Organisasi
semimiliter ini dibentuk sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan
Pertimbangan Pusat. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P.
Suroso, Otto Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh nasionalis yang duduk dalam
Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menanamkan
semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para pemuda dikerahkan untuk
mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu
menyelipkan kata- kata untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para
pemuda. Organisasi Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang Pada bulan Januari 1942 Jepang
menduduki Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Malaysia pada waktu itu dikuasai Sekutu
berhasil direbut Jepang. Pada tanggal 24 Januari 1942 Jepang menduduki Tarakan, Balikpapan,
dan Kendari. Balikpapan merupakan sumber- sumber minyak maka diserang dengan hati-hati
agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh tentara Belanda. Tanggal 3 Februari 1942
Samarinda diduduki pasukan Jepang. Pada waktu itu Samarinda masih dikuasai tentara Hindia
Belanda (KNIL). Dengan direbutnya lapangan terbang oleh Jepang, maka tanggal 10 Februari
1942 Banjarmasin dengan mudah dapat diduduki. Pada tanggal 4 Februari 1942 Ambon berhasil
diduduki Jepang, kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Februari 1942 menguasai Palembang
dan sekitarnya. Dengan jatuhnya Palembang maka dengan mudah Jepang masuk ke Jawa. Dalam
penyerbuan-penyerbuan itu Jepang lebih kuat dibanding Sekutu karena Jepang memiliki
bantuan kekuatan udara taktis. Sedangkan kekuatan udara Sekutu sudah dihancurkan dalam
pertempuran- pertempuran awal di Indonesia maupun Malaya (Malaysia). Berikut ini Organisasi
Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang:
2. 2. 1.Seinendan (Barisan pemuda) Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun Kaisar Jepang. Seinendan merupakan
organisasi kepemudaan yang bersifat semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah
pimpinan gunseikan. Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan
melatih pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan
sendiri. Namun, sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah
untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan
perang Jepang. Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia
antara 15-25 tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada
awalnya anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah
tersebut berkembang menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
Susunan Seinendan terdiri atas: a.Dancho(Komandan) b.Fuku Dancho(Wakil Komandan)
c.Komon(Penasehat) d.Sanyo(Anggota Dewan Pertimbangan) e.Kanji(Administrator) Yang pasti
bahwa organisasi ini digunakan untuk mengamankan garis belakang dan sebagai barisan
cadangan. Selain itu dibentuk pula Seinendan putri yang membantu pelaksanaan garis belakang.
2.Keibodan (Barisan Pembantu Polisi) Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang
dibentuk bersamaan dengan pembentukan Seinendan. Berbeda dengan Seinendan, dalam
pembentukan Keibodan tersebut tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar
tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis. Bahkan kaum nasionalis pada tingkat bawah pun
tidak mempunyai hubungan dengan Keibodan, karena badan ini langsung ditempatkan di bawah
pengawasan polisi. Selain Jawa, kedua badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-
daerah yang berada di bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan
nama Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo Konan Hokokudan.
Selain golongan pemuda, juga dilakukan pengorganisasian kaum wanita. Pada bulan Agustus
1943 dibentuk Fujinkai (himpunan wanita). Usia minimum dari anggota Fujinkai adalah 15
tahun. Wanita- wanita tersebut juga diberikan latihan-latihan militer. Syuisyintai (Barisan
Pelopor) Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter ini
dibentuk sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat.
Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P. Suroso, Otto
Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh
3. 3. nasionalis yang duduk dalam Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu
sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para
pemuda dikerahkan untuk mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya,
para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-kata untuk membangkitkan semangat cinta tanah
air di kalangan para pemuda. 3.Fujinkai (Barisan Wanita) Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus
1943. Anggotanya terdiri atas wanita yang berumur 15 tahun ke atas. Tugas Fujinkai adalah ikut
memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan
ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang. 4.Hizbullah Pada tanggal 15 Desember
1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang
dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok,
yaitu sebagai berikut : Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain :
melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon;
menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh; menggiatkan dan menguatkan usaha-
usaha untuk kepentingan perang. Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara
lain : menyiarkan agama Islam, memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan
membela agama dan umat Islam Indonesia.[gs] 5.Gakutotai (Barisan Pelajar), dibentuk tanggal
15 Desember 1944. Menjelang Jepang terpuruk kalah tanpa syarat dalam Perang Dunia II, untuk
memperkuat posisinya di Indonesia, Jepang melatih rakyat dengan latihan kemiliteran. Tidak
ketinggalan pemuda, pelajar dan mahasiswa. Pasukan pelajar dan mahasiswa yang dibentuk
oleh Jepang disebut dengan “GAKUKOTAI”.
4. 4. 6.BARISAN BERANI MATI (Jibakutai), Pasukan Bunuh Diri Indonesia Terinspirasi oleh
penerbang bunuh diri Kamikaze, Jepang membentuk barisan bunuh diri (Jibakutai) di Indonesia
pada 8 Desember 1944. Jibaku kemudian diserap sebagai kata Indonesia yang artinya
“menyerang musuh dengan jalan menubrukkan dirinya (yang sudah dipersenjatai dengan bom
atau alat peledak lainnya) pada musuh; bertindak nekat.” Gambar di atas hanya ilustrasi. Jumlah
keseluruhan anggota Jibakutai mencapai 50.000 orang. Ia didirikan di beberapa daerah. Di Bali
misalnya, Jibakutai disebut juga Bo’ei Teisin Tai. Pada Desember 1944, pihak berwenang Jepang
melaporkan bahwa orang Bali “minta bagian dalam menghajar musuh” dengan ikut Bo’ei Teisin
Tai. “Mereka mencatat bahwa para intelektual, kebanyakan guru sekolah, redaktur media massa
dan sebagainya merupakan mayoritas nama-nama yang terdaftar. Kesatuan Bo’ei Teisin Tai
pertama berdiri pada Maret 1945, dan pada Juni 1945, grup kedua bertolak dari Buleleng ke
Gianyar untuk latihan,” tulis sejarawan Geoffrey Robinson dalam Sisi Gelap Pulau Dewata.
Kendati namanya sebagai pasukan berani mati, namun Jibakutai seperti barisan semimiliter lain
bentukan Jepang (Peta atau Pembela Tanah Air dan Heiho), dipersiapkan hanya sebagai
pendukung tentara Jepang. “Haruslah diperhatikan bahwa satuan-satuan ini dipersenjatai dan
dilatih hanya dengan bambu runcing…Tujuan melatih kelompok-kelompok ini adalah saling kerja
5. 5. sama dan mendukung kepada perang, bukanlah ikut serta secara militer sebagai satuan-
satuan tempur,” tulis sejarawan Joyce C. Lebra dalam Tentara Gemblengan Jepang (Baca:
Setengah Mitos Bambu Runcing) Bahkan, sejarawan Nugroho Notosusanto, menegaskan bahwa
Jibakutai tidak pernah mempunyai eksistensi yang nyata sebagai organisasi monolitis seperti
yang lain-lain. “Barisan itu lebih merupakan ungkapan daripada tekad pemuda Indonesia untuk
mempertahankan tanah airnya terhadap musuh,” tulisnya dalam Tentara Peta Pada Jaman
Pendudukan Jepang di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, Peta dan Heiho menjadi cikal
bakal tentara Indonesia. Bagaimana dengan Jibakutai? Mantan pejuang kemerdekaan, Asmadi
mengungkapkan kesaksiannya bahwa segera setalah Proklamasi kemerdekaan, Jibakutai
mengubah namanya menjadi Barisan Berani Mati (BBM), tetapi umumnya orang menganggap
namanya terlalu muluk. Mereka baru menunjukkan aksinya ketika perang melawan Sekutu di
Surabaya pada 10 November 1945. “Berjenis-jenis kendaraan lapis baja seperti brencarrier,
panser dan tank banyak yang meledak karena ulah mereka,” tulis Asmadi dalam Pelajar Pejuang.
