Anda di halaman 1dari 14

1. 1. Barisan Pelopor Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944.

Organisasi
semimiliter ini dibentuk sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan
Pertimbangan Pusat. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P.
Suroso, Otto Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh nasionalis yang duduk dalam
Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menanamkan
semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para pemuda dikerahkan untuk
mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu
menyelipkan kata- kata untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para
pemuda. Organisasi Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang Pada bulan Januari 1942 Jepang
menduduki Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Malaysia pada waktu itu dikuasai Sekutu
berhasil direbut Jepang. Pada tanggal 24 Januari 1942 Jepang menduduki Tarakan, Balikpapan,
dan Kendari. Balikpapan merupakan sumber- sumber minyak maka diserang dengan hati-hati
agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh tentara Belanda. Tanggal 3 Februari 1942
Samarinda diduduki pasukan Jepang. Pada waktu itu Samarinda masih dikuasai tentara Hindia
Belanda (KNIL). Dengan direbutnya lapangan terbang oleh Jepang, maka tanggal 10 Februari
1942 Banjarmasin dengan mudah dapat diduduki. Pada tanggal 4 Februari 1942 Ambon berhasil
diduduki Jepang, kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Februari 1942 menguasai Palembang
dan sekitarnya. Dengan jatuhnya Palembang maka dengan mudah Jepang masuk ke Jawa. Dalam
penyerbuan-penyerbuan itu Jepang lebih kuat dibanding Sekutu karena Jepang memiliki
bantuan kekuatan udara taktis. Sedangkan kekuatan udara Sekutu sudah dihancurkan dalam
pertempuran- pertempuran awal di Indonesia maupun Malaya (Malaysia). Berikut ini Organisasi
Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang:

2. 2. 1.Seinendan (Barisan pemuda) Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun Kaisar Jepang. Seinendan merupakan
organisasi kepemudaan yang bersifat semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah
pimpinan gunseikan. Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan
melatih pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan
sendiri. Namun, sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah
untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan
perang Jepang. Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia
antara 15-25 tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada
awalnya anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah
tersebut berkembang menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
Susunan Seinendan terdiri atas: a.Dancho(Komandan) b.Fuku Dancho(Wakil Komandan)
c.Komon(Penasehat) d.Sanyo(Anggota Dewan Pertimbangan) e.Kanji(Administrator) Yang pasti
bahwa organisasi ini digunakan untuk mengamankan garis belakang dan sebagai barisan
cadangan. Selain itu dibentuk pula Seinendan putri yang membantu pelaksanaan garis belakang.
2.Keibodan (Barisan Pembantu Polisi) Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang
dibentuk bersamaan dengan pembentukan Seinendan. Berbeda dengan Seinendan, dalam
pembentukan Keibodan tersebut tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar
tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis. Bahkan kaum nasionalis pada tingkat bawah pun
tidak mempunyai hubungan dengan Keibodan, karena badan ini langsung ditempatkan di bawah
pengawasan polisi. Selain Jawa, kedua badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-
daerah yang berada di bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan
nama Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo Konan Hokokudan.
Selain golongan pemuda, juga dilakukan pengorganisasian kaum wanita. Pada bulan Agustus
1943 dibentuk Fujinkai (himpunan wanita). Usia minimum dari anggota Fujinkai adalah 15
tahun. Wanita- wanita tersebut juga diberikan latihan-latihan militer. Syuisyintai (Barisan
Pelopor) Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter ini
dibentuk sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat.
Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P. Suroso, Otto
Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh

3. 3. nasionalis yang duduk dalam Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu
sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para
pemuda dikerahkan untuk mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya,
para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-kata untuk membangkitkan semangat cinta tanah
air di kalangan para pemuda. 3.Fujinkai (Barisan Wanita) Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus
1943. Anggotanya terdiri atas wanita yang berumur 15 tahun ke atas. Tugas Fujinkai adalah ikut
memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan
ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang. 4.Hizbullah Pada tanggal 15 Desember
1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang
dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok,
yaitu sebagai berikut :  Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain :
melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon;
menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh; menggiatkan dan menguatkan usaha-
usaha untuk kepentingan perang.  Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara
lain : menyiarkan agama Islam, memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan
membela agama dan umat Islam Indonesia.[gs] 5.Gakutotai (Barisan Pelajar), dibentuk tanggal
15 Desember 1944. Menjelang Jepang terpuruk kalah tanpa syarat dalam Perang Dunia II, untuk
memperkuat posisinya di Indonesia, Jepang melatih rakyat dengan latihan kemiliteran. Tidak
ketinggalan pemuda, pelajar dan mahasiswa. Pasukan pelajar dan mahasiswa yang dibentuk
oleh Jepang disebut dengan “GAKUKOTAI”.

