DISUSN OLEH:
1) Merry Viona
2) Bimo Setyawan
3) Nella Widya Sinaga
4) Rahmadini Harsyanti
5) Variel Marasi Sirait
GURU PEMBIMBING:
Nefriyanto S,Pd
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia- Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nefriyanto,S.pd selaku guru mata pelajaran
sejarah indonesia yang telah memberikan kami kesempatan untuk menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan tantangan untuk mencari sumber
informasi sesuai materi yang diberikan. Oleh karena itu kami menyusun makalah ini sebaik
mungkin.
Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan atau penulisan
lembar jobsheet ini. Kami senantiasa mengharapkan masukan, baik berupa saran ataupun
kritik demi penyempurnaan makalah ini.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................3
BAB 3. PENUTUP.................................................................................................12
3.1. Kesimpulan.................................................................................................12
3.2. Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada tanggal 7 Desember 1941, terjadi peristiwa yang besar. Pada saat itu, Jepang
menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai., aksi Jepang ini merupakan
sebuah gerakan invasi (aksi militer) yang kemudian dengan cepat merambah ke kawasan
Asia Tenggara. Sehingga di Januari-Februari tahun 1942, Jepang menduduki Filipina,
Pontianak, Balikpapan, Palembang, Tarakan (Kalimantan Timur), dan Samarinda, yang
mana waktu itu bangsa Belanda masih berada di wilayah Indonesia.
Mengetahui hal itu, sekutu tidak tinggal diam. Mereka kemudian membentuk
komando gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American British Dutch
Australian Command) yang dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wa ell, pusatnya terletak
di Bandung.
Penyerahan kekuasaan kepada Jepang oleh Sekutu dilakukan pada tanggal 8 Maret
1942 melalui sebuah upacara di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Gubernur Jenderal Tjardaan
Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten menjadi wakil Sekutu dalam upacara tersebut,
kemudian Jenderal Hitoshi Imamura menjadi wakil dari Jepang. Dengan berakhirnya
Dimulainya penjajahan Jepang di Indonesia menambah mimpi buruk masyarakat
Indonesia pada waktu itu. Soalnya politik imperialisme Jepang, bukan hanya berorientasi
pada eksploitasi sumber daya alamnya saja, akan tetapi manusianya juga jadi orientasi
eksploitasi mereka. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Sumber-sumber
kekayaan alam Indonesia dan juga tenaga-tenaga masyarakat Indonesia mulai dikuras oleh
Jepang. Untuk memenuhi semua keinginannya, Jepang melakukan berbagai cara, mulai dari
perjanjian-perjanjian, hingga cara-cara kekerasan .
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a) Apa dampak kependudukan Jepang di Indonesia
b) Bagaimana pembentukan BPUPKI
c) Bagaimana pembentukan PPKI
A. PASCA KEMERDEKAAN
Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya dengan
keputusan:
1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945
2. Memilih Presiden dan wakil Presiden
3. Tanggal 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan sidangnya, Soekarno menunjuk Mr. Ahmad
Subardjo, Sutardjo Kartohadikusumo, dan Mr. kasman untuk membentuk panitia kecil yang
akan membicarakan bentuk departemen, bukan personalianya
4. Hasil panitia kecil dibahas dan menghasilkan keputusan sebagai berikut:
Republik Indonesia dibagi menjadi 8 Provinsi
Yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur, yaitu:
Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, jawa tengah, Jawa
Timur, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
5. Tanggal 19 Agustus Soekarno-Hatta, Sartono, Suwirdjo, Otista, Sutardjo, Sutarjdo
berkumpul di Gambir untuk membahas oarang yang akan dipilih di Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP). KNIP adalah lembaga sementara yang bertugas membantu
Presiden sebelum MPR dan DPR hasil pemilu terbentuk. Pemerintahan Republik Indonesia
yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas 31 Agustus 1945
6. Pada tanggal 22 Agustus Jepang mengumumkan mereka menyerah di depan umum di
Jakarta. Jepang melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA dan Heiho. Banyak
anggota kelompok ini yang belum mendengar tentang kemerdekaan.
7. Pada 23 Agustus – Soekarno mengirimkan pesan radio pertama ke seluruh negeri
3
8. BKR, angkatan bersenjata Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas anggota
PETA dan Heiho. Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA telah diberitahu
untuk membubarkan diri
9. Sidang panitia kecil tanggal 19 Agustus 1945 mengusulkan pembentukan
13 kementrian yang dibacakan oleh Mr. Ahmad Subarjo.
