Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatNya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah tentang “Perlawanan Rakyat Aceh
Vs Portugis Dan VOC”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajari berbagai sejarah tentang cikal bakal Bangsa Indonesia dan bisa mengetahui
perjuangan dari rakyat-nya itu sendiri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Dengan ini, kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat untuk semua
pihak. Amin.

Sorek Satu, 4 November 2018


Penulis

1
Daftar isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I. Pendahuluan

A. Latar belakang.............................................................................................

B. Rumusan masalah......................................................................................

C. Tujuan.......................................................................................................

BAB II. Pembahasan

A. Aceh versus portugis dan VOC.............................................................

B. Kehidupan Kerajan Makala……………………………………………

C. Raja –Raja Kerajaan Malaka………………………………………….

D. Jatuhnya Kerajaan Malaka……………………………………………

E. Perlawanan Aceh vs Portugis dan VOC……………………………...

BAB III. Penutup

A. Kesimpulan..............................................................................................

B. Salam penutup.........................................................................................

C. Daftar Pustaka..........................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Akhir-akhir ini saya selaku perwakilan kelompok 2 banyak mendapati orang-orang yang

lupa akan sejarah negara Indonesia, khususnya sejarah terhadap daerahnya sendiri. Banyak

orang yang melupakan hal tersebut karena mereka beranggapan bahwa tidak penting untuk

dibahas. Mendengar hal tersebut perasaan kita tentu sangat miris karena sudah banyak orang

yang melupakan asal-usul tentang dirinya sendiri dan sejarah daerah mereka.

            Tidak hanya itu mungkin sebagian besar orang-orang yang ada di Indonesia

sudah mulai menghilangkan sejarah daerah mereka masing-masing. Bahkan mungkin ada

sebagian orang yang telah menolak akan keberadaan sejarah daerah mereka. Dengan keadaan

yang seperti ini, kita harus memberitahu mereka melalui tulisan ataupun lisan bahwa sejarah

merupakan bagian terpenting yang tidak bisa kita pisahkan dengan kehidupan kita sehari-hari.

Janganlah sampai melupakan sejarah. Seperti kata presiden pertama kita yaitu Soekarno Jas

Merah yang artinya jangan sekali-kali melupakan sejarah. Kita sebagai bangsa Indonesia harus

bangga terhadap sejarah negara kita, terutama terhadap sejarah asal-usul daerah kita masing-

masing. Agar kelak sejarah bangsa ini akan terus berlanjut sampai ke generasi muda yang akan

datang
3

B. Rumusan Masalah

Pada rumusan masalah ini kami dari kelompok II akan merumuskan masalah materi kami

yaitu:

a). Kapan jatuh kerajaan malaka?

b). Kenapa portugis ingin menyerang aceh?

c). Kapan portugis mulai melancarkan serangan terhadap aceh?

d). Siapa nama pimpinan portugis yang pertama kali menyerang aceh?

e). Apa penyebab yang mendorong perlawanan aceh terhadap portugis?

f). Apa persiapan aceh dalam melakukan penyerangan ke portugis?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah sejarah perlawanan aceh terhadap portugis adalah:

a). Untuk membahas kembali sejarah bangsah indonesia yang merupakan negara banggaan

kita selaku anak bangsa yang terlahir di indonesia karna pada zaman ini anak bangsa sudah

banyak melupakan sejarah negara atau daerahnya

b). Untuk mengetahui lebih detil tentang sebab perlawan aceh terhadap portugis

c). Untuk mengetahui sebab portugis menyerang aceh


4

BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah Aceh Vs Portugis Dan VOC
Rempah-rempah merupakan barang dagangan utama saat itu. Bangsa Eropa tidak ingin
bergantung pada pedagang-pedagang Islam di Timur Tengah dalam mendapatkan rempah-
rempah. Usaha untuk mendapatkan rempah-rempah ke dunia Timur dimulai oleh bangsa
Portugis tahun 1486 saat Bartoholomeus Diaz menemukan ujung Afrika Selatan.

Usaha untuk mendapatkan rempah-rempah diteruskan oleh Vasco da Gama yang tiba di India
pada tahun 1498. Menyadari bahwa asal rempah-rempah bukan dari India bangsa Portugis
meneruskan ekspedisinya dibawah pimpinan Alfonso de Albuquerque sehingga sampai dan
berhasil menguasai Malaka tahun 1511. Sultan Malaka saat itu Mahmud Syah menyingkir ke
Bintan dan kemudian menjadi Kerajaan Johor.
Malaka yang dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511, telah membawa hikmah tersendiri bagi
Aceh. Pasca dikuasaina selat Malaka oleh Portugis banyak para pedagang yang menyingkir ke
wilayah Aceh, sehingga wilayah Aceh bertambah ramai oleh kegiatan perdagangan. Kemajuan
Aceh ini dipandang oleh Portugis sebagai bentuk ancaman, karena itu Portugis berusaha
menguasai wilayah Aceh. Portugis berusaha beberapa kali menyerang Aceh namun berakhir
dengan kegagalan.

Portugis terus berusaha berbagai cara berupaya untuk melemahkan kekuatan Aceh dengan
menganggu dimanapun kapal-kapal dagang Aceh berada. Seperti yang terjadi pada tahun
1524/1525 saat kapal-kapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah diburu oleh kapal-kapal
Portugis untuk ditangkap. Oleh karena itu, tindakan-tindakan Portugis telah mendorong
munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai persiapan Aceh melakukan langkah-langkah antara
lain:

1. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam dan prajurit.


2. Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki pada
tahun 1567.
3. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara.