4. 4. 6.BARISAN BERANI MATI (Jibakutai), Pasukan Bunuh Diri Indonesia Terinspirasi oleh
penerbang bunuh diri Kamikaze, Jepang membentuk barisan bunuh diri (Jibakutai) di Indonesia
pada 8 Desember 1944. Jibaku kemudian diserap sebagai kata Indonesia yang artinya
“menyerang musuh dengan jalan menubrukkan dirinya (yang sudah dipersenjatai dengan bom
atau alat peledak lainnya) pada musuh; bertindak nekat.” Gambar di atas hanya ilustrasi. Jumlah
keseluruhan anggota Jibakutai mencapai 50.000 orang. Ia didirikan di beberapa daerah. Di Bali
misalnya, Jibakutai disebut juga Bo’ei Teisin Tai. Pada Desember 1944, pihak berwenang Jepang
melaporkan bahwa orang Bali “minta bagian dalam menghajar musuh” dengan ikut Bo’ei Teisin
Tai. “Mereka mencatat bahwa para intelektual, kebanyakan guru sekolah, redaktur media massa
dan sebagainya merupakan mayoritas nama-nama yang terdaftar. Kesatuan Bo’ei Teisin Tai
pertama berdiri pada Maret 1945, dan pada Juni 1945, grup kedua bertolak dari Buleleng ke
Gianyar untuk latihan,” tulis sejarawan Geoffrey Robinson dalam Sisi Gelap Pulau Dewata.
Kendati namanya sebagai pasukan berani mati, namun Jibakutai seperti barisan semimiliter lain
bentukan Jepang (Peta atau Pembela Tanah Air dan Heiho), dipersiapkan hanya sebagai
pendukung tentara Jepang. “Haruslah diperhatikan bahwa satuan-satuan ini dipersenjatai dan
dilatih hanya dengan bambu runcing…Tujuan melatih kelompok-kelompok ini adalah saling kerja

5. 5. sama dan mendukung kepada perang, bukanlah ikut serta secara militer sebagai satuan-
satuan tempur,” tulis sejarawan Joyce C. Lebra dalam Tentara Gemblengan Jepang (Baca:
Setengah Mitos Bambu Runcing) Bahkan, sejarawan Nugroho Notosusanto, menegaskan bahwa
Jibakutai tidak pernah mempunyai eksistensi yang nyata sebagai organisasi monolitis seperti
yang lain-lain. “Barisan itu lebih merupakan ungkapan daripada tekad pemuda Indonesia untuk
mempertahankan tanah airnya terhadap musuh,” tulisnya dalam Tentara Peta Pada Jaman
Pendudukan Jepang di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, Peta dan Heiho menjadi cikal
bakal tentara Indonesia. Bagaimana dengan Jibakutai? Mantan pejuang kemerdekaan, Asmadi
mengungkapkan kesaksiannya bahwa segera setalah Proklamasi kemerdekaan, Jibakutai
mengubah namanya menjadi Barisan Berani Mati (BBM), tetapi umumnya orang menganggap
namanya terlalu muluk. Mereka baru menunjukkan aksinya ketika perang melawan Sekutu di
Surabaya pada 10 November 1945. “Berjenis-jenis kendaraan lapis baja seperti brencarrier,
panser dan tank banyak yang meledak karena ulah mereka,” tulis Asmadi dalam Pelajar Pejuang.
Anggota BBM beroperasi dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing menjinjing sebuah
bom, kemudian membenturkan diri ke kendaraan perang musuh yang menghancurkan benteng-
benteng berjalan itu. Tindakan yang kelewat berani ini sangat menonjol pada hari ketiga perang.
Keberanian mereka menimbulkan kekaguman di kalangan pejuang dan keterkejutan di pihak
lawan. Tentara Inggris terperanjat dan menuding Indonesia menggunakan orang-orang Jepang
untuk melakukan bunuh diri, karena mereka menganggap hanya orang Jepang yang berani
berbuat nekat seperti itu. “Anggota BBM telah membuktikan bahwa cemooh yang diperolehnya
selama ini adalah tidak benar, bahwa keberanian bukan milik bangsa Jepang saja yang dengan
Kamikaze-nya berani menumbukkan pesawat terbang ke kapal perang Sekutu,” tulis Atmaji.

6. 6. TUGAS SEJARAH Organisasi Semi Militer Di susun oleh Livia fatmawati Kelas XI IPS 2 SMA ALI
MAKSUM YOGYAKARTA TA 2016/201

7. https://www.slideshare.net/ALKATA/organisasi-semi-militer-sejarah
Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang di Indonesia

Written By Teman Sejarah  Saturday, January 7, 2017  1 Comment

Organisasi semi-militer sebenarnya diperuntukan sebagai pasukan cadangan yang dibentuk oleh
Jepang. Hal ini karena peperangan Asia Timur Raya yang hanya melibatkan Jepang di pihak blok
poros harus mengerahkan pasukan yang besar melawas kekuatan sekutu yang bersama-sama
memerangi Jepang di Asia-Pasifik, sekaligus memerangi Jerman di Eropa dan Italia di Afrika.