Anggota BBM beroperasi dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing menjinjing sebuah
bom, kemudian membenturkan diri ke kendaraan perang musuh yang menghancurkan benteng-
benteng berjalan itu. Tindakan yang kelewat berani ini sangat menonjol pada hari ketiga perang.
Keberanian mereka menimbulkan kekaguman di kalangan pejuang dan keterkejutan di pihak
lawan. Tentara Inggris terperanjat dan menuding Indonesia menggunakan orang-orang Jepang
untuk melakukan bunuh diri, karena mereka menganggap hanya orang Jepang yang berani
berbuat nekat seperti itu. “Anggota BBM telah membuktikan bahwa cemooh yang diperolehnya
selama ini adalah tidak benar, bahwa keberanian bukan milik bangsa Jepang saja yang dengan
Kamikaze-nya berani menumbukkan pesawat terbang ke kapal perang Sekutu,” tulis Atmaji.
6. 6. TUGAS SEJARAH Organisasi Semi Militer Di susun oleh Livia fatmawati Kelas XI IPS 2 SMA ALI
MAKSUM YOGYAKARTA TA 2016/201
7. https://www.slideshare.net/ALKATA/organisasi-semi-militer-sejarah
Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang di Indonesia
Organisasi semi-militer sebenarnya diperuntukan sebagai pasukan cadangan yang dibentuk oleh
Jepang. Hal ini karena peperangan Asia Timur Raya yang hanya melibatkan Jepang di pihak blok
poros harus mengerahkan pasukan yang besar melawas kekuatan sekutu yang bersama-sama
memerangi Jepang di Asia-Pasifik, sekaligus memerangi Jerman di Eropa dan Italia di Afrika.
SEINENDAN
Seinendan atau yang dikenal sebagai Korps Pemuda merupakan organisasi semi militer yang
dibentuk Jepang dengan beranggotakan para pemuda berusia antara 14-22 tahun. Seinendan
didirikan tepatnya pada tanggal 29 April 1943 dengan beranggotakan sekiranya 3500 orang
pemuda dari seluruh Jawa.
Seinendan dibentukan dengan untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga
dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Dibalik tujuan tersebut tentu saja, ada tujuan lain dengan dibentuknya Seinendan ini. Jepang
melatih para pemuda Indonesia juga dimaksudkan untuk memperoleh tenaga cadangan dari
pemuda guna memenangkan peperangan Asia Timur Raya melawan Sekutu.
Fungsi Seinendan
Keanggotaan Seinendan
Untuk memperbanyak anggota, Seinendan juga menggerakkan Seinendan bagian puteri (Josyi
Seinendan). Seiring berjalannya waktu, jumlah Seinendan terus bertambah hingga akhir
pendudukan Jepang di Indonesia. Jumlahnya kala itu bahkan mencapai 500 ribu pemuda.
Adapun tokoh perjuangan Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain, Latif
Hendraningrat dan Sukarni.
KEIBODAN
Keibodan atau Korps Kewaspadaan merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya adalah
pemuda berusia antara 25 sampai 35 tahun. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 29 April 1943
dengan tujuan untuk membantu Polisi Jepang pada masa penjajahan di Indonesia.
Keibodan juga memiliki ketentuan utama agar setiap orang yang dapat masuk harus memiliki
badan yang sehat dan berkepribadian baik. Jika dilihat dari usia anggotanya, keibodan lebih siap
dan matang untuk membantu tentara Jepang dalam keamanan dan ketertiban. Contoh kegiatan
dalam membantu polisi dalam mengatur lalu lintas dan pengamanan desa.
Organisasi Seinendan dan Keibodan didirikan di seluruh daerah Indonesia, meski namanya
berbeda-beda. Misalnya di Sumatera dikenal dengan Bogodan dan di Kalimantan disebut
dengan Borneo Konan Kokokudan/Sameo Konen Hokokudan. Selain di Indonesia, penduduk Cina
juga mengenal organisasi ini dengan sebutan Kakyo Keibotai.
