Anda di halaman 1dari 10

NAMA : PRIO SUHARNO

KELAS : XI MIPA 1

PENDUDUK JEPANG DI INDONESIA PADA TAHUN 1942

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan akhir-akhirnya pada
tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh
Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pada Mei 1940, awal Perang
Lingkungan kehidupan II, Belanda direbut oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda
mengumumkan kondisi siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika
Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang benar tujuan untuk mengamankan
persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia
Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima
bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan
Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.

Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik
dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan
militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang
pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat
bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Untuk
yang tinggal di kawasan yang dianggap penting dalam peperangan, mereka merasakan
siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan
kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan
target sasaran dalam penguasaan Jepang. Jepang membentuk persiapan kemerdekaan yaitu
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Badan ini
bertugas membentuk persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara
dan dialihkan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.

 Organisasi yang di bentuk jepang

 Gerakan 3 A

Gerakan Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Gerakan 3 A memiliki semboyan Nipon
‘Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia. Gerakan tersebut bertujuan
menanamkan semangat untuk membela Jepang, memberi jaminan keamanan bagi rakyat
Indonesia, menyakinkan bangsa Indonesia bahwa Jepang negara terkuat di Asia, dan
memberi peluang bagi pemimpin Indonesia dalam pemerintahan. Jepang menunjuk Mr.
Syamsudin sebagai pemimpin Gerakan 3 A. Ia merupakan seorang nasionalis yang kurang
dikenal. Pada bulan Juli 1942 dibentuk suatu sub seksi Islam dengan Persiapan Persatuan
Umat Islam dalam Gerakan 3A. Sebagai ketuanya ialahAbikusno Cokrosuyoso. Tokoh dari
gerakan 3 A adalahHitoshi Shimizu, Syamsuddin, Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantoro, H Mas Mansyur

Akan tetapi, ternyata Gerakan Tiga A tidak mendapat sambutan rakyat. Secara umum,
Gerakan Tiga A ini juga dianggap kurang berguna dan gagal mencapai tujuan-tujuannya.
Jepang kemudian menyadari agar dapat memobilisasi rakyat, maka mereka harus
memanfaatkan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka. Gerakan 3 A akhirnya dibubarkan.
Sebagai gantinya, dibentuklah organisasi Putera.
 Putera

Pada tanggal 9 Maret 1943 dibentuk organisasi baru bernama Pusat Tenaga Rakyat
(Putera) untuk menggantikan Gerakan 3A. Pada pembukaan Kantor Putera pada tanggal 26
April 1943, Somuboco (Kepala Departemen Urusan Umum) menegaskan, bahwa tugas
Putera adalah menggerakkan tenaga dan kekuatan rakyat untuk memberi bantuan kepada
usaha-usaha mencapai kemenangan akhir dalam Perang Asia Timur Raya. Jepang
menunjuk Empat Serangkai yang terdiri atas Ir. Sukarno, Drs.Moh. Hatta, Ki Hajar
Dewantara, danK.H.Mansur untuk memimpin Putera.

Putera dibentuk sebenarnya untuk kepentingan Jepang, namun oleh para tokoh Putera
kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan perjuangan menuju
Indonesia merdeka. Pembentukan Putera itu sendiri memang atas usul Ir. Sukarno. Tokoh-
tokoh nasional, seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Abikusno Cokrosuyoso, K.H.MasMansyur, Ki
Hajar Dewantara, Prof. Hussein Joyodiningrat, dan Mr. Supomo bersedia bekerja sama
dengan Jepang. Mereka beralasan, bahwa bangsa Indonesia tidak dapat begitu saja dapat
mengusir Jepang. Oleh karena itu, jalan yang dapat ditempuh adalah dengan bekerja sama.

