Anda di halaman 1dari 34

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Haryono, S.Pd., M.Pd

1. Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan


2. Hubungan Dasar Negara dan Konstitusi
3. Konstitusi Yang Pernah Berlaku di Indonesia

Ketua :
Anggota :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bpk.
Haryono,S.Pd., M.Pd, dan makalah ini dibuat agar para pembaca dapat mengetahui beberapa
ilmu tentang konsep dasar kewarganegaraan itu sendiri. Penulis ucapkan terimakasih kepada
bapak selaku dosen pengampu pada mata kuliah Konsep Dasar Pendidikan
Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan.
Penulis juga sadar makalah in belum sempurna, dikarenakan keterbatasan penulis.
Oleh karena itu kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk penulisan makalah ini
sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi khalayak ramai. Akhir penulis
Ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, 8 September 2021

Tim Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.........................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................... 2
2.1 Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan di Indonesia.................................... 2
a. Peristiwa Rengasdengklok.................................................................. 3
b. Detik – detik Pembacaan Proklamasi................................................. 5
c. Naskah Proklamasi.............................................................................. 6
2.2 Hubungan Dasar Negara dan Konstitusi.................................................. 11
a. Konstitusi dan Negara.................................................................... 13
2.3 Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia.......................................... 18
a. Perubahan UUD 1945.................................................................... 20
b. Lembaga Negara Pasca Amandemen............................................. 21
c. Tata Urutan Perundang – Undangan.............................................. 26
BAB III : PENUTUP ............................................................................... 27
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 27
3.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan ditandai dibacakannya
proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno. Sebagaimana kita tahu bahwa
kemerdekaan yang didapatkan oleh banga Indonesia bukan merupakan hadiah dari bangsa
penjajah, melainkan hasil pertumpahan darah rakyat Indonesia itu sendiri.
Setiap bangsa mempunyai cita-cita, karena cita-cita berfungsi sebagai penentu untuk
mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia telah dicantumkan dalam Pembukan UUD 1945,
dalam usaha mencapainya banyak mengalami hambatan, tantangan, dan ancaman oleh karena
itu perlu kekuatan untuk mewujudkannya.
Selain itu hubungan antara konstitusi dengan negara sangat erat. Negara dalam hal ini
pemerintah tidak dapat melaksanakan kekuasaan tanpa konstitusi. Demikian sebaliknya,
konstitusi tidak akan lahir tanpa adanya negara. Akan tetapi, kelahiran sebuah konstitusi
adalah kehendak dari rakyat, sebab rakyatlah yang memiliki kedaulatan atas Negara. Dalam
pandangan K.C. Wheare, Konstitusi digambarkan sebagai system ketatanegaraan dari suatu
Negara dan kumpulan dari berbagai peraturan yang membentuk serta mengatur
pemerintahan. Tulisan ini mengkaji dan menganalisis secara yuridis berbagal peraturan
perundang undangan berdasarkan teori untuk menja wab permasalahan hubungan Konstitusi
dan Negara dalam Pahom Konstitusionalisme.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana terjadinya proklamasi kemerdekaan di Indonesia?
b. Bagaimana hubungan antara dasar negara dengan konstitusi?
c. Konstitusi apa saja yang pernah berlaku di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


a. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya proklamasi kemerdekaan di Indonesia.
b. Untuk mengetahui hubungan antara dasar negara dengan konstitusi.
c. Untuk mengetahui konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Terjadi nya Proklamasi Kemerdekaan


Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima
Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di
seluruh dunia. Sehari yang belakang sekali Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berproses dan berubah nama menjadi
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai
dalam bahasa Jepang, untuk semakin menegaskan keinginan dan tujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas
Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaanya.Soekarno, Hatta antaraku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat
sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon,
Vietnam untuk berjumpa Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang
sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar
berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang
diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung prosedur kerja PPKI.[1] Meskipun demikian
Jepang mempersilakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari yang belakang sekali, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah cairan
dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak supaya Soekarno segera memproklamasikan
kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang,
karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, selang yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan
kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang
memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan
pertumpahan darah yang luhur, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia

2
belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan karena itu merupakan hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sementara itu Syahrir menganggap PPKI merupakan badan hasil pekerjaan Jepang dan
proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan
Tingkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis,
dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus
Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin acak-acak.
Mereka tidak mempersilakan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi
pun dimainkan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu,
mengingat PPKI merupakan sebuah badan yang diproduksi oleh Jepang. Mereka
mempersilakan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo yang belakang sekali ke kantor Bukanfu, Admiral
Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda
menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
Sambil menjawab beliau belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari
Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera menyiapkan pertemuan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya
di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang mengadakan
komunikasi dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari yang belakang sekali, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan
kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa
golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno
dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

a. Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon
kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan
Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini
hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, noda seorang anggota PETA, dan

3
pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia
9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang yang belakang sekali terkenal sebagai peristiwa
Rengasdengklok. Tujuannya merupakan supaya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak
terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah
menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta,
golongan muda, Wikana, dan golongan tua, merupakan Mr. Ahmad Soebardjo melakukan
perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke
Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru
memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-
masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak
dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Admiral Muda
Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks
proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Admiral Muda
Maeda. Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Tingkatan Darat) yang menjadi Kepala
pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-
Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan supaya Mayor Jenderal Otoshi
Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima
kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal
16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo,
tidak dapat memberi izin untuk menyiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia
sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta
menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang
bersemangat Bushido, ingkar akad supaya dikasihani oleh Sekutu. Belakangnya Sukarno-
Hatta mempersilakan supaya Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan
prosedur pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam
meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura supaya Maeda mematuhi
perintah Tokio dan beliau mengetahui sebagai perwira penghubung Tingkatan Laut (Kaigun)
di daerah Tingkatan Darat (Rikugun) beliau tidak punya wewenang mengambil keputusan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Admiral Maeda (kini Jalan
Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks

4
Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang dibiarkan bebas saling berargumentasi
dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks
Proklamasi dimainkan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh
Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk
di kursi belakangan mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi yang belakang sekali
tidak kekurangan kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah beliau turut mencampuri
penyusunan teks proklamasi dan menyarankan supaya pemindahan kekuasaan itu hanya
berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan
kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro
dan Sajuti Malik tidak tidak kekurangan yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di
beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep habis disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut
menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor
(Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada permulaannya pembacaan proklamasi akan dimainkan
di Lapangan Ikada, namun berhubung gagasan keamanan dialihkan ke kediaman Soekarno,
Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

b. Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi


Perundingan selang golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan di admiral Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para
penyusun teks proklamasi itu merupakan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad
Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, benar
B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan supaya yang
menandatangani teks proklamasi itu merupakan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17
Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah benar selang lain
Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Perkara dimulai pada pukul
10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks.
Yang belakang sekali bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati,
dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan
Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada permulaannya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun beliau
menolak dengan gagasan pengerekan bendera sebaiknya dimainkan oleh seorang prajurit.

