BAB 7: PENDUDUKAN JEPANG, PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN
TERBENTUKNYA PERINTAHAN INDONESIA
A. Pendudukan Jepang di Indonesia (Hindia-Belanda)
Jepang menyerang Hindia Belanda (Indonesia) pada 11 Januari 1942, dengan pendaratan pertama di Tarakan (Kalimantan Timur). Pada Februari 1942, Jepang menduduki Pontianak, Banjarmasin, Makasar, Palembang dan Bali. Di Jawa, Jepang pertama kali mendarat di Banten, kemudian Indramayu, Kragan (Rembang dan Tuban), dan Surabaya. Pada Maret 1942, Jepang menyerang Batavia dan Bandung. Sejak Maret 1942, Indonesia menjadi daerah kekuasaan Jepang. 1. Tanggapan Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional Kedatangan Jepang pada awalnya disambut baik oleh para tokoh nasional kita, seperti Soekarno, Hatta dan Ki Hajar Dewantara. Sebagian tokoh pergerakan, seperti Sam Ratulangi, M.H. Thamrin, dan Soetardjo, bersikap hati-hati akan gerakan ekspansionisme Jepang karena adanya unsur fasisme di dalamnya. Meskipun demikian, secara umum ada perasaan optimisme bahwa kedatangan Jepang akan segera membawa kemerdekaan. Ada lima alasan yang melandasi perasaan optimisme itu, yaitu: a. Menyerahnya Belanda kepada Jepang dianggap sebagai akhir dari penjajahan - Belanda dan dimulainya era baru ketika bangsa-bangsa Asia yang dipelopori Jepang dapat berdiri di atas kakinya sendiri. Keyakinan itu bertambah kuat ketika Jepang memperkenalkan diri sebagai saudara tua (hakko ichiu) bangsa-bangsa Asia serta mengumandangkan propaganda Gerakan Tiga A pada 29 April 1942, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Gerakan ini bahkan diketahui oleh salah seorang tokoh pergerakan nasional, yaitu Mr. Syamsuddin. b. Jepang berjanji, jika Perang Pasifik dimenangi, bangsa-bangsa di Asia akan mendapat kemerdekaan. c. Sejak awal kedatangannya, Jepang telah membicarakan tentang kemerdekaan yang akan diberikan secara bertahap kepada bangsa-bangsa Asia d. Jepang bersikap simpatik terhadap aktivitas pergerakan nasional e. Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia seperti melakukan ibadah, mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang, menggunakan bahasa Indoneia, serta menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”. 2. Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang Setelah menguasao Indonesia, pemerintahan pendudukan Jepang kemudian membagi Indonesia menjadi tiga daerah militer yang masing-masing dikedalikan oleh Angkatan Darat (Rikugun) dan Angkatan Laut (Kaigun). Ketiga wilayah militer ini berada di bawah komando panglima besar tentara Jepang untuk wilayan Asia Tenggara yang berkedudukan di Siogon (Vietanam). Ketiga daerah tersebut adalah: a. Daerah Jawa dan Madura berpusat di Batavia yang berada di bawah kenadali Kaigun b. Daerah Sumater dan Semenanjung Melayu berpusat di Singapura yang berada di bawah kendali Rikugun c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Ppaua berada di bawah kendali Kaigun Dalam sistem pemerintahan, Jepang memperkenalkan sistem baru yang disebut dengan Tonarigumi, yang lebih kita kenal dengan istilah rukun tetangga. Hal ini dimaksudkan untuk membagun gerakan pertahanan masyarakat yang dapat dilakukan secara gotong royong. Jepang juga membagi wilayah Indonesia menjadi sepuluh keresidenan yang disebut dengan syu. Setiap keresidenan terdiri dari kotapraja atau syi, kabupaten atan ken, kewedanan atau gun, kecamatan atau son dan kelurahan atan ku. Dalam sistem pemerintahan, dibentuk lembaga-lembaga semimiliter, seperti Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Seinendan (Barisan Pemuda), Fujinkai (Barisan Wanita), Heiho (Barisan Cadangan Prajurit), Peta (Pembela Tanah Air), Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Jawa Hokokai, Jibakutai (Pasukan Berani Mati), Kempetai (Barisan Polisi Rahasia), dan Gakukotai (Laskar Pelajar). 3. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia a. Aspek sosial Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha. Mungkin kamu sudah sering dengar kalau romusha adalah sistem kerja yang paling kejam selama bangsa Indonesia ini dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini mendapat sambutan baik lho dari rakyat Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk jadi sukarelawan. Namun semua itu berubah ketika kebutuhan Jepang untuk berperang meningkat. Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut membuat rakyat kita menjadi sengsara. Kamu bayangin aja, rakyat kita dipaksa membangun semua sarana perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat kita juga dikerjapaksakan sampai ke luar negeri. Ada yang dikirim ke Vietnam, Burma (sekarang Myanmar), Muangthai (Thailand), dan Malaysia. Semua dipaksa bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup yang layak. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak kembali lagi ke kampung halaman karena sudah meninggal dunia. Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah tenaga kerja perempuan yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina, dan korea. Perempuan-perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang. Sekitar 200.000 perempuan Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu. b. Aspek Budaya Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah matahari terbit kepada rakyat Indonesia lho! Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah, Jepang berusaha menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia. Tetapi langsung mendapat pertentangan dan perlawanan dari masyarakat di Indonesia. Bangsa kita ini hanya menyembah Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa mana mungkin setuju memberi hormat dengan membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah matahari terbit. Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas sekarang. Pemerintahan Jepang mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Bahkan media pers pun berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang. c. Aspek Pendidikan Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan dapat mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas (bangsawan) saja yang dapat mengakses. Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan, tetapi secara jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya 21.500 menjadi 13.500. d. Aspek Ekonomi Sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang, sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan mentah dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya, Squad. Nah, wilayah- wilayah ekonomi yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri atau yang diberi nama Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan wilayah yang masuk ke dalam struktur ekonomi yang direncanakan oleh Jepang. Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai gulden Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum perang. e. Aspek Politik Dan Militer Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang selalu mengajak bekerja sama golongan-golongan nasionalis. Hal ini jelas berbeda dibandingkan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu golongan nasionalis selalu dicurigai. Golongan nasionalis mau bekerja sama dengan pemerintahan Jepang karena Jepang banyak membebaskan pemimpin nasional Indonesia dari penjara, seperti Soekarno, Hatta, dan juga Sjahrir. Kenapa Jepang mengajak kerja sama golongan nasionalis Indonesia? Karena Jepang menganggap bahwa golongan nasionalis ini memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia. Saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal Harada Yosyikazu, bertemu dengan Hatta untuk menyatakan bahwa Jepang tidak ingin menjajah Indonesia, melainkan ingin membebaskan bangsa Asia. Karena itulah Hatta mererima ajakan kerja sama Jepang. Akan tetapi, Sjahrir dan dr. Tjipto Mangunkusumo tidak mererima tawaran kerja sama Jepang. Namun, kemudian Jepang mengeluarkan undang-undang yang terkait pada bidang politik yang justru banyak merugikan bangsa Indonesia. Beberapa di antaranya: 4. Perjuangan Meraih Kemerdekaan pada masa Pendudukan Jepang a. Perjuangan dengan cara Kooperatif Perjuangan secarakooperatif dilakukan oleh tokoh-tokoh nasionalis yang duduk di lembaga-lebaga pentik bentkan Jepang. Melalui lembaga-lemabaga ini, mereka menggalang persatuan untuk meraih kemerdekaan. Melalui Putera (Poetera) misalnya, Soekarno, Moh.Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansyur membangun dan membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang sempat luntur karena tekanan yang kuat dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Hal inti mereka lakukan secara langsung melalui ra[at-rapat bersama rakyat ataupun sevara tidak langsung melalui media massa milik Jepang Melalui kedua cara itu, para tokoh mengembangkan mental, membangkitkan semangat nasionalisme, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri sebagai bangsa. Berbagai kesatuan pemuda yang berhasil dibentuk Jepang dimanfaatkan untuk aktif menggerakkan kesadaran serta mengembangkan perasaan nasinalisme di kalangan rakyat b. Perjuangan melalui gerakan bawah tanah Perjuangan bawah tanah adala perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia. Perjuangan ini umumnya dilakukan oleh bangsa Indonesia yang bekerja di instansi-instansi pemerintahan Jepang. Dibalik kepatuhannya terhadap Jepan dan mempersiatukan rakyat untuk menerusakn perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Perjuangan bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat, seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya dan Medan. Tokoh-tokoh yang menggerakan gerakan bawah tanah ini diantaranya kelompok Soekarni, Kelompok Achmad Soebardjo, dan kelompok Sutan Sjahrir c. Perlawanan bersenjata Selain perlawanan yang dilakukan dengan caa kooperatif dan gerakan bawah tanah, rakyat Indonesia di berbagai wilayah juga melakukan perlawanan bersentaja diantaranya: 1) Perlawanan rakyat Desa Sukamanah di Tasikmalaya 2) Perlawanan rakyat Indramayu 3) Perlawanan rakyat Aceh 4) Perlawanan Peta di Blitar TUGAS SISWA: Buatlah rangkuman materi di atas dalam bentuk peta konsep (lengkap) atau main map semenarik mungkin. Kalian boleh menggunakan bolpoin berwarna, spidol berwana, atau pensil gambar. Tugas di buat dalam buku tulis masing-masing.