentara cadangan yang setidaknya dapat mempertahankan garis belakang atau
daerah lokal dalam berhadapan dengan pasukan Sekutu.Untuk itu, Jepang membentuk
organisasi semi militer bernama Seinendan pada 9 Maret 1943, guna menyatukan
segenap pemuda pribumi yang diharapkan dapat mendukung perangnya.
2) Pembinaan Seinendan
Seinendan dibina oleh Menteri Dalam Negeri Bagian Pengajaran, Olahraga,
dan Seinendan. Sementara itu, di daerah (syu) dipimpin oleh syucokan (kepala
pemerintahan wilayah administratif). Untuk memajukan Seinendan, pemerintah
Jepang memperluas Seinen Kunrensyo (lembaga pelatihan pemuda) menjadi Cuo
Seinen Kunrensyo (lembaga pusat pelatihan pemuda). Di lembaga inilah para kader
pimpinan Seinendan daerah dilatih. Para pemuda yang direkrut kemudian mendapat
latihan militer dasar tanpa menggunakan senjata.
Seinendan juga membentuk bagian khusus untuk prajurit perempuan bernama
Josyi Seinendan pada 1944. Total anggota yang tergabung dalam Seinendan mulanya
3.500 pemuda di Jawa dan seiring waktu kian berkembang menjadi sekitar 500.000
orang. Hingga akhir pendudukan Jepang, jumlah anggota Seinendan diperkirakan
mencapai dua juta pemuda. Beberapa tokoh Tanah Air yang pernah bergabung dalam
Seinendan adalah Sukarni dan Latief Hendraningrat.
B. Keibodan
Keibodan atau Barisan Pembantu Polisi adalah organisasi yang dibentuk pada
29 April 1943 bersama dengan Seinendan yang dipimpin oleh Gunseikan. Tujuannya
untuk membantu tugas-tugas polisi seperti menjaga lalu lintas dan memelihara
keamanan desa. Organisasi Keibodan berisi anggota yang merupakan pemuda berusia
26-35 tahun. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan istilah Bogodan, sedangkan di
Kalimantan disebut Borneo Konan Hokokudan. Pembina Keiboudan disebut
dengan Keimumbu.
1) Tujuan Keibodan
Pada 1941, Jepang terlibat dalam Perang Pasifik melawan negara-negara
Barat. Guna memenangkan perang, Jepang membutuhkan dukungan sumber daya
manusia. Ketika berhasil menanamkan kekuasaannya di Indonesia, Jepang pun
berusaha memanfaatkan sumber daya manusianya untuk mencapai tujuan tersebut.
Jepang pun mulai memberikan pelatihan semi militer kepada para pemuda,
dan mengatakan bahwa hal itu bertujuan untuk menjaga pertahanan Indonesia dari
gangguan musuh. Padahal sesungguhnya, Jepang membutuhkan peran pemuda
Indonesia sebagai cadangan pasukan melawan Sekutu. Para pemuda Indonesia
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam salah satu organisasi semimiliter bernama
Keibodan.
2) Pembinaan Keibodan
Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar diterima dalam Keibodan adalah
memiliki badan yang sehat serta berperilaku baik. Pada masa itu, jumlah anggota yang
tergabung dalam Keibodan kira-kira lebih dari satu juta pemuda.
Keibodan dibina oleh Keimubu atau Departemen Kepolisian. Sementara di
wilayah daerah (syu), dibina oleh Keisatsubu atau Bagian Kepolisian. Para anggota
yang sudah bergabung dalam Keibodan melakukan pelatihan di Sukabumi, yang kelak
menjadi Sekolah Kepolisian. Mereka dilatih selama satu bulan. Hal ini sengaja
dilakukan oleh Jepang agar anggota Keibodan tidak mendapatkan pengaruh dari
golongan nasionalis. Oleh sebab itu, Keibodan dibentuk di desa-desa di mana kaum
nasionalis kurang memiliki pengaruh di sana.
Keibodan berkembang besar di Jawa hingga ke pelosok-pelosok desa.
Sementara di pulau-pulau lain terdapat organisasi serupa dengan nama berbeda.
