Dosen Pengampu :
Hatoli, S.,Sy, M.H
OLEH:
RHIEZKY FAHRIZAN
NIM 302.2019.037
SEMESTER : 2B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata Islam program studi Hukum Tata
Negara. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga maupun para pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hatoli,
S.Sy., MH selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata Islam yang telah
mempercayakan dan memberi penulis tugas makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman :
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Waris Dalam Islam.............................................................3
B. Asas Hukum Kewarisan.......................................................................4
1. Asas Ijbari.......................................................................................4
2. Asas Bilateral..................................................................................4
3. Asas Individual...............................................................................4
4. Asas Keadilan Berimbang..............................................................4
5. Asas Semata Akibat Kematian.......................................................4
6. Asas Integrity (Ketulusan)..............................................................4
7. Asas Ta’abudi (Penghambaan Diri)................................................4
8. Asas Huququl Maliyah (Hak-Hak Kebendaan)..............................5
9. Asas Huququn Thaba’iyah (Hak-Hak Dasar).................................5
10. Asas Membagi Habis Harta Warisan..............................................5
C. Sebab – Sebab Dan Penghalang Waris.................................................5
1. Penghalang Kewarisan....................................................................5
2. Perbedaan Mahjub (Terhalang) Dan Mahrum (Dilarang)..............7
D. Kewajiban Ahli Waris..........................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses perjalanan kehidupan manusia adalah lahir, hidup dan mati.
Semua tahap itu membawa pengaruh dan akibat hukum kepada
lingkungannya, terutama ,dengan orang yang dekat dengannya. Baik dekat
dalam arti nasab maupun dalam arti lingkungan.
Kelahiran membawa akibat timbulnya hak dan kewajiban bagi
dirinya dan orang lain serta timbulnya hubungan hukum antara dia dengan
orang tua, kerabat dan masyarakat lingkungannya.
Demikian jugadengan kematian seseorang membawa pengaruh dan
akibat hukum kepada diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya, selain itu, kematian tersebut menimbulkan kewajiban orang
lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungandengan pengurusan
jenazahnya. Dengan kematian timbul pula akibat hukum lain secara
otomatis, yaitu adanya hubungan ilmu hukum yang menyangkut hak para
keluarganya (ahli waris) terhadap seluruh harta peninggalannya.
Adanya kematian seseorang mengakibatkan timbulnya cabang ilmu
hukum yang menyangkut bagaiman acara penyelesaian harta peninggalan
kepada keluarganya yang dikenal dengan nama Hukum Waris. Dalam
syari’at Islam ilmu tersebut dikenal dengan nama IlmuMawaris, Fiqih
Mawaris, atau Faraidh.
Dalam hukum waris tersebut ditentukanlah siapa-siapa yang
menjadi ahli waris, siapa-siapa yang berhak mendapatkan bagian harta
warisan tersebut, berapa bagian mereka masing-masing bagaimana
ketentuan pembagiannya serta diatur pula berbagai hal yang berhubungan
dengan soal pembagian harta warisan.
Hukum waris islam adalah salah satu dari obyek yang dibahas
dalam Hukum Perdata Islam di Indonesia selain masalah munakahah dan
muamalah. Masalah hukum waris islam ini sangat penting sekali untuk
1
2
difahami oleh umat muslim. Akan tetapi seperti yang telah banyak kita
ketahui, hukum waris islam di Indonesia sudah mulai ditinggalkan oleh
umat muslim. Karena hukum waris islam itu sendiri dianggap sulit untuk
diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Semakin kompleknya hubungan
kekerabatan atau kekeluargaan yang terdapat dalam masyarakat menjadi
salah satu faktor yang menjadi penyebab hukum waris islam mulai
ditinggalkan masyarakat, dan mayoritas umat muslim sekarang ini
menggunakan hukum waris yang umum digunakan dalam masyarakat
bukan hukum waris islam yang telah di atur dalam Al-Qur’an dan juga As-
sunnah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Waris Dalam Islam?
2. Apa Asas Hukum Kewarisan?
3. Apa Sebab – Sebab dan Pengahalang Waris?
4. Apa saja Kewaijban Ahli Waris?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
2 Wignyodipoero, Soerojo, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta: CV. Haji Mas
Agung.hlm. 128
5
3 Wignyodipoero, Soerojo, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta: CV. Haji Mas
Agung.hlm. 128
6
4 Afandi, Ali. 2004. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian menurut Kitab Undang
– Undang Hukum Perdata. Rineka Cipta : Jakarta.hlm.20
7
5 Afandi, Ali. 2004. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian menurut Kitab Undang
– Undang Hukum Perdata. Rineka Cipta : Jakarta.hlm.20
8
A. Kesimpulan
Fiqih Mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang siapa-siapa
ahli waris yang berhak menerima warisan, siapa-siapa yang tidak berhak
mnerima, serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya, dan bagaimana
cara penghitungannya.
Al-Faraidh dalam bahasa Arab adalah bentuk plural dari kat
tunggal Faradha, yang berakar kata dari huruf-huruf fa, ra, dan dha. Dan
tercatat 14 kali dalam Al-Quran, dalam berbagai konteks kata. Karena itu,
kata tersebut mengandung beberapa makna dasar, yakni suatu ketentuan
untuk maskawin, menurunkan Al-Quran, penjelasan, penghalalan,
ketetapan yang diwajibkan, ketetapan yang pasti, dan bahkan di lain ayat
ia mengandung makna tidak tua.
Bahwa sisa harta warisan baik setelah ahli waris mendapatkan
begiannya maupun karena tidak ada ahli waris, tidak boleh diselesaikan
dengan jalan Radd maupun diserahkan kepada Dzawil Arham, tetapi harus
diserahkan ke baitul Mal untuk kepentingan umat islam.
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini
meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita
mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
makalah ini, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa:
dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh
saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih
baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih
atas dosen pembimbing mata kuliah Piqih yang telah memberi kami tugas
individu demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.
9
DAFTAR PUSTAKA
10