 SEINENDAN

Seinendan atau yang dikenal sebagai Korps Pemuda merupakan organisasi semi militer yang
dibentuk Jepang dengan beranggotakan para pemuda berusia antara 14-22 tahun. Seinendan
didirikan tepatnya pada tanggal 29 April 1943 dengan beranggotakan sekiranya 3500 orang
pemuda dari seluruh Jawa.
Seinendan dibentukan dengan untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga
dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.

Dibalik tujuan tersebut tentu saja, ada tujuan lain dengan dibentuknya Seinendan ini. Jepang
melatih para pemuda Indonesia juga dimaksudkan untuk memperoleh tenaga cadangan dari
pemuda guna memenangkan peperangan Asia Timur Raya melawan Sekutu.

Fungsi Seinendan

Dalam pertahanan peperangan, Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang


mengamankan barisan belakang. Agar lebih efektif dan efisien, pengkoordinasian Seinendan
diserahkan kepada penguasa setempat. Misalnya di daerah tingkat syu, diketuai syucokan.
Begitu juga di daerah ken, ketuanya kenco dan seterusnya.

Keanggotaan Seinendan

Untuk memperbanyak anggota, Seinendan juga menggerakkan Seinendan bagian puteri (Josyi
Seinendan). Seiring berjalannya waktu, jumlah Seinendan terus bertambah hingga akhir
pendudukan Jepang di Indonesia. Jumlahnya kala itu bahkan mencapai 500 ribu pemuda.

Adapun tokoh perjuangan Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain, Latif
Hendraningrat dan Sukarni.

KEIBODAN

Keibodan atau Korps Kewaspadaan merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya adalah
pemuda berusia antara 25 sampai 35 tahun. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 29 April 1943
dengan tujuan untuk membantu Polisi Jepang pada masa penjajahan di Indonesia.

Keibodan juga memiliki ketentuan utama agar setiap orang yang dapat masuk harus memiliki
badan yang sehat dan berkepribadian baik. Jika dilihat dari usia anggotanya, keibodan lebih siap
dan matang untuk membantu tentara Jepang dalam keamanan dan ketertiban. Contoh kegiatan
dalam membantu polisi dalam mengatur lalu lintas dan pengamanan desa.
Organisasi Seinendan dan Keibodan didirikan di seluruh daerah Indonesia, meski namanya
berbeda-beda. Misalnya di Sumatera dikenal dengan Bogodan dan di Kalimantan disebut
dengan Borneo Konan Kokokudan/Sameo Konen Hokokudan. Selain di Indonesia, penduduk Cina
juga mengenal organisasi ini dengan sebutan Kakyo Keibotai.

FUJINKAI

Fujinkai atau Perkumpulan Wanita merupakan organisasi semi militer Jepang yang
beranggotakan para wanita, dibentuk pada bulan Agustus 1943. Pembentukan organisasi ini di
prakarsai oleh para istri pegawai daerah dan diketuai oleh isteri-istri kepala daerah tersebut.

Untuk anggota dari Fujinkai itu sendiri minimal harus berusia 15 tahun. Tugas utama Fujinkai ini
yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan
kursus-kursus. Saat situasi semakin memanas, Fujinkai dilatih militer sederhana, bahkan pada
tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi” guna membantu perang melawan Sekutu.

SUISHINTAI

Suishintai dibentuk berdasarkan atas dasar keputusan rapat Chuo-Sangi-In (Dewan


Pertimbangan Pusat). Salah satu keputusan rapat tersebut adalah merumuskan cara untuk
menumbuhkan kesadaran rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun persaudaraan
dalam rangka mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh.

Rapat tersebut menghasilkan keputusan rapat pada tanggal 1 November 1944 yang kemudian
Jepang membentuk organisasi bernama “Suishintai” dalam bahasa Indonesia “Barisan Pelopor”.

Suishintai ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga siap untuk
membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia. Suishintai juga mengadakan pelatihan
militer bagi para pemuda, walaupun menggunakan peralatan sederhana (seperti bambu runcing
dan senapan kayu). Selain itu juga, Suishintai dilantih untuk menggerakkan massa, memperkuat
pertahanan dan hal lain yang intinya untuk kesejahteraan rakyat.
Keanggotaan Suishintai

Organisasi semimiliter ini juga tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis,
yaitu Ir. Soekarno (dibantu R.P Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo).