Misalnya di Sumatera dan di daerah yang dikuasai Angkatan Laut, ada organisasi
serupa namanya Bogodan. Sementara di Kalimantan namanya Borneo Konan
Hokokudan. Adapun di kalangan keturunan Tionghoa, namanya Kakyo Keibotai.
C. Barisan Pelopor
Barisan Pelopor adalah organisasi semimiliter pertama bentukan Jepang yang
dipimpin langsung oleh kaum nasionalis Indonesia. Pemimpin Barisan Pelopor yang
ditunjuk Jepang adalah Soekarno, dengan wakilnya RP Suroso, Oto Iskandar Dinata,
dan dr Buntaran Martoatmodjo. Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November
1944. Barisan Pelopor tidak mengenakan seragam khusus layaknya sebuah pasukan,
melainkan hanya menggunakan lencana kepala banteng di dalam lingkaran yang
dipasang pada baju bagian dada sebelah kiri sebagai ciri. Pada akhir
tahun 1945, Barisan Pelopor memiliki anggota kurang lebih berjumlah 60.000 orang
pemuda. Jumlah anggota yang hanya bisa diimbangi dan dikalahkan oleh Pesindo
(Pemuda Sosialis Indonesia), Hizboellah (Masyumi), dan Lasjkar Rakjat (Murba).
Suishintai dikerahkan untuk mendengarkan pidato dari pemimpin-pemimpin
nasionalis. Mereka juga dilatih untuk menggerakan masa yang banyak, memperkuat
pertahanan militer dan melakukan kegiatan untuk kesejahteraan rakyat. Melalui
organisasi ini, golongan muda terpelajar berusaha mengorbankan semangat rakyat
untuk membela tanah air dan meningkatkan rasa persaudaraan guna menguatkan
perlawanan.Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 16 Desember 1945 organisasi
ini diubah namanya menjadi Barisan Banteng.
Pada masa proklamasi kemerdekaan Indonesia, Barisan Pelopormemiliki
peran sangat vital. Anggota organisasi ini ada yang menyiapkan tiang bendera, terlibat
dalam pengamanan Soekarno-Hatta, dan mengurusi hal-hal teknis lainnya. Setelah
Indonesia merdeka, tepatnya pada 16 Desember 1945 organisasi ini diubah namanya
menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI). Akan tetapi, tidak semua
anggota Barisan Pelopor masuk menjadi anggota BBRI.
D. Hizbullah
Hizbullah atau Laskar Hizbullah adalah laskar pejuang yang aktif selama
masa perang kemerdekaan Indonesia.. Hizbullah dibentuk pada tanggal 8 Desember
1944 oleh pemerintahan pendudukan Jepang dengan nama Kaikyō Seinen
Teishintai (Pasukan Sukarela Pemuda Islam). Hizbullah didirikan sebagai pasukan
cadangan bagi Pembela Tanah Air (PETA) dengan anggota yang terdiri dari pemuda-
pemuda muslim. Berbeda dengan PETA yang berada di bawah komando Angkatan
Darat Kekaisaran Jepang, komando Hizbullah terletak pada Partai Masyumi. Oleh
karena itu, Hizbullah tidak ikut dibubarkan sebagaimana PETA
ketika Jepang menyerah kepada Sekutu pada bulan Agustus 1945. Selepas peristiwa
proklamasi, Hizbullah turut berjuang mempertahankan kedaulatan Indonesia yang
baru berdiri bersama militer serta laskar-laskar lain, hingga seluruh kekuatan
bersenjata Indonesia dilebur menjadi Tentara Nasional Indonesia pada tahun 1947.
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, PETA sebagai pasukan yang
didirikan oleh pemerintahan militer Jepang dibubarkan. Hizbullah, yang berada di
bawah arahan Partai Masyumi, tidak terpengaruh oleh hal itu, sehingga aktivitasnya
tetap berlanjut memasuki era pemerintahan Indonesia yang merdeka. Hizbullah
kemudian turut berjuang di berbagai pertempuran bersama Badan Keamanan
Rakyat (kemudian formasi lainnya) serta laskar-laskar atau badan perjuangan rakyat
lain selama Revolusi Nasional Indonesia.