Akan tetapi, kerja sama itu hanya alat untuk mempercepat proses kemerdekaan Indonesia
yang telah lama diperjuangkan. Dalam setiap kesempatan para pejuang bangsa Indonesia
selalu menggembleng semangat cinta tanah air di dalam hati sanubari rakyat Indonesia.
Lembaga-lembaga yang diciptakan oleh Jepang seperti Jawa Hokokai, Putera, Peta, Fujinkai,
dan sebagainya justru menjad sarana memupuk semangat kebangsaan. Hal itu tentu
memudahkan jalan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.

 Heiho

Heiho adalah pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk oleh tentara
pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II. Organisasi ini dibentuk pada
tanggal 2 September 1942 atas instruksi dari Markas Besar Angkatan Darat Jepang.

Tujuan dibentuknya Heiho adalah membantu pasukan militer dalam upaya pembangunan
membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan. Selain itu pula, pasukan
Heiho yang bertugas untuk membantu para tentara Jepang di Perang Dunia II dan Perang
Asia Timur Raya. Pasukan Heiho terbagi menjadi tiga bagian, di antaranya adalah pasukan
darat, laut, dan polisi (Kempeitei). Dalam kontribusinya melawan Pasukan Sekutu, pasukan
Heiho dikirim sampai ke Morotai, Burma, dan beberapa wilayah lain.

 .Pembela Tanah Air (PETA)

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA adalah kesatuan militer yang dibentuk
Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Peta dibentuk atas gagasan tokoh
bernama Gatot Mangkoepradja yang mengirimkan surat kepada Gunseikan (pemimpin
militer tertinggi Jepang) di Jakarta. Isi surat itu adalah permohonan dibentuknya pasukan
para pemuda lokal untuk membela Tanah Air dari serangan Pasukan Sekutu dalam Perang
Asia Timur Raya. Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943, terbentuklah sebuah organisasi
militer bernama Pembela Tanah Air alias PETA.

Pelatihan PETA sendiri dilakukan di kompleks militer Bo-ei Giyugun Kanbu Resentai yang


saat ini berada daerah Bogor (Jawa Barat). Hasil dari bentukan PETA menghasilkan 66
Batalyon (pasukan) di Jawa, 3 Batalyon di Bali, dan 20.000 Batalyon  di Bogor. PETA
dibubarkan pada tanggal 19 Agustus 1945 setelah Jepang kalah melawan Sekutu dalam
Perang Dunia II.
 Seinendan 

Seinensan adalah sebuah organisasi barisan pemuda yang dibentuk pada tanggal 9


Maret 1943 oleh tentara Jepang di Indonesia.  Tujuan dari organisasi seinendan ini adalah
untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah airnya
dengan kekuatan sendiri.  Akan tetapi, maksud yang sebenarnya ialah untuk
mempersiapkan pemuda Indonesia untuk membantu militer Jepang untuk menghadapi
pasukan Sekutu.  Organisasi ini bercorak militer dan semi militer.  Organisasi ini di bawah
kepemimpinan Gunseikan. Persyaratan untuk menjadi anggota Seinendan tidak begitu
sulit, seluma anggotanya tercatat sebanyak 35.500 orang pemuda dari seluruh jawa.
Jumlah ini berkembang menjadi kira-kira 500.000 orang pemuda pada akhir masa
pendudukan Jepang.] Secara resmi disebutkan bahwa pembentukan ini bertujuan untuk
mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah
airnya dengan kekuatan sendiri, maksudnya yang disembunyikan ialah agar dengan
demikian memperoleh tenaga cadangan untuk memperkuat usaha mencapai kemenangan
akhir dalam perang saat itu, yaitu perang terhadap sekutu. Saat pelatihan organisasi ini
diberikan pelatihan-pelatihan militer baik untuk mempertahankan diri maupun untuk
penyerangan, mereka ini adalah pemuda-pemuda Asia yang berusia antara 15-25 tahun .

