Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas Mata Pelajaran Seni Budaya berupa Makalah. Makalah ini yang sayai
susunberjudul “Teater Tradisional”.
Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam proses pengerjaannya, tapi saya telah
berhasil menyelesaikanmakalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna meneyempurna kan
makalah ini dansaya berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umummnya
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 13
B. Saran............................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teater merupakan suatu media langsung atau media komunikasi langsung yang djadikan
wahana penting dalam menyebarkan kebudayaan dan pemikiran di sepanjang zaman. Teater
terkadang mengisahakan tragedi yang begitu menyedihkan yang terkadang memaksa
penonoton untuk terhanyut turut menangis dan terkadang pula ada teater yang terkadang
menyodorkan pertanyaan kepada publik, akan tetapi ada juga teater yang bisa membuat
penontonnya tertawa lebar.
Perubahan struktural dalam substansi teater tradisional perlu diciptakan namun tetap
mempertahankan secara utuh kaidah pementasan, sehingga bisa terwujud pengalaman baru.
Bahkan dalam beberapa kasus, format dan penampilan pementasan harus diubah juga.
Masyarakat sekarang sangat berbeda dengan tipe masyarakat ratusan tahun yang lalu. Mereka
memiliki tuntutan dan selera yang baru pula. Karena itu, teater mesti menggarap persoalan
hidup sehari-hari mereka. Dengan begitu, inovasi semacam itulah yang akan menjamin
kelestarian teater tradisional dan menjaganya untuk generasi mendatang".
Teater tradisional yang kita kenal sekarang lahir dari situasi sosial tertentu yang berbeda
dengan kondisi sekarang. Ada banyak peneliti teater yang mengakui bahwa jika teater
tradisional dipentaskan sesuai dengan format aslinya, tentu tidak akan banyak menarik minat
publik. Dan perlahan akan mengubahnya menjadi ragam seni yang layak dimuseumkan.
Teater tradisional merupakan bagian dari identitas budaya dan menjadi kekayaan kultural
bangsa-bangsa yang berperadaban kuno. Meski demikian sebagian besar pakar seni menilai
perlu diadakannya perubahan dalam menampilkan seni pentas tersebut sesuai dengan tuntutan
masyarakat modern. Menggali kembali akar sejarah teater tradisional merupakan langkah awal
untuk menggelar perubahan. Selain itu, mengenal asal-asul dan mencari unsur-unsur asli teater
tradisional dengan cara memisahkannya dari tendensi sosial dan politik yang melingkupinya di
masa lalu merupakan salah satu cara untuk menemukan format dasarnya. Selain itu,
memadukan teater tradisional dengan sentuhan modern yang lebih inovatif seperti penggunaan
tata cahaya, dekorasi, dan musik merupakan salah satu cara untuk membuat seni pentas
tradisional terlihat makin menarik.
Pementasan teater tradisional secara klasik sudah tidak menarik lagi bagi publik modern
dan hanya menghibur mereka beberapa jam saja. Karena itu, upaya mempromosikan teater
tradisional harus diiringi dengan rekonstruksi seni pentas ini. Kehidupan masyarakat tradisional
dan problematika mereka harus bisa menyusup dalam teater tradisional. Sebab hanya dengan
cara itulah teater tradisional bisa tetap bertahan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka penulis menjabarkan beberapa rumusan masalah yang
akan kami bahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
C. TUJUAN
Dengan disusunnya makalah ini maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
PEMBAHASAN
1. Arti Teater
Kata “Teater” berasal dari kata yunani kuno yakni theatron, yang dalam bahasa
inggris seeingplace dan dalam bahasa Indonesia “tempat untuk menonton” adalah cabang
dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan
menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan
lain-lain.
Teater merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsure utama yang menyatakan dirinya yang mewujudkan
dalam suatu karya seni pertunjukan (pementasan) yang didukung dengan unsur gerak,
suara, bunyi, dan rupa yang dijalin dalam cerita (lakon).
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti
luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti
sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas
pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis
ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak,
ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band
dan lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus: drama, kisah hidup dan kehidupan manusia
yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan,
gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang tertulis
(hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.
Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada
zaman tersebut, terdapat tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak
digunakan untuk mendukung upacara ritual. Dimana Teater tradisional adalah merupakan
bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara
kehidupan masyarakat.