Pada masa awal revolusi, berbagai satuan Hizbullah di berbagai daerah turut
melucuti persenjataan tentara Jepang untuk mempersenjatai diri. Tak jarang hal ini
menimbulkan bentrok dengan tentara Jepang. Beberapa pertempuran besar yang turut
dihadiri oleh personel dari Hizbullah di antaranya adalah Bandung Lautan
Api, Pertempuran Lima Hari, Pertempuran Ambarawa, dan Pertempuran Surabaya.
Aktivitas Hizbullah sebagai pasukan independen selesai ketika pada tanggal 3
Juni 1947, Presiden Sukarno mengumumkan pembentukan Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Pembentukan TNI dilakukan dengan menggabungkan kekuatan
militer formal Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan laskar-laskar rakyat,
termasuk Hizbullah.
Beberapa tokoh dalam sejarah Indonesia yang pernah bertugas dalam
Hizbullah antara lain:
• KH. Ahmad Hanafiah (pencetus)
• K.H. Zainul Arifin Pohan
• Mohamad Roem
• K.H. Mas Mansyur
• Prawoto Mangkusasmito
• K.H. Noer Alie (Ketua Markas Pusat Hizbullah Jakarta Raya)
• Sangidi Mahyudin (Komandan Hizbullah Divisi Kedu)
• Muhammad Nurdin Nasution (Komandan Batalion Medan Area)
• Duski Samad (Ketua Hizbullah Sumatra Tengah)
• Buya H. Abdul Malik Ahmad (Perintis Hizbullah Sumatra Tengah)
• H. Hasnawi Karim (Kepala Staf Hizbullah Divisi Sumatra Tengah)
• Arsyad Thalib Lubis (Wakil Komandan Sumatra Timur)
• K.H. Muslich (Komandan Hizbullah Divisi Banyumas)
• K.H. Abdul Wahab Hasbullah (Panglima Laskar Mujahidin)
• K.H. Dimyathi Syafi'i (Komandan Hizbullah Blambangan Selatan)
• Amir Fatah (Komandan Hizbullah Besuki)
• Ali Moertopo (anggota)
1) Tujuan Hizbullah
1) Pembinaan Hizbullah
1) Pembinaan PETA
Pusat pendidikan dan pelatihan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang
diberi nama Jawa Bo-ei Giyugun KanbuResentai . Adapun beberapa latihan
setiap harinya seperti :
1 Apel
2. Mengibarkan Bendera dan Menghormati
3. Senam Pagi
4. Sarapan
Bung Karno mengikuti latihan satuan Tentara Pembela Tanah Air (PETA)
dalam satu hari satu malam di pusat pelatihan Tentara PETA dan mengikuti
latihan cara memberi hormat prajurit kepada perwira.
Ada lima macam kepangkatan Tentara PETA yang masing-masing
mempunyai peran tersendiri, rata-rata anggotanya adalah anak muda yang
memahami pentingnya arti kemerdekaan berikut adalah kepangkatannya :
1) Daidanco: posisi sebagai komandan batalyon, mereka yang berkategori
pejabat birokrasi, pemuka agama, penegak hukum, pamongpraja
2) Chudanco: komandan kompi, yang dipilih dari beberapa latar belakang yang sudah
memiliki jabatan penting seperti para pengajar atau guru, dan penulis.
3) Shodanco: komandan peleton, yang dipilih dalam ranah pendidikan atau para
pelajar sekolah seperti setingkat SMP dan SMA
4) Bundancho: komandan regu dari pemuda yang minimal bersekolah SD setingkat
5) Giyuhei: prajurit dipilih dari pemuda-pemuda yang belum
mendapatkan pendidikan atau rakyat kalangan bawah
2) Pemberontakan di Blitar
Tentara PETA yang terdiri dari para pemuda Indonesia ditugaskan untuk
mempertahankan Pulau Jawa, Bali, dan Sumatra dari serangan Sekutu yakni koalisi
antara Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Belanda. Namun, pasukan PETA
di Batalyon Blitar yang digawangi Supriyadi melakukan pemberontakan pada 14
Februari 1945. Hal ini bertepatan dengan pertemuan besar seluruh anggota dan
komandan PETA di Blitar, Shodanco Partoharjonomengibarkan bendera dan
menyulut pemberontakan. Supriyadi dan pasukannya mulai melepas tembakan
melawan tentara Jepang pada 29 Februari 1945 dini hari.