Parameswara merupakan seseorang yang menganut agama Hindu. Saat kerajaan Sriwijaya

runtuh akibat diserang oleh Majapahit, ia melarikan diri ke Malaka. Saat itu, di daerah tersebut

terdapat suku pribumi yaitu suku Laut yang jumlahnya sekitar kurang lebih 30 keluarga. Mereka

umumnya merupakan nelayan.  Parameswara beserta rombongannya yang sudah memiliki

peradaban yang lebih tinggi, berhasil mempengaruhi penduduk asli, sehingga bersama-sama

dengan suku Laut, parameswara berhasil mengubah Malaka menjadi kota yang ramai.

Para penduduk suku Laut juga diajari menanam tanaman yang sebelumnya belum mereka kenal,

seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah. Alhasil, wilayah Malaka menjadi pusat perdagangan

saat itu.
5

Nama Malaka diambil dari bahasa Arab “Malqa” yang berarti tempat bertemu. Alasannya

karena di tempat inilah para pedagang dari berbagai negeri bertemu dan melakukan transaksi

perdagangan.

B. KEHIDUPAN KERAJAAN MALAKA

Kerajaan Malaka atau yang lebih dikenal dengan kesultanan Malaka merupakan sebuah kerajaan

yang pernah berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan ini bercorak Melayu, dan didirikan oleh

Parameswara antara tahu

1. Kehidupan Politik

Dalam sumber Kronik Dinasti Ming disebutkan bahwasanya Parameswara sebagai pendiri

Malaka mengunjungi Kekaisaran China dan bertemu Kaisar Yongle di Nanjing pada tahun 1405

M untuk meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yang

diserahkan oleh Parameswara, Kaisar Yongle bersedia untuk memberikan perlindungan atas

kerajaan Malaka.

Kronik Dinasti Ming juga menyebutkan bahwa telah 29 kali utusan dari Malaka mengunjungi

kaisar China. Atas dasar ini, kerajaan Malaka dapat terhindar dari serangan kerajaan Siam dari

utara, karena kaisar China telah mengabarkan kepada penguasa Ayuthaya bahwa kekaisaran

China dengan Malaka saling berhubungan. Kerajaan Malaka juga menjadi salah satu pangkalan

bagi armada Dinasti Ming.

Sampai tahun 1435, kerajaan Malaka mempunyai hubungan yang dekat dengan DInasti Ming.

Armada Ming bertugas untuk mengamankan jalur pelayaran di Selat Malaka yang sering

diganggu oleh kawanan perompak dan bajak laut. Di bawah lindungan Dinasti Ming, kerajaan

Malaka menjadi pusat perdagangan karena menguasai pelabuhan penting di pesisir barat

Semenanjung Malaya yang tidak dapat disentuh oleh Majapahit dan Ayuthaya.

Selain dekat dengan kekaisaran China, kerajaan Malaka juga mengadakan hubungan diplomatik

dengan kerajaan Majapahit setelah menikahi putri dari raja Jawa tersebut.
6

Pada masa kejayannya, kerajaan Malaka berhasil menguasai wilayah-wilayah berikut, yaitu :

 Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, dan lain sebagainya)


 Brunei dan Serawak
 Wilayah pesisir timur Sumatera Bagian Tengah
 Kepulauan Riau
 Tanjungpura (Kalimantan Barat)
 Adapun daerah yang dikuasai kerajaan Malak dengan jalan diplomasi yaitu :
 Indragiri

2. Kehidupan Agama

Sebelumnya, kehidupan kerajaan Malaka menganut agama Hindu yang merupakan bawaan dari

Parameswara yang berasal dari kerajaan Sriwijaya. Dalam kitab Sulalatus Salatin, diceritakan

bahwa kerajaan Malaka memiliki hubungan yang dekat dengan kerajaan Samudera Pasai.

Hubungan ini dikarenakan anak Sultan Pasai yang menikah dengan raja kerajaan Malaka dan

kemudian Sultan Malaka yang selanjutnya juga turut membantu memadamkan pemberontakan

di Pasai.

Putra Parameswara yang kemudian menjadi raja, yaitu Megat Iskandar Syah kemudian memeluk

agama Islam. Atas dasar tersebut, maka bergantilah corak kehidupan agama masyarakat Malaka

menjadi Islam.

3. Kehidupan Pemerintahan

Walaupun Kesulatanan Malaka bercorak Islam, akan tetapi dalam menjalankan pemerintaha,

kerajaan Malaka tidak menganut pemerintahan Islam secara menyeluruh. Hal ini terbukti pada

undang-undang yang digunakan di Malaka seperti Hukum Kanun Malaka hanya menjalankan

40,9 % aturan Islam. Begitu juga dengan Undang-Undang Laut Malaka yang hanya memiliki 1

pasal dari 25 pasal yang mengikuti ajaran Islam.

Sturktur pemerintahan kerajaan Malaka sudah tertata rapi. Sultan Malaka memiliki kekuasaan

yang absolut, artinya seluruh peraturan dan undang-undang merujuk kepada raja Malaka. Dalam

menjalankan roda pemerintahan, raja Malaka dibantu oleh bendahara, Tumenggung, Penghulu

Bendahari, dan Syahbandar. Lalu terdapat juga beberap amenteri yang mengurus beberapa

masalah pemerintahan. Terakhir, terdapat juga jabatan Laksamana yang awalnya hanya

diberikan kepada suku Laut.


7

4. Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial kerajaan Malak dipengaruhi oleh letak geografis, keadaan alam, dan

lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat kerajaan Maritim, hubungan sosial masyarakatnya

sangat kurang dan bahkan menjurus ke individualisme.

