Anda di halaman 1dari 9

Tirani Matahari Terbit

Sumbe
r: Pinterest

Kedatangan “saudara tua” sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan
penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Meskipun demikian, pendudukan Jepang
membuka sejarah baru bagi Indonesia.
Amrin Imran,“Perang Pasifik, dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda” dalam Taufik
Abdullah dan A.B. Lapian (ed), 2012

A. Kedatangan Jepang ke Indonesia


1. Masuknya Jepang ke Indonesia
Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan Perang Jepang pada 8 Desember 1941,
serangan terus dilancarkan terhadap angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik. Serangan-serangan
itu seolah-olah tak dapat dibendung oleh Amerika Serikat.

2. Sambutan Rakyat Indonesia


Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang hati oleh rakyat
Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat membebaskan
bangsa Indonesia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa Indonesia terhadap Jepang
antara lain juga dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan Jayabaya.

3. Pembentukan Pemerintahan Militer


Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga
wilayah pemerintahan militer.
1. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi Shudan) untuk
Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi.
2. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas (Asamu Shudan) untuk Jawa
dan Madura.
3. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku.

4. Pemerintahan Sipil
Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer, Jepang
juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer
berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27
tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan
shu serta tokubetsushi.

B. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang


1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan
a. Gerakan Tiga A
Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang
dinamakan Gerakan Tiga A (3A). Perkumpulan ini dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Sesuai
dengan namanya, perkumpulan ini memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.

b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)


“Gerakan Tiga A” dinilai gagal oleh Jepang. Kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh
pergerakan nasional untuk meningkatkan kerja sama. Jepang kemudian mendirikan organisasi
pemuda,

c. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin (Masyumi)
Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap umat Islam, Jepang
lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang sangat memerlukan kekuatan
umat Islam untuk membantu melawan Sekutu. 

Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh pada masa pemerintah
kolonial Belanda, mulai dihidupkan kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pada tanggal
4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali.

d. Jawa Hokokai
Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu dapat mengalahkan
tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin
mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada
membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut:

1. melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang
2. memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan, dan
3. memperkokoh pembelaan tanah air

2. Organisasi Semi Militer


a. Pengerahan Tenaga Pemuda
Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia, apalagi melihat jumlahnya yang
cukup besar. Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi yang tinggal di daerah perdesaan,
belum terpengaruh oleh alam pikiran Barat. Mereka secara fisik cukup kuat, semangat, dan
pemberani.

b. Organisasi Seinendan
Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun. Pada
awalnya, anggota Seinendan 3.500 orang pemuda dari seluruh Jawa. Tujuan dibentuknya
Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan
mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.

c. Keibodan
Organisasi Keibodan (Korps Kewaspadaan) merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya
para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun. Ketentuan utama untuk dapat masuk Keibodan
adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik.

d. Barisan Pelopor
Pada pertengahan tahun 1944, diadakan rapat Chuo-Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat).

e. Hizbullah
Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang, Kaiso mengeluarkan janji tentang kemerdekaan
untuk Indonesia. Sementara keadaan di medan perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan.

3. Organisasi Militer
a. Heiho
Heiho (Pasukan Pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam
organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.

b. PETA
Sekalipun tidak dapat dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya serangan Sekutu, Jepang
berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari serangan Sekutu.
Heiho sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang masih dipandang belum
memadai. Jepang masih berusaha agar ada pasukan yang secara konkret mempertahankan
Indonesia. Sehingga, terbentuklah PETA (Pembela Tanah Air).

C. Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan


1. Ekonomi Perang
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi perang”. Artinya,
semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang. Perlu dipahami
bahwa sebelum memasuki PD II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan
sekaligus menjadi kelompok negara imperialis di Asia.

2. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan


Pemerintah Jepang mulai membatasi kegiatan pendidikan. Jumlah sekolah juga dikurangi secara
drastis. Jumlah sekolah dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.500 buah.

Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi boleh dikatakan
macet. Jumlah murid sekolah dasar menurun 30% dan jumlah siswa sekolah lanjutan merosot
sampai 90%.

3. Pengerahan Romusa
Berbagai kebijakan dan tindakan Jepang seperti disebutkan di atas telah membuat penderitaan
rakyat. Rakyat petani tidak dapat berbuat banyak kecuali harus tunduk kepada praktik-praktik
tirani Jepang.