5
Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh
Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakangan membawa nampan
berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa
hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4].
Hingga saat ini, bendera pusaka tersebut masih diamankan di Museum Tugu Monumen
Nasional.
Setelah upacara habis berlangsung, kurang semakin 100 orang anggota Barisan
Pelopor yang dipimpin S.Brata datang acak-acak karena mereka tidak mengetahui perubahan
tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang
pembacaan Proklamasi, namun tidak diterima. Belakangnya Hatta memberikan amanat
singkat kepada mereka.[5]
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai
dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan
demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang bermodel Republik
(NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dimainkan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan diproduksi yang belakang sekali.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan
dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden
dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

c. Naskah Proklamasi Klad


Teks naskah Proklamasi Klad merupakan asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh
Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan merupakan merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs.
Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang kontennya
merupakan sebagai berikut :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 - 8 - '05

6
Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah baru setelah mengalami perubahan

Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan
sebutan naskah "Proklamasi Otentik", merupakan merupakan hasil ketikan oleh Mohamad
Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang turut andil dalam persiapan Proklamasi),
yang kontennya merupakan sebagai berikut :

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SUKARNO-HATTA.

Salah satu bagian terpenting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia adalah
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Peristiwa itu menjadi tonggak penting bangsa
Indonesia, karena dengan proklamasi tersebut bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan
dirinya sehingga sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kejadian pada Jumat tanggal 17
Agustus 1945 itu bukan berdiri sendiri secara tunggal, tetapi merupakan puncak dari
rangkaian kejadian yang telah terjadi sebelumnya.
Kemerdekaan Indonesia tidak didapat sebagai hadiah dari bangsa lain. Kemerdekaan
Indonesia melalui Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah hasil perjuangan panjang bangsa
Indonesia untuk menuntut kemerdekaannya lepas dari belenggu penjajahan bangsa
asing.Berbagai perjuangan bersenjata telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menolak
dominasi dan kekuasaan asing di wilayah Nusantara. Sepanjang lebih dari tiga abad terjadi

7
konflik berdarah antara penguasa lokal Nusantara dengan pihak asing. Konflik terjadi karena
penguasa lokal Nusantara menolak dominasi dan kekuasaan asing di wilayah Nusantara.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pada 17 Agustus 1945.


Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan satu di antara momen
penting bagi Indonesia, di mana pada saat itu Indonesia dinyatakan merdeka dari negara
penjajah.Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia juga terjadi melalui proses yang tidak
mudah.Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 .Dikutip dari
kebudayaan.kemendikbud.go.id, sejarah proklamasi Kemerdekaan diawali dengan upaya
Sekutu yang sempat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945, serta di
Nagasaki pada 3 hari kemudian.Karena peristiwa tersebut Kaisar Hirohito menyatakan
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.Setelah peristiwa tersebut,
golongan muda yang mengetahui kabar itu dari siaran Radio BBC milik Inggris mendesak
Soekarno dan Hatta untuk segera menyatakan proklamasi.Tetapi pada saat itu dwitunggal
menolak karena belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Jepang.Lalu golongan tua
berpendapat, lebih baik menunggu sampai 24 Agustus, yakni tanggal yang ditetapkan
Marsekal Terauchi untuk waktu kemerdekaan Indonesia, ketika menerima Soekarno-Hatta-
Radjiman di Dalat. Sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Lengkap dengan
Isi Teks Proklamasi.
Senin, 16 Agustus 2021 16:53 WIB .Kemudian pada 15 Agustus 1945, para pemuda
dibawah pimpinan Sukarni, Chairul Saleh, Wikana bersepakat untuk mengamankan
dwitunggal bersama Ibu Fatmawati dan Guntur ke Rengasdengklok, dengan harapan agar
mereka menuruti keinginan para pemuda.Setelah sehari diamankan di Rengasdengklok,
ternyata kesepakatan masih tidak tercapai.Hingga pada akhirnya Ahmad Soebardjo datang
dan berusaha membujuk para pemuda untuk melepaskan dwitunggal.Kemudian para
golongan muda bersedia melepaskan golngan tua dengan jaminan bahwa Soebardjo
memastikan proklamasi akan terjadi pada esok harinya.Kemudian pada malam harinya,
rombongan berangkat ke Jakarta, menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji Dori No. 1
untuk membahas masalah tersebut.Setelah tiba di rumah Laksamana Maeda, mereka
menjelaskan permasalahan dan informasi yang sebenarnya terjadi
Kemudian Laksamana Maeda lalu mempersilakan tiga orang tokoh untuk menemui
Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto untuk membahas
upaya tindaklanjut yang akan dilakukan.Tetapi sayangnya, setibanya di Markas Gunseikan di
kawasan Gambir, mereka bertiga mendapat jawaban yang mengecewakan karena Jenderal

8
Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala bentuk upaya perubahan situasi yang
dilakukan dan mereka diharuskan menunggu Sekutu datang terlebih dahulu.Lalu ketiga tokoh
bersepakat bahwa Jepang tidak dapat diharapkan lagi dan kemerdekaan harus segera
dirancang.Kemudian seluruh anggota PPKI dikawal oleh Sukarni dan kawan-kawan menuju
rumah Laksamana Maeda .Senin, 16 Agustus 2021 16:53 WIB .Ir. Soekarno saat akan
memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno
saat akan memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945
Keesokan harinya pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, naskah proklamasi disusun oleh
Soekarno, Hatta dan Soebardjo.Naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disusun
sebanyak dua alinea selesai dibuat dalam waktu 2 jam.Naskah proklamaasi yang sudah
selesai disusun kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.Tanpa waktu lama,
Sayuti Melik didampingi BM Diah lalu mengetik naskah proklamasi.Setelah selesai diketik,
naskah teks Proklamasi diserahkan kembali kepada Soekarno untuk ditandatangani.Akhirnya
pada Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di halaman rumah Soekarno di Jl.
Pegangsaan Timur No. 56, naskah proklamasi dibacakan dalam suasana khidmat.Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno dan Drs. Mohammada Hatta.