 Jawa Hokokai

Panglima Tentara ke-16 Jepang, Jenderal Kumaikici Harada membentuk Jawa Hokokai atau
Himpunan Kebaktian Jawa pada 8 Januari 1944. Jawa Hokokai dibentuk untuk
menumbuhkan persatuan dan semangat rakyat. Untuk menghadapi perang Jepang, rakyat
diharapkan memberi darma baktinya. Kebaktian yang dimaksud berupa: Mengorbankan
diri, Mempertebal persaudaraan, Melaksanakan suatu tindakan dengan bukti. Berbeda
dengan Putera yang digerakkan oleh tokoh pergerakan nasional, Jawa Hokokai benar-
benar organisasi resmi pemerintah.

 BPUPKI

Pada tanggal 7 September 1944, perdana menteri Jepang Koiso menyampaikan pidato yang
berkaitan dengan kemerdekaan. Dikutip dari buku 'Pengetahuan Sosial Sejarah 2' oleh
Tugiyono dkk, perdana menteri Jepang mengatakan bahwa daerah-daerah laut selatan,
termasuk Indonesia, akan diberikan kemerdekaan di kelak kemudian hari.

Sejak saat itu, bangsa Indonesia diizinkan untuk mengibarkan bendera merah putih di
samping bendera Jepang. Mereka juga diperbolehkan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, selain lagu-lagu Jepang. Dalam rangka meyakinkan janji kemerdekaan
tersebut, pada tanggal 29 April 1945 dibentuklah BPUPKI atau dalam bahasa Jepang
disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Badan ini beranggotakan 60 tokoh bangsa Indonesia dan
beberapa perwakilan Jepang.

Ketua BPUPKI adalah K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dengan ketua muda atau wakilnya
adalah Icibangase, perwakilan dari Jepang. Berikut struktur organisasi BPUPKI:

1.Ketua : Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat


2. Ketua Muda : Icibangase
3. Sekretaris : R.P. Surono
4. Anggota : 60 orang Indonesia yang merupakan perwakilan dari seluruh wilayah
Indonesia dan 7 orang Jepang tanpa hak suara.
Terdapat beberapa versi mengenai jumlah anggota BPUPKI. Beberapa sumber mengatakan
anggota BPUPKI berjumlah 62 orang, ada juga sumber yang menyebut sebanyak 64 orang.
Terlepas dari itu, mayoritas sumber sejarah mengatakan bahwa anggota BPUPKI sekitar 60
orang.

Selama berdiri, BPUPKI telah menjalankan dua kali sidang resmi. Sidang pertama
dilaksanakan pada 29 Mei-1 Juni dengan menghasilkan rumusan dasar negara yang berupa
pandangan umum saja. Falsafah negara Indonesia merdeka tersebut diusulkan oleh para
pendiri negara, seperti Moh Yamin (29 Mei 1945), Soepomo (31 Mei 1945), dan Soekarno
(1 Juni 1945). Sidang kedua BPUPKI berlangsung pada 10-17 Juli 1945. Pada sidang kedua,
BPUPKI membahas tentang rancangan Undang-Undang Dasar (UUD), termasuk Pembukaan
UUD yang memuat dasar negara.

Setelah menyelesaikan tugasnya, BPUPKI akhirnya dibubarkan pada tanggal 7 Agustus


1945. Sebagai ganti dan kelanjutannya, maka dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Inkai.

 PPKI

Dikutip dari buku Konflik di Balik Proklamasi (2010), di awal Agustus 1945 Jepang makin
terimpit dalam perang. Sekutu menjatuhkan bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.
Mengetahui posisi Jepang yang melemah dan nasib Indonesia yang tidak jelas, para tokoh
nasional terus mendesak kemerdekaan. Untuk melunasi janji kemerdekaannya, perwira
tinggi AD Jepang di Saigon, Hisaichi Terauchi menyetujui pembentukan PPKI. Tugas PPKI
adalah melanjutkan tugas BPUPKI dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

PPKI atau dalam bahasa Jepang Dokuritsu Junbi Iinkai berperan untuk melanjutkan hasil
kerja BPUPKI untuk meresmikan pembukaan dan batang tubuh konstitusi. PPKI diketuai
Soekarno dengan wakilnya, Mohammad Hatta. Sementara anggotanya berjumlah 21 orang.
Anggotanya terdiri dari 12 wakil dari Jawa, tiga dari Sumatera, dua dari Sulawesi, serta
masing-masing satu dari Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan satu perwakilan etnis
Tionghoa. Mereka adalah