4. Perang Melawan Sang Tirani


Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadi kebencian.
Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda.
Jepang seringkali bertindak sewenangwenang. Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan
disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kenpetai (polisi militer Jepang).
1. Aceh Angkat Senjata
2. Perlawanan di Singaparna
3. Perlawanan di Indramayu
4. Rakyat Kalimantan Angkat Senjata
5. Perlawanan Rakyat Irian Barat
6. Peta di Blitar Angkat Senjata
D. Drama Akhir Sang Tirani
1. Akibat Pendudukan Jepang di Indonesia
a. Bidang Politik
Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa
Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa Jepang.

b. Keadaan Sosial-Budaya dan Ekonomi


Guna membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia.
Mereka dikerahkan untuk membuat benteng-benteng pertahanan. Mula-mula tenaga kerja
dikerahkan dari Pulau Jawa yang padat penduduknya.

c. Pendidikan
Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin memburuk.
Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam tahun. Dalam bidang birokrasi,
dengan dikeluarkannya UU no. 27 tentang Aturan Pemerintah Daerah dan UU No. 28 tentang
Aturan Pemerintah Syu dan Tokubetshu Syi, maka berakhirlah pemerintahan sementara.

2. Janji Kemerdekaan
Pada tahun 1944, Jepang terdesak, Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil merebut kedudukan
penting Kepulauan Mariana, sehingga jalan menuju Jepang semakin terbuka. Jenderal Hideki
Tojo pun kemudian digantikan oleh Jenderal Kuniaki Kaiso sebagai perdana menteri.

3. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


BPUPKI kemudian dibubarkan setelah tugas-tugasnya selesai. Selanjutnya dibentuklah Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945. Badan itu beranggotakan 21
orang.

Mereka terdiri dari 12 orang wakil dari Jawa, tiga orang wakil dari Sumatra, dan dua orang dari
Sulawesi dan masing-masing satu orang dari Kalimantan, Sunda Kecil, Maluku, dan golongan
penduduk Cina, ditambah enam orang tanpa izin dari pihak Jepang.
5 Peristiwa yang Melatarbelakangi Keterlibatan Jepang pada PD II

'Dipaksa' AS untuk segera mengakhiri pertapaan

Serangan atas pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour tahun 1941 mempunyai
dampak sejarah jangka panjang, di mana Jepang berhasil memancing AS untuk menyatakan
perang dan memulai Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik.

Serangan ini terjadi secara mendadak, tanpa peringatan ataupun deklarasi dari sebuah negara
yang selama ini mengucilkan diri dari dunia luar. Negara itu bahkan tidak memperbolehkan
adanya kontak dari orang luar daratan Jepang.

Negara yang awalnya tidak mempunyai kepentingan apa-apa dalam kegiatan politik dunia, tiba-
tiba muncul secara mengejutkan dengan meluncurkan kurang lebih 441 pesawat tempur dan
membombardir pangkalan militer negara super power, Amerika Serikat pada pukul 07:53 waktu
setempat.

Beberapa orang mungkin bertanya-tanya apa yang membuat Jepang nekat menyerang pangkalan
militer tersebut, dan membuat Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik pecah.

Akar permasalahan penyerangan tersebut memiliki benang merah dengan peristiwa apa yang
melatarbelakangi keterlibatan Jepang pada Perang Dunia II. Uraian akar permasalahan tersebut
akan kita cari tahu bersama lewat beberapa peristiwa di bawah ini.
1. Serangan angkatan Laut Amerika Selatan di pantai timur Jepang

Kala itu, Jepang adalah “negara pertapa” yang menutup diri secara total terhadap dunia luar
selama ribuan tahun lamanya. Tidak ada orang asing yang boleh menginjakkan kakinya di
Jepang, begitu pula orang Jepang yang tidak boleh meninggalkan wilayah daratan Jepang.

Namun, pada tanggal 31 Maret 1854 politik isolasi Jepang berakhir. Angkatan Laut Amerika
Serikat berhasil memaksa Jepang untuk mengakhiri pertapaannya lewat serangan di pantai timur
Jepang.

MatthewPerry dengan 10 kapal perangnya membombardir pantai timur Jepang. Hal ini secara
otomatis juga membuat orang Jepang untuk pertama kalinya melihat teknologi militer yang jauh
lebih modern daripada persenjataan mereka. Kala itu mereka masih
menggunakan katana (pedang satu mata), yari (pisau tradisional Jepang dengan bentuk seperti
tombak), shuriken (bintang ninja), dan lain-lain.

Kedatangan Perry dan tentaranya begitu menggemparkan masyarakat Jepang. Membuat para
bangsawan takut, dan berakhir pada kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan Jepang pada saat
itu, Shogun Tokugawa. Tokugawa berhasil digulingkan dari kekuasaannya dan pada saat itu
mulailah berdiri negara Jepang yang modern.

