Anda di halaman 1dari 5

MENGANALISISS ORGANISASI PENGERAKAN PADA MASA

PEENDUDUKAN JEPANG

Awal mula kedatangan Jepang dan munculnya organisasi n]

Jepang mendarat di wilayah Indonesia sekitar Maret 1942. Jepang yang menduduki Indonesia
dengan agenda 3A, berusaha membangkitkan semangat Asia Raya sembari melakukan propaganda
kebencian terhadap hal yang berbau Eropasentris. Oleh sebab itu, pada awal pendudukannya
pemerintah Jepang membubarkan segala sesuatu yang terpengaruhi oleh Eropa dalam hal ini
kolonialisme Belanda, tak terkecuali organisasi-oragnisasi yang terbentuk sebelumnya.

Pada masa politik etis pemerintah Hindia-Belanda, telah banyak organisasi atau perkumpulan yang
dibentuk. Dan organisasi-organisasi tersebut lantas diburakan. Dan saat bersamaan pemerintah
jepang mendorong pembentukan organisasi atau perkumpulan baru.

Dalam hal ini Islam tampil sebagai sebuah kekuatan beru. Hal ini disebabkan selama masa
pendudukan Belanda, Islam adalah golongan yang seringkali melakukan sikap resisten/perlawanan
terhadap Belanda.

A.Organisasi pergerakan zaman Jepang


1. GERAKAN TIGA A
Tiga A adalah propaganda Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia 2 yaitu "Jepang Pemimpin
Asia", "Jepang Pelindung Asia" dan "Jepang Cahaya Asia", Gerakan Tiga A didirikan pada tanggal
29 April 1942. Pelopor gerakan Tiga A ialah Shimizu Hitoshi. Ketua Gerakan Tiga A dipercayakan
kapada Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A bukanlah gerakan kebangsaan Indonesia. Gerakan ini
lahir semata-mata untuk memikat hati dan menarik simpati bangsa Indonesia agar mau
membantu Jepang Gerakan ini kurang mendapat perhatian rakyat, karena bukan gerakan
kebangsaan Indonesia. Oleh karena kurang berhasil menggerakkan rakyat Indonesia dalam
membantu Usaha tentara Jepang, maka gerakan ini dibubarkan pada tahun 1943 dan digantikan
oleh PuTeRa

2. PUTERA
Pusat Tenaga Rakyat atau Putera adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di
Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir Sockamo M.Hatta. Ki
Hajar Dewantoro dan K.H Mas Mansyur. Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis
dan intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang melawan
Sekutu dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat akan
mendukung penuh kegiatan ini. Dalam tempo singkat Putera dapat berkembang sampai ke
daerah dengan anggotanya adalah kumpulan organisasi profesi seperti, Persatuan Guru
Indonesia, perkumpulan pegawai pos, radio dun telegraf. perkumpulan Istri Indonesia, Barisan
Banteng dan Badan Perantara Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia.

Keberadaan "Putera merupakan organisasi resmi pemerintah yang disebarluaskanmelalui surat


kabar dan radio, sehingga menjangkau sampai ke desa, namun tidak mendapatkan bantuan dana
operasional. meskipun kegiatannya terbatas, para pemimpin"utera memanfaatkan media massa
yang disediakan untuk mengikuti dan mengamati situasidunia luar serta berkomunikasi dengan
rakyat.Karena "putera tidak menguntungkan Jepang, "utera hanya bertahan selama setahun,lalu
dibubarkan dan diganti dengan ‘JAWA HOKOKAI’’.

3. JAWA HOKOKAI
Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada tanggal 1 Januari 1944 Organisasi ini diperintah langsung
oleh kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan). Latar belakang dibentuknya Jawa Hokokai
adalah Jepang menyadari bahwa Putera lebih bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada bagi
pihak Jepang. Oleh karena itu. Jepang merancang pembentukan organisasi baru yang mencakup
semua golongan masyarakat, termasuk golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa Hokokai
diumumkan oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada.

Anggota Jawa Hokokai adalah bangsa Indonesia yang berusia minimal 14 tahun, bangsa Jepang
yang menjadi pegawai negeri, dan orang-orang dari berbagai kelompok profesi Jawa Hokokai
merupakan pelaksana utama usaha pengerahan barang-barang dan padi. Pada tahun 1945,
semua kegiatan pemerintah dalam bidang pergerakan dilaksanakan oleh Jawa Hokokai sehingga
organisasi ini harus melaksanakan tugas dengan nyata dan menjadi alat bagi kepentingan
Jepang.

4. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)


Dibentuk pada masa penjajahan Belanda, yakni September 1937. Pada masa pendudukan
Jepang, organisasi ini tidak dibubarkan. Karena kegiatannya berfokus pada keagamaan dan
bukan politik. Jepang membutuhkan bantuan dan tenaga umat Islam. Hal ini terbukti dengan
diaktifkannya kembali MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) pada tanggal 4 September 1942.
Pengaktifan kembali MIAI ini diharapkan dapat memobilisasi gerakan umat Islam untuk
menopang keperluan perang.

Dengan semboyan "Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah
berpecah belah", MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada masa
pendudukan Jepang. Adapun tugas MIAI di masa Jepang antara lain sebagai berikut:

 Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat.


 Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan perkembangan jepang

Dalam upaya pelaksanaan program tersebut MIAI memusatkan perhatiannya pada tiga
proyek utama, yaitu membangun Masjid Agung di Jakarta, melanjutkan upaya pendirian
Universitas Islam, dan membentuk baitulmal.MIAI yang tidak memberi kontribusi
kepada Jepang akhirnya di lakukan PEMBUBARAN.

5. Masyumi
Pada tanggal 24 Oktober 1943, MIAI dibubarkan. Hal ini disebabkan Jepang memandang
berkembangnya MIAI tidak sesuai dengan harapan Jepang. Sebagai gantinya Jepang membentuk
Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Sebagai ketuanya ditunjuklah Hasyim Asy'ari,
sedangkan wakil ketuanya Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Sedangkan sebagai penasihat yaitu
Ki Bagus Hadikusuma dan Abdul Wahab,Sebagai induk organisasi Islam, anggota Masyumi terdiri
dari para ulama.
Dengan demikian para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik. Oleh pihak Jepang
Masyumi diharapakan dapat mengumpulkan dana dan menggerakkan umat Islam untuk
menopang kegiatan Perang Asia Tamur Raya.Masyumi cepat berkembang, di setiap
kepresidenan terdapat cabang-cabang Masyumi.Oleh karena itu, Masyumi berhasil
meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana.

6. Cuo Sangi In
Organisasi masa pendudukan Jepang lainnya adalah Cuo Sangi In, atau yang disebut pula
Badan Pertimbangan Pusat. Cuo Sangi In dibentuk oleh Pemerintah Jepang. Awalnya,
ditujukan untuk membuat Jepang sebagai pengendali politik di Indonesia.
Namun, oleh para pemimpin pergerakan nasional, organisasi ini dimanfaatkan untuk
mengimbangi politik Jepang. Badan Pertimbangan Pusat bertugas untuk mengajukan usul
dan menjawab pertanyaan pemerintah Jepang. Kemudian badan ini dijadikan sarana
strategis bagi para tokoh pergerakan Indonesia. Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk
menduduki jabatan kepala departemen dan residen yang sulit didapatkan pada masa
pemerintahan Belanda.

ORGANISASI SEMI MILITER JEPANG


1 Barisan Pemuda (Seinendan)
Organisasi ini dimaksudkan untuk melatih dan mendidik pemuda agar mampu menjaga dan
memepertahankan tanah aimya dengan kekuatannya sendiri. sedangkan tujuan
sesungguhnya adalah agar Jepang mempunyai kekuatan cadangan dalam menghadapi
Sekutu dalam perang pasifik yang semakin ofensif. Pada awal pembentukannya jumlah
anggota Seinendan tercatat 3.500 orang dan kemudian berkembang mencapai jumlah
sekitar 500.000 orang pada akhir pemerintahan Jepang.

Susunan Seinendan terdiri atas :


A.Dancho(Komandan)
B.Fuku Dancho(Wakil Komandan)
C.Komon(Penasehat)
D.Sanyo Anggota Dewan Pertimbangan)
E.Kanji(Administrator)

2 Barisan Pembantu Polisi (Keiboidan)


Keiboidan adalah organisasi pemuda (20-35 tahun) yang mempunyai tugas kepolisian berupa
penjagaan lalu lintas, keamanan desa, memelihara keamanan dan ketertiban dan lain-lain
Organisasi ini berada dalam binaan Keimubu (Departemen Kepolisian) dan anggotannya
berjumlah sekitar satu juta orang Yang menarik dari organisasi ini ialah bahwa organisasi ini
dijauhkan dari pengaruh kaum nasionalis, sedangkan di dalam Seinendan duduk nasionalis
muda seperti Sukarni, Abdul Latief Hendraningrat, dan lain-lain.

3. Pembantu Prajurit (Heiho)


Pada tanggal 22 April 1943 Tentara Wilayah Ketujuh mengeluarkan peraturan tentang
pembentukan Heiho (Pembantu Prajurit). Sejak saat itu para Heiho dilatih dan dipergunakan
dalam berbagai kesatuan militer di bawah wewenang tentara wilayah ketujuh yang di
dalamnya termasuk Tentara Ke Enam Belas (yang menguasai wilayah Jawa-Madura).