FUJINKAI
Fujinkai atau Perkumpulan Wanita merupakan organisasi semi militer Jepang yang
beranggotakan para wanita, dibentuk pada bulan Agustus 1943. Pembentukan organisasi ini di
prakarsai oleh para istri pegawai daerah dan diketuai oleh isteri-istri kepala daerah tersebut.
Untuk anggota dari Fujinkai itu sendiri minimal harus berusia 15 tahun. Tugas utama Fujinkai ini
yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan
kursus-kursus. Saat situasi semakin memanas, Fujinkai dilatih militer sederhana, bahkan pada
tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi” guna membantu perang melawan Sekutu.
SUISHINTAI
Rapat tersebut menghasilkan keputusan rapat pada tanggal 1 November 1944 yang kemudian
Jepang membentuk organisasi bernama “Suishintai” dalam bahasa Indonesia “Barisan Pelopor”.
Suishintai ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga siap untuk
membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia. Suishintai juga mengadakan pelatihan
militer bagi para pemuda, walaupun menggunakan peralatan sederhana (seperti bambu runcing
dan senapan kayu). Selain itu juga, Suishintai dilantih untuk menggerakkan massa, memperkuat
pertahanan dan hal lain yang intinya untuk kesejahteraan rakyat.
Keanggotaan Suishintai
Organisasi semimiliter ini juga tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis,
yaitu Ir. Soekarno (dibantu R.P Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo).
Di bawah naungan Jawa Hokokai, organisasi ini memiliki anggota mencapai 60.000 orang. Dalam
organisasi ini, dibentuk juga “Barisan Pelopor Istimewa” sejumlah 100 orang yang anggotanya
dipilih dari berbagai asrama terkenal. Anggota “Barisan Pelopor Istimewa” ini antara lain yaitu
Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, Asmara Hadi dan Sudiro sebagai ketuanya. “Barisan Pelopor
Istimewa” di bawah kepemimpinan para nasionalis menyebabkan organisasi ini berkembang
pesat. Organisasi semi-militer ini dapat mengobarkan semangat nasionalisme dan rasa
persaudaraan di Indonesia.
Hizbullah (Tentara Allah) adalah organisasi semimiliter yang dibentuk Jepang dengan
beranggotakan para sukarelawan khusus pemuda Islam.
Pentukan organisasi ini dilatarbelakangi kondisi peperangan Asia Timur Raya, Jepang semakin
terdesak dan mengalami kesulitan karena banyak mengalami kekalahan. Keadaan tersebut
memicu Jepang untuk menambah kekuatan dengan merencanakan pembentukan pasukan
cadangan sebanyak 40.000 orang (terdiri dari para pemuda Islam).
Rencana Jepang tersebut cepat menyebar di tengah masyarakat dan segera disambut positif dari
tokoh-tokoh Masyumi, pemuda Islam Indonesia dan pihak lainnya. Bagi Jepang, pasukan Islam
ini digunakan untuk membantu memenangkan perang, namun bagi Masyumi pasukan Islam
terebut digunakan untuk persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.
RELATED:
Semangat ini tentunya bukan serta merta untuk membela Jepang, melainkan untuk tanah air
tercinta. Jika barisan pelopor disebut sebagai organisasi semi-militer di bawah naungan Jawa
Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi semi-militer di bawah naungan
Masyumi.- Harian Sejarah
Organisasi Semi-militer
Sesuai dengan sifat pemerintahan militer, Jepang berusaha mengembangkan organisasi militer. Namun,
untuk memperkuat pemerintahannya Jepang juga mengembangkan organisasi-organisasi semi-militer
dan pengerahan para pemuda yang kuat secara fisik.
