Anda di halaman 1dari 24

UNDANG-UNDANG DASAR DI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila

Dosen Pengampuh : Ariandi Saputra

Oleh
Kelompok 2

Israbila (E1123035)
Nurcahyani
Regina Anggraini
Olivia Oktaviani
Risti Aulia

UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Undang-Undang Dasar Di Indonesia”
Makalah ini disusun guna untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan tugas
pada mata kuliah Pendidikan Pancasila di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Ichsan Gorontalo. Dalam penyusunan makalah ini, Penulis telah
banyak mendapatkan bantuan-bantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta
dorongan moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan
dengan tepat waktu.
Akhir Kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan rendah hati dan lapang dada penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kelanjutan pembuatan makalah ini.

Gorontalo, November 2023

Penulis.

ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Sejarah perumusan dan penetapan uud 1945................................... 3
B. Pengertian UUD 1945 dan Penamaan UUD 1945........................... 4
C. Fungsi dan Kedudukan UUD 1945.................................................. 6
D. Struktur UUD 1945 amandemen yang ke 4..................................... 8
E. Pokok-pokok pemikiran, pembukaan UUD 1945 dan
Penjabarannya pada Batang Tubuh.................................................. 9
F. Beberapa Tahapan Terjadinya Undang-Undang Dasar................... 10
G. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia.................................. 13
H. Pancasila Sumber Tertib Hukum Repoblik Indonesia..................... 14
I. POKOK Kaidah Fundamental dalam Pembukaan........................... 15
BAB III PENUTUP......................................................................................... 18
A. Kesimpulan ...................................................................................... 18
B. Saran................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menyadari bahwa di dalam memahami, mengerti, menghayati dan
mengamalkan Undang-Undang Dasar 1945 kita perlu mengetahui maksud dan
tujuan yang terkandung di dalamnya. Bahwa Undang-Undang Dasar 1945
mengikat penyelenggara negara, masyarakat, warga negara dan penduduk
maka UUD 1945 dijadikan dasar untuk berulah negara dan berulah
masyarakat.
Untuk ini kami mencoba menguraikan secara popular dan sistematik
dengan harapan dapat membantu dalam mempelajari UUD 1945 ini. Bahwa
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar, yang tertulis. Sebagai
hukum mengikat Pemerintah, Lembaga Negara, Lembaga Masyarakat, Warga
Negara dan Penduduk.
Maka dari itu, apapun namanya atau kedudukannya harus mengetahui,
memahami dan menghayati isi dan makna Undang-Undang Dasar 1945.
Tanpa terkecuali kita semua dituntut mengetahui maksud dan tujuan yang
terkandung didalamnya dan melaksanakan tugas dan pekerjaan berdasarkan
atas dan dijiwai oleh semangat Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, kita
juga harus mengetahui bagaimana proses yang terjadi pada Undang-Undang
Dasar 1945, apakah yang menyebabkan UUD 1945 tersebut diamandemen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perumusan dan penetapan UUD 1945?
2. Apa pengertian dan Penamaan UUD 1945 ?
3. Bagaimana Fungsi dan Kedudukan UUD 1945?
4. Bagaimana Struktur UUD 1945 Amandemen yang ke 4?
5. Apa saja pokok-pokok pemikiran, pembukaan UUD 1945 dan
Penjabarannya pada batang tubuh?
6. Apa saja Tahapan Terjadinya Undang-Undang Dasar ?
7. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia ?

1
8. Pancasila Sumber Tertib Hukum Repoblik Indonesia
9. Pokok Kaidah Fundamental dalam Pembukaan

C. Tujuan
10. Dapat mengetahui Sejarah Perumusan dan penetapan UUD 1945
11. Dapat mengetahui pengertian dan Penamaan UUD 1945
12. Dapat mengetahui Fungsi dan Kedudukan UUD 1945
13. Dapat mengetahui Struktur UUD 1945 Amandemen yang ke 4
14. Dapat mengetahui pokok-pokok pemikiran, pembukaan UUD 1945 dan
Penjabarannya pada batang tubuh
15. Dapat mengetahui Tahapan Terjadinya Undang-Undang Dasar
16. Dapat mengetahui Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
17. Dapat mengetahui Pancasila sebagai Sumber Tertib Hukum Repoblik
Indonesia
18. Dapat mengetahui Pokok Kaidah Fundamental dalam Pembukaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah perumusan dan Penetapan UUD 1945


Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29
Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dikenal
dengan dokuritsu zyunbi tyoosakai yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.
Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota
yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-
masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut
(BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan
dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945.
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun
konstitusi bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Para tokoh perumus itu adalah
antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto
Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetarjo
Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing,
Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi,
Andi Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali),
AH. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul WACHID hasyim dan Mr.
Mohammad Hasan (Sumatra).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji
Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian
hari. Janji tersebut antara lain berisi “Sejak dari dahulu, sebelum pecahnya
peperangan Asia Timur Raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha
membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda.
Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di
darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.

3
Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi
nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan.
Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat. Pada
tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang
pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya
diambil dari rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus
pada tanggal 22 Juni 1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir
seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD
tanggal 16 Juni 1945.
3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai
presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi komite Nasional.
4. Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-Undang
Dasar 1945 itu, maka secara formal Indonesia sempurna sebagai sebuah
Negara, sebab syarat yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada
yaitu adanya:
a. Rakyat, yaitu bangsa Indonesia.
b. Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang hingga
ke merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan kecil.
c. Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan Indonesia.
d. Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai
pucuk pimpinan pemerintahan Negara.

B. Pengertian UUD 1945 dan Penamaan UUD 1945


UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi
dalam Negara dan merupakan hukum dasar Negara tertulis yang mengikat
berisi aturan yang harus ditaati. Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan

4
system ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk
Negara dan mengatur pemerintahannya. UUD merupakan dasar tertulis
(convensi). Oleh karena itu UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu
naska yang memaparkan karangan dan tugas-tugas pokok cara kerja badan
tersebut. UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan itu bekerja
sama dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam hubungan-
hubungan kekuasaan dalam suatu Negara. UUD disebutkan bersifat singkat
dan super karena hanya memuat 37 pasal adapun pasal-pasal yang lain, hanya
memuat aturan peralihan dan aturan tambahan.
Yang dimaksud dengan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
keseluruhan naskah yang terdiri dari Pembukaan dan pasal-pasal (Pasal II
Aturan Tambahan). Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea
keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-pasal Undang-Undang
Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72 pasal
(pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan
dan 2 pasal Aturan Tambahan. Bab IVtentang DPA dihapus, dalam
amandemen keempat penjelasan tidak lagi merupakan kesatuan UUD 1945.
Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang utuh,
dengan kata lain merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan.
Naskahnya yang resmi telah dimuat dan disiarkan dalam “Berita
Republik Indonesia” Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946,
suatu penerbitan resmi Pemerintah RI. Sebagaimana kita ketahui Undang-
Undang Dasar 1945 itu telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indoneisa (PPKI) dan mulaiberlaku pada tanggal 18 Agustus 1945. Rancangan
UUD 1945 dipersiapkan oleh suatu badan yang bernama Badan Penyelidik
Usaha-usaha Pesiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu
Zyunbi Tjoosakai, suatu badan bentukan Pemerintah Penjajah Jepang untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam rangka persiapan
kemerdekaan Indonesia.

5
C. Fungsi dan Kedudukan UUD 1945
1. Fungsi UUD 1945
Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi, sebagai
contoh kunci dibuat dengan fungsi sebagai penutup dan pembuka sebuah
pintu, dengan demikian secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kunci
berfungsi sebagai pembeda antara pemilik dan bukan pemilik sebuah
rumah. Demikian juga halnya dengan UUD 1945, apakah sebenarnya yang
menjadi fungsi dari sebuah UUD 1945 dalam praktek penyelenggaraan
negara? Marilah bersama-sama kita membahas hal tersebut.
Di atas telah kita bahas bersama bahwa yang dimaksud dengan
UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis. Dari pengertian tersebut dapatlah
dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga
negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara
Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk
yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-
aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut
di atas. Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum
dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945
merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan
dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan
muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara (Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka
tata urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia
menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945
juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945