Di bawah naungan Jawa Hokokai, organisasi ini memiliki anggota mencapai 60.000 orang. Dalam
organisasi ini, dibentuk juga “Barisan Pelopor Istimewa” sejumlah 100 orang yang anggotanya
dipilih dari berbagai asrama terkenal. Anggota “Barisan Pelopor Istimewa” ini antara lain yaitu
Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, Asmara Hadi dan Sudiro sebagai ketuanya.  “Barisan Pelopor
Istimewa” di bawah kepemimpinan para nasionalis menyebabkan organisasi ini berkembang
pesat. Organisasi semi-militer ini dapat mengobarkan semangat nasionalisme dan rasa
persaudaraan di Indonesia.

HIZBULLAH atau KAIKYO SEINEN TEISHINTI

Hizbullah (Tentara Allah) adalah organisasi semimiliter yang dibentuk Jepang dengan
beranggotakan para sukarelawan khusus pemuda Islam.

Pentukan organisasi ini dilatarbelakangi kondisi peperangan Asia Timur Raya, Jepang semakin
terdesak dan mengalami kesulitan karena banyak mengalami kekalahan. Keadaan tersebut
memicu Jepang untuk menambah kekuatan dengan merencanakan pembentukan pasukan
cadangan sebanyak 40.000 orang (terdiri dari para pemuda Islam).

Rencana Jepang tersebut cepat menyebar di tengah masyarakat dan segera disambut positif dari
tokoh-tokoh Masyumi, pemuda Islam Indonesia dan pihak lainnya. Bagi Jepang, pasukan Islam
ini digunakan untuk membantu memenangkan perang, namun bagi Masyumi pasukan Islam
terebut digunakan untuk persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.

RELATED:

 Cirebon di Bawah Pemerintah Pendudukan Jepang

 Ekonomi Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang


 Militerisasi Bangsa Indonesia oleh Pemerintah Pendudukan Jepang

Sehubungan dengan itu, pemimpin-pemimpin Masyumi mengusulkan kepada Jepang untuk


membentuk pasukan sukarelawan yang khusus terdiri dari pemuda Islam. Kemudian pada
tanggal 15 Desember 1944 dibentuklah organisasi semimiliter yang terdiri dari pasukan
sukarelawan pemuda Islam yang dinamai Hizbullah (Tentara Allah) dalam istilah Jepangnya yaitu
Kaikyo Seinen Teishinti.

Tugas pokok Hizbullah

(1) Sebagai tentara cadangan :

 Membantu tentara Dai Nippon.

 Melatih diri, jasmani dan rohani dengan segiat-giatnya.

 Menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh.

 Menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.

(2) Sebagai pemuda Islam

 Membela agama dan umat islam di Indonesia.

 Menyiarkan agama Islam.

 Memimpin umat Islam untuk taat beragama. 

Keanggotaan Organisasi Hizbullah

Untuk mengkoordinasikan program dan kegiatan Hizbullah, dibentulah pengurus pusat


Hizbullah. Ketua pengurus pusat adalah K.H. Zainul Arifin dengan Wakilnya yaitu Moh. Roem.
Anggota pengurus lainnya antara lain, Kyai Zarkasi, Prawoto Mangunsasmito dan Anwar
Cokroaminoto.
Para anggota Hizbullah sudah menyadari bahwa tanah Jawa adalah pusat pemerintahan tanah
air Indonesia yang harus dipertahankan. Jika Jawa di serang musuh, Hizbullah akan
mempertahankannya dengan dengan penuh semangat dan rasa nasionalisme yang tinggi.

Semangat ini tentunya bukan serta merta untuk membela Jepang, melainkan untuk tanah air
tercinta. Jika barisan pelopor disebut sebagai organisasi semi-militer di bawah naungan Jawa
Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi semi-militer di bawah naungan
Masyumi.- Harian Sejarah

Organisasi Semi-militer
Sesuai dengan sifat pemerintahan militer, Jepang berusaha mengembangkan organisasi militer. Namun,
untuk memperkuat pemerintahannya Jepang juga mengembangkan organisasi-organisasi semi-militer
dan pengerahan para pemuda yang kuat secara fisik.