Pada kehidupan budaya, perkembangan sastra dan budaya Melayu sangat kental di kerajaan

Malaka. Munculnya karya-karya sastra seperti hikayat Hang Tuah, hikayat Hang Lekir, dan

hikayat Hang Jabat menandai pesatnya perkembangan budaya Melayu kerajaan Malaka.

5. Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai dari barang masuk dan keluar dari

pelabuhan-pelabuhan Malaka. Hal ini dapat meningkatkan kas keuangan kerajaan. Selain itu,

adanya undang-undang laut yang berisi peraturan pelayaran dan perdagangan memungkinkan

kerajaan Malaka memperoleh keuangan dengan baik.

Adapun ciri-ciri perdagangan kerajaan Malaka yaitu :

 Penerimaan pajak bead an cukai dari barang-barang dibedakan berdasarkan asal barang
tersebut. Contohnya seperti barang yang berasal dari India, Persia, Arab, dan lain-lain di
wilayah Asia Barat, mereka mengenakan pajak sebesar 6%. Sedangkan barang-barang
dari Asia  Timur, mereka tidak dikenakan pajak, namun diwajibkan membayar upeti
kepada raja dan pembesar pelabuhan.
 Dikeluarkannya undang-undang laut yang dapat menjaga stabilitas kegiatan perdagangan
di kerajaan Malaka
 Perdagangan dijalankan dalam dua jenis, yaitu pertama pedagang memasukkan modal
dalam bentuk dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke wilayah luar. Kedua,
pedagang menitipkan barang atau meminjamkan uang kepada para nakhoda yang akan
membagi keuntungannya kepada pemilik modal.
 Raja dan pejabat tinggi kerajaan ikut dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka juga
memiliki kapal, nakhoda, dan awak kapal sendiri. Selain itu, mereka juga menanamkan
modal-modalnya ke perusahaan pelayaran.
8

C. RAJA-RAJA KERAJAAN MALAKA

1. Iskandar Syah atau Parameswara

Raja Parameswara merupakan pendiri kerajaan Malaka sekaligus menjadi raja pertama kerajaan

ini. Ia memerintah dari tahun 1396-1414 M. pada abad ke-15 M, teradi perang paregreg yang

mengakibatkan Parameswara melarikan diri dari Blambangan ke Tumasik (Singapura sekarang)

dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Semenanjung Malaya dan mendirikan perkampungan

Malaka.

Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di kerajaan Malaka dan akibat dekatnya kerajaan

Malaka dengan kerajaan Islam Samudera Pasai, maka Parameswara kemudian memeluk agama

Islam dan berganti nama menjadi Iskandar Syah, dan merubah corak kerajaan dari sebelumnya

beragama Hindu menjadi kerajaan atau kesultanan Islam.

2. Muhammad Iskandar Syah

Muhammad Iskandar Syah merupakan anak dari Iskandar Syah yang memerintah kerajaan

Malaka sesudah ayahnya, yaitu dari tahun 1414-1424 M. pada masa pemerintahannya,

Muhammad Iskandar Syah berhasil memperluas daerah kekuasaan kerajaan Malaka sampai

seluruh Semenanjung Malaya.

Untuk memuluskan ambisinya menjadi kerajaan Malaka tunggal yang menguasai jalur

perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka, maka ia harus berhadapan dengan kerajaan

Samudera Pasai yang kekuatannya jauh lebih besar. Oleh karena itu, ia memilih untuk

melakukan hubungan diplomatik dengan cara menikah dengan putri dari raja Pasai saat itu.

3. Mudzafat Syah

Setelah Muhammad Iskandar Syah mangkat, maka digantikan oleh Mudzafat Syah dengan gelar

sultan. Mudzafat Syah merupakan raja pertama yang bergelar sultan di kerajaan Malaka. Ia

memerintah dari tahun 1424-1458 M.

Pada masa pemerintahannya, ia berhasil memperluas kekuasaan sampai ke Pahang, Indragiri,

sampai ke Kampar. Tetapi, pada masa ini pula, kerajaan Malaka mendapat serangan dari

kerajaan Siam, akan tetapi berhasil ditumpas atau digagalkan.


9

4. Sultan Mansyur Syah

Ia merupakan putra dari Mudzafat Syah yang memerintah kerajaan Malaka sejak tahun 1458-

1477 M. saat ia memimpin, kerajaan Malaka berhasil menjalani masa keemasannya. Hal ini

dapat dibuktikan dengan kerajaan Malaka berhasil menjadi pusat perdagangan dan penyebaran

Islam di Asia Tenggara.

Sultan Mansyur Syah meneruskan pekerjaan ayahnya dengan memperluas daerah kekuasaan,

baik di Semenanjung Malaya maupun di wilayah Sumatera Tengah. Ia juga berhasil

mengalahkan kerajaan Siam dengan menewaskan raja kerajaan Siam saat itu. Putra mahkota

kerajaa Siam ditawan dan kemudian dikawinkan dengan putri Sultan Mansyur Syah.

Kebesaran dan keberhasilan kerajaan Malaka dalam mencapai masa kejayaannya tidak terlepas

dari peranan laksamana Hang Tuah. Bahkan, laksamana Hang Tuah disamakan dengan

kebesaran Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit. Cerita Hang Tuah dituangkan dalam

sebuah hikayat yaitu hikayat Hang Tuah.

5. Sultan Alaudin Syah

Ia merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah yang memerintah kerajaan Malaka dari tahun

1477 M sampai dengan 1488 M. pada masa pemerintahannya, kerajaan Malak mulai mengalami

kemunduran dibuktikan dengan mulai lepasnya daerah kekuasaan satu persatu. Hal itu

disebabkan karena Sultan Alaudin Syah dianggap tidak cakap dalam memerintah.