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta.
Proklamasi: makna dan artinya bagi bangsa indonesia Dengan diproklamasikan
kemerdekaan Indonesia berarti bangsa Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya secara
formal, baik kepada dunia internasional maupun kepada Bangsa Indonesia sendiri, bahwa
mulai saat itu Bangsa Indonesia telah merdeka. Merdeka berarti bahwa mulai saat itu bangsa
Indonesia mengambil sikap menentukan nasibnya dan nasib tanah airnya dalam segala bidang
,Pada sisi lain proklamasi kemerdekaan itu sekaligus juga pernyataan bahwa bangsa
Indonesia telah cakap untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan memberitahukan sudah
menegakkan suatu negara nasional yang merdeka dan berdaulat.
Keterangan kemerdekaan itu memulai “Fajar”, bahwa Revolusi Indonesia telah mulai
berjalan. Revolusi ini memusnahkan dan meruntuhkan keadaan yang lama dan memunculkan
pembentukan negara dan masyarakat baru, negara dan masyarakat Indonesia ,Dengan adanya

9
proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, maka mulai saat itu hanya berlaku tata hukum
Indonesia, menggantikan tata hukum kolonial. Dengan proklamasi kemerdekaan itu, segala
sesuatu yang berbau kolonial telah digantikan dengan sesuatu yang bersifat nasional.
Proklamasi dengan demikian menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan tatanan hukum
yang baru. Proklamasi menjadi dasar hukum bagi berlakunya hukum nasional. Dengan
demikian, segala macam peraturan, hukum, dan ketentuan yang berlaku dan akan berlaku di
Indonesia dasar hukumnya adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus
1945. Dengan dasar itu, wajar apabila beberapa jam setelah Proklamasi PPKI mengesahkan
UUD 1945 sebagai konstitusi bagi bangsa Indoneisa. Dalam titik inilah peranan proklamasi
sebagai dasar hukum bagi berlakunya segala aturan, ketentuan, dan hukum yang berlaku di
Indonesia terlihat jelas dan terbukti. Oleh karena itu, wajar bila Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia merupakan norma pertama daripada tata-hukum Indonesia.
Norma pertama atau ada pula yang menyebutnya sebagai norma dasar atau ada pula
yang menyebutnya sebagai aturan dasar, sementara Prof. M. Yamin menyebutnya sebagai
Narasumber daripada segala aturan hukum. Dalam hal ini yang dimaksudkan sebagai norma
dasar adalah norma/aturan/ketentuan hukum yang pertama adanya pada tata-hukum yang
bersangkutan, oleh karena itu norma/aturan/ ketentuan ini menjadi dasar bagi berlakunya
segala macam norma/aturan/ketentuan hukum yang lainnya. Dengan dasar pemikiran itu,
maka dapat dikatakan bahwa norma pertama menjadi dasar bagi segala sumber hukum, atau
ketentuan/ peraturan hukum lainnya.
Dalam kenyataannya Proklamasi Kemerdekaan adalah tingkatan penutup perjuangan
kemerdekaan yang hampir 40 tahun bergolak di Indonesia. Pada sisi yang lain, Proklamasi
Kemerdekaan menjadi permulaan atau titik awal pembelaan bagi Negara Merdeka Republik
Indonesia. Dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, berkembanglah kekuasaan de jure di
seluruh Kepulauan Indonesia dalam tangan dan rakyat dan pemerintah Indonesia. Proklamasi
juga menjadi awal kekuasaan de facto sebagian-sebagian, menuju kekuasaan de facto
seluruhnya di Kepulauan Indonesia. Berdasar Proklamasi Kemerdekaan terbentuklah Negara
Republik Indonesia, yang berusaha mewujudkan segala citacita bangsa Indonesia.

2.2 Hubungan Dasar Negara dan Konstitusi

Perkataan "Konstitusi" berarti "pembentukan", berasal dari kata kerja "constituer"


(Perancis) yang maksudnya membentuk, yang dibentuk itu adalah negara, dan dari pengertian
itu konstitusi mengandung makna awal (permulaan) segala peraturan perundang-undangan

10
tentang negara. Belanda menggunakan istilah "Grondwet" yaitu suatu undang-undang yang
menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi
undang undang dasar. Konstitusi dapat juga diartikan dengan segala ketentuan dan aturan
tentang ketatanegaraan, atau undang undang dasar suatu negara. Bagir Manan menyebut,
konstitusi sebagai kaidah yang tertuang dalam suatu dokumen khusus yang dikenal. dengan
sebutan undang undang dasar. Sekedar catatan perlu juga diutarakan bahwa ada yang
memandang UUD itu bukan kaidah hukum melainkan kumpulan pernyataan (manifesto)
tentang keyakinan, pernyataan tentang cita-cita. Pemakaian istilah konstitusi yang
dimaksudkan ialah pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara.
Di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagal bahasa nasional, dipakai istilah
Constitution yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan konstitusi.
Dalam wacana politik, K.C. Wheare, membagi "konstitusi" ke dalam dua pengertian,
yakni untuk menggambarkan seluruh sistem ketatanegaraan suatu negara, dan kumpulan
berbagai peraturan yang membentuk serta mengatur atau mengarahkan pemerintahan.
Peraturan-peraturan dimaksud sebagian bersifat legal, dalam arti bahwa pengadilan hukum
mengakui dan menerapkannya, sebagian lagi bersifat non-legal atau ekstra legal berupa
kebiasaan, saling pengertian, adat atau konvensi, yang tidak diakui oleh pengadilan sebagai
hukum, akan tetapi tidak kalah efektifnya dalam mengatur ketatanegaraan dibandingkan
dengan apa yang secara baku disebut hukum.
Namun di hampir setiap (ketatane negara kecuali Inggris, kata "Konstitusi" digunakan
keduduka dalam pengertian yang lebih sempit dibandingkan antarorgan dengan pengertian di
atas. Konstitusi digambarkan konstitusi s bukan seluruh kumpulan peraturan, baik legal
perhatian, maupun non-legal, melainkan kumpulan yang memang P biasanya dihimpun dalam
suatu dokumen atau dalam mestinya." beberapa dokumen yang berkaitan erat. Undang antara
yang Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi tertulis juga pengertian E dituangkan dalam
sebuah dokumen formal yang antara lain H ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik bagian, yaitu: Indonesia
diumumkan.Konstitusi dalam defenisi Strong memuat tiga hal pokok, yakni prinsip-prinsip
mengenal kekuasaan pemerintahan, prinsip-prinsip mengenai hak-hak warga negara dan
prinsip-prinsip mengenai hubungan antara warga negara dengan pemerintah.
Menurut Jimly Asshiddiqie, konstitusi mencakup beberapa pengertian, yakni
peraturan tertulis, kebiasaan dan konvensi-konvensi kenegaraan (ketatanegaraan) yang
menentukan susunan dan kedudukan organ-organ negara, mengatur hubungan antarorgan-
organ negara dengan warga negara. Semua konstitusi selalu menjadikan kekuasaan sebagai