Pengerahan Tenaga Pemuda


Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia, apalagi melihat jumlahnya yang cukup
besar. Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi yang tinggal di daerah perdesaan, belum
terpengaruh oleh alam pikiran Barat. Mereka  secara  fisik cukup  kuat,  semangat, dan  pemberani.
Oleh  karena itu,  perlu  dikerahkan  untuk membantu memperkuat posisi Jepang dalam menghadapi
perang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka para pemuda dijadikan sasaran utama
bagi propaganda Jepang. Dengan “Gerakan Tiga A” serta semboyan  “Jepang, Indonesia  sama  saja,
Jepang  saudara  tua”,  tampaknya cukup  menarik  bagi  kalangan pemuda. Pernyataan Jepang tentang
persamaan, dinilai sebagai suatu perubahan baru dari keadaan di masa Belanda yang begitu 
diskriminatif.
Sebelum secara resmi Jepang  membentuk  organisasi-organisasi semi-militer, Jepang telah melatih para
pemuda untuk menjadi pemuda yang disiplin, menghilangkan rasa rendah diri, memiliki semangat juang
tinggi (seishin) dan berjiwa ksatria (bushido) yang tinggi, sesuai dengan sifat pemuda yang  energik.
Salah satu  cara untuk  menanamkan nilat-nilai tersebut kepada kaum  muda  adalah  dengan
pendidikan,  baik  pendidikan  umum  maupun pendidikan  khusus. Pendidikan umum, seperti sekolah
rakyat (sekolah dasar) dan   sekolah   menengah.  Sedangkan pendidikan   khusus   adalah   latihan-
latihan  yang diadakan  oleh Jepang.  Latihan-latihan  yang diadakan  Jepang, antara  lain BPAR (Barisan
Pemuda  Asia Raya). Wadah  ini digunakan untuk menanamkan semangat Jepang. BPAR diadakan dari
tingkat pusat di Jakarta. Kemudian  di daerah-daerah dibentuk   Komite  Penginsafan   Pemuda,  yang
anggota-anggotanya terdiri atas unsur kepanduan. Bentuk komite seperti ini sifatnya lokal dan
disesuaikan dengan situasi daerah  masing-masing.
Barisan Pemuda  Asia Raya tingkat  pusat  diresmikan  pada  tanggal  11  Juni 1942  dengan pimpinan 
dr.  Slamet  Sudibyo  dan  S.A. Saleh.  Sebenarnya, BPAR bagian  dari Gerakan  Tiga A. Program latihan di
BPAR diadakan  dalam jangka waktu  tiga bulan dan jumlah peserta  tidak dibatasi. Semua pemuda boleh
masuk mengikuti latihan. Di dalam latihan-latihan tersebut ditekankan pentingnya semangat dan
keyakinan, mengingat mereka  akan menjadi pimpinan  para pemuda.
Selain BPAR, Jepang  juga  membentuk wadah  latihan  yang  disebut  San A Seinen Kutensho di bawah
Gerakan Tiga A, yang diprakarsai oleh H. Shimuzu dan Wakabayashi. Di dalam San A Seinen Kutensho
latihan diadakan  selama satu  setengah bulan. Latihan-latihannya bersifat khusus, yakni  ditujukan
kepada  para pemuda yang sudah pernah aktif di dalam organisasi, misalnya kepanduan. Di samping 
latihan-latihan yang berkaitan dengan kedisiplinan dan semangat, pemuda juga  diajari mengenai
pengetahuan-pengetahuan praktis seperti memasak, merawat  rumah, serta berkebun. Selain itu,
pemuda juga  diajari bahasa Jepang. Pada tahap  pertama pelatihan, telah dilatih sebanyak  250 orang.
Meskipun telah dibentuk  San A Seinen Kutensho, perkumpulan kepanduan juga masih diadakan,
misalnya “Perkemahan Kepanduan Indonesia” (Perkindo) yang diadakan  di Jakarta. Gerakan kepanduan
merupakan wadah yang cukup baik untuk  membina  kader yang penuh  semangat dan disiplin.
Perkumpulan ini  pernah   dikunjungi   oleh  Gunseikan   dan   tokoh   Empat Serangkai dari Putera.