6. Sultan Mahmud Syah

Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah yang memerintah kerajaan malaka dari tahun 1488-

1511 M. ia sekaligus menjadi raja terakhir kerajaan Malaka dikarenakan pada masa

pemerintahannya, kerajaan Malaka menjadi kerajaan yang kecil dengan hanya sebagian wilayah

Semenanjung Malaya saja yang menjadi daerah kekuasannya. Hal ini diperparah dengan

serangan yang diadakan oleh Portugis dibawah pimpinan Alfonso d`Alberquerque yang berhasil

menjatuhkan kerajaan Malaka, dan akhirnya runtuhlah kerajaan Malaka.

10
D. JATUHNYA KERAJAAN MALAKA

Kerajaan Malaka runtuh dikarenakan adanya serangan dari Portugis dibawah kendali Alfonso

d`Alberquerque yang berhasil mengalahkan pasukan kerajaan Malaka pada tahun 1511 Masehi.

Usia Malaka ternyata cukup pendek, hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada tahun 1512 M,

Sultan Mahmud Syah dibantu dengan Adipati Unus mencoba untuk menyerang Malaka yang

telah jatuh ke tangan Portugis. Namun, serangan mereka berhasil dipadamkan oleh pasukan

portugis.

E . Perlawanan Aceh Terhadap Portugis dan VOC

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, justru membawa hikmah bagi Aceh.
Banyak para pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka menuju ke Aceh. Dengan demikian
perdagangan di Aceh semakin ramai. Hal ini telah mendorong Aceh berkembang menjadi
bandar dan pusat perdagangan. Perkembangan Aceh yang begitu pesat ini dipandang oleh
Portugis sebagai ancaman, oleh karena itu, Portugis berkehendak untuk menghancurkan Aceh.
Pada tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan Henrigues, dan
menyusul pada tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza. Beberapa serangan Portugis ini mengalami
kegagalan.

Portugis terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat perdagangan. Kapal-
kapal Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang Aceh di manapun berada. Misalnya, pada
saat kapal-kapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah pada tahun 1524/1525 diburu oleh
kapal kapal Portugis untuk ditangkap. Sudah barang tentu tindakan Portugis telah merampas
kedaulatan Aceh yang ingin bebas dan berdaulat berdagang dengan siapa saja, mengadakan
hubungan dengan bangsa manapun atas dasar persamaan. Oleh karena itu, tindakan kapal-kapal
Potugis telah mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai persiapan Aceh
melakukan langkah-langkah antara lain:

1. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam dan prajurit


2. Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki pada
tahun 1567.
3. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara.

berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus
bertahan mati-matian di Formosa/ Benteng. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya
sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada tahun 1569
Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh
pasukan Aceh.

Sementara itu, Portugis mempunyai rencana terhadap Aceh sebagai berikut :

1. Menghancurkan Aceh dengan jalan mengepungnya selama 3 tahun.


2. Setiap kapal yang berlayar di selat Malaka akan disergap dan dihancurkan.

Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan dominasi asing, oleh
karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), semangat juang mempertahankan
tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang
gagah berani dan bercita-cita untuk mengenyahkan penjajahan asing,
11

Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga menyiapkan
pasukan gajah dan milisi infanteri. Sementara itu untuk mengamankan wilayahnya yang semakin
luas meliputi Sumatera Timur dan Sumatera Barat, ditempatkan para pengawas di jalur-jalur
perdagangan.Para pengawas itu ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan penting seperti di
Pariaman. Para pengawas itu umumnya terdiri para panglima perang. Setelah mempersiapkan
pasukannya, pada tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka. Menghadapi
serangan kali ini Portugis sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan semua kekuatan
tentara dan persenjataan untuk menghadapi pasukan Iskandar Muda. Namun, serangan Aceh kali
ini juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan Aceh dan Portugis semakin
memburuk. Bentrokan-bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi, tetapi Portugis
tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari
Malaka. Yang berhasil mengusir Portugis dari Malaka adalah VOC pada tahun 1641.

 Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis dan VOC

Karena ulah orang-orang Portugis yang serakah, maka hubungannya dengan Ternate yang
semula baik menjadi retak. Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat
Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan
Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533.

Untuk menghadapi Portugis, Sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau
Jawa bersatu melawan Portugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap
Portugis. rakyat Maluku bangkit melawan Portugis. Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu.
Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa terdesak, Portugis lalu mendatangkan pasukan dari
Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut menyerbu beberapa
wilayah di kerajaan Ternate.

Rakyat Maluku di bawah pimpinan kerajaan Ternate berjuang penuh semangat mempertahankan
kemerdekaannya. Tetapi kali ini Ternate belum berhasil mengusir Portugis. Untuk sementara
Portugis dapat menguasai Maluku.

Pada tahun 1565 rakyat Ternate bangkit kembali melawan Portugis di bawah pimpinan Sultan
Hairun. Portugis hampir terdesak, tetapi kemudian melakukan tindakan licik. Sultan Hairun
diajak berunding. Untuk itu Sultan Hairun diundang agar datang ke benteng Portugis. Dengan
jiwa kesatria dan tanpa perasaan curiga Sultan memenuhi undangan Portugis.

Setiba di benteng Portugis Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan
rakyat Maluku. Perlawanan umum berkobar lagi di bawah pimpinan Sultan Baabullah,
pengganti Sultan Hairun. Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut oleh Ternate. Dengan
demikian rakyat Ternate berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Portugis.