 Soepomo
 KRT Radjiman Wedyodiningrat
 RP Soeroso
 Soetardjo Kartohadikoesoemo
 KH Abdul Wahid Hasyim
 Ki Bagus Hadikusumo
 Otto Iskandardinata
 Abdoel Kadir
 Pangeran Soerjohamidjojo
 Pangeran Poerbojo
 Mohammad Amir
 Abdul Abbas
 Mohammad Hasan
 GSSJ Ratulangi
 Andi Pangerang
 AH Hamidan
 I Goesti Ketoet Poedja
 Mr. Johannes Latuharhary
 Yap Tjwan Bing
Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah enam yakni:

 Achmad Soebardjo
 Sayuti Melik
 Ki Hadjar Dewantara
 RAA Wiranatakoesoema
 Kasman Singodimedjo
 Iwa Koesoemasoemantri

Seluruh persiapan dan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia sudah diserahkan kepada


PPKI. Selanjutnya, PPKI berkewajiban untuk meyakinkan masyarakat terkait kemerdekaan
Indonesia. Tugas-tugas ini dilaksanakan lewat beberapa sidang.

Sidang pertama, digelar pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan putusan:

 mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945,


 memilih Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil,
 membentuk komite nasional untuk membantu tugas Presiden sementara sebelum
dibentuknya MPR dan DPR.

Sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945 yang menghasilkan:

 pembagian wilayah Indonesia yang terdiri atas 8 provinsi,


 membentuk Komite Nasional (daerah),
 menetapkan 12 departemen dengan menterinya yang mengepalai departemen dan
4 menteri agama.

Sidang ketiga pada 22 Agustus 1945 menghasilkan keputusan:

 pembentukan Komite Nasional,


 pembentukan Partai Nasional Indonesia,
 pembentukan Badan Keamanan Rakyat atau Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Akhirnya, pada 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan bersamaan dengan pelantikan anggota
Komite Nasional Indonesia Pusat

 Sosial Kebiasaan

 Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang

Sistem stratifikasi sosial pada zaman Jepang menaruh golongan bumiputera di atas
golongan Eropa maupun golongan Timur Asing, kecuali Jepang. Hal ini disebabkan oleh
Jepang mau yang mengambil hati rakyat Indonesia untuk menolong mereka dalam perang
Asia Timur Raya.

 Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern

Saat ini, industrialisasi modern tentu membawa dampak yang jauh semakin lapang
daripada industrialisasi pada masa Kolonial Belanda. Di perkotaan, terdapat pergeseran
bangun pekerjaan dan tingkatan kerja. Misalnya, sekarang muncul jenis-jenis pekerjaan
baru yang dahulu tidak telah tersedia, yaitu jasa konsultan, advokasi, dan lembaga bantuan
hukum. Tingkatan kerja juga merasakan pergeseran, terutama dalam hal gender. Dahulu,
tenaga kerja sangat dimonopoli kaum laki-laki. Namun saat ini, kaum perempuan telah
berperan di segala anggota pekerjaan.

Berlandaskan hal tersebut, penentuan kelas sosial tidak lagi hanya ditentukan oleh bidang
ekonomi semata, tapi juga ditentukan oleh bidang lain, seperti faktor kelangkaan dan
profesionalitas seseorang. Hal ini disebabkan oleh warga industri yang memang sangat
mengahrgai kreativitas yang mampu memberi nilai tambah dalam pekerjaan. Akibatnya,
orang yang berpendidikan tinggi sangat dihargai oleh warga industri. Sebaliknya, orang
yang berpendidikan rendah ditempatkan pada strata bawah.

 Perlawanan rakyat terhadap Jepang


 Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942

Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot
Plieng, Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak sukses, sehingga
Jepang melakukan agresi mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan
salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan agresi
dan sukses memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga
dengan agresi kedua, sukses digagalkan oleh rakyat. Baru pada agresi terakhir (ketiga)
Jepang sukses membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil)
sukses meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhir-akhirnya tertembak saat
sedang salat.