Penyebutan teater pada saat itu sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater,
dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri
dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang
lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Teater tradisional atau yang juga dikenal dengan istilah “Teater daerah” adalah
merupakan suatu bentuk pertunjukan dimana para pemainnya berasal dari daerah
setempat dengan membawakan cerita yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak dulu
telah berakar dan dirasakan sebagai milik sendiri oleh setiap masyarakat yang hidup di
lingkungan tersebut, misalnya mitos atau legenda dari daerah itu. Dalam teater tradisional,
segala sesuatunya disesuaikan dengan kondisi adat istiadat, diolah sesuai dengan keadaan
sosial masyarakat, serta struktur geografis masing-masing daerah. Teater Tradisional
mempunyai ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan menggambarkan kebudayaan
lingkungannya.
Contoh teater tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa
tengah), dan lenong (Jawa barat) .Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim
Ahmad diklarifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Teater rakyat
Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu improvisasi, sederhana,
spontan dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan
Mendu didaerah Riau dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di Sumatera Barat,
Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa Tengah dan lain sebagainya.
b. Teater Klasik
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita,
pelaku yang terlatih, gedung pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu
dengan kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan.
Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Contohnya: wayang kulit, wayang orang
dan wayang golek. Ceritanya statis, tetapi memiliki daya tarik berkat kretatifitas
dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan lakon.
c. Tetaer Transisi
Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya
penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat. Jenis teater seperti komedi
istambul, sandiwara dardanela, srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama
dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik,
dekor dan properti lain menggunakan tehnik barat.
1. Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari kisah drama. Pikiran pokok tersebut di
kembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kisah yang seru dan menarik. Tema dapat
di persempit menjadi topik kemudian topik tersebut di kembangkan menjadi kisah dalam
teater dengan dialpg-dialognya. Sementara itu, judul dapat diambil dari isi ceritanya.
2. Plot
Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalan kisah dalam drama. Plot terdiri atas konflik yang
berkembang secara bertahap, dari sederhana menjadi kompleks, klimaks, sampai
penyelesaian. Tahapan plot yaitu sebagai berikut.
a. Eksposisi
b. Konflik
Pada tahapan ini mulai ada kejadian atau peristiwa atau insiden yang melibatkan
tokoh dalam masalah.
c. Komplikasi
Insiden yang terjadi mulai berkembang dan menimbulkan konflik semakin banyak,
rumit dan saling terkait tetapi belum tampak pemecahan masalahnya.
d. Klimaks
Berbagai konflik telah sampai pada puncaknya atau puncak ketegangan bagi para
penonton. Disinilah konflik atau pertikaian antar tokoh semakin memanas.
e. Penyelesaian
Tahap ini merupakan akhir penyelesaian konflik. Disini, penentuan ceritanya akan
berakhir menyenangkan,mengharukan, tragis, atau menimbulkan sebuah teka-teki
bagi para penonton.
3. Penokohan
a. Aspek Fsisikologis
Aspek ini berkaitan dengan penamaan, pameran dan keadaan fisik tokoh. Keadaan
fisik antara lain tinggi, pendek, warna rambut, rambut panjang, gemuk, kurus atau
warna kulit.
b. Aspek Sosiologis
Aspek ini berkaitan dengan keadaan sosial tokoh, yaitu interaksi atau peran sosial
tokoh dengan tokoh lain.
c. Aspek sosiologis
Aspek ini berkaitan dengan karakter yaitu keseluruhan ciri-ciri jiwa atau kepribadian
seorang tokoh. Jenis karakter dalam sebuah pementasan teater antara lain protagonis,
antagonis, figuran serta tritagonis.
- Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang pertama kali mengambil prakarsa dalam cerita.
Tokohprotagonis adalah tokoh yang pertama mengalami benturan-benturan atau
masalah, memiliki sifat yang baik sehingga penonton biasanya berempati.
- Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis atau tokoh yang
menentang cerita. Tokoh antagonis biasanya memiliki sifat jahat.
- Tokoh tritagonis, yaitu tokoh penengah serta pendamai dua pihak (tokoh protagonis
dan tokoh antagonis) dan penyelesaian ketegangan.
4. Dialog
Dialog adalah percakapan antar tokoh (yang bersamaan dalam satu gerak atau adegan)
untuk merangkai jalannya kisah. Dialog harus mendukung karakter tokoh, mengarahkan
plot dan mengungkap makna yang tersirat.
5. Bahasa
Bahasa merupakan bahan dasar naskah atau skenario dalam wujud kata dan kalimat. Kata
dan kalimat harus dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara komunikatif dan
efektif.
Ide dan pesan dalam pertunjukan harus bisa di tuliskan oleh penulis dan di
implementasikan di atas panggung oleh pemeran. Ide bisa di dapat dengan cara
merekayasa secara logis, sehingga selain dapat menghibur, pementasan teater juga
menampilkan pesan moral melalui nilai-nilai pendidikan.