Organisasi Seinendan
Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi  para  pemuda yang  berusia 14-22  tahun. Organisasi ini
dibentuk pada 29 April 1943, bertepatan dengan hari ulang tahun kaisar Jepang. Pada awalnya, anggota
Seinendan 3.500 orang  pemuda dari seluruh  Jawa. Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk
mendidik dan melatih  para  pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan
kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha 
mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya pengerahan kekuatan
pemuda. Oleh karena itu, Jepang melatih para pemuda atau para remaja melalui organisasi Seinendan.
Dalam hal ini Seinendan difungsikan  sebagai  barisan  cadangan yang mengamankan garis belakang.
Melalui Seinendan, Jepang berusaha mengorbankan semangat rakyat untuk pembangunan “Jawa Baru”,
melatih para pemuda dalam hal kedisiplinan, dan meningkatkan produksi hasil bumi. Caranya ialah
dengan menanamkan semangat patriotisme, dalam hal ini semangat kepahlawanan Jepang (bushido), di
kalangan pemuda dan melibatkan mereka dalam kegiatan kemasyarakatan. Seinendan dipersiapkan pula
sebagai wadah calon-calon militer.
Organisasi Seinendan disusun berdasarkan teritorial dan sektoral. Secara teritorial, organisasi ini
terdapat mulai dari tingkat shu sampai tingkat shiku, sedangkan secara sektoral terdapat di pabrik-
pabrik, perkebunan, dan perusahaan-perusahaan. Anggota Seinendan yang bersifat sektoral adalah para
buruh dan pegawai pabrik, perkebunan, atau perusahaan tersebut. Anggota Seinendan tidak digaji dan
juga tidak menggunakan pakaian seragam. Hal itulah yang antara lain membedakannya dengan anggota
Heiho. Akan tetapi organisasinya cukup ketat. Disiplin dan semangat berperang merupakan bagian dari
kehidupan anggota Seinendan. 
Di wilayah kekuasaan Tentara ke-16 (Jawa) didirikan pusat pelatihan yang disebut Seinen Kurensho
(Pusat Pelatihan Barisan Pemuda) di Jakarta dan ibu kota karesidenan. Di pusat pelatihan ini dilatih para
pemuda yang disiapkan utnuk menjadi inti Seinendan karesidenan. Peserta pelatihan adalah pemuda
yang sudah mempunyai pekerjaan tetap, berbadan sehat, mempunyai bakat memimpin, dan berumur
antara 17-25 tahun. Pelatihan berlangsung selama 3-6 bulan. Pelajaran yang diberikan meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan pertanian, perusahaan niaga dan kerajinan tangan, serta perikanan dan
maritim. Selain itu diberikan pula pelajaran yang bersifat umum dan pelatihan kemiliteran, walaupun
secara minim. Resminya, Seinendan berada di bawah kepengurusan Naimubu (Departemen Urusan
Dalam Negeri), tetapi urusan pelatihan diserahkan pada Somubu (Departemen Urusan Umum). Setelah
selesai mengikuti pelatihan, mereka dikembalikan ke daerah masing-masing untuk melatih anggota
Seinendan setempat.
Tiap-tiap kesatuan Seinendan dipimpin oleh seorang danco (komandan), dibantu oleh fuku danco (wakil
komandan). Anggota pengurus lainnya yaitu komon (penasihat), sanyo (anggota badan pertimbangan),
dan kanji (administrator). Yang diangkat menjadi komandan ialah pejabat fungsional. Di tingkat pusat
(Jawa Rengo Seinendan) yang menjadi komandan ialah gunseikan. Di tingkat bawah pengkoordinasian
kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada kepala pemerintahan setempat. Misalnya di daerah tingkat
syu, ketuanya syucokan sendiri. Begitu juga  di daerah  ken,  ketuanya  kenco sendiri dan  seterusnya.
Untuk memperbanyak jumlah Seinendan, Jepang juga menggerakkan Seinendan bagian putri yang
disebut Josyi  Seinendan. Sampai pada masa akhir pendudukan Jepang, jumlah Seinendan itu mencapai
sekitar 500.000 pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi  anggota Seinendan antara  lain,
Sukarni dan Latief Hendraningrat.

Keibodan
Keibodan didirikan bersamaan dengan Sienendan, yakni 29 April 1943. Organisasi Keibodan (Korps
Kewaspadaan) merupakan organisasi semi-militer yang anggotanya para pemuda yang berusia antara
23-35 tahun. Anggota keibodan tidak digaji dan tidak memakai seragam. Ketentuan utama untuk dapat
masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya,
para anggota Keibodan sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam keamanan dan
ketertiban. Pembentukan Keibodan  ini memang dimaksudkan untuk membantu tugas polisi, misalnya
menjaga  lalu lintas dan pengamanan desa. Untuk  itu  anggota Keibodan  juga  dilatih  kemiliteran. 
Pembina  keibodan adalah Departemen Kepolisian (Keimubu) dan di daerah  syu (shu) dibina oleh Bagian
Kepolisian (Keisatsubu). Para pelatih terlebih dahulu mengikuti pendidikan selama satu bulan yang
dibuka pada bulan Mei 1943. Peserta pendidikan ini berjumlah 44 orang. Di kalangan  orang-orang Cina
juga dibentuk Keibodan yang dinamakan Kakyo Keibotai.
Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan keibodan  maka Jepang mengadakan program   latihan 
khusus  untuk  para  kader.  Latihan  khusus tersebut diselenggarakan di sekolah  Kepolisian di
Sukabumi.  Jangka  waktu latihan tersebut selama satu bulan. Mereka dibina secara khusus dan diawasi
secara  langsung  oleh  para  polisi Jepang.  Mereka  tidak  boleh  terpengaruh oleh kaum nasionalis.
Pelatihan yang diikuti anggota Keibodan meliputi penyelidikan terhadap kabar angin (desas-desus),
penjagaan bahaya udara, penjagaan pantai laut, mencari pencuri, penyamun, dan penjahat lainnya,
serta melakukan ronda malam. Mereka juga diajari cara memberikan pertolongan kepada masyarakat
bila terjad bencana alam atau malapetaka lainnya. Dapat dikatakan bahwa Keibodan melaksanakan
sebagian besar tugas yang seharusnya dilakukan oleh polisi.
Organisasi Seinendan dan Keibodan dibentuk  di daerah-daerah seluruh Indonesia,  meskipun  namanya 
berbeda-beda. Misalnya di Sumatera  disebut Bogodan   dan  di  Kalimantan  disebut  Borneo  Konan 
Kokokudan.  Jumlah anggota Seinendan  diperkirakan  mencapai  dua  juta  orang  dan  keibodan
mencapai  sekitar satu juta anggota.
Selain Seinendan  dan  Keibodan,  pada  bulan  Agustus  1943  juga  dibentuk Fujinkai (Perkumpulan
Wanita). Anggotanya  minimal harus berusia 15 tahun. Fujinkai bertugas di garis belakang  untuk 
meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan  masyarakat   melalui   kegiatan   pendidikan, kursus-kursus
tentang kesehatan dan makanan, serta palang merah. Ketika  situasi  perang   semakin  memanas, 
Fujinkai ini juga  diberi  latihan militer sederhana, bahkan  pada  tahun  1944  dibentuk  “Pasukan 
Srikandi”. Organisasi sejenis juga dibentuk  untuk usia murid SD yang disebut Seinentai (barisan murid
sekolah dasar), kemudian  dibentuk  Gakukotai  (barisan murid sekolah lanjutan).