6
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak
dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-
norma hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD
1945.
2. Kedudukan UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan “pokok-
pokok kaidah negara yang fundamental (Staatsfundamentalnorm). Maka di
samping merupakan suasana kerohaniaanya dari UUD 1945, juga
merupakan sumber penjabaran normatif, oleh karena itu dalam pembukaan
UUD 1945 terkandung sendi-sendi kehidupan negara.
Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum
dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945
merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan
dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan
muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara (Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka
tata urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia
menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945
juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak
dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-
norma hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD
1945.
Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan
hukum dasar, melainkan hanya merupakan sebagian dari hukum dasar,
yaitu hukum dasar yang tertulis. Disamping itu masih ada hukum dasar

7
yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak
tertulis tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis
– yaitu yang biasa dikenal dengan nama ‘Konvensi’.
Meskipun Konvensi juga merupakan hukum dasar (tidak tertulis),
ia tidaklah boleh bertentangan dengan UUD 1945. Konvensi merupakan
aturan pelengkap atau pengisi kekosongan hukum yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan ketatanegaaan, karena
Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945.
Contoh : Konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan yang masih
dipelihara selama ini adalah setiap tanggal 16 Agustus, Presiden RI
menyampaikan pidato pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan
Rakyat. Praktek yang demikian tidak diatur dalam UUD 1945, namun
tetap dijaga dan dipelihara dalam praktek penyelenggaraan kenegaraan
Republik Indonesia.

D. Struktur UUD 1945 amandemen yang ke 4


Amandemen IV
Sejarah amandemen UUD 1945 yang terakhir ini disahkan pada
tanggal 10 Agustus 2002 melalui ST MPR 1-11 Agustus 2002. Perubahan
yang terjadi pada amandemen ke-4 ini terdiri dari 2 Bab dan 13 Pasal.
Pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11, pasal16, pasal 23B, pasal 23D,
pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34, pasal 37.
BAB XIII, Bab XIV.
Inti Perubahan: DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden,
pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral,
pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial,
perubahan UUD. Tujuan dari dilakukannya amandemen UUD 1945 yang
terjadi hingga 4 kali ini adalah menyempurnakan aturan-aturan mendasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan,
eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai

8
dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Sejarah amandemen
UUD 1945 yang dilakukan berdasarkan kesepakatan diantaranya tidak
mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan juga mempertegas sistem
pemerintahan presidensil.

E. Pokok-pokok pemikiran, pembukaan UUD 1945 dan Penjabarannya


pada Batang Tubuh.
1. Pokok pikiran pertama:
Negara begitu bunyinya ‘melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’ dalam
pengertian ini diterima pengertian negara persatuan, negara yang
melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya.
Jadi negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala
paham perseorangan. Negara menurut pengertian ini menghendaki
persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia, seluruhnya. Inilah suatu
dasar negara yang tidak boleh dilupakan. Rumusan ini menunjukkan
pokok pikiran ‘persatuan’ dengan pengertian yang lazim, negara,
penyelenggara negara dan setiap warganegara wajib mengutamakan
kepentingan negara di atas kepentingan golongan ataupun perseorangan.
2. Pokok pikiran kedua:
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat,
ini merupakan pokok pikiran ‘keadilan sosial’ yang didasarkan pada
kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang
sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
3. Pokok pikiran ketiga:
Yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan. Oleh karena itu sistem negara yang termasuk dalam Undang-
Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan rakyat dan berdasar asas

9
permusyawaratan perwakilan. Aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat
Indonesia, pokok pikiran ‘kedaulatan rakyat’ yang menyatakan kedaulatan
di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Namun hasil amandemen UUD 1945 yang tercantum dalam Pasal
6A ‘Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat’. Hal ini membuktikan bahwa ada perubahan
kedaulatan rakyat yang tadinya dilakukan sepenuhnya oleh MPR, khusus
untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dilakukan sendiri oleh seluruh
rakyat Indonesia.
4. Pokok pikiran keempat:
Yang terkandung dalam “Pembukaan “ negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi
mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara yang lain untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Hal ini menegaskan
pokok pikiran “Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Dasar Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab”, ini membuktikan bahwa pokok pikiran ini
merupakan dasar falsafat negara Pancasila.

