Gerakan Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Gerakan 3 A memiliki semboyan Nipon
‘Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia. Gerakan tersebut bertujuan
menanamkan semangat untuk membela Jepang, memberi jaminan keamanan bagi rakyat
Indonesia, menyakinkan bangsa Indonesia bahwa Jepang negara terkuat di Asia, dan
memberi peluang bagi pemimpin Indonesia dalam pemerintahan. Jepang menunjuk Mr.
Syamsudin sebagai pemimpin Gerakan 3 A. Ia merupakan seorang nasionalis yang kurang
dikenal. Pada bulan Juli 1942 dibentuk suatu sub seksi Islam dengan Persiapan Persatuan
Umat Islam dalam Gerakan 3A. Sebagai ketuanya ialahAbikusno Cokrosuyoso. Tokoh dari
gerakan 3 A adalahHitoshi Shimizu, Syamsuddin, Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantoro, H Mas Mansyur
Akan tetapi, ternyata Gerakan Tiga A tidak mendapat sambutan rakyat. Secara umum,
Gerakan Tiga A ini juga dianggap kurang berguna dan gagal mencapai tujuan-tujuannya.
Jepang kemudian menyadari agar dapat memobilisasi rakyat, maka mereka harus
memanfaatkan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka. Gerakan 3 A akhirnya dibubarkan.
Sebagai gantinya, dibentuklah organisasi Putera.
Putera
Pada tanggal 9 Maret 1943 dibentuk organisasi baru bernama Pusat Tenaga Rakyat
(Putera) untuk menggantikan Gerakan 3A. Pada pembukaan Kantor Putera pada tanggal 26
April 1943, Somuboco (Kepala Departemen Urusan Umum) menegaskan, bahwa tugas
Putera adalah menggerakkan tenaga dan kekuatan rakyat untuk memberi bantuan kepada
usaha-usaha mencapai kemenangan akhir dalam Perang Asia Timur Raya. Jepang
menunjuk Empat Serangkai yang terdiri atas Ir. Sukarno, Drs.Moh. Hatta, Ki Hajar
Dewantara, danK.H.Mansur untuk memimpin Putera.
Putera dibentuk sebenarnya untuk kepentingan Jepang, namun oleh para tokoh Putera
kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan perjuangan menuju
Indonesia merdeka. Pembentukan Putera itu sendiri memang atas usul Ir. Sukarno. Tokoh-
tokoh nasional, seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Abikusno Cokrosuyoso, K.H.MasMansyur, Ki
Hajar Dewantara, Prof. Hussein Joyodiningrat, dan Mr. Supomo bersedia bekerja sama
dengan Jepang. Mereka beralasan, bahwa bangsa Indonesia tidak dapat begitu saja dapat
mengusir Jepang. Oleh karena itu, jalan yang dapat ditempuh adalah dengan bekerja sama.
Akan tetapi, kerja sama itu hanya alat untuk mempercepat proses kemerdekaan Indonesia
yang telah lama diperjuangkan. Dalam setiap kesempatan para pejuang bangsa Indonesia
selalu menggembleng semangat cinta tanah air di dalam hati sanubari rakyat Indonesia.
Lembaga-lembaga yang diciptakan oleh Jepang seperti Jawa Hokokai, Putera, Peta, Fujinkai,
dan sebagainya justru menjad sarana memupuk semangat kebangsaan. Hal itu tentu
memudahkan jalan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Heiho
Heiho adalah pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk oleh tentara
pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II. Organisasi ini dibentuk pada
tanggal 2 September 1942 atas instruksi dari Markas Besar Angkatan Darat Jepang.
Tujuan dibentuknya Heiho adalah membantu pasukan militer dalam upaya pembangunan
membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan. Selain itu pula, pasukan
Heiho yang bertugas untuk membantu para tentara Jepang di Perang Dunia II dan Perang
Asia Timur Raya. Pasukan Heiho terbagi menjadi tiga bagian, di antaranya adalah pasukan
darat, laut, dan polisi (Kempeitei). Dalam kontribusinya melawan Pasukan Sekutu, pasukan
Heiho dikirim sampai ke Morotai, Burma, dan beberapa wilayah lain.
Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA adalah kesatuan militer yang dibentuk
Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Peta dibentuk atas gagasan tokoh
bernama Gatot Mangkoepradja yang mengirimkan surat kepada Gunseikan (pemimpin
militer tertinggi Jepang) di Jakarta. Isi surat itu adalah permohonan dibentuknya pasukan
para pemuda lokal untuk membela Tanah Air dari serangan Pasukan Sekutu dalam Perang
Asia Timur Raya. Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943, terbentuklah sebuah organisasi
militer bernama Pembela Tanah Air alias PETA.
Seinendan
Panglima Tentara ke-16 Jepang, Jenderal Kumaikici Harada membentuk Jawa Hokokai atau
Himpunan Kebaktian Jawa pada 8 Januari 1944. Jawa Hokokai dibentuk untuk menumbuhkan
persatuan dan semangat rakyat. Untuk menghadapi perang Jepang, rakyat diharapkan
memberi darma baktinya. Kebaktian yang dimaksud berupa: Mengorbankan diri, Mempertebal
persaudaraan, Melaksanakan suatu tindakan dengan bukti. Berbeda dengan Putera yang
digerakkan oleh tokoh pergerakan nasional, Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi
pemerintah.