Organisasi Seinendan
Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun. Organisasi ini
dibentuk pada 29 April 1943, bertepatan dengan hari ulang tahun kaisar Jepang. Pada awalnya, anggota
Seinendan 3.500 orang pemuda dari seluruh Jawa. Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk
mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan
kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha
mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya pengerahan kekuatan
pemuda. Oleh karena itu, Jepang melatih para pemuda atau para remaja melalui organisasi Seinendan.
Dalam hal ini Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis belakang.
Melalui Seinendan, Jepang berusaha mengorbankan semangat rakyat untuk pembangunan “Jawa Baru”,
melatih para pemuda dalam hal kedisiplinan, dan meningkatkan produksi hasil bumi. Caranya ialah
dengan menanamkan semangat patriotisme, dalam hal ini semangat kepahlawanan Jepang (bushido), di
kalangan pemuda dan melibatkan mereka dalam kegiatan kemasyarakatan. Seinendan dipersiapkan pula
sebagai wadah calon-calon militer.
Organisasi Seinendan disusun berdasarkan teritorial dan sektoral. Secara teritorial, organisasi ini
terdapat mulai dari tingkat shu sampai tingkat shiku, sedangkan secara sektoral terdapat di pabrik-
pabrik, perkebunan, dan perusahaan-perusahaan. Anggota Seinendan yang bersifat sektoral adalah para
buruh dan pegawai pabrik, perkebunan, atau perusahaan tersebut. Anggota Seinendan tidak digaji dan
juga tidak menggunakan pakaian seragam. Hal itulah yang antara lain membedakannya dengan anggota
Heiho. Akan tetapi organisasinya cukup ketat. Disiplin dan semangat berperang merupakan bagian dari
kehidupan anggota Seinendan.
Di wilayah kekuasaan Tentara ke-16 (Jawa) didirikan pusat pelatihan yang disebut Seinen Kurensho
(Pusat Pelatihan Barisan Pemuda) di Jakarta dan ibu kota karesidenan. Di pusat pelatihan ini dilatih para
pemuda yang disiapkan utnuk menjadi inti Seinendan karesidenan. Peserta pelatihan adalah pemuda
yang sudah mempunyai pekerjaan tetap, berbadan sehat, mempunyai bakat memimpin, dan berumur
antara 17-25 tahun. Pelatihan berlangsung selama 3-6 bulan. Pelajaran yang diberikan meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan pertanian, perusahaan niaga dan kerajinan tangan, serta perikanan dan
maritim. Selain itu diberikan pula pelajaran yang bersifat umum dan pelatihan kemiliteran, walaupun
secara minim. Resminya, Seinendan berada di bawah kepengurusan Naimubu (Departemen Urusan
Dalam Negeri), tetapi urusan pelatihan diserahkan pada Somubu (Departemen Urusan Umum). Setelah
selesai mengikuti pelatihan, mereka dikembalikan ke daerah masing-masing untuk melatih anggota
Seinendan setempat.
Tiap-tiap kesatuan Seinendan dipimpin oleh seorang danco (komandan), dibantu oleh fuku danco (wakil
komandan). Anggota pengurus lainnya yaitu komon (penasihat), sanyo (anggota badan pertimbangan),
dan kanji (administrator). Yang diangkat menjadi komandan ialah pejabat fungsional. Di tingkat pusat
(Jawa Rengo Seinendan) yang menjadi komandan ialah gunseikan. Di tingkat bawah pengkoordinasian
kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada kepala pemerintahan setempat. Misalnya di daerah tingkat
syu, ketuanya syucokan sendiri. Begitu juga di daerah ken, ketuanya kenco sendiri dan seterusnya.
Untuk memperbanyak jumlah Seinendan, Jepang juga menggerakkan Seinendan bagian putri yang
disebut Josyi Seinendan. Sampai pada masa akhir pendudukan Jepang, jumlah Seinendan itu mencapai
sekitar 500.000 pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain,
Sukarni dan Latief Hendraningrat.
Keibodan
Keibodan didirikan bersamaan dengan Sienendan, yakni 29 April 1943. Organisasi Keibodan (Korps
Kewaspadaan) merupakan organisasi semi-militer yang anggotanya para pemuda yang berusia antara
23-35 tahun. Anggota keibodan tidak digaji dan tidak memakai seragam. Ketentuan utama untuk dapat
masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya,
para anggota Keibodan sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam keamanan dan
ketertiban. Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk membantu tugas polisi, misalnya
menjaga lalu lintas dan pengamanan desa. Untuk itu anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran.
Pembina keibodan adalah Departemen Kepolisian (Keimubu) dan di daerah syu (shu) dibina oleh Bagian
Kepolisian (Keisatsubu). Para pelatih terlebih dahulu mengikuti pendidikan selama satu bulan yang
dibuka pada bulan Mei 1943. Peserta pendidikan ini berjumlah 44 orang. Di kalangan orang-orang Cina
juga dibentuk Keibodan yang dinamakan Kakyo Keibotai.
Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan keibodan maka Jepang mengadakan program latihan
khusus untuk para kader. Latihan khusus tersebut diselenggarakan di sekolah Kepolisian di
Sukabumi. Jangka waktu latihan tersebut selama satu bulan. Mereka dibina secara khusus dan diawasi
secara langsung oleh para polisi Jepang. Mereka tidak boleh terpengaruh oleh kaum nasionalis.
Pelatihan yang diikuti anggota Keibodan meliputi penyelidikan terhadap kabar angin (desas-desus),
penjagaan bahaya udara, penjagaan pantai laut, mencari pencuri, penyamun, dan penjahat lainnya,
serta melakukan ronda malam. Mereka juga diajari cara memberikan pertolongan kepada masyarakat
bila terjad bencana alam atau malapetaka lainnya. Dapat dikatakan bahwa Keibodan melaksanakan
sebagian besar tugas yang seharusnya dilakukan oleh polisi.
Organisasi Seinendan dan Keibodan dibentuk di daerah-daerah seluruh Indonesia, meskipun namanya
berbeda-beda. Misalnya di Sumatera disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo Konan
Kokokudan. Jumlah anggota Seinendan diperkirakan mencapai dua juta orang dan keibodan
mencapai sekitar satu juta anggota.
Selain Seinendan dan Keibodan, pada bulan Agustus 1943 juga dibentuk Fujinkai (Perkumpulan
Wanita). Anggotanya minimal harus berusia 15 tahun. Fujinkai bertugas di garis belakang untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, kursus-kursus
tentang kesehatan dan makanan, serta palang merah. Ketika situasi perang semakin memanas,
Fujinkai ini juga diberi latihan militer sederhana, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan
Srikandi”. Organisasi sejenis juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut Seinentai (barisan murid
sekolah dasar), kemudian dibentuk Gakukotai (barisan murid sekolah lanjutan).
Hizbullah
Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang, Kaiso mengeluarkan janji tentang kemerdekaan
untuk Indonesia. Sementara keadaan di medan perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan.
Jepang mulai merasakan berbagai kesulitan. Keadaan tersebut memicu Jepang untuk menambah
kekuatan yang telah ada. Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan cadangan khusus dan
pemuda-pemuda Islam sebanyak 40.000 orang.
Rencana Jepang untuk membentuk pasukan khusus Islam tersebut, cepat tersebar di tengah
masyarakat. Rencana ini segera mendapat sambutan positif dari tokoh-tokoh Masyumi, sekalipun
motivasinya berbeda. Begitu pula para pemuda Islam lainnya, mereka menyambut dengan penuh
antusias. Bagi Jepang, pasukan khusus Islam itu digunakan untuk membantu memenangkan perang,
tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan untuk persiapan menuju cita-cita kemerdekaan
Indonesia. Pengumuman tentang akan didirikannya barisan Islam ini disampaikan oleh saiko shikikan
pada 8 Desember 1944 berdasarkan permintaan para pemuda Islam. Keputusan ini berbeda dengan
sikap Jepang setahun sebelumnya ketika pada September 1943 mereka menolak permintaan golongan
Islam untuk mendirikan barisan bersenjata. Dengan pembentukan barisan Islam ini, agaknya Jepang
masih berharap agar propaganda tentang “perang suci” akan mendapa dukungan dari para pemuda
Islam. Berkaitan dengan hal itu maka para pemimpin Masyumi mengusulkan kepada Jepang untuk
membentuk pasukan sukarelawan yang khusus terdiri atas pemuda-pemuda Islam. Oleh karena itu,
pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan
Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai.
Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut.
1) Sebagai tentara cadangan dengan tugas:
a) melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya,
b) membantu tentara Dai Nippon,
c) menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan
d) menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.
2) Sebagai pemuda Islam, dengan tugas:
a) menyiarkan agama Islam,
b) memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan
c) membela agama dan umat Islam Indonesia.
Untuk mengoordinasikan program dan kegiatan Hizbullah, maka dibentuk pengurus pusat Hizbullah.
Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota
pengurusnya antara lain, Prawoto Mangunsasmito, Kyai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto.
Setelah itu, dibuka pendaftaran untuk anggota Hizbullah. Pada tahap pertama pendaftaran
melalui Syumubu (kantor Agama). Setiap keresidenan diminta mengirim 25 orang pemuda Islam, rata-
rata mereka para pemuda berusia 17-25 tahun. Berdasarkan usaha tersebut, terkumpul 500 orang
pemuda. Para anggota Hizbullah ini kemudian dilatih secara kemiliteran dan dipusatkan di Cibarusa,
Bogor, Jawa Barat. Pada tanggal 28 Februari 1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara
Jepang. Pembukaan latihan ini dihadiri oleh gunseikan dan pengurus Masyumi, seperti K.H. Hasyim
Asyari, K.H. Wahid Hasyim, dan Moh. Natsir. Dalam pidato pembukaannya, pimpinan tentara Jepang
menegaskan bahwa para pemuda Islam dilatih agar menjadi kader dan pemimpin barisan Hizbullah.
Tujuannya adalah agar para pemuda dapat mengatasi kesukaran perang dengan hati tabah dan
iman yang teguh. Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di bawah pengawasan
perwira Jepang, Kapten Yanagawa Moichiro (pemeluk Islam, yang kemudian menikah dengan
seorang putri dari Tasik).
Latihan dilakukan di Cibarusa selama tiga setengah bulan. Program latihannya di samping
keterampilan fisik kemiliteran, juga dalam bidang mental rohaniah. Keterampilan fisik kemiliteran
dilatih oleh para komandan Peta, sedangkan bidang mental kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa Kamil
(bidang kekebalan), KH. Mawardi (bidang tauhid), K.H. Abdul Halim (bidang politik), dan Kyai Tohir
Basuki (bidang sejarah). Sementara itu, sebagai ketua asrama adalah K.H. Zainul Arifin.
Latihan di Cibarusa berhasil membina kader-kader pejuang yang militan. Pelatihan itu juga
menumbuhkan semangat nasionalisme para kader Hizbullah. Setelah selesai pelatihan, mereka
kembali ke daerah masing-masing untuk membentuk cabang-cabang Hizbullah beserta program
pelatihannya. Dengan demikian, berkembanglah kekuatan Hizbullah di berbagai daerah.
Para anggota Hizbullah menyadari bahwa tanah Jawa adalah pusat pemerintahan tanah air Indonesia
maka harus dipertahankan. Apabila Jawa yang merupakan garis terdepan diserang musuh, Hizbullah
akan mempertahankan dengan penuh semangat. Semangat ini tentu pada hakikatnya bukan karena
untuk membantu Jepang, tetapi demi tanah air Indonesia. Jika Barisan Pelopor disebut sebagai
organisasi semi-militer di bawah naungan Jawa Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi semi-
militer berada di bawah naungan Masyumi.