Pasukan bantuan dari Malaka di bawah pimpinan Antonio Galvao tidak hanya menyerbu
Ternate, tetapi juga Tidore. Armada Portugis mengepung pelabuhan Tidore. Rakyat Tidore telah
siap. Orang-orang Tidore mulai menembaki armada Portugis. Pertempuran pun berkobar dengan
sengitnya. Orang-orang Portugis berhasil mendarat dan merebut kota Tidore.

Setelah kota Tidore diduduki Portugis, orang-orang Tidore pun mengadakan penyerbuan dari
laut dengan perahu kora-kora. Usaha ini juga belum berhasil. Maka dilaksanakan serangan
serempak dari darat maupun laut. Tetapi ternyata bahwa armada Portugis lebih unggul. Oleh
karena itu perlawanan rakyat Tidore pun tidak berhasil.
12

Perlawanan Rakyat Aceh terhadap VOC

Usaha VOC untuk berdagang dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak
berhasil, karena Sultan Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit orang-orang barat
untuk berdagang di wilayahnya.

Ketika itu Inggris dan Belanda minta ijin untuk berdagang di wilayah Aceh. Sultan Iskandar
Muda menegaskan bahwa ia hanya akan memberi ijin kepada salah satu di antara keduanya
dengan syarat ijin diberikan kepada yang memberi keuntungan kepada Kerajaan Aceh.

Karena merasa kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang Inggris dan Belanda
mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan
gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak berhasil, karena armada Aceh selalu siaga
menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.

Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar uda, Aceh mulai surut. Hal itu akibat
kekalahan Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Aceh membutuhkan
banyak beaya untuk membangun armadanya kembali. Maka dengan sangat terpaksa, Aceh
memberi ijin kepada VOC untuk berdagang di wilayahnya.

Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan. Pada tahun 1641 VOC merebut
Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan penting di Selat Malaka. Akibatnya
peranan Aceh di selat tersebut makin berkurang.
13

berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus
bertahan mati-matian di Formosa/ Benteng. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya
sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada tahun 1569
Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh
pasukan Aceh.

Sementara itu, Portugis mempunyai rencana terhadap Aceh sebagai berikut :

1. Menghancurkan Aceh dengan jalan mengepungnya selama 3 tahun.


2. Setiap kapal yang berlayar di selat Malaka akan disergap dan dihancurkan.

Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan dominasi asing, oleh
karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), semangat juang mempertahankan
tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang
gagah berani dan bercita-cita untuk mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir
Portugis dari Malaka. Iskandar Muda berusaha untuk melipatgandakan kekuatan pasukannya.
Angkatan lautnya diperkuat dengan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut 600-800 prajurit.
Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga menyiapkan
pasukan gajah dan milisi infanteri.

Para pengawas itu ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan penting seperti di Pariaman. Para


pengawas itu umumnya terdiri para panglima perang. Setelah mempersiapkan pasukannya, pada
tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka. Menghadapi serangan kali ini
Portugis sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan semua kekuatan tentara dan
persenjataan untuk menghadapi pasukan Iskandar Muda. Namun, serangan Aceh kali ini juga
tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, . Hubungan Aceh dan Portugis semakin
memburuk. Bentrokan-bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi

Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis dan VOC

Karena ulah orang-orang Portugis yang serakah, maka hubungannya dengan Ternate yang
semula baik menjadi retak. Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat
Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan
Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533.

Untuk menghadapi Portugis, Sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau
Jawa bersatu melawan Portugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap
Portugis. rakyat Maluku bangkit melawan Portugis. Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu.
Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa terdesak, Portugis lalu mendatangkan pasukan dari
Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut menyerbu beberapa
wilayah di kerajaan Ternate.

Rakyat Maluku di bawah pimpinan kerajaan Ternate berjuang penuh semangat mempertahankan
kemerdekaannya. Tetapi kali ini Ternate belum berhasil mengusir Portugis. Untuk sementara
Portugis dapat menguasai Maluku.

Pada tahun 1565 rakyat Ternate bangkit kembali melawan Portugis di bawah pimpinan Sultan
Hairun. Portugis hampir terdesak, tetapi kemudian melakukan tindakan licik. Sultan Hairun
diajak berunding. Untuk itu Sultan Hairun diundang agar datang ke benteng Portugis. Dengan
jiwa kesatria dan tanpa perasaan curiga Sultan memenuhi undangan Portugis.Setiba di benteng
Portugis Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan rakyat Maluku.
Perlawanan umum berkobar lagi di bawah pimpinan Sultan Baabullah, pengganti Sultan Hairun.
Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut oleh Ternate. Dengan demikian rakyat Ternate
berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Portugis.
14

Pasukan bantuan dari Malaka di bawah pimpinan Antonio Galvao tidak hanya menyerbu
Ternate, tetapi juga Tidore. Armada Portugis mengepung pelabuhan Tidore. Rakyat Tidore telah
siap. Orang-orang Tidore mulai menembaki armada Portugis. Pertempuran pun berkobar dengan
sengitnya. Orang-orang Portugis berhasil mendarat dan merebut kota Tidore.

Perlawanan Rakyat Aceh terhadap VOC

Usaha VOC untuk berdagang dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak
berhasil, karena Sultan Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit orang-orang barat
untuk berdagang di wilayahnya.

Ketika itu Inggris dan Belanda minta ijin untuk berdagang di wilayah Aceh. Sultan Iskandar
Muda menegaskan bahwa ia hanya akan memberi ijin kepada salah satu di antara keduanya
dengan syarat ijin diberikan kepada yang memberi keuntungan kepada Kerajaan Aceh.

Karena merasa kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang Inggris dan Belanda
mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan
gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak berhasil, karena armada Aceh selalu siaga
menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar uda, Aceh
mulai surut. Hal itu akibat kekalahan Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka. Oleh
karena itu, Aceh membutuhkan banyak beaya untuk membangun armadanya kembali. Maka
dengan sangat terpaksa, Aceh memberi ijin kepada VOC untuk berdagang di wilayahnya.

Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan. Pada tahun 1641 VOC merebut
Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan penting di Selat Malaka. Akibatnya
peranan Aceh di selat tersebut makin berkurang.

Perlawanan Rakyat Maluku Melawan VOC

1. Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah
pimpinan Kakiali, Kapten Hitu.
2. Pada tahun 1646 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah
pimpinan Telukabesi
3. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi.
4. Pada akhir abad ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah
pimpinan Sultan Jamaluddin
5. Tahun 1780 pasukan Patra Alammenyerang dan mengepung tempat kediaman Sultan
Nuku, namun Sultan Nuku berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke Halmahera
6. Menjelang akhir abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di
bawah pimpinan Sultan Nukudari Tidore
7. Perlawanan Pattimura(1817). Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota
kecil di dekat pulau Ambon.

Sebab-sebab terjadinya perlawanan terhadap Belanda adalah :

1. Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita
dibawah VOC
2. Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali
penyerahan wajib dan kerja wajib
3. Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
4. Penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-
perkebunan dan membuat garam.
5. Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi.
6. Banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-
kota besar saja.
15

Tokoh – Tokoh Perlawanan

1 .  Kakiali.                                          5 . Sultan Nuku

2 . Teluka Besi                                    6 . Patra Alam

3 . Saidi                                               7 . Kapten Pattimura

4 . Sultan Jamaludin

Kronologi Terjadinya Perlawanan

 tahun 1635 dipimpin Kakialidan Kapten Hitu mengobarkan perlawanan  kedudukan


Belanda terancam.Gubernur Jendral van Diemen dari Batavia datang dua kali pada tahun
1637 dan 1638. Perlawanan rakyat Maluku berhasil dipatahkan dengan
terbunuhnya Kakiali oleh seorang pengkhianat pada tahun 1643.
 Perlawanan kembali pecah yang dilakukan orang-orang Hitu dibawah
pimpinanTahun1646 perlawanan berhasil diredakan. Akibatnya banyak orang Hitu yang
diasingkan ke Batavia.
 1650, perlawanan terjadi lagi diwilayah Ambon sampai Ternate. Perlawanan dipimpin
oleh Saidi. Belanda mulai terdesak dan minta bantuan ke Batavia.Bantuan dibawah
pimpinan Vlaming van Oosthoorndatang pada bulan Juli 1655.Karena bantuan pasukan
Batavia persenjataan lebih lengkap dan canggih, pasukan rakyat terdesak, Saidi berhasil
ditangkap dan dibunuh. Perlawanan rakyat Maluku berhasil dipatahkan. -Perlawanan
kembali terjadi dibawah pimpinan Raja Tidore , Sultan Jamaluddin. Namun pada tahun
1779 Sultan Jamaluddin berhasil ditangkap Belanda dan dibuang ke Srilangka.
 Belanda berhasil masuk lebih lebih jauh dikehidupan politik kerajaan. Hal itu dibuktikan
dengan adanya perebutan kekuasaan di kerajaan Tidore.PenggantiSultan Jamaluddinyang
seharusnya Pangeran Nuku digantikan Patra Alam, seorang kaki tangan Belanda.Rakyat
Tidore ternyata menghendaki Pangeran Nuku yang menjadi Sultan. Perlawanan
selanjutnya terjadi seperti perang saudara antar rakyat Tidore.
 Tahun 1780 pasukan Patra Alammenyerang dan mengepung tempat kediaman Sultan
Nuku, namun Sultan Nuku berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke Halmahera.Di
Halmahera, Sultan Nuku mendirikan markas besar untuk melawan VOC dan Patra Alam.
Perlawanan selama 17 tahun menunjukkan hasil. Sultan Nuku berhasil mengadu domba
Belanda dan Inggris yang berkuasa di Maluku Utara. Perlawanan Sultan Nuku tidak
sebatas di Maluku Utara, tetapi sampai di Papua. Sultan Nuku bersama Panglima Zaibal
Abidinberhasil merebut Tidore dari tangan Belanda.Tahun 1805 Sultan Nuku meninggal
dunia, Belanda dapat menguasai lagi wilayah Tidore. Perlawanan Pattimura(1817).
Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon.
Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah pimpinanThomas
Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan
membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat
menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas tertembak dan benteng
berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku. Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda
dikerahkan secara besar-besaran, Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-
kawan dan pada tanggal 16 Nopember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang
gantungan, dan berakhir perlawanan rakyat Maluku.
16

Datangnya pihak kolonial


Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16,
pertama dengan Portugal, lalu sejak abad ke-18 dengan Britania Raya (Inggris) dan Belanda.
Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau Pinang di
Semenanjung Melayu kepada Britania Raya.

Pada tahun 1824, Perjanjian Britania-Belanda ditandatangani: Britania menyerahkan wilayahnya


di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka,
meskipun hal ini tidak benar. Pada tahun 1871, Britania membiarkan Belanda untuk menjajah
Aceh, kemungkinan untuk mencegah Perancis dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut.