7. Setting
Setting atau latar adalah keadaan tempat dan suasana terjadinya suatu adegan di
panggung. Setting ini bisa mencakup tata panggung dan tata lampu.
Teater tradisional biasanya tidak menggunakan naskah. Para pelaku hanya diberi garis
besar ceritanya (Wos). Mereka berbicara secara spontan mengikuti pembicaraan pelaku
lain. Oleh karena itu, pelaku dituntut bisa berimprovisasi. Jika tidak bisa, jalannya
pertunjukan akan tersendat-sendat.
Pada umumnya teater tradisional tidak memiliki perencanaan yang formal dan tidak ada
penjadwalan secara rinci. Persiapan, latihan, dan persiapan dilaksanakan secara sederhana.
Misalnya, persiapan dilakukan tanpa menggunakan naskah, pelaku hanya diberi garis besar
ceritanya. Sutradara tidak membuat perencanaan latihan secara formal, latihan hanya
dilakukan pada saat akan pentas. Pada saat pelaksanaan, persiapan peralatan pun
dilakukan secara sederhana. Dekorasi, tata rias, tata busana, tata lampu, dan tata musik
dipersiapkan secara sederhana juga.
3. Ceritanya monoton
Cerita teater tradisional biasanya monoton, tidak beragam dan tidak bervariasi seperti
bervariasinya kehidupan manusia. Biasanya cerita diambil dari cerita rakyat daerah
setempat, seperti dongeng, hikayat, atau cerita kepahlawanan (epos) daerah setempat. Ini
berbeda dengan teater modern yang ceritanya lebih bervariasi. Teater modern bercerita
tentang segala aspek kehidupan manusia, seperti keagamaan, ekonomi, kemasyarakatan
dan budaya.
Teater tradisional bersifat fleksibel, artinya pertunjukan itu bisa dilaksanakan dimana saja,
teater tradisional tidak memerlukan tempat khusus. Bahkan, bisa menyatu dengan
masyarakat. Hal ini disebabkan karena teater tradisonal tidak memerlukan perlengkapan
yang kompleks.
1. Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi.
Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek
moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau
gambar. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di
Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7
November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi
dan warisan yang indah dan sangat berharga. G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang
dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan
2. Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih
digemari dan sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional.
Makyong dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha Thai dan Hindu-Jawa. Nama makyong
berasal dari mak hyang, nama lain untuk dewi sri, dewi padi. Makyong adalah teater
tradisional yang berasal dari Pulau Bintan, Riau. Makyong berasal dari kesenian istana
sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan pada siang hari atau malam
hari. Lama pementasan ± tiga jam
3. Drama Gong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih relatif muda usianya
yang diciptakan dengan jalan memadukan unsur- unsur drama modern (non tradisional
Bali) dengan unsur-unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal Drama Gong
merupakan pencampuran dari unsur-unsur teater modern (Barat) dengan teater
tradisional (Bali). Karena dominasi dan pengaruh kesenian klasik atau tradisional Bali masih
begitu kuat, maka semula Drama Gong disebut "drama klasik". Nama Drama Gong
diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak pemain
serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong Kebyar). Drama Gong
diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase
(Gianyar). Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak
kejayaannya adalah tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini
mulai menurun popularitasnya, sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaaDrama Gong yang
masih aktif.
4. Randai
Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat yang
dimainkan oleh beberapa orang (berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan
sebagai “bersenang-senang sambil membentuk lingkaran” karena memang pemainnya
berdiri dalam sebuah lingkaran besar bergaris tengah yang panjangnya lima sampai
delapan meter. Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita rakyat Minangkabau, seperti
cerita CinduaMato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Konon
kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Padang Panjang,
ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut. Kesenian randai sudah
dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia. Bahkan randai dalam versi
bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di
UniversityofHawaii, Amerika Serikat. Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan
estetika adat Minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam seni,
seperti: drama (teater), seni musik, tari dan pencak silat.
5. Mamanda
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan
Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan
Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini
membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir
dapat membuat suasana jadi lebih hidup. • Asal muasal Mamanda adalah kesenian
Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di
Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di
Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut
sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk.
6. Longser
Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat sunda, Jawa barat.
Longser berasal dari akronim kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet
(tergugah) yang artinya barang siapa yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan
tergugah. Longser yang penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger. Sebelum
longser lahir dan berkembang, terdapat bentuk teater tradisional yang disebut lengger.
Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi mencolok dari segi warnanya
terutama busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya seorang ronggeng memakai kebaya
dan kain samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana
sontog dan ikat kepala.
7. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan
daerah Jawa Tengah. • Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini
bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. • Dalam bahasa Jawa
terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan, yaitu: - Bahasa Jawa biasa (sehari-hari) -
Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi) - Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk
tingkat yang tertinggi) Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja
penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang
disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik.
8. Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni
panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan suatu
drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkandisebuah
panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong
cilik), cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi
dengan gamelan sebagai musik. Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan
membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-
kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun
dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia
mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum,
dll).
9. Lenong
"Lenong" adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat Betawi, Jakarta. Lenong
berasal dari nama salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong. • Pada zaman
dahulu (zaman penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh masyarakat sebagai bentuk
apresiasi penentangan terhadap tirani penjajah. • Pada mulanya kesenian ini
dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di
udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau
aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela • Terdapat dua
jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. kedua jenis lenong ini juga dibedakan
dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus
(bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan
sehari-hari.
10. Ubrug
"Ubrug" di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional rakyat yang semakin hari
semakin dilupakan oleh penggemarnya. Istilah ‘ubrug’ berasal dari bahasa Sunda
‘sagebrugan’ yang berarti campur aduk dalam satu lokasi. • Kesenian ubrug termasuk
teater rakyat yang memadukan unsur lakon, musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur itu
dipentaskan secara komedi. • Bahasa yang digunakan dalam pementasan, terkadang
penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu (Betawi). Alat musik yang biasa
dimainkan dalam pemenetasan adalah gendang, kulanter, kempul, gong angkeb, rebab,
kenong, kecrek, dan ketuk.
E. FUNGSI SENI TEATER TRADISIONAL
Pada awal munculnya, teater hadir sebagai sarana upacara persembahan kepada
dewa Dyonesos dan upacara pesta untuk dewa Apollo. Teater yang
berfungsi untuk kepentingan upacara tidak membutuhkan penonton karena
penontonnya adalah bagian dari peserta upacara itu sendiri.
Di Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara dikenal dengan
istilah teater tradisional.
Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku dan
dialog. Berbeda dengan seni musik yang mengedepankan aspek suara dan seni tari yang
menekankan pada keselarasan gerak dan irama. Dalam praktiknya, Seniman teater akan
mengekspresikan seninya dalam bentuk gerakan tubuh dan ucapan-ucapan.
Teater adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara individual.
Melainkan untuk mewujudkannya diperlukan kerja tim yang harmonis. Jika suatu teater
dipentaskan diharapkan pesan-pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain
tersampaikan kepada penonton. Melalui pertunjukan biasanya manusia akan lebih mudah
mengerti nilai baik buruk kehidupan dibandingkan hanya membaca lewat sebuah cerita.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Arti Teater secara etimologis teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam
arti luas teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti
sempit teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas
pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis
ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk,
arja, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain
sebagainya. Dalam arti sempit/khusus: drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan, gerak dan
laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang tertulis (hasil dari seni
sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.
B. SARAN
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua
pihak bisa menggali ilmunya ( khususnya ilmu tentang seni teater ) dengan mendalami isi
makalah ini.
Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa
diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai
salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Teater
http://karyailmiahbn2013.files.wordpress.com/2013/02/seni-teater-by-mutiara-mc-moran-
rambet.pdf
http://kliping.co/pengertian-seni-teater-unsur-jenis-dan-contohnya/
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-teater-tradisional.html
http://www.febrian.web.id/2014/03/jenis-jenis-teater-nusantara-seni-budaya.html
http://www.febrian.web.id/search/label/Seni%20budaya
http://www.softilmu.com/2015/11/Pengertian-Fungsi-Unsur-Jenis-Macam-Seni-Teater-Adalah.html
http://www.teaterpetass.com/2013/02/10-bentuk-teater-tradisional-di.html
https://frontpecintaislam.blogspot.co.id/2017/05/unsur-unsur-seni-pertunjukan-teater.html
https://www.slideshare.net/dianariday/macammacam-teater-tradisional
Id.wikipedia.org/wiki/Wayang_orang
Teater35.blogspot.com/2009/05/pengertian-teater-dan-drama.html
MAKALAH
TEATER TRADISIONAL
DISUSUN OLEH :
INDAH WULANDARI
KELAS :
XI IPA 3
SMA NEGRI 1 MEMPAWAH HILIR
TAHUN AJARAN 2017/2018