Barisan Pelopor (Suishintai)


Pada pertengahan tahun  1944,  diadakan  rapat Chuo-Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat). Salah satu 
keputusan rapat tersebut adalah merumuskan cara  untuk  menumbuhkan keinsyafan  dan  kesadaran 
yang mendalam di kalangan  rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun persaudaraan untuk 
seluruh  rakyat  dalam  rangka  mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh. Sebagai wujud
konkret dari kesimpulan rapat itu maka pada  tanggal  1 November  1944,  Jepang  membentuk
organisasi baru yang dinamakan “Barisan Pelopor”. Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran
rakyat untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia.
Organisasi  semi-militer “Barisan Pelopor” ini tergolong unik karena  pemimpinnya  adalah  seorang 
nasionalis, yakni Ir. Sukarno, yang dibantu  oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran
Martoatmojo.
Organisasi “Barisan Pelopor”  berkembang di daerah  perkotaan.  Organisasi ini mengadakan pelatihan 
militer bagi para pemuda, meskipun  hanya menggunakan peralatan yang sederhana, seperti senapan
kayu dan bambu runcing.  Di samping  itu,  mereka   juga  dilatih  bagaimana  menggerakkan massa, 
memperkuat pertahanan, dan  hal-hal  lain yang  berkaitan  dengan kesejahteraan  rakyat.  
Keanggotaan  dari  Barisan  Pelopor   ini  mencakup seluruh pemuda, baik yang terpelajar  maupun yang
berpendidikan rendah, atau  bahkan  tidak mengenyam pendidikan  sama  sekali. Keanggotaan yang
heterogen ini justru  diharapkan menimbulkan semangat  solidaritas  yang tinggi,  sehingga  timbul 
ikatan  emosional  dan  semangat kebangsaan yang tinggi.
Barisan Pelopor  ini berada  di bawah  naungan Jawa  Hokokai. Anggotanya mencapai   60.000 orang.   Di
dalam  Barisan  Pelopor  ini, dibentuk   Barisan Pelopor  Istimewa  yang  anggotanya  dipilih  dari 
asrama-asrama pemuda yang terkenal.  Anggota  Barisan Pelopor Istimewa berjumlah  100  orang,  di
antaranya ada Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Ketua Barisan Pelopor Istimewa adalah 
Sudiro. Barisan Pelopor Istimewa berada  di bawah kepemimpinan para  nasionalis.  Oleh karena  itu,
organisasi  Barisan Pelopor ini berkembang pesat.  Dengan adanya organisasi ini, semangat nasionalisme
dan rasa persaudaraan di lingkungan  rakyat Indonesia menjadi berkobar.