10. Pembahasan mengenai pertahanan Negara dipimpin oleh Otto Iskandardinata yang
mengusulkan:
Rencana pembelaan negara dari BPUPKI yang mengandung unsur politik perang tidak
dapat diterima
Tentara Peta di Jawa dan Bali, serta laskar rakyat di Sumatera dibubarkan, karena
bentukan Jepang
Sidang mengusulkan kepada Presiden untuk membentuk ketentaraan yang kuat
Sidang menerima, urusan kepolisian diserahkan ke dalam Departemen dalam negeri
Presiden menunjuk Abdul Kadir (ketua) Kasman Singodimejo, dan Otto
Iskandardinata menjadi panitia untuk mempersiapkan pembentukan tentara kebangsaan
dan kepolisian
B. KONDISI SEKUTU
Sesuai dengan perjanjian Wina tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu bersepakat untuk
mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik kolonianya masing-
masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya. Menurut sekutu sebagai pihak
yang memenangkan Perang Dunia II, Lord Mauntbatten sebagai Komandan Tertinggi Sekutu
di Asia Tenggara adalah orang yang diserahi tanggungjawab kekuasaan atas Sumatera dan
Jawa, Tentara Australia diberi tanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian
timur. Pada tanggal 23 Agustus 1945 tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September
1945, tentara sekutu tiba di jakarta, ia didampingi Dr Charles van der plas, wakil Belanda pada
sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil
4
Administration) pemerintahan sipil Hindia Belanda yang dipimpin olej Dr Hubertus J van
Mook, arsitek perjanjian Linggar Djati pada Agresi militer Belanda II
1. Keuntungan :
2. Kekurangan :
Karena kedua komando ini berwenang atas daerah Jawa (termasuk Madura) dan
Sumatra. BPUPK hanya dibentuk untuk kedua wilayah tersebut, sedangkan di wilayah
Kalimantan dan Indonesia Timur yang dikuasai komando AL Jepang tidak dibentuk badan
serupa.
Pendirian badan ini sudah diumumkan oleh Kumakichi Harada pada tanggal 1 Maret
1945,tetapi badan ini baru benar-benar diresmikan pada tanggal 29 April 1945 bertepatan
dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan
dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang diketuai oleh Dr. Kanjeng
Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Ichibangase
Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat)
yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh Raden Pandji Soeroso
dengan wakil Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda Toyohiko (orang Jepang). Tugas
dari BPUPK sendiri adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan
aspek-aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam
usaha pembentukan negara Indonesia merdeka.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPK dan kemudian
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau bahasa jepang Dokuritsu
Junbi Iinkai dengan anggota berjumlah 21 orang, sebagai upaya untuk mencerminkan
perwakilan dari berbagai etnis di wilayah Hindia-Belanda terdiri dari: 12 orang asal Jawa, 3
orang asal Sumatra, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil
(Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku, 1 orang asal etnis Tionghoa.
E. Pembentukan PPKI
Untuk keperluan membentuk PPKI tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1945 tiga orang
tokoh pendiri negara, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan Dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat berangkat menemui Jenderal Besar Terauchi, Saiko Sikikan di Saigon. Dalam
pertemuan tersebut, Ir. Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI dan Mohammad Hatta
sebagai wakilnya
Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang termasuk Ketua dan Wakil Ketua.Antara
lain 12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan,
1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa
Setelah kembali ke tanah air, pada tanggal 14 Agustus 1945, setelah adanya usulan dari
Golongan Muda yaitu antara lain terdiri dari Adam Malik, Soekarni, Sutan Syahrir, Wikana,
Chaerul Sholeh. Yang menghendaki kemerdekaan Indonesia dilaksanakan secepat-cepatnya
Setelah Jepang menyerah kepada pihak sekutu tanggal 14 Agustus 1945, kesempatan
tersebut digunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang untuk segera menyatakan
kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno
didampingi oleh Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia
ke seluruh dunia.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan yang diuraikan pada bab terdahulu, yakni pada bab pertama
hingga pada bab terakhir, sebagai jawaban dari rumusan masalah setidaknya dapat
dikemukakan beberapa pokok pikiran yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
2. Memasuki era ke-2 pada tahun 1943, dalam Perang Dunia II Jepang berada pada pihak yang
bertahan. Jepang lebih membutuhkan tambahan kekuatan pada kondisi ini. Untuk
menyokong berlangsungnya kelancaran Perang Asia Timur Raya, Jepang memberikan
kebebasan berpolitik kepada masyarakat Indonesia. Di Jawa dalam bidang militer dibentuk
PETA pada September 1943. Dalam bidang politik, di bulan yang sama Jepang membentuk
sebuah parlemen seperti Volskard pada masa Hindia Belanda yaitu Badan Penasehat Pusat
atau yang biasa disebut dalam bahasa Jepangnya Chuo
12
Sangi-in Chuo Sangi-in bertugas untuk menjawab usulan dari Saiko Shikikan (Panglima
Tertinggi Militer) yang berkaitan dengan persiapan masyarakat Indonesia untuk ikut andil
dalam Perang Asia Timur Raya, kemudian merapatkan dan hasilnya direalisasikan kepada
masyarakat Indonesia guna kepentingan Perang Asia Timur Raya.