Perang Aceh
Tahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda. Perang Aceh disebabkan karena:

1. Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858. Di mana Sultan
Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal
daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada di bawah kekuasaan Aceh.
2. Belanda melanggar Siak, maka berakhirlah perjanjian London (1824). Di mana isi
perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas
kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Sinagpura.
Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
3. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang
lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan Aceh ini disetujui Inggris, karena
memang Belanda bersalah.
4. Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps menyebabkan perairan Aceh
menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan.
5. Dibuatnya Perjanjian Sumatera 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Inggris
memberika keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda
harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Sumatera. Belanda mengizinkan Inggris
bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guinea Barat kepada Inggris.
6. Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan
Konsul Amerika, Italia, Turki di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke Turki 1871.
7. Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di
Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil
Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya
datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tengtang apa yang
sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan
keterangan.

Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah melakukan beberapa
ancaman diplomatik. Sebuah ekspedisi dengan 3.000 serdadu yang dipimpin Mayor Jenderal
Johan Harmen Rudolf Köhler dikirimkan pada tahun, namun ekspedisi tersebut berhasil
dikalahkan tentara Aceh, di bawah pimpinan Panglima Polem dan Sultan Machmud Syah, yang
telah memodernisasikan senjatanya. dan bahkan Köhler sendiripun tewas tertembak di depan
Mesjid Raya Baiturrahman pada tanggal 10 April 1873.

Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten berhasil merebut istana sultan.
Ketika Sultan Machmud Syah wafat pada tanggal 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku
Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai sultan Aceh di mesjid Indrapuri. Pada 13 Oktober
1880,
17

Pada masa perang dengan Belanda, Kesultanan Aceh meminta bantuan kepada perwakilan
Amerika Serikat di Singapura yang disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam
perjalanannya menuju Pelantikan Kaisar Napoleon III dari Perancis. Aceh juga mengirim Habib
Abdurrahman azh-Zhahir untuk meminta bantuan kepada Kalifah Usmaniyah. Namun Turki
Utsmani kala itu sedang menghadapi invasi rusia yang mencaplok kawasanya seperti uzbekistan
dan lain-lain. Sedangkan Amerika Serikat menolak campur tangan dalam urusan Aceh dan
Belanda.

Perang kembali berkobar pada tahun 1883. Pasukan Belanda berusaha membebaskan para pelaut
Britania Raya yang sedang ditawan disalah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh, dan
menyerang kawasan tersebut. Sultan Aceh menyerahkan para tawanan dan menerima bayaran
yang cukup besar sebagai gantinya. Sementara itu, Menteri Perang Belanda, August Willem
Philip Weitzel, kembali menyatakan perang terbuka melawan Aceh. Belanda kali ini meminta
bantuan para pemimpin setempat, di antaranya Teuku Umar. Teuku Umar diberikan gelar
panglima perang besar dan pada 1 Januari 1894 bahkan menerima dana bantuan Belanda untuk
membangun pasukannya. Ternyata dua tahun kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda
dengan pasukan baru tersebut. Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem
dan Sultan terus tanpa pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan
mendadak dari pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut NyaK Dhien,
istri Teuku Umar tampil menjadi komandan perang gerilya.

Pada tahun 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut
Aceh. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah
berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran
kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran
ini ternyata berhasil. Dr Snouck Hurgronye yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh
untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan
judul Rakyat Aceh (De Atjehers). Dalam buku itu disebutkan rahasia bagaimana untuk
menaklukkan Aceh.

Isi nasihat Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda yang bertugas di Aceh adalah:

1. Mengesampingkan golongan Keumala (yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala)


beserta pengikutnya.
2. Senantiasa menyerang dan menghantam kaum ulama.
3. Jangan mau berunding dengan para pimpinan gerilya.
4. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya.
5. Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan langgar,
masjid, memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh.

Pada tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh pada 1898-
1904, kemudian Dr Snouck Hurgronye diangkat sebagai penasihatnya, dan bersama letnannya,
Hendrikus Colijn (kelak menjadi Perdana Menteri Belanda), merebut sebagian besar Aceh.

Sultan Muhammad Daudsyah akhirnya terpaksa meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun
1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda (Belanda
menggunakan strategi licik dengan menekan/menangkap keluarga sultan/pejuang Aceh untuk
melemahkan perjuangan mereka). setelah penyerahan diri sultan, perjuangan mempertahankan
kedaulatan Aceh dilanjutkan oleh Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman setelah mendapat
mandat sebagai wali nanggroe dari sultan Muhammad Daudsyah sebelum menyerahkan diri.
1904.
Strategis licik penculikan anggota keluarga Pejuang/teuntara Aceh, Misalnya Christoffel
menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van der Maaten menawan putera Sultan
Tuanku Ibrahim. Akibatnya,

18

Usaha VOC untuk berdagang dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak
berhasil, karena Sultan Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit orang-orang barat
untuk berdagang di wilayahnya.
Ketika itu Inggris dan Belanda minta ijin untuk berdagang di wilayah Aceh. Sultan Iskandar
Muda menegaskan bahwa ia hanya akan memberi ijin kepada salah satu di antara keduanya
dengan syarat ijin diberikan kepada yang memberi keuntungan kepada Kerajaan Aceh.
Karena merasa kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang Inggris dan Belanda
mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan
gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak berhasil, karena armada Aceh selalu siaga
menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.
Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar muda, Aceh mulai surut. Hal itu akibat kekalahan
Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Aceh membutuhkan banyak
beaya untuk membangun armadanya kembali. Maka dengan sangat terpaksa, Aceh memberi ijin
kepada VOC untuk berdagang di wilayahnya.
Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan. Pada tahun 1641 VOC merebut
Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan penting di Selat Malaka. Akibatnya
peranan Aceh di selat tersebut makin berkurang.
Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda, 1873-1904
Perang Aceh ialah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873 sampai 1904.
Kesultanan Aceh menyerah pada 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus
berlanjut. Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada Aceh, & mulai
melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen.