Hizbullah
Pada  tanggal   7  September   1944,   PM Jepang,   Kaiso mengeluarkan janji tentang  kemerdekaan 
untuk   Indonesia.   Sementara  keadaan  di  medan perang,   Jepang  mengalami  berbagai  kekalahan.
Jepang  mulai  merasakan berbagai   kesulitan.  Keadaan  tersebut memicu  Jepang   untuk  menambah
kekuatan yang telah ada. Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan cadangan khusus dan
pemuda-pemuda Islam sebanyak  40.000 orang.
Rencana  Jepang  untuk  membentuk pasukan  khusus  Islam tersebut, cepat tersebar   di  tengah
masyarakat.   Rencana  ini segera  mendapat  sambutan positif  dari  tokoh-tokoh Masyumi,  sekalipun 
motivasinya  berbeda.  Begitu pula   para   pemuda  Islam  lainnya,   mereka   menyambut dengan  penuh
antusias. Bagi Jepang, pasukan  khusus Islam itu digunakan untuk membantu memenangkan perang, 
tetapi  bagi Masyumi pasukan  itu digunakan untuk persiapan  menuju  cita-cita  kemerdekaan
Indonesia.  Pengumuman tentang akan didirikannya barisan Islam ini disampaikan oleh saiko shikikan
pada 8 Desember 1944 berdasarkan permintaan para pemuda Islam. Keputusan ini berbeda dengan
sikap Jepang setahun sebelumnya ketika pada September 1943 mereka menolak permintaan golongan
Islam untuk mendirikan barisan bersenjata. Dengan pembentukan barisan Islam ini, agaknya Jepang
masih berharap agar propaganda tentang “perang suci” akan mendapa dukungan dari para pemuda
Islam. Berkaitan  dengan  hal itu maka para pemimpin Masyumi mengusulkan kepada  Jepang untuk
membentuk pasukan sukarelawan  yang khusus terdiri atas pemuda-pemuda Islam. Oleh  karena  itu, 
pada  tanggal  15  Desember  1944  berdiri  pasukan sukarelawan  pemuda Islam yang dinamakan
Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya  disebut Kaikyo Seinen Teishintai.
Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut.
1)    Sebagai tentara cadangan dengan tugas:
a)    melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya,
b)    membantu tentara Dai Nippon,
c)    menjaga  bahaya udara dan mengintai  mata-mata musuh, dan
d)    menggiatkan dan  menguatkan usaha-usaha untuk  kepentingan perang.
2)    Sebagai pemuda Islam, dengan tugas:
a)    menyiarkan agama  Islam,
b)    memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama,  dan 
c)    membela  agama  dan umat Islam Indonesia.
Untuk mengoordinasikan program  dan  kegiatan  Hizbullah, maka  dibentuk pengurus pusat Hizbullah.
Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan wakilnya adalah  Moh. Roem. Anggota 
pengurusnya antara  lain, Prawoto Mangunsasmito, Kyai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto.
Setelah   itu,  dibuka   pendaftaran  untuk   anggota  Hizbullah.  Pada  tahap pertama pendaftaran
melalui Syumubu (kantor Agama). Setiap keresidenan diminta  mengirim  25 orang  pemuda Islam, rata-
rata mereka  para  pemuda berusia  17-25  tahun.   Berdasarkan  usaha  tersebut, terkumpul  500  orang
pemuda. Para  anggota Hizbullah  ini kemudian   dilatih  secara  kemiliteran dan  dipusatkan di Cibarusa, 
Bogor, Jawa  Barat. Pada  tanggal  28  Februari 1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara
Jepang. Pembukaan latihan ini dihadiri oleh gunseikan dan pengurus Masyumi, seperti K.H. Hasyim
Asyari, K.H. Wahid  Hasyim, dan  Moh.  Natsir. Dalam pidato  pembukaannya, pimpinan tentara Jepang 
menegaskan bahwa  para pemuda Islam dilatih agar menjadi kader dan pemimpin barisan Hizbullah.
Tujuannya adalah agar para pemuda dapat   mengatasi  kesukaran   perang   dengan  hati  tabah   dan 
iman  yang teguh.  Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di bawah pengawasan
perwira  Jepang,  Kapten  Yanagawa  Moichiro (pemeluk  Islam, yang kemudian  menikah dengan
seorang  putri dari Tasik).
Latihan   dilakukan   di   Cibarusa   selama   tiga   setengah  bulan.   Program latihannya  di  samping 
keterampilan fisik kemiliteran,  juga  dalam  bidang mental  rohaniah.  Keterampilan  fisik kemiliteran
dilatih oleh para komandan Peta, sedangkan bidang  mental  kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa  Kamil
(bidang kekebalan), KH. Mawardi (bidang tauhid), K.H. Abdul Halim (bidang politik), dan Kyai Tohir
Basuki (bidang sejarah). Sementara itu, sebagai  ketua asrama  adalah K.H. Zainul Arifin.
Latihan  di Cibarusa  berhasil  membina  kader-kader pejuang  yang  militan. Pelatihan   itu   juga  
menumbuhkan  semangat  nasionalisme   para   kader Hizbullah. Setelah selesai pelatihan, mereka
kembali ke daerah masing-masing untuk  membentuk cabang-cabang Hizbullah beserta  program 
pelatihannya. Dengan demikian, berkembanglah kekuatan Hizbullah di berbagai  daerah.
Para anggota Hizbullah menyadari bahwa tanah Jawa adalah pusat pemerintahan tanah air Indonesia
maka harus dipertahankan. Apabila Jawa yang merupakan garis terdepan diserang musuh, Hizbullah
akan mempertahankan dengan penuh semangat. Semangat ini tentu pada hakikatnya bukan karena
untuk membantu Jepang, tetapi demi tanah air Indonesia. Jika Barisan Pelopor disebut sebagai  
organisasi semi-militer di bawah naungan Jawa Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi semi-
militer berada  di bawah  naungan Masyumi.

Anda mungkin juga menyukai