11
pusat perhatian, karena kekuasaan itu sendiri pada intinya memang perlu diatur dan dibatasi
sebagaimana mestinya. Beberapa ahli hukum yang mendukung antara yang membedakan
dengan yang menyamakan pengertian konstitusi dengan undang undang dasar, antara lain
Herman Hallere dan F Lassalle. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga
bagian, yaitu:
A. Die Politische Verfassung als gesellschaftlich wirklichkeit. Konstitusi adalah
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan. Jadi
mengandung pengertian politis dan sosiologi.
B. Die Verselbstandigte rechtsverfassung, Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah
yang hidup dalam masyarakat. Jadi mengandung pengertian yuridis.
C. Die geshereiben Verfassung. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai
undang undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
D. Dari pendapat Heller tersebut di atas, Dahlan Thaib, dkk., menyimpulkan bahwa jika
pengertian undang-undang harus dihubungkan dengan pengertian konstitusi, maka
artinya undang undang dasar itu baru merupakan sebagian dari pengertian konstitusi
yaitu konstitusi yang tertulis saja. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis semata, akan
tetapi juga mengandung pengertian logis dan politis. K.C. Wheare, ahli konstitusi
Inggris, sebagaimana dikutip dari Sri Soemantri, mengklasifikasi konstitusi ke dalam
beberapa macam:
 Konstitusi tertulis dan konstitusi bukan dalam bentuk tertulis (written constitution
and no written constitution)
 Konstitusi fleksibel dan konstitusi rijid (flexible constitution and rigid constitution)
 Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi tidak tidak derajat tinggi (supreme constitution
and supreme and not supreme constitution)
 Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan (federal constitution and unitary
constitution)
 Konstitusi sistem pemerintahan presidential dan konstitusi sistem pemeritahan
parlementer (presidential executive and parliamentary executive constitution)
Sri Soemantri menyebutkan, pada umumnya materikonstitusi atau undang-undang dasar
mencakup tiga hal yang fundamental, yakni :
 Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga negara.
 Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental.
 Adanya pembagian dan pembatasan tugas keterangan yang juga bersifat fundamental.

12
a. Konstitusi dan Negara

Negara dan konstitusi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya." Konstitusi Republik Indonesia, misalnya, yang dikenal dengan Undang
Undang Dasar 1945 yang ditetapka pada tanggal 18 Agustus 2945, merupakan titik kulminasi
bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Dalam pandangan Van Apeldoorn, pengertian undang undang dasar, selalu berubah-
ubah sepanjang masa, dan hal ini bermula dari timbulnya ajaran rasionalitas hukum kodrat di
mana manusia pada mulanya hidup dalam keadaan alam (status naturalis),suatu keadaan yang
mempunyai pemerintahan dan tidak memiliki hukum positif," Kemudian melahirkan
perjanjian masyarakat, yakni perjanjian yang dibuat antara manusia satu sama lain, lalu
membentuk kekuasaan pemerintahan atau mendirikan negara. Syarat atau isi perjanjian itu
adalah adanya undang undang dasar yang dibuat antara pemerintah dengan rakyat setelah
negara terbentuk.
Dari sudut bentuk negara, Howgood dalam Modern Constitution Since 1787, seperti
dijelaskan Dahlan Thaib, Jazim Hamid dan Ni'matul Huda, menyebut sembilan macam
bentuk negara yang sekaligus menunjuk bentuk-bentuk konstitusinya, tiga di antaranya
adalah :
1. Spontaneous State (Spontane Staat). Konstitusinya disebut Revolutionary
Constitution. Spontaneous State adalah negara yang timbul sebagai akibat revolusi.
Dengan demikian konstitusinya bersifat revolusioner. Sebagai contoh konstitusi
seperti ini adalah Konstitusi Amerika Serikat dan Konstitusi Perancis.
2. Negotiated State (Parlementaire Staat). Konstitusinya disebut Parlementarian Constitu
tion. Negotiated State adalah negara yang berdasarkan pada kebenaran relatif
(relatieve waarheid). Bukan berdasarkan absolute waarheid seperti oosterse
demokratie, yaitu Rusia. Lainnya halnya dengan Islam mempunyai al-Qur'an, Kristen
ada Injil. Tetapi revolusi Perancis tidak mempunyai absolute waarheid, jadi masih
harus dicari relatieve waarheid dengan jalan forum diskusi dan negosiasi sebagai
political philosophy nya. Negosiaisi berarti geven en nemen, memberi dan menerima,
take and give. Tetapi sifatnya kemudian seperti orang dagang sapi (koc handel).
Masing-masing pihak ingin memperoleh keuntungan sebanyak mungkin, dan tidak
lagi mencari kebenaran. Parlemen merupakan tempat di mana diskusi dan negosiasi
tidak dilaksanakan. Sehingga adanya parlemen yang tercermin dalam konstitusi