Pada 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen
Rudolf Köhler, & langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler saat itu
membawa 3. 198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira.
Penyebab Terjadinya Perang Aceh
Perang Aceh disebabkan karena:
Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari Perjanjian Siak 1858. Di mana Sultan Ismail
menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan & Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah
itu sejak Sultan Iskandar Muda, berada di bawah kekuasaan Aceh.
Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian London tahun 1824. Isi
perjanjian London ialah Belanda & Britania Raya membuat ketentuan tentang batas-batas
kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya
mengakui kedaulatan Aceh.
Aceh menuduh Belanda tak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yg lewat perairan
Aceh ditenggelamkan oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung Britania.
Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps. Menyebabkan perairan Aceh menjadi
sangat penting untuk lalu lintas perdagangan.
Ditandatanganinya Perjanjian London 1871 antara Inggris & Belanda, yg isinya, Britania
memberikan keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus
menjaga keamanan lalulintas di Selat Malaka. Belanda mengizinkan Britania bebas berdagang di
Siak & menyerahkan daerahnya di Guyana Barat kepada Britania.
Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul
Amerika Serikat, Kerajaan Italia, Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Dan mengirimkan utusan
ke Turki Usmani pada tahun 1871.

19
Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh & meminta
keterangan dari Sultan Machmud Syah tentang apa yg sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi
Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.
Strategi Siasat Snouck Hurgronje Mata-mata Belanda
Untuk mengalahkan pertahanan & perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan
Snouck Hurgronje yg menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti
kemasyarakatan & ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat
Aceh [De Acehers]. Dalam buku itu disebutkan strategi bagaimana untuk menaklukkan Aceh.
Usulan strategi Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van
Heutsz adalah, supaya golongan Keumala [yaitu Sultan yg berkedudukan di Keumala] dengan
pengikutnya dikesampingkan dahulu.
Tetap menyerang terus & menghantam terus kaum ulama. Jangan mau berunding dengan
pimpinan-pimpinan gerilya. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya. Menunjukkan niat baik
Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan langgar, masjid, memperbaiki jalan-jalan
irigasi & membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh. Ternyata siasat Dr Snouck Hurgronje diterima
oleh Van Heutz yg menjadi Gubernur militer & sipil di Aceh [1898-1904]. Kemudian Dr
Snouck Hurgronje diangkat sebagai penasehatnya.
Taktik Perang belanda Menghadapi Aceh
Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan maréchaussée yg
dipimpin oleh Hans Christoffel dengan pasukan Colone Macan yg telah mampu & menguasai
pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari & mengejar gerilyawan-
gerilyawan Aceh. Taktik berikutnya yg dilakukan Belanda ialah dengan cara penculikan anggota
keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan & Tengku Putroe
[1902].
Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada
tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli & berdamai. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap
Tangse kembali, Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera
Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya & beberapa keluarga terdekatnya.
Akibatnya Panglima Polim meletakkan senjata & menyerah ke Lhokseumawe pada Desember
1903.
Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yg dilakukan di bawah
pimpinan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen yg menggantikan Van Heutz. Seperti
pembunuhan di Kuta Reh [14 Juni 1904] dimana 2. 922 orang dibunuhnya, yg terdiri dari 1. 773
laki-laki & 1. 149 perempuan. Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar yg
masih melakukan perlawanan secara gerilya, dimana akhirnya Cut Nya Dien dapat ditangkap &
diasingkan ke Sumedang.
Surat perjanjian tanda menyerah Pemimpin Aceh
Selama perang Aceh, Van Heutz telah menciptakan surat pendek [korte verklaring, Traktat
Pendek] tentang penyerahan yg harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yg telah
tertangkap & menyerah. Di mana isi dari surat pendek penyerahan diri itu berisikan, Raja
[Sultan] mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda, Raja berjanji tak akan
mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar negeri, berjanji akan mematuhi seluruh
perintah-perintah yg ditetapkan Belanda.
Perjanjian pendek ini menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu yg rumit & panjang dengan
para pemimpin setempat. Walau demikian, wilayah Aceh tetap tak bisa dikuasai Belanda
seluruhnya, dikarenakan pada saat itu tetap saja terjadi perlawanan terhadap Belanda meskipun
dilakukan oleh sekelompok orang [masyarakat]. Hal ini berlanjut sampai Belanda enyah dari
Nusantara & diganti kedatangan penjajah baru yakni Jepang

20

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Akibat adanya kesewenang – wenangan Bangsa Barat khusnya Portugis dan VOC, timbullah
perlawanan dari rakyat pribumi untuk mengusir dan menghapus segala bentuk kejahatan,
kesewenang – wenangan, dan penjajahan yang tidak berperikemanusiaan tersebut.

Saran

Kita sebagai manusia generasi selanjutnya yang telah bebas dari penjajahan  seharusnya selalu
menjaganya. Lakukan apa yang terbaik untuk persatuan dan kesatuan Indonesia. Karena dengan
menjaga persatuan Indonesia, kita telah menghormati perjuangan mereka.
21

DAFTAR PUSTAKA

http://buihkata.blogspot.com/2012/11/perlawanan-rakyat-makasar-terhadap.html

http://buihkata.blogspot.com/2013/02/perlawanan-rakyat-banten-terhadap.html

http://buihkata.blogspot.com/2013/02/perlawanan-rakyat-banten-terhadap.html

http://ilhamadjiputrap.blogspot.com/2012/10/perlawanan-sultan-agung_8.html

http://kendakaku.blogspot.com/2014/01/makalah-perlawanan-daerah-daerah.html
22

Anda mungkin juga menyukai