F. Beberapa Tahapan Terjadinya Undang-Undang Dasar


pembentukan peraturan perundang-undangan melalui tahapan yang
panjang. Untuk membentuk peraturan perundang-undangan pertama-tama harus
dengan melakukan perencanaan, atas dasar hukum yang lebih tinggi serta aspirasi
dan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Perencanaan penyusunan peraturan
perundang-undangan dilakukan dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas).
Rancangan peraturan perundang-undangan yang diusulkan eksekutif dan
legislatif di bahas bersama-sama di dalam Rapat Komisi, Rapat Badan Legislasi,
Rapat Badan Anggaran, Rapat Panitia Khusus, dan Paripurna.. Setelah rancangan
undang-undang disetujui oleh legislatif, rancangan undang-undang tersebut
diberikan kepada legislatif untuk disahkan menjadi undang-undang.

10
Secara Garis Besar berikut tahapan yang harus dipenuhi dalam pembentukan
undang-undang:

1. Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan


Perencanaan untuk penyusunan undang-undang dilakukan dalam Program
Legislasi Nasional yang merupakan skala prioritas untuk pembentukan UU
dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional. Selanjutnya undang-
undang dapat diajukan berasal dari eksekutif ataupun legislatif.
2. Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Undang-Undang.
Pembahsan tentang RUU ini dilakukan oleh eksekutif dengan legislatif.
Rancangan undang-undang yang telah disepakati bersama oleh legislatif dan
eksekutif diajukan oleh legislatif kepada eksekutif untuk disahkan menjadi
undang-undang.
3. Pengundangan
Peraturan perundang-undangan harus disahkan secara resmi dengan
menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia.
4. Penyebarluasan.
Penyebarluasan dilakukan oleh DPR Pemerintah sejak penyusunan
Prolegnas, Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan,
Pembahasan Peraturan Perundang-Undangan, hingga Pengundangan Undang-
Undang. Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau
memperoleh masukan masyarakat serta pemangku kepentingan.

Berdasarkan tahapan tersebut, secara lebih detail proses pembentukan undang-


undang sebagai berikut:

1. Perencanaan penyusunan UU dilakukan dalam Program Legislasi Nasional


(Prolegnas) yang disusun oleh DPR, Dewan Perwakilan Daerah (“DPD”),
dan pemerintah untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala

11
prioritas pembentukan RUU. Lihat Pasal 16 UU 12/2011 jo. Pasal 20 ayat
(1) dan (2) UU 15/2019
2. RUU dapat berasal dari DPR, presiden, atau DPD. Lihat Pasal 163 ayat (1)
UU MD3
3. Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan naskah akademik,
kecuali untuk RUU anggaran pendapatan dan belanja negara, RUU
penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (“Perpu”)
menjadi UU, serta RUU pencabutan UU atau pencabutan Perpu. Llihat
Pasal 43 ayat (3) dan (4) UU 12/2011
4. RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau
Badan Legislasi. Lihat Pasal 164 ayat (1)
5. RUU yang diajukan oleh presiden diajukan dengan surat presiden kepada
pimpinan DPR dan usulannya berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Lihat
Pasal 165 UU MD3
6. Materi muatan RUU yang diajukan oleh DPD serupa dengan yang dapat
diajukan oleh presiden yang telah diterangkan di atas. RUU tersebut beserta
naskah akademiknya diajukan secara tertulis oleh pimpinan DPD kepada
pimpinan DPR. Lihat Pasal 166 ayat (1) dan (2) UU MD3
7. Selanjutnya RUU ditindaklanjuti dengan dua tingkat pembicaraan. Lihat
Pasal 168 UU MD3
8. Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat komisi, rapat gabungan
komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia
khusus. Lihat Pasal 169 huruf a UU MD3
9. Kegiatan dalam pembicaraan tingkat I meliputi pengantar musyawarah,
pembahasan daftar inventarisasi masalah, dan penyampaian pendapat mini.
Lihat Pasal 170 ayat (1) UU MD3
10. Pembicaraan tingkat II dilakukan dalam rapat paripurna DPR yang berisi:
Lihat Pasal 171 ayat (1) UU MD3