Negara itu mulai menerapkan prinsip politik ala Barat, seperti wajib militer modern, tentara
profesional, hingga dikirimnya ribuan pemuda Jepang untuk mengenyam pendidikan tinggi,
seperti di Jerman, Inggris, Prancis, dan masih banyak lagi. Jepang percaya bahwa pemuda-
pemuda itu bisa menjadi motor pembangunan negara Jepang yang baru.

2. Bergabungnya Jepang menjadi sekutu Inggris


epang yang "modern" berhasil mengalahkan dua negara raksasa, yaitu China (1894-1895) dan
Rusia (1904-1905). Jepang juga bersekutu dengan Inggris, yang saat itu menjadi negara terkuat
di dunia. Ketika Inggris terlibat dalam Perang Dunia I, Jepang membantu Inggris dengan
berperan sebagai penjaga wilayah jajahan Inggris di Asia.
Seperti terlihat pada foto di atas. Foto tersebut adalah perjanjian aliansi antara Jepang dengan
Inggris pada 30 Januari 1902. Tentu saja, ketika Perang Dunia I berakhir, Jepang sebagai sekutu
Inggris berada di pihak pemenang.

Meski Perang Dunia I sudah berakhir, suasana politik dunia masih panas. Berbagai ketegangan
politik pasca Perang Dunia I membuat banyak negara berlomba-lomba membangun armada
tempur, senjata artileri, dan masih banyak lagi.

Negara-negara yang termasuk dalam hal ini adalah, Inggris, Amerika, dan Jepang. Tak mau
ketinggalan, Jepang juga ingin memenangkan perlombaan ini dengan cita-cita untuk menguasai
kawasan Asia Pasifik.

Kemenangan dan persekutuan ini membuat gengsi orang Jepang meninggi. Kepercayaan diri
seluruh bangsa Jepang pun kian membumbung tinggi. Mereka berhasil bangkit dengan semangat
yang berkobar dan berambisi untuk menjadi penguasa Asia.

3. Pecahnya internal militer Jepang


Setelah Traktat Angkatan Laut Washington atau Traktat Lima Negara berhasil ditandatangani
pada 6 Februari 1922, terjadi perpecahan pada kalangan militer Jepang. Angkatan bersenjata
Jepang terpecah menjadi empat faksi yang hubungannya tidak stabil. Terkadang, mereka
bersaing, terkadang saling bunuh, dan terkadang mereka bersekutu.

Faksi pertama adalah Joyaku-Ha (Faksi Perjanjian) yang memiliki anggota para admiral


profesional, seperti Isoroku Yamamoto, Mitsumasa Yonai, Shigeyoshi Inouye, dan lain-lain.
Faksi kedua adalah Faksi Armada atau Kantai-Ha. Faksi Angkatan Laut ini adalah pihak yang
menolak Traktat Lima Negara. Bagi mereka pembatasan tersebut tidak adil dan membuat Jepang
seperti diremehkan, bahkan seperti tidak sederajat oleh kekuatan Barat.

Serangan atas pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour tahun 1941 mempunyai
dampak sejarah jangka panjang, di mana Jepang berhasil memancing AS untuk menyatakan
perang dan memulai Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik.

Serangan ini terjadi secara mendadak, tanpa peringatan ataupun deklarasi dari sebuah negara
yang selama ini mengucilkan diri dari dunia luar. Negara itu bahkan tidak memperbolehkan
adanya kontak dari orang luar daratan Jepang.

Negara yang awalnya tidak mempunyai kepentingan apa-apa dalam kegiatan politik dunia, tiba-
tiba muncul secara mengejutkan dengan meluncurkan kurang lebih 441 pesawat tempur dan
membombardir pangkalan militer negara super power, Amerika Serikat pada pukul 07:53 waktu
setempat.

4. Embargo oleh Negara Paman Sam akibat persekutuan Negara Dewa Matahari dengan Diktator
Panji Swastika
Faksi Perjanjian tahu betul kekuatan industri Amerika Serikat, yaitu sebagai eksportir minyak
terbesar di dunia . Admiral Yonai, anggota Faksi Perjanjian, menteri Angkatan Laut di tahun
1939, beserta rekan-rekannya semakin khawatir karena para pemimpin dan rakyat Jepang
semakin bernafsu menyerang Asia Tenggara.

Yonai menyatakan dengan tegas dan jelas, bahwa mustahil Jepang menang melawan AS dan
Inggris. Karena Jepang kalah dalam memproduksi keperluan perang. Tidak seperti AS dan
Inggris yang mampu memproduksi keperluan perang dalam jumlah banyak.

