1. Memusnahkan beberapa jenis perkebunan yang menurut Jepang tidak berguna dan diganti
dengan tanaman bahan makanan
2. Jepang tidak memberikan bimbingan dan penyuluhan pertanian secara modern, akibatnya
banyak penebangan liar yang merusak hutan itu sendiri.
3. Rakyat dibebani dengan menanam pohon jarak yang digunakan untuk minyak pelumas
senjata dan mesin pesawat.
4. Jepang melakukan monopoli terutama beras dan garam
5. 60 % dari hasil pertanian milik rakyat harus disetorkan kepada Jepang, 30 % untuk bibit,
rakyat hanya diperbolehkan memiliki 10 % bahkan seringkali semuanya dirampas.
Akibat tindakan Jepang ini menimbulkan kesengsaraan, bencana alam. kekurangan sandang
pangan, penyakit dan kematian.
Cara yang dilakukan Jepang untuk memeras tenaga kerja bangsa Indonesia, antara
lain melalui :
a. Pengerahan tenaga kerja secara paksa tanpa di bayar yang disebut Romusha
b. PembentukanKinrohosi, kinrohosi adalah kerja paksa atau wajib tanpa upah bagi
tokoh masyarakat seperti para pamong desa dan kepala desa.
c. Pengerahan pemuda Indonesia dengan membentuk BPAR ( Barisan Pemuda Asia
Raya ) pada tanggal 11 Juni 1942
d. Pembentukan organisasi-organisasi semi militer antara lain:
1. Keibodan (barisan pembantu polisi ) dibentuk pada tanggal 29 April 1943 yang anggotanya
terdiri atas laki-laki berusia 23-25 tahun
2. Seinendan ( barisan pemuda ) dibentuk tanggal 9 Maret 1943, anggotanya terdiri pemuda
berusia 14-22 tahun
3. Fujinkai, organisasi perhimpunan wanita yang berusia 15 tahun ke atas dibentuk pada
bulan Agustus 1943.
4. Seinentai dan Gakutotai adalah organisasi anak-anak sekolah dasar dan menengah
5. Syuisintai, barisan pelopor yang dibentuk pada tanggal 14 September 1944 yang dibimbing
langsung oleh tokoh-tokoh nasionalis Indonesia seperti Ir Sukarno, Otto Iskandardinata, RP
Suroso, dr Buntaran Martoatmojo.
e. Pembentukan organisasi-organisasi militer antara lain :
1. Heiho ( Pembantu tentara Jepang ), dibentuk pada bulan April 1943 yang merupakan bagian
dari tentara Jepang
2. PETA (Pembela Tanah Air) didirikan pada tanggal 3 Oktober 1943, merupakan tentara
Indonesia yang dipimpin oleh orang Indonesia dan mendapat pendidikan militer dari orang
jepang.
f. Pembentukan Organisasi-organisasi politik, seperti :
1. Gerakan 3A, dibentuk pada bulan Maret 1942 bertujuan untuk propaganda membantu
Jepang dalam Perang Asia Timur Raya (PD II ), Gerakan ini dipimpin oleh Mr.Samsudin dan
Shimizu, dengan semboyan 3 A ;Nipon cahaya Asia, Nipon pelindung Asia, Nipon pemimpin
Asia
2. Pembentukan PUTERA ( Pusat Tenaga rakyat) pada tanggal 16 April 1943. Para tokoh
pemimpin putra terkenal dengan sebutan “empat serangkai” yang terdiri atas
Ir.Sukarno,Drs.Moh Hatta,KH.Mas Mansyur dan Ki Hajar Dewantara. Tujuan Jepang
membentuk PUTERA adalah untuk membujuk semua kekuatan rakyat Indonesia agar
bersatu padu membentu Jepang. Akan tetapi tokoh-tokoh nasionalisme Indonesia berhasil
membelokan tujuan tersebut melalui teknok kooperasi untuk mencapai Indonesia Merdeka.
3. Pembentukan Cuo Sangi In ( badan Pertimbangan Pusat).
Kegagalan Jepang menggerakan rakyat Indonesia melalui Gerakan 3 A dan PUTERA untuk
mendukung Jepang menghadapi sekutu dalam PD II, menyebabkan Jepang membentuk Cuo
Sangi In atas usul Perdana Mentri Jendral Tojo. Badan ini dibentuk pada tanggal 5
September 1943 dan bertujuan :
a. mengajukan usul kapada pemerintah Jepang prihal politik
b. menentukan tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintahan militer Jepang
4. Pembentukan Jawa Hokokai ( Himpunan Kebaktian Jawa), dibentuk tanggal 1 Maret 1944
yang anggotanya terdiri atas pemuda yang berusia 14 tahun ke atas. Bertugas
mengerahkan rakyat Indonesia untuk mengumpulkan padi, permata dan besi tua untuk
kepentingan perang Jepang.
D. Kelompok Sukarni
Tokoh ini sangat berperan penting di sekitar Proklamasi Kemerdekaan .Tokohnya adalah
Adam malik,Pandu Kartawiguna,Chaerul saleh, Maruto nitimahardjo.
