2. Organisasi Seinendan
Jepang menanamkan paham jiwa disiplin dan menghilangkan rasa rendah diri.
Paham-paham tersebut direalisasikan dalam bentuk latihan-latihan seperti BPAR
(Barisan Pemuda Asia Raya). BPAR diresmikan tanggal 11 Juni 1942 di bawah
pimpinan dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh.
Wadah latihan lainnya yaitu San A Seinen Kutensho. Latihan ini bersifat khusus
ditujukan untuk pemuda yang pernah aktif dalam organisasi. San A Seinen
Kutensho berada di bawah naungan Gerakan Tiga A.
Seinendan. Tujuannya untuk mendidik dan melatih pemuda agar dapat menjaga
dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Keibodan. Organisasi yang dibentuk bersamaan degan Seinendan.
Himpunan Wanita (Fujinkai). Tujuannya untuk membantu dan merawat korban
perang, dan dilibatkan dalam penanaman pohon jarak untuk diambil minyaknya.
Barisan Pelopor (Suishintai).
Hizbullah.
Organisasi militer bentukan Jepang lainnya seperti:
3. Keibodan
Organisasi kepemudaan yang bertugas sebagai barisan pembantu polisi yang
melakukan tugas-tugas kepolisian, misalnya penjagaan lalu lintas dan
pengamanan desa pada masa pemerintahan Jepang disebut Keibodan. Keibodan
dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggota yang dapat diterima organisasi
semimiliter ini hanyalah laki-laki dengan tubuh yang sehat dan telah mencapai
usia tertentu. Baca juga: Perbedaan Seinendan dengan Keibodan Pembentukan
Keibodan Pada 1941, Jepang terlibat dalam Perang Pasifik melawan negara-
negara Barat. Guna memenangkan perang, Jepang membutuhkan dukungan
sumber daya manusia. Ketika berhasil menanamkan kekuasaannya di Indonesia,
Jepang pun berusaha memanfaatkan sumber daya manusianya untuk mencapai
tujuan tersebut. Jepang pun mulai memberikan pelatihan semi militer kepada
para pemuda, dan mengatakan bahwa hal itu bertujuan untuk menjaga pertahanan
Indonesia dari gangguan musuh. Padahal sesungguhnya, Jepang membutuhkan
peran pemuda Indonesia sebagai cadangan pasukan melawan Sekutu. Para
pemuda Indonesia tersebut kemudian dimasukkan ke dalam salah satu organisasi
semimiliter bernama Keibodan. Tugas dan anggota Keibodan Keibodan dibentuk
untuk menjadi pembatu polisi dengan tugas menjaga lalu lintas dan menjaga
keamanan di desa-desa. Mulanya, Jepang merekrut pemuda berusia 20-35 tahun
untuk bergabung dalam organisasi ini. Namun, seiring berjalannya waktu diubah
menjadi pemuda berusia 25-35 tahun. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
diterima dalam Keibodan adalah memiliki badan yang sehat serta berperilaku
baik. Pada masa itu, jumlah anggota yang tergabung dalam Keibodan kira-kira
lebih dari satu juta pemuda. Baca juga: Jibakutai, Pasukan Berani Mati pada
Masa Jepang Pelatihan Keibodan dibina oleh Keimubu atau Departemen
Kepolisian. Sementara di wilayah daerah (syu), dibina oleh Keisatsubu atau
Bagian Kepolisian. Para anggota yang sudah bergabung dalam Keibodan
melakukan pelatihan di Sukabumi, yang kelak menjadi Sekolah Kepolisian.
Mereka dilatih selama satu bulan. Hal ini sengaja dilakukan oleh Jepang agar
anggota Keibodan tidak mendapatkan pengaruh dari golongan nasionalis. Oleh
sebab itu, Keibodan dibentuk di desa-desa di mana kaum nasionalis kurang
memiliki pengaruh di sana. Keibodan berkembang besar di Jawa hingga ke
pelosok-pelosok desa. Sementara di pulau-pulau lain terdapat organisasi serupa
dengan nama berbeda. Misalnya di Sumatera dan di daerah yang dikuasai
Angkatan Laut, ada organisasi serupa namanya Bogodan. Sementara di
Kalimantan namanya Borneo Konan Hokokudan. Adapun di kalangan keturunan
Tionghoa, namanya Kakyo Keibotai.
2. Organisasi Seinendan
Seinendan dibubarkan karena lebih cenderung memihak kepada indonesia.
Sedangkan, tujuan di bentuknya Seinendan adalah untuk membantu Jepang
dalam perang asia pasifik atau asia timur raya melawan sekutu. Seinendan
akhirnya dibubarkan pada tahun 1943.
3. Keibodan
Dengan demikian, Keibodan dibubarkan karena dalam diri para anggoata
Keibodan tumbuh rasa nasionalis, sehingga mereka berani merebut
kemerdekaan.