Terdapat enam wakil tokoh Islam yang menjadi anggota parlemen ini. Di antaranya adalah
K.H. Wahid Hasyim, K.H. Mas Mansur, Ki Bagus Hadikusumo, dan K.H. Abdul Halim
yang diangkat langsung oleh Jepang dan Ir.H. Sufyan (Jakarta Syi) dan R.H. Fatchurrahman
(Bojonegoro Syu).
3. Dari enam tokoh Muslim dalam Badan Penasehat/Chuo Sangi-in, peneliti hanya membahas
empat tokoh yang ditunjuk langsung oleh Saiko Shikikan. Keberadaan empat tokoh ini
sangat berpengaruh untuk memberikan bantuan terhadap Jepang guna Perang Asia Timur
Raya dan usaha untuk kemerdekaan Indonesia. peran mereka selama menjadi anggota Chuo
Sangi-in adalah, 118 mengaktifkan kembali organisasi keagamaan yang sebelumnya
dibekukan oleh Jepang di awal pendudukannya.
K.H.Wahid Hasyim (NU), K.H. Mas Mansur dan Ki Bagu Hadikusumo
(Muhammadiyah) memanfaatkan posisinya dalam Badan Penasehat Pusat/Chuo Sangi-in
untuk melakukan diplomasi, kemudian menyarankan untuk mengaktifkan kembali NU dan
Muhammadiyah. Pada akhir bulan November permintaan itu dikabulkan oleh Jepang.
Sedangkan K.H. Abdul Halim memanfaatkan posisinya dalam Badan Penasehat Pusat Chuo
Sangi-in untuk mengaktifkan kembali Perserikatan Ulama. Permintaan K.H. Abdul Halim
dikabulkan Jepang pada 1 Februari 1944 dengan diganti Perserikatan Umat Islam.
Dalam persidangan Chuo Sangi-in, mereka selalu memberikan usulan yang berkaitan
dengan ajaran Islam dalam upaya mencapai kemerdekaan dan peran mereka sebagai
anggota dalam Chuo Sangiin di luar sidang untuk upaya kemerdekaan Indonesia adalah
membentuk Masyumi dan Hizbullah.
13
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian ini, peneliti melihat bahwa Badan Penasehat Pusat atau Chuo Sangi-
in merupakan lembaga tertinggi di Jawa dan Madura pada masa Jepang. Bisa dikatakan MPR
seperti masa sekarang.
Namun tugasnya adalah memberikan jawaban atas usul dari pemerintahan Jepang dan
hasilnya disarankan kepada masyarakat Jawa dan Madura untuk kepentingan perang Asia
Timur Raya dan 119 mencapai kemerdekaan Indonesia. Meski keberadaan badan ini sangat
berpengaruh pada tahun 1943-1945 dalam melakukan perjuangan dan pergerakan di Jawa dan
Madura untuk kemerdekaan Indonesia, namun secara tidak langsung kebijakan mereka dari
hasil rapat sidangnya memaksa masyarakat untuk menaati kebijakan Jepang. Kebijakan
Rhomusa, penyetoran kekayaan kepada Jepang, dan kerja keras dalam militer juga merupakan
persetujuan dari setiap anggota dalam persidangannya.
Sebenarnya Badan Chuo Sangi-in ini baik sebagai pendidikan politik pemerintahan tokoh
Indonesia dan usaha mencapai kemerdekaan, namun yang kurang baik adalah memberikan
tugas yang berat kepada masyarakat untuk menaati kebijakan-kebijakan Jepang guna
kepentingan Asia Timur Raya, meski pada akhirnya hal ini sangat membantu masyarakat
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.
Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti tentang Sejarah Islam pada masa
pendudukan Jepang, belum tentu memberikan hasil yang sempurna.
Namun demi menunjang progresifitas intelektual di IAIN Sunan Ampel Khususnya dan di
Universitas-Universitas lain umumnya, karya ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
dalam menunjang pengetahuan kaitannya dengan kondisi Islam pada masa pendudukan
Jepang.
Jika dari hasil penelitian ini masih banyak kekurangan baik dalam segi penulisan ataupun
tentang informasi yang berkaitan dengan Islam Masa pendudukan Jepang, maka bisa dilakukan
pengkajian ulang dengan lebih mendalam untuk menyempurnakan hasil penelitian yang sudah
peneliti tuliskan dalam karya ini
14
DAFTAR PUSTAKA
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Pembentukan
%20PPKI-KIS/Topik-1.html
https://m.merdeka.com/jateng/peristiwa-7-agustus-pembentukan-ppki-
begini-sejarah-lengkapnya-kln.html?page=2
15