 Peristiwa Singaparna

Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, Jawa Barat
di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Dia menolak dengan tegas petunjuk
yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu
memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan aktivitas membungkukkan badan ke
arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam
Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu beliaupun
tidak tahan melihat penderitaan rakyat yang belakang sekali suatu peristiwa tanam paksa.

Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para
santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara
Jepang, yang akhir-akhirnya mundur ke Tasikmalaya. Jepang memutuskan untuk
menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri pembangkangan ulama tersebut.
Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah pertempuran sengit sela rakyat dengan pasukan
Jepang setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun
KH. Zainal Mustafa sukses juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya yang belakang sekali
dibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.

 Peristiwa Indramayu, April 1944

Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan hal telah tersedia pemaksaan
kewajiban menyetorkan beberapa hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja
paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel,
Sindang, Kabupaten Indramayu. Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat
di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar kawasan lain tidak ikut memberontak
setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
 Pemberontakan Teuku Hamid

Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya
melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan November
1944. Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan
membunuh para keluarga pemberontak bila tidak mau menyerah. Kondisi tersebut
memaksa beberapa pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhir-akhirnya dapat
ditumpas. Di kawasan Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di
Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu
Giyugun (perwira tentara sukarela), namun semua akhir-akhirnya dengan kondisi yang
sama yakni sukses ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.

 Pemberontakan Peta
 Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail.
Perlawanan ini disebabkan karena masalah pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho
yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat
para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih
militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan
PETA di Blitar merupakan perlawanan yang paling agung di Jawa. Tapi dengan tipu
kecerdikan Jepang menempuh Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan
PETA sukses ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum
mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi sukses
meloloskan diri.

 Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie, Aceh (November 1944)

Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar balik perlawanan ini
karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit
Indonesia pada khususnya.

 Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco), Kusaeri bersama rekan-
rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 dikenal Jepang
sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati tapi
tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.

 Perlawanan Pang Suma

Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pang Suma berkobar di Kalimantan Selatan. Pang
Suma adalah pemimpin suku Dayak yang agung pengaruhnya di kalangan suku-suku di
kawasan Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu aktivitas
Jepang di Kalimantan. Momentum perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan
seorang tenaga kerja Dayak oleh pengawas Jepang, satu di sela sekitar 130 pekerja pada
sebuah perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini yang belakang sekali memulai sebuah
rangkaian perlawanan yang sampai puncak dalam sebuah agresi balasan Dayak yang
dikenal dengan Perang Majang Desa, dari April sampai Agustus 1944 di kawasan Tayan-
Meliau-Batang Tarang (Kab. Sanggau). Sekitar 600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh
Jepang, termasuk Pang Suma.
 Perlawanan Koreri di Biakdi Irian Barat tahun 1943

Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan Koreri yang berpusat di
Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai
budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh
korban, tapi rakyat melawan dengan gigih. Akhir-akhirnya Jepang meninggalkan Pulau
Biak.

 Perlawanan di Pulau Yapen Selatan

Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi
bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum
pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tapi rakyat tidak takut dan muncullah
seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.

 Perlawanan di Tanah Agung Papua

Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi
hubungan kerja sama sela gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga rakyat
mendapatkan modal senjata dari Sekutu.

 Gerakan bawah tanah

Sebenarnya bangun-bangun perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang dilakukan


rakyat Indonesia tidak hanya terbatas pada bangun-bangun perlawanan fisik saja tapi Anda
dapat pula melihat betnuk perlawanan lain/gerakan bawah tanah seperti yang dilakukan
oleh:

 Himpunan Sutan Syahrir di kawasan Jakarta dan Jawa Barat dengan aktivitas
menyamar sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.
 Himpunan Sukarni, Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka sukses
menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu
(sekarang kantor berita Antara).
 Himpunan Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah
himpunan mahasiswa dan pelajar.
 Himpunan Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah
himpunan gerakan Kaigun (AL) Jepang.

Mereka yang tergabung dalam himpunan di bawah tanah, berusaha untuk mencari
informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan militer Jepang dan usaha
mereka akan dapat Anda lihat yang belakang sekali suatu peristiwanya pada saat Jepang
telah kalah dari Sekutu, himpunan pemudalah yang semakin cepat dapat informasi
tersebut serta merekalah yang akhir-akhirnya mendesak golongan tua untuk secepatnya
melakukn proklamasi.
Demikianlah cerminan tentang aktifitas pergerakan Nasional yang dilakukan oleh
himpunan organisasi maupun gerakan sosial pada masa pemerintah pendudukan Jepang,
tentu Anda dapat memahami sebab-sebab kegagalan dan mengapa para tokoh pergerakan
semakin memilih sikap kooperatif menghadapi pemerintahan militer Jepang yang sangat
ganas/kejam.
 Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia

Masa Pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh untuk
perkembangan Indonesia, selain itu nyaris tidak hal telah tersedia tantangan yang
berfaedah kepada Belanda sebelumnya. Dalam masanya yang singkat itu, Jepang membawa
dampak yang positif dan juga membawa dampak yang negatif untuk bangsa Indonesia pada
umumnya. Pada umumnya kebanyakan beranggapan masa pendudukan Jepang adalah
masa-masa yang kelam dan penuh penderitaan. Akan tapi tidak semuanya itu sah, telah
tersedia beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak
positif, terutama dalam pembentukan nasionalisme Indonesia dan pelatihan militer untuk
pemuda Indonesia.

 Dampak Positif Pendudukan Jepang

Tidak banyak yang mengetahui tentang dampak positifnya Jepang menguasai Indonesia.
Telah tersedia pun dampak positif yang dapat dihadirkan sela lain :

 Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional


dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
 Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung
semangat nasionalisme Indonesia. Sela lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda,
misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
 Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin
nasional Indonesia seperti Sukarno dengan harapan agar Sukarno mau menolong
Jepang memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi
para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan
memimpin rakyatnya.
 Dalam anggota ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang benar tujuan
untuk kebutuhan bersama.
 Membangun sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA
 Pembentukan strata warga sampai tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT)
atau Tonarigumi
 Diperkenalkan suatu sistem baru untuk pertanian yaitu line system (sistem
pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang benar tujuan untuk meningkatkan
produksi pangan.
 Dibuatnya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari
sini muncullah ide Pancasila.
 Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia
demi kebutuhan Jepang pada awal mulanya. Namun oleh pemuda hal ini menjadi
modal untuk bertempur yang dikemudian hari dipakai untuk menghadapi
kembalinya pemerintah kolonial Belanda.
 Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan diperkenalkannya
aktivitas upacara dalam sekolah.
 Dampak Negatif Pendudukan Jepang

Selain dampak positifnya tadi diatas, Jepang juga membawa dampak negatif yang luar biasa
sela lain :

 Penghapusan semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda
yang sebenarnya banyak diantaranya yang berguna untuk kemajuan ilmu ilmu,
sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.
 Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa
dalam kondisi yang tidak manusiawi.
 Akumulasi segala sumber kekuatan seperti sandang, pangan, logam, dan minyak
demi kebutuhan perang. Akhir-akhirnya beras dan berbagai bahan pangan petani
dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.
 Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini karena dicetaknnya uang pendudukan
secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
 Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan terputusnya
hubungan ekonomi antar kawasan.
 Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan
intelijen di kalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang
tidak terikat melanggar hak asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap,
bahkan menghukum mati siapa saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata
atau anti-Jepang tanpa proses pegadilan.
 Pembatasan pers sehingga tidak telah tersedia pers yang independen, semuanya
dibawah pengawasan Jepang.
 Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya
perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
 Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan
pendidikan yang semakin tinggi terasa mustahil.
 Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang
menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.

Anda mungkin juga menyukai