Tentara Jepang yang menyadari aksi tersebut pun bergerak melawan balik
hingga pasukan PETA terpojok. Tidak sedikit yang ditangkap dan disiksa polisi
Jepang. Sempat ada negosiasi antara Kolonel Katagiri dan pasukan PETA, namun
belakangan itu hanyalah tipu muslihat. Setiba di markas, Muradi melaporkan jika
pasukan sudah kembali dan meyesal atas pemberontakan yang dilakukan. Nahas,
setelah itu sebanyak 68 anggota PETA ditangkap dan diadili di Mahkamah Militer
Jepang di Jakarta.
Beberapa dihukum seumur hidup, ada pula yang dihukum mati
yaitu dr Ismail, Muradi, Suparyono, HalirMankudijoyo, Sunanto, dan Sudarmo.
Sementara Supriyadi dianggap hilang, nasibnya tidak jelas, dan tidak disebut dalam
persidangan.
3) Pembubaran PETA
Pada 18 Agustus 1945 atas persetujuan Persiden Republik Indonesia pertama,
Soekarno, dan perjanjian kapitulasi Jepang dengan blok Sekutu, Tentara Kekaisaran
Jepang memerintahkan pasukan PETA untuk menyerah. Hal itu pun menandakan
pembubaran PETA.
Soekarno tidak ingin dianggap Indonesia yang baru lahir adalah
hasil kolabolator Kekaisaran Jepang. Sehingga alih-alih mengubah PETA menjadi
tentara nasional, Soekarno lebih memilih membubarkannya. Sehari setelahnya,
Letnan Jenderal Nagano Yuichiro pun mengucapkan pidato perpisahan untuk anggota
kesatuan PETA
B. Heiho
Heiho (pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung
ditempatkan di organisasi militer, baik angkatan darat maupun laut. Tujuan
didirikannya Heiho adalah untuk membantu Jepang dengan membangun kubu
pertahanan, menjaga keamanan dan ikut dalam medan perang Jepang. Anggotanya
42.000 orang, tetapi mereka tidak sampai berpangkat perwira karena perwira hanya
untuk orang Jepang.
Syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain :
1) Usia 18 sampai 25 tahun,
2) Berbadan sehat,
3) Berkelakuan baik,
4) Berpendidikan minimal sekolah dasar.
Gambar Organisasi Heiho
[1] Gemini, Galun Eka; Sofianto, Kunto (2015). "Peranan Lasykar Hizbullah di Priangan
1945-1948". Patanjala. Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat. 7 (3): 381–398.
[2] Hidayat, Lukman; Saraswati, Ufi (2020). "Bentuk Perjuangan Laskar Hizbullah
Karesidenan Kedu dalam Perang Kemerdekaan Tahun 1944-1947". Journal of Indonesian
History. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 9 (2): 142–
153.
[3] Mulyaningsih, Jumeroh; Hamidah, Dedeh Nur (2018). "Laskar Santri Pejuang Negeri:
Rekam Jejak Laskar Hizbullah dalam Pertempuran 10 November 1945 di
Surabaya". Tamaddun. Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Syekh Nurjati
Cirebon. 6 (2): 1–30.
[4] Wardaya, F. X. B. T. (2008). Mencari Supriyadi: kesaktian pembantu utama Bung Karno
Indonesia: Galangpress
[5] Mustopo, M. Habib (2005). Sejarah: Untuk kelas 2 SMA. Yudhistira. ISBN 978-979-676-
707-6.
[6] Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (2008). Sejarah nasional
Indonesia: Zaman Jepang dan zaman Republik Indonesia, ±1942-1998. PT balai pustaka.
hlm. 45