12
1. penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat
mini DPD, dan hasil pembicaraan tingkat I;
2. pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota
DPR secara lisan yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
3. pendapat akhir presiden yang disampaikan oleh menteri yang ditugaskan.
11. Bila tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah mufakat, keputusan
diambil dengan suara terbanyak. Lihat Pasal 171 ayat (2) UU MD3
12. RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan presiden
diserahkan kepada presiden untuk disahkan menjadi UU dengan
dibubuhkan tanda tangan, ditambahkan kalimat pengesahan, serta
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Lihat Pasal 72
ayat (1) dan Pasal 73 ayat (1), (3), dan (4) UU 12/2011
13. Apabila pembahasan RUU telah memasuki pembahasan daftar inventarisasi
masalah pada periode masa keanggotaan DPR saat itu, hasil pembahasan
RUU tersebut disampaikan kepada DPR periode berikutnya dan
berdasarkan kesepakatan DPR, presiden, dan/atau DPD, RUU tersebut
dapat dimasukkan kembali ke dalam daftar Prolegnas jangka menengah
dan/atau Prolegnas prioritas tahunan. Lihat Pasal 71A UU 15/2019

G. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


saat ini adalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. UUD 1945 berbentuk
dokumen tertulis yang memuat hukum dasar dan pedoman pembentukan
peraturan. Terdapat beberapa jenis konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia.
Berikut jenis konstitusi di Indonesia:
1. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
UUD 1945 merupakan konstitusi pertama yang ada di Indonesia. UUD
1945 adalah konstitusi tertulis yang memuat dasar negara Indonesia yang
dituangkan secara formal. UUD 1945 berlaku mulai 18 Agustus 1945 - 27
Desember 1949. Naskah konstitusi adalah hukum dasar hasil karya Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Reoublik Indonesia atau
BPUPKI yang diubah menjadi naskah asli UUD 1945 seperti yang berlaku

13
saat ini. Hingga saat ini, UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan
atau amandemen.
1) Amandemen pertama: 14 - 21 Oktober 1999
2) Amandemen kedua: 7 - 18 Agustus 2000
3) Amandemen ketiga: 1 - 9 November 2001
4) Amandemen keempat: 1 - 11 Agustus 2002

UUD 1945 hasil amandemen menggantikan Undang-Undang Dasar


Sementara atau UUDS 1950 dan menjadi konstitusi yang berlaku hingga saat
ini.
2. Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949
Konstitusi yang berlaku di Indonesia setelah berakhirnya UUD 1945
adalah konstitusi RIS 1949. Konstitusi RIS berlaku pada 27 Desember 1949 -
17 Agustus 1950. Dalam kosntitusi RIS, disediakan lembaga khusus yang
diberi kewenangan khusus membentuk konstitusi tetap. Lembaga tersebut
adalah konstituante. Perubahan paling fundamental dalam konstitusi RIS
adalah bentuk negara. Bentuk negara kesatuan diubah menjadi negara federal
dengan sistem pemerintahan parlementer.
3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950
UUDS 1950 merupakan konstitusi tertulis yang berlaku pasca konstitusi
RIS 1949. UUDS 1950 berlaku pada 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959. UUDS
1950 membawa kembali bentuk negara Indonesia, dari negara federal
menjadi negara kesatuan. Sesuai dengan sifatnya yang sementara, UUDS
1950 memuat ketentuan hukum yang mengatur lembaga pembentuk undang-
undang dasar tetap yang disebut "Konstituente". Melalui Dekrit Presiden 5
Juli 1959, konstituante bersama pemerintah menyatakan UUD 1945 kembali
berlaku menggantikan UUDS 1950.

H. Pancasila Sumber Tertib Hukum Repoblik Indonesia


Pancasila sebagai sumber tertib hukum repoblik indonesia yang mangandung
arti bahwa Pancasila berkedudukan sebagai:

14
1. Ideologi hukum Indonesia,
2. Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum
Indonesia,
3. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan
hukum di Indonesia,
4. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa
Indonesia, juga dalam hukumnya.