F. Golongan Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada angkatan laut jepang.Mereka selalu menggalang dan
membina kemerdekaan dengan berhubungan kepada tokoh angkatan laut Jepang yang
simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia.Kelompok ini mendirikan asrama Merdeka di
Jalan Bungur Besar No. 56 Jakarta . Asrama ini dibangun dengan bantuan Kepala perwakilan
Kaigun yaitu Laksamana muda Maeda pada bulan oktober 1944.Kelompok ini adalah
kelompok yang terakhir dibentuk. Pengurus asram yaitu Ahmad subardjo Dibantu tokoh
muda Wikana .Di asrama ini mendapat pendidikan politik dari tokoh nasionalis Ir.
Soekarno,Drs. Moh. Hatta ,Sutan syahrir,Kusuma Sumantri,Latuharhary,R.P. singgih ,Ratu
langie,Maramis dan Buntaran.Kelompok ini menjalin kerjasama dengan kelompok bawah
tanah lain dengan sembunyi sembunyi.Walaupun para pejuang membagi kelompok dengan
strategi perjuangan berbeda tapi mereka mempunyai satu tujuan yaitu Mencapai
Kemerdakkaan.
Untuk mencapai tujuannya Gerakan Bawah Tanah melakukan kegiatan sebagai berikut:
- Menjalin komunikasi dan memelihara semangat nasionalisme
- Menyiapkan kekuatan untuk menyambut kemerdekaan
- Mempropagandakan kesiapan untuk merdeka.
- Memantau perkembangan Perang Pasifik
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng
Lok Seumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga Jepang
melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan shalat
Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan
berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga
dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir
(ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku
Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat
sedang shalat.
B.Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Jawa Barat (Singaparna) di bawah
pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas ajaran yang berbau
Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi
penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari
terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena
termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu beliaupun tidak tahan melihat
penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para
santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara
Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri
pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah pertempuran
sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah sholat Jumat. Meskipun berbagai upaya
perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa
ke Tasikmalaya kemudian dibawah ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan
dimakamkan di Ancol.
Ini dilakukan untuk penyeragaman dan memudahkan pengawasan isi dan penyelenggaraan
sekolah-sekolah. Pada tanggal 29 April 1942, pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan
maklumat yang berisi antara lain:
1. Pembukaan kembali sekolah-sekolah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa pengantar
di sekolah.
3. Larangan terhadap penggunaan bahasa Belanda dan Inggris baik di dalam maupun di luar
sekolah.
4. Para pelajar diharuskan menghormati adat istiadat Jepang seperti berikut ini:
6. Sisi positif yang dirasakan antara lain, digunakannya bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar di sekolah yang kemudian melahirkan kader-kader generasi intelektual yang
berjiwa nasionalis.
Jepang juga telah menyelenggarakan kursus-kursus yang bertujuan menanamkan semangat pro-
Jepang antara lain Barisan Pemuda Asia Raya di Jakarta tahun 1942, San A Seinen
Kunrensyoi yang diadakan oleh Gerakan Tiga A, bulan Juni 1942.
b. Aspek kehidupan budaya
1. Pada masa pendudukan Jepang, seluruh media komunikasi dikendalikan oleh pemerintah militer
sehingga sebagian besar tulisan sastra diperuntukkan bagi kepentingan penguasa.
Kendati mengundang unsur-unsur semangat patriotisme dan semangat kerja keras, tetapi
semuanya diperuntukkan bagi pemujaan terhadap Dai Nippon.
2. Didirikan pusat kebudayaan yang bernama Keimin Bunka Shidosho di Jakarta pada tanggal 1
April 1943. Melalui pusat kebudayaan ini, pemerintah Jepang hendak menanamkan dan
menyebarluaskan seni budaya Jepang.
Oleh sebab itu, Jepang melakukan pengerahan tenaga kerja yang disebut sebagai romusha. Pada
awalnya program ini didukung rakyat akibat termakan aksi propaganda Jepang untuk membangun
keluarga besar Asia dan bersifat sukarela.
Mereka dikirim juga ke luar Jawa bahkan ada yang dikirim ke luar negeri seperti di Burma/Myanmar,
Malaysia, Thailand, Indo-China. Kehidupan kesehatan para romusha tidak terjamin, makanan tidak
mencukupi sementara pekerjaan sangat berat.
Akibatnya banyak tenaga romusha yang mati di tempat pekerjaan karena sakit, kecelakaan, kurang
gizi. Jepang berupaya untuk menutupi rahasia kekejamannya dan menghilangkan rasa takut
penduduk Indonesia.
Sejak tahun 1943, Jepang melancarkan kampanye yang menjuluki para romusha sebagai “prajurit
ekonomi” atau “pahlawan pekerja”.
Mereka digambarkan sebagai prajurit yang menunaikan tugas sucinya untuk angkatan perang
Jepang dan sumbangan mereka terhadap usaha Jepang itu mendapat pujian sangat tinggi dan
mulia.