13
negara yang bersangkutan merupakan ciri dari negotiated state. Oleh karena itu
konstitusinya disebut parlementarian constitution.
3. Derivative State (Algeleide Staat). Konstitusinya disebut "Neo-National Constitution"
Derivative State adalah negara yang konstitusinya mengambil pengalaman-
pengalaman dari negara-negara yang masih ada (neo-national). Derivative State ini
hanya meniru, tidak ada buah pikiran yang asli (oorspronkelijke gedacht). Bentuk
negaranya juga meniru (afleiden) dari negara-negara barat. Keadaan yang demikian
disebut "neo-national" maksudnya nasionalisme yang berdasarkan pada kolonialisme
atau nasionalisme yang timbul karena penjajahan sebagai akibat akulturasi proses.
Konstitusi Burma, Thailand, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, India, Pakistan, dan
last but not least Indonesia.Pada umumnya, negara selalu memiliki naskah yang
disebut konstitusi atau undang undang dasar Menurut Jimly Asshiddiqie, negara yang
tidak memiliki naskah konstitusi seperti Inggris, tetapi memiliki aturan-aturan yang
tumbuh menjadi konstitusi dalam pengalaman praktik ketatanegaraan, tetap dapat
menyebut adanya konstitusi dalam hukum tata Inggris. Dari penjelasan Hood dan
Jackson, Asshiddiqie mengambil kesimpulan bahwa konstitusi juga mencakup
pengertian peraturan tertulis. Peraturan tertulis merupakan suatu kebiasaan dan
konvensi – konvensi kenegaraan (ketatanegaraan) yang menentukan susunan
kedudukan organ – organ negara, mengatur hubungan antar organ – organ negara itu,
dan mengatur hubungan organ -organ negara tersebut dengan warga negara.
Sebagai sebuah konstitusi tertulis undang undang dasar merupakan dokumen formal,
yang bersiri :
 Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau
 Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
 Pandangan tokoh tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang
maupun untuk masa akan datang
 Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.
Dari keempat materi itu, paling sedikit ada dua hal yang terkandung dalam undang
undang dasar yang akan menjamin perkembangannya. Pertama, cara perumusan kaidah yang
bersifat umum dan mengatur pokok-pokok saja supaya ada keluwesan dalam menampung
perkembangan yang terjadi. Kedua, adanya kaidah yang mengatur perubahan formal apabila
upaya penyesuaian tidak mungkin ditarik dari aidah-kaidah pokok yang sudah ada. Di
samping hal-hal tersebut, konstitusi memiliki arti penting bagi sebuah negara. Negara yang

14
dibentuk tanpa konstitusi, menurut hemat penulis, seperti manusia yang berjalan dalam hutan
yang gelap dan tidak tahu jalan karena tidak memiliki kompas dalam menentukan arah
perjalanannya. Demikian pun dengan konstitusi, menjadi alat ukur bagi sebuah negara untuk
menentukan kehidupan bangsanya. Moh. Mahfud MD mengurai dua hal penting yang harus
diperhatikan dalam pembuatan dan muatan konstitusi, yakni :
 Muatan konstitusi harus bersifat mendasar dan abstrak-umum; tidak memuat hal-hal
konkret, teknis, dan kuantitatif agar tidak terlalu sering menghadapi tuntutan
perubahan. Hal-hal yang bersifat konkret, teknis dan kuantitatif biasanya lebih mudah
dipersoalkan jika berhadapan dengan persoalan-persoalan baru yang muncul di
tengah-tengah masyarakat.
 Konstitusi harus memuat prosedur dan perubahan yang tidak mudah dilakukan kecuali
dengan alasan-alasan yang sangat penting; misalnya harus ada ketentuan tentang
jumlah minimal pengusul perubahan isi konstitusi, dan korum minimal dalam
pengambilan keputusan untuk mengubah Isi konstitusi tersebut. Ada juga Undang
Undang Dasar yang perubahannya harus dilakukan melalui referendum.
Padmo Wajono sependapat dengan Mahfud MD, dan menurutnya sebagai suatu yang
mencerminkan kesadaran hukum dari pada negara, maka sudah logis mengkehendaki cara
lain yang istimewa dalam pembentukan konstitusi. Supaya setiap suatu konstitusi tidak
diamandemen maka kalau mau merubahnya harus dengan cara – cara yang istimewa, serta
dipersulit. Padmo Wahjono membagi dua aliran yang menganggap macam konstitusi di
dunia. Keduanya adalah :
a. Yang dalam naskah tertentu (Rigid Constitution)
b. Yang tidak dalam naskah tertentu (Flexible Constitution) atau dalam ucapan sehari –
hari disebut “yang tertulis” dam “yang tidak tertulis”.
c. Adapun aliran yang menyertai nya adalah :
d. Aliran yang menghendaki bahwa konstitusi harus ada dalam naskah tertentu. Aliran
ini dipengaruhi oleh keunggulan atau keagungan sodifikasi yang menghendaki
konstitusi diletakkan dalam satu naskah supaya terdapat kepastian tentang organisasi
negara.
Aliran yang menolak dan menganggap adanya naskah tertentu itu mempersulit negara
untuk merubah konstitusi yang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Jadi adanya naskah
tertentu mengekang perkembangan organisasi negara, karena masyarakat berkembang
sehingga konstitusi dalam naskah tertentu sulit mengikuti perkembangan masyarakat. Aliran
kedua ini mengatakan pembuatan konstitusi adalah juga pembuatan peraturan biasa dengan

15
cara yang biasa, tidak usah dipersulit tetapi cukup dengan kemungkinan kebiasaan-kebiasaan
dalam ketatanegaraan. Dengan mudah kebiasaan kebiasaan dapat menyesuaikan dengan
perkembangan-perkembangan masyarakat.
Pertumbuhan dan perkembangan konstitusi tidak hanya dalam materi, tetapi juga pada proses
dan tata cara formal, serta tata cara yang tidak formal. Dikaitkan dengan tujuan, maka
konstitusi memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara;
2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara;
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara dengan warga negara;
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara;
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang
dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara;
6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity),
7. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of
nation);
8. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony);

Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam artian sempit
hanya di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi;
Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering atau
social reform), baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara konstitusi dengan
negara sangat erat. Negara dalam hal ini pemerintah tidak dapat melaksanakan kekuasaan
tanpa konstitusi, demikian pula sebaliknya, konstitusi tidak akan lahir tanpa adanya negara.
Akan tetapi, kelahiran sebuah konstitusi adalah kehendak rakyat yang harus dilaksanakan
oleh pemerintah beberapa negara, yaitu :"
Pembukaan UUD Amerika Serikat yang menyatakan: "...in order to form a more
perfect union, establish justice, insure domestic tranquality, provide for the common defence,
promote the welfare and secure the blessing of liberty to ourselves and to our posterity".
Pembukaan Konstitusi ndiato constitute India into a sovereign democratic state and to secure
to all its citizens justice, social, economic and political, liberty of throught, expression, belief,
faith and worship; equality of status and of opportunity, and to promote among them all
fraternity assuring the dignity of the individual and unity of the nation"

16
Konstitusi Swiss, tujuan negara tercantum dalam pasal-pasal yang menyatakan: ...The
object of the confederation is to ensure the independence of the country against foreign nation
to maintain peace and order within its borders to protect the liberties and right of the
confederates and to promote their common prosperity".
PembukaanUndang Undang Dasar 1945 yang berisi : “......untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Demikian pula, dengan Konstitusi India yang bermaksud membentuk negara itu
menjadi negara yang demokratis dan aman, damai bagi seluruh warganya dalam kehidupan
sosial, ekonomi, politik, menjamin kebebasan berfikir dan berpendapat dan menghormati
kebebasan kepercayaan, keimanan, dan pelaksanaan ajaran – ajarannya. Konstitusi Swiss
menegaskan bahwa pembentukan negara dimaksudkan untuk menciptakan negara yang
independen, memelihara perdamaian dan menjaga kebebasan dan hak – hak kompederatif
warga negaranya. Demikian pula halnya dengan Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945.
Hubungan antara konstitusi dengan negara sangat erat. Negara dalam hal ini
pemerintah tidak dapat melaksanakan kekuasaan tanpa konstitusi. Dengan sebaliknya,
konstitusi tidak akan lahir tanpa adanya negara. Akan tetapi, kelahiran sebuah konstitusi
adalah kehendak rakyat, sebab rakyatlah yang memiliki kedaulatan atas Negara. Dalam
pandangan K.C. Wheare, Konstitusi digambarkan sebagai sistem ketatanegaraan dari suatu
Negara dan kumpulan dari berbagai peraturan yang membentuk serta mengatur
pemerintahan.

2.3 PERKEMBANGAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun sebuah
Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya. Sehari
setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi

17
Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh
panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang
Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun
ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi
telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu memang
sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan melalui
pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud
akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan
lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/
MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum)
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda
sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR
tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas
melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan
ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-
Undang yang pernah berlaku, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945) Saat Republik Indonesia diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru ini belum mempunyai undang-
undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-
Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
setelah mengalami beberapa proses.
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat) Perjalanan negara baru Republik
Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan
untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan
negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa
Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi
Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan
diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga

18
UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku
untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950) Periode federal dari Undang-
undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara,
karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat
kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena
terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa
dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah
kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi
negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar
yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu
rancangan undang-undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus
1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah
undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945) Dengan dekrit Presiden
5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan perubahan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan
karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen.

a. PERUBAHAN UUD 1945


Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi adalah
reformasi konstitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang merupakan
kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan karena UUD 1945 sebelum perubahan dinilai
tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara sesuai harapan
rakyat, terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan demokrasi dan hak asasi
manusia.
Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda
Sidang MPR dari 1999 hingga 2002 . Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang Umum

19
MPR Tahun 1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan
Presiden dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga
legislatif.
Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan
kedua menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara
dan pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal
memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan¬-ketentuan terperinci tentang HAM.
Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan tahap ini
mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan
bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-
ketentuan tentang Pemilihan Umum. Sedangkan perubahan keempat dilakukan dalam Sidang
Tahunan MPR Tahun 2002. Perubahan Keempat tersebut meliputi ketentuan tentang
kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan
Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan
aturan peralihan serta aturan tambahan.
Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi UUD
1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang dilakukan
menghasilkan 199 butir ketentuan. Saat ini, dari 199 butir ketentuan yang ada dalam UUD
1945, hanya 25 (12%) butir ketentuan yang tidak mengalami perubahan. Selebihnya,
sebanyak 174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang baru atau telah mengalami
perubahan.
Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena mengubah
prinsip kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua lembaga negara
dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan melaksanakan kedaulatan rakyat dalam
lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan Presiden yang
sangat besar (concentration of power and responsibility upon the President) menjadi prinsip
saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip tersebut
menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara hukum yang demokratis.
Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional, tahapan selanjutnya yang harus
dilakukan adalah pelaksanaan UUD 1945 yang telah diubah tersebut. Pelaksanaan UUD 1945
harus dilakukan mulai dari konsolidasi norma hukum hingga dalam praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 harus menjadi acuan dasar

20
sehingga benar-benar hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan
warga negara (the living constitution).

Konstitusi Sebagai Piranti Kehidupan Negara Yang Demokratis


Sebagaimana dijelaskan diawal, bahwa konstitusi berpesan sebagai sebuah aturan dasar
yang mengatur kehidupan dalam bernegara dan berbangsa maka aepatutnya konstitusi dibuat
atas dasar kesepakatan bersama antara negra dan warga Negara . Kontitusi merupakan bagian
dan terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga Negara. Jika Negara yang
memilih demokrasi, maka konstitusi demokratis merupakan aturan yang dapat menjamin
terwujudnya demokrasi dinegara tersebut. Setiap konstitusi yang digolongkan sebagai
konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi itu sendiri.

b. LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN

Sebagai kelembagaan Negara, MPR RI tidak lagi diberikan sebutan sebagai lembaga
tertinggi Negara dan hanya sebagai lembaga Negara, seperti juga, seperti juga DPR, Presiden,
BPK dan MA. Dalam pasal 1 ayat (2) yang telah mengalami perubahan perihal kedaulatan
disebutkan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-
undang dasar sehingga tampaklah bahwa MPR RI tidak lagi menjadi pelaku/pelaksana
kedaulatan rakyat. Juga susunan MPR RI telah berubah keanggotaanya, yaitu terdiri atas
anggota DPR dan Dewan Perakilan Daerah (DPD), yang kesemuanya direkrut melalui
pemilu.
Perlu dijelaskan pula bahwa susunan ketatanegaraan dalam kelembagaan Negara juga
mengalami perubahan, dengan pemisahan kekuasaan, antara lain adanya lembaga Negara
yang dihapus maupun lahir baru, yaitu sebagai Badan legislative terdiri dari anggota MPR,
DPR, DPD, Badan Eksekutif Presiden dan wakil Presiden, sedang badan yudikatif terdiri atas
kekuasaan kehakiman yaitu mahkamah konstitusi (MK) sebagai lembaga baru, Mahkamah
Agung (MA), dan Komisi Yudisial (KY) juga lembaga baru. Lembaga Negara lama yang
dihapus adalah dewan Pertimbangan Agung (DPA), dan Badan pemeriksa keuangan tetap ada
hanya diatur tersendiri diluar kesemuanya/dan sejajar.

Tugas dan kewenagan MPR RI sesudah perubahan, menurut pasal 3 UUD 1945 ( perubahan
Ketiga ).
a. Majelis Permusyawaran Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UUD

21
b. Majelis Permusyawaran Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
c. Majelis Permusyawaran Rakyat hanya dapat memberhentikan presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang
dasar ( impeachment ).

Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di


tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian
kekuasaan (separation of power) kepada 6 Lembaga Negara dengan kedudukan yang sama
dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Perubahan (Amandemen) UUD 1945:

 Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas hukum [Pasal 1 ayat (3)] dengan
menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka, penghormatan
kepada hak asasi manusia serta kekuasaan yang dijalankan atas prinsip due process of
law.
 Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para pejabat negara, seperti
Hakim.
 Sistem konstitusional berdasarkan perimbangan kekuasaan (check and balances) yaitu
setiap kekuasaan dibatasi oleh Undang-undang berdasarkan fungsi masing-masing.
 Setiap lembaga negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945.
 Menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada serta membentuk beberapa
lembaga negara baru agar sesuai dengan sistem konstitusional dan prinsip negara
berdasarkan hukum.
 Penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan maing-masing lembaga negara
disesuaikan dengan perkembangan negara demokrasi modern.

Tugas Lembaga Tinggi Negara sesudah amandemen ke – 4 :

A. MPR

22
o Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara lainnya
seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
o Menghilangkan supremasi kewenangannya.
o Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
o Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden dipilih secara
langsung melalui pemilu).
o Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
o Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui pemilu.

B. DPR

o Posisi dan kewenangannya diperkuat.


o Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,
sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah berhak
mengajukan RUU.
o Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
o Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.

C. DPD

o Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan


daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah
dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR.
o Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik Indonesia.
o Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
o Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan
kepentingan daerah.

23
D. BPK
o Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
o Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
o Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
o Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.

E. PRESIDEN
o Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara pemilihan dan
pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem
pemerintahan presidensial.
o Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
o Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
o Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
o Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
o Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil presiden
menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai
pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.

F. MAHKAMAH AGUNG
o Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat
(1)].
o Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-undangan di
bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.
o Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan Peradilan
Tata Usaha Negara (PTUN).

24
o Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur
dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-
lain.

G. MAHKAMAH KONSTITUSI
o Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the
constitution).
o Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan
antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil
pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran
oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.
o Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah
Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan
perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.

H. KOMISI YUDISIAL
o Tugasnya mencalonkan Hakim Agung dan melakukan pengawasan moralitas dan kode
etik para Hakim.

c. TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN

menurut Undang Undang No. 10 tahun 2004 jenis dan tata urutan/susunan (hirarki)
peraturan perundang-undangan sekarang adalah sebagai berikut :
1. UUD-RI tahun 1945
2. Undang-undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);
3. Peraturan Pemerintah (PP);
4. Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan lembaga negara atau organ/badan negara
yang dianggap sederajat dengan Presiden antara lain : Peraturan Kepala BPK,
Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Peraturan
Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Konstitusi, Peraturan Komisi Yudisial,
5. Peraturan Daerah Propinsi;
6. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;

25
7. Peraturan Desa (Perdesa).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan poin 1
Bahwa bangsa Indonesia bukan merupakan pihak yang kalah dalam Perang Dunia II.
Dalam kenyataannya, setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia
masih terlibat konflik dengan Jepang, seperti dalam peristiwa Pertempuran Lima Hari di
Semarang. Dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
memiliki harga diri yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding dengan banyak negara lain.
Hal itu disebabkan kemerdekaan Bangsa Indonesia diperoleh dengan cara perjuangan
berdarah yang menghabiskan banyak dana dan jiwa pejuang Indonesia. Dengan demikian
tidak banyak negara di dunia yang kemerdekaannya diperoleh seperti yang dilakukan oleh

26
bangsa Indonesia. Tercatat hanya Amerika Serikat, Aljazair, dan Vietnam yang
kemerdekaannya diperoleh dengan cara perjuangan berdarah.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadi awal bangsa Indonesia guna
menegakkan hak asasinya sebagai bangsa yang setara dengan bangsa lain. Bersamaan itu,
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga menjadi sumber dari segala sumber hukum
Bangsa Indonesia. Melalui proklamasi tersebut, mulailah hukum nasional Indonesia di bumi
nusantara ini. Proklamasi menjadi landasan bagi dihapuskannya hukum kolonial, dan
sekaligus sebagai permulaan untuk menggantinya dengan hukum yang lebih berpihak kepada
manusia dan bangsa Indonesia. Dengan demikian, seharusnya Proklamasi 17 Agustus 1945
menjadi landasan hukum dan awal bagi kesejahteraan dan kemakmuran Bangsa Indonesia.

Kesimpulan poin 2
Perkataan "Konstitusi" berarti "pembentukan", berasal dari kata kerja "constituer"
(Perancis) yang maksudnya membentuk, yang dibentuk itu adalah negara, dan dari pengertian
itu konstitusi mengandung makna awal (permulaan) segala peraturan perundang-undangan
tentang negara. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksudkan ialah pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Di negara-negara yang menggunakan
bahasa Inggris sebagal bahasa nasional, dipakai istilah Constitution yang dalam bahasa
Indonesia disebut dengan konstitusi
Negara dan konstitusi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya." Konstitusi Republik Indonesia, misalnya, yang dikenal dengan Undang
Undang Dasar 1945 yang ditetapka pada tanggal 18 Agustus 2945, merupakan titik kulminasi
bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Kesimpulan poin 3
Konstitusi di Indonesia selalu mengalami perubahan, yang pertama kali berlaku
adalah UUD 1945, kemudian disusul UUD RIS pada tahun 1949 merupakan konstitusi kedua
yang mengakibatkan bentuk Negara Kesatuan berubah menjadi Negara Serikat. UUDS 1950
merupakan konstitusi yang ketiga, walaupun kembali kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, tetapi sistem pemerintahannya adalah Parlementer sampai dikeluarannya Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD 1945 yang berlaku hingga reformasi
yang menghantarkan amandemen UUD 1945 ke empat kali dan berlaku sampai sekarang.

27
Perubahan konstitusi di Indonesia dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah
bahwa penyususnan rancangan UUD yang dilakukan oleh BPUPKI sangat tergesa-gesa
sehingga belum begitu sempurna. Desakan dari Belanda juga merupakan faktor penyebab
berubahnya konstitusi, hingga terjadinya pergeseran politik hukum di Indonesia yang
menuntut amandemen UUD 1945, dan berpengaruh pada berubahnya sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia.

3.2 Saran

1. Untuk Mahasiswa

Sebagai mahasiswa kita harus memiliki peran dalam mensejahterakan bangsa,karena untuk
bisa merdeka dan mempertahankan kemerdekaan itu sendiri bukanlah hal yang mudah. Para
tokoh dan pahlawan terdahulu sudah sangat banyak melakukan pengorbanan dan perubahan
pada struktur pemerintahan di Indonesia. Ada banyak cara kita untuk mempertahankan
kemerdekaan itu sendiri, jadi sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak mempertahankan
kemerdekaan ini.

2. Untuk Pemerintah

Struktur dan peraturan yang ada saat ini tidaklah lahir begitu saja, melainkan merupakan
usaha dan ide tokoh terdahulu untuk bisa menciptakan negara yang makmur dan teratur.
Sebagai tokoh pemerintahan, sudah semestinya untuk tetap menjaga, memperbarui, serta
melindungi peraturan dan bangsa Indonesia ini. Karena kunci untuk menjadi negara yang
maju ada ditangan pemerintahan itu sendiri barulah kontribusi dari masyarakat. Maka jagalah
bangsa ini dan segala aturan yang ada sudah semestinya untuk dipatuhi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bagir Manan. 1995. Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, hlm 7.
Mandar Maju Bandung.

Wirjono Projodikoro. 1989. Asas – asas Hukum Tata Negara di Indonesia hlm 10. Dian
Rakyat. Jakarta.

Sri Soemantri M. 1993. Susunan Ketatanegaraan Menurut UUD 1945 dalam


Ketatanegaraan Indonesia dalam Kehidupan Politik Indonesia hlm 29. Sinar Harapan.
Jakarta.

K.C. Wheare. Konstitusi – Konstitusi Modern, Modern Constitutions (terjemahan, Immam


Baehaqie). Nusa Media. Bandung.

Jimly Asshiddiqie. 2010. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia hlm 17. Sinar
Grafika. Cetakan Pertama. Jakarta.

Titik Triwulan Tutik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945. Kencana Prenada Media Group. Cetakan Pertama. Jakarta.

L.J. Van Apeldoorn. 2011. Pengantar Ilmu Hukum (Oetarid Sadino,penerjemah) hlm 312.
Cetakan Ketigapuluh empaat Pradya Paramita. Jakarta.

Moh. Mahfud MD. 2011. Politik Hukum di Indonesia hlm 380-381. Rajawali Pers. Cetakan
Keempat. Jakarta.

Djokosutono. 1982. Hukum Tata Negara hlm 48. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Dedi Ismatullah, Beni Ahmad Saebani. 2009. Hukum Tata Negara, Refleksi Kehidupan
Ketatanegaraan di Negara Republik Indonesia hlm 227-228. Pustaka Setia. Bandung.

Darmodiharjo, Darji. 1991. Santiaji pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.

Fajar, Mukti. 2005. Tipe Negara Hukum. Malang: Bayumedia.

Hamidi, Jazim. 2009. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.

Huda, Ni’matul. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Koesnardi, Moh. 1985. Ilmu Negara. Jakarta: Perintis Press.

MD, Muh, Mahfud. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang Interaksi
politik dan

Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mukhsin. 2005. Ikhtisar Hukum Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit IBLAM.

29
Nasution, Adnan Buyung. 1995. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia. Jakarta:
Grafiti.

Radjab, Dasril. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Santoso, M. Agus. 2009. Kajian Hubungan Timbal Balik Antara Politik dan Hukum, Jurnal
Ilmiah Hukum

“YURISKA” Vol. I No. I FH UWGM Samarinda, Agustus 2009

Santoso, M.Agus. 2011. Kajian Tentang Manfaat penelitian Hukum Bagi pembanguan
Daerah, Jurnal

Ilmiah Hukum “YURISKA”, Vol. 3 No. 01 FH UWGM Samarinda, Agustus 2011

Thaib, Dahlan. 2008. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Triwulan Tutik, Titik. 2006. pokok-pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser.

Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum perubahan)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat

Undang-Undang Dasar Sementara 1950

Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum perubahan)

Undang-Undang Dasar 1945 (setelah mengalami perubahan sampai keempat kalinya)

Sumber: https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jscl/article/download/16170/pdf

https://repository.unikom.ac.id/44228/1/Kewarganegaraan-%20Negara%20dan
%20Konstitusi.pdf

http://www.academia.edu/8823087/Bab_4_hubungan_dasar_Negara_dengan_konstitusi?
auto=download

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/2f0542d649a363d3f04d06edb24599
a0.pdf

http://topihukum.blogspot.com/2014/02/sejarah-dan-perkembangan-konstitusi-di.html

11

30
2
3

31

Anda mungkin juga menyukai