Di sini Yonai seperti bisa membaca akibat yang akan ditanggung Jepang ketika berhasil
bersekutu dengan Jerman, alih-alih mengatakan jika AS murka maka hilanglah semua yang
sempat dimiliki Jepang.

Namun rupanya perkataan Yonai itu tak diindahkan oleh faksi lain yang ingin mencoba
bersekutu dengan Diktator Panji Swastika, Adolf Hitler. Yonai yang menguasai bahasa Jerman,
tahu betul bahwa Hitler memandang rendah orang-orang Asia, seperti Jepang.
Situasi politik Jepang tiba-tiba saja terkunci oleh dominasi militer. Menteri Angkatan Darat
mengundurkan diri, dan menolak mengirim penggantinya. Mereka juga menuntut pengunduran
diri Yonai. Tak punya pilihan lain, Yonai terpaksa mengundurkan diri. Yonai yang dianggap
menjadi penghalang terbesar saat itu sudah berhasil disingkirkan.

Hingga akhirnya pada tanggal 27 September 1940 Jepang bersama dengan Jerman dan Italia
menandatangani Pakta Tripartit. Sejak saat itulah tercipta persekutuan antara Jerman, Italia, dan
Jepang.

Perkataan Yonai memang tidak semuanya benar, tapi 'pembacaan' akibat persekutuan itu benar
adanya. Mengetahui Jepang bersekutu dengan Hitler, AS secara resmi melakukan beberapa
tindakan embargo (larangan lalu lintas barang antarnegara), seperti menghentikan ekspor baja ke
Jepang, membekukan semua harta Jepang yang berada di AS, dan yang lebih pahitnya lagi
adalah Jepang kehilangan eksportir sekaligus sumber utama minyak mereka.

5. Penyerangan Pearl Harbour


Jepang memang sempat dibangunkan dari pertapaannya pada 1854 oleh Angkatan Laut AS, dan
tepat 87 tahun setelahnya, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbour
secara mendadak pada hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941.

Serangan yang dicetuskan oleh Laksamana Isoroku Yamamoto ini otomatis memicu keterlibatan
AS dalam Perang Dunia II, dan serangan ini juga sebagai titik awal mulainya Perang Dunia II di
kawasan Asia Pasifik. Tujuan serangan ini adalah untuk melumpuhkan Angkatan Laut AS.

Target penyerangan tersebut adalah tiga kapal induk milik AS yang diletakkan di pangkalan
tersebut. Namun yang terkena serangan tersebut justru kapal-kapal perang AS, karena kapal-
kapal induk tadi tidak ada di Pearl Harbour saat kejadian.

Dari segi tujuan strategi, serangan Pearl Harbor merupakan kejayaan gemilang yang melampaui
mimpi terbaik perancangnya. Karena Jepang berhasil menghancurkan kapal-kapal perang
tersebut, membuat AS hanya bisa bergantung pada kapal induk dan kapal selam mereka.

Dalam tempo enam bulan berikutnya, Angkatan Laut AS hampir gagal memainkan peran penting
dalam pentas Perang Dunia II di kawasan Asia. Jepang terus menjajah Asia Tenggara, seluruh
barat daya Pasifik dan Samudera Hindia.

Ada hal yang bahkan sudah diramalkan oleh pencetusnya, Isoroku Yamamoto, yaitu jika Jepang
tidak akan pernah bisa menang jika perang dengan Amerika Serikat. Serangan Pearl Harbour
nyatanya berhasil menyatukan seluruh Amerika dengan tujuan untuk berperang melawan Jepang.
Dan tanggal 8 Desember 1941, AS menyatakan perang kepada Jepang lewat Deklarasi Perang
yang ditanda tangani oleh presiden ke-32 AS, Franklin D. Roosevelt.

Jepang ingin mendapatkan kembali kejayaan mereka sebagai pemenang, seperti pada Perang
Dunia I. Mungkin serangan Pearl Harbour adalah cara yang bisa dilakukan Jepang untuk
mengusik ketenangan sekutu dan kembali menjadi pemenang.

Tahun 1941, memang Jepang berhasil melancarkan serangan terhadap pangkalan militer AS,
namun pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945, AS kembali membangunkan Jepang dari gejolak
ambisi yang begitu tinggi, dengan meluncurkan bom atom di dua kota penting milik Jepang,
yakni Hiroshima dan Nagasaki.

Hal ini sekaligus membuat Jepang menyerah kepada sekutu dengan menandatangani dokumen
kapitulasi di atas kapal tempur AS, Missouri pada tanggal 2 September 1945.

Anda mungkin juga menyukai