Setelah melihat latihan di Seinen Dojo pihak Jepang tidak meragukan kemampuan Heiho dalam
melaksana-kan tugas-tugas militernya. Namun yang dikawatirkan adalah kesetiaan para Heiho
terhadap usaha dan kepentingan perang Jepang. Pihak Jepang merasa takut jika para pemuda
Indonesia yang telah terdidik dan terlatih secara militer akan memukul balik pasukan Jepang di
Indonesia.

Jumlah pasukan Heiho sampai akhir pendudukan Jepang adalah 42 200 orang yang memiliki keahlian
diberbagai seluk beluk persenjataan, tetapi di antara mereka tidak ada yang berpangkat perwira.

4. Himpunan Wanita (Fujinkai)


Pada bulan Agustus 1943 dalam rangka membentuk potensi wanita Pemerintah Jepang
membentuk Fujinkai. Tenaga wanita dengan keanggotaan batas umur 15 tahun ini
digunakan digaris belakang untuk membantu dan merawat korban perang, namun banyak
juga yang dilibatkan dalam penanaman pohon jarak untuk diambil minyaknya. Selain itu
mereka juga diberikan latihan-latihan semi militer yang meliputi baris-berbaris dan
menyelamatkan diri dari peperangan.

5. Peta (Pembela Tanah Air)


PETA dibentuk atas prakarsa Gatot Mangkupraja dan disahkan melalui Osamu Seirei No.44
tanggal 3 Oktober 1943.Dalam perkembangannya ternyata banyak sekali anggota PETA
dibeberapa daidan (batalion) yang merasa kecewa terhadap pemerintah pendudukan
Jepang. Kekecewaan tersebut menimbulkan pemberontakan PETA di Blitar pada tanggal 14
Februari 1945 yang dipimpin oleh Supriyadi dan Muradi Jepang juga memberntuk organisasi
semimiliter lainnya, Seperti Suishintai (Pelopor Barisan), Jibakutai (Barisan Berani Mati),
Hizbullah atau Kaikyo Seinen Teishintai (kaum barisan pemuda islam) dan Gakutotai (Korps
Pelajar)

Pengaruh nya di Indonesia


1. Bidang Sosial Budaya
Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT) yang tergabung dalam
desa.Kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan sebab rakyat harus memenuhi kebutuhan
perang Jepang dalam menghadapi musuhnya.Rakyat juga harus kerja paksa yang disebut dengan
kerja Romusha. Dari kerja paksa tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan
terkena penyakit.Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada masa
itu.

Pendidikan pada masa penjajahan Jepang mengalami perubahan. Adanya sekolah dasar (Gokumin
Gakko) yang diperuntukkan semua anak tanpa membedakan status sosialnya selama 6 tahun. Lalu
sekolah menengah dibedakan menjdi dua, yaitu SMP(Shoto Chu Gakko) dan SMA (Chu Gakko).
Namun pada saat tu Jepang tidak mengadakan tingkat Perguruan Tinggi, hanya saja ada Sekolah
Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko)

Pada saat Jepang memasuki Indonesia, maka Terciptalah larangan menggunakan Bahasa Belanda.
Maka hilanglah Bahasa Belanda sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, bahkan poster yang
bertebaran di seluruh kota yang menggunakan bahasa Belanda telah dilepaskan. Bahasa Belanda
digaantikan menjadi bahasa Jepang, namun karna Jepang baru memasuki Indonesia, tidak banyak
orang bisa berbahasa Jepaang maka diperbolehkanlah Bahasa Indonesia menjadi bahasa sehari-hari.
Sejak saat itu maka banyak lahir karya tulis sastra indonesia. Dengan demikian bangsaa Jepang telah
memberikan kebebasan pada bangsa Indonesia supaya menjadikan bahasa komunikasi hingga
penjuru tanah air.

2. Bidang Ekonomi :
Pada intinya Jepang melakukan eksploitasi di setiap wilayah Indonesia sesuai potensi dimiliki wilayah
tersebut.Dalam bidang keuangan, pemerintah Jepang menetapkan mata uang Hindia Belanda
sebagai satu - satunya mata uang yang berlaku.

3. Bidang Politik :
 Organisasi politik di Indonesia tidak berkembang bahkan dihapuskan oleh Jepang
4. Bidang Pendidikan :
 Pendidikan berkembang pesat di banding masa Hindia Belanda
 Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun pemerintah
 Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah
5. Bidang Militer
 Para pemuda Indonesia diberi pendidikan militer melalui organisasi PETA.Mereka akhirnya
menjadi inti kekuatan dan pergerakan perjuangan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai