1. Masa Kecil
Pria yang lahir di Sumedang pada tanggal 18 Oktober 1914 ini merupakan anak ke-
14 dari 16 bersaudara. Ayahnya yang bernama Raden Haji Soelaiman merupakan
seorang pendatang dari Demak, Jawa Tengah, sementara ibunya adalah keturunan
keluarga menak Sumedang yang bernama Nonoh.
Wikana lahir bersamaan ketika Belanda tengah memperkuat pertahanan Kota
Sumedang dari serangan tentara Sekutu yang berniat datang mengambil alih
kepemilikan atas Indonesia. Ia memiliki seorang kakak bernama Winanta yang pernah
dibuang ke Boven Digoel.
Sang kakak terkenal sebagai penulis cerita pendek berjudul Antara Hidup dan Mati
atau Buron dari Boven Digoel. Kisah tersebut termasuk salah satu cerita yang
dikumpulkan dan disunting oleh Pramoedya Ananta Toer menjadi sebuah buku
berjudul Cerita dari Digoel.
6. Akhir Hayat
Pada bulan Oktober 1965, ketika baru saja kembali dari Beijing, ia langsung
dibawa oleh tentara Indonesia untuk diperiksa kemudian dipenjara di KODAM Jaya.
Untungnya, keesokan harinya ia diizinkan untuk pulang.
Lalu, pada bulan Juni 1966, segerombolan orang tak dikenal datang ke rumahnya di
Jalan Dempo No. 7A, Matraman, Jakarta Timur. Orang-orang tersebut menjemputnya
entah untuk dibawa ke mana dan tak pernah kembali.
Selama bertahun-tahun, putra putrinya berusaha mencari kabar tentang keberadaan
sang ayah. Mereka bahkan sampai menemui beberapa teman Wikana, seperti Adam
Malik, Asmara Hadi, dan Chairul Saleh untuk mencari informasi seputar ayahnya.
Sayangnya, usaha itu tidak memberikan hasil sama sekali.
Bahkan, tidak seperti jenazah Tan Malaka yang akhirnya ditemukan dan
dimakamkan dengan layak berkat jasa sejarawan yang bernama Harry Albert Poeze,
jenazah Wikana masih belum juga ditemukan.