I. Pokok Kaidah Fundamental dalam Pembukaan


berikut ini pokok pikiran pembukaan UUD 1945 alinea 1-4 yang
merupakan kaidah fundamental dari Negara Republik Indonesia (NKRI).
1. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea 1
Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 menunjukkan keteguhan dan
tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan dan menentang
penjajahan. Pernyataan ini tidak hanya tekad bangsa untuk merdeka, tetapi
juga berdiri di barisan paling depan untuk menghapus penjajahan di muka
bumi. Secara umum, alinea ini memuat 2 dalil yakni: objektif dan subjektif.
Secara objektif, didalilkan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusian dan perikeadilan, serta
kemerdekaan merupakan hak asasi semua bangsa di dunia. Dalil itu menjadi
alasan bangsa Indonesia untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan
kemerdekaan, serta membantu perjuangan bangsa lain yang masih terjajah
untuk memperoleh kemerdekaan. Adapun kandungan dalam dalil subjektif
yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Bangsa Indonesia telah berjuang selama ratusan tahun memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Perjuangan ini didorong oleh penderitaan rakyat
Indonesia selama penjajahan dan kesadaran akan hak sebagai bangsa untuk
merdeka.
2. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea 2
Alinea kedua Pembukaan UUD 1945 menunjukkan penghargaan atas
perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Ini juga berarti

15
kesadaran bahwa kemerdekaan dan keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan
dari keadaan sebelumnya. Kemerdekaan yang diraih merupakan perjuangan
para pendahulu bangsa Indonesia. Mereka telah berjuang dengan
mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsa dan negara. Selain itu,
ada pula kesadaran bahwa kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan
bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang diraih harus mampu mengantarkan
rakyat Indonesia menuju cita-cita nasional, yaitu negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Negara yang ”merdeka” berarti negara
yang terbebas dari penjajahan bangsa lain. Dan ”Bersatu”, artinya
menghendaki bangsa Indonesia bersatu dalam negara kesatuan bukan bentuk
negara lain.
3. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea 3
Alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 memuat makna bahwa
kemerdekaan didorong oleh motivasi spiritual, yaitu kemerdekaan yang
dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa. Dengan demikian, hal tersebut merupakan perwujudan sikap dan
keyakinan bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Alinea ketiga
juga secara tegas menyatakan kembali kemerdekaan Indonesia yang telah
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Melalui alinea ketiga ini, bangsa
Indonesia menyadari bahwa tanpa rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, bangsa
Indonesia tidak akan merdeka. Kemerdekaaan yang dicapai tidak semata-
mata hasil jerih payah perjuangan bangsa Indonesia, tetapi juga atas kuasa
Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, alinea ketiga Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 juga memuat motivasi riil dan material, yaitu
keinginan luhur bangsa supaya berkehidupan yang bebas. Kemerdekaan
merupakan keinginan dan tekad seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi
bangsa yang bebas serta merdeka. Maksudnya: bebas dari segala bentuk
penjajahan, bebas dari penindasan, dan bebas menentukan nasib sendiri.
4. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea 4
Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memuat tujuan pembentukan
Negara Republik Indonesia yang merdeka 17 Agustus 1945. Pembentukan

16
Negara Republik Indonesia memiliki tujuan yang hendak diwujudkan, sesuai
isi alinea 4, yaitu: "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial." Selain mencantumkan
tujuan bangsa Indonesia setelah merdeka, dalam alinea keempat juga terdapat
ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar; bentuk negara—yaitu bentuk
republik yang berkedaulatan rakyat; dan dasar negara—yakni Pancasila.
Terkait dasar negara, secara jelas pada alinea keempat tertulis rumusan
Pancasila. Dengan demikian, secara yuridis-konstitusional dasar negara ini
adalah sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara, lembaga
masyarakat, dan setiap warga negara di Republik Indonesia.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa sesungguhnya materi muatan yang terkandung pada
Konstitusi Indonesia (UUD 1945) mencakup hal-hal mengenai politik,
ekonomi, hukum dan HAM. Diaturnya hampir semua elemen kehidupan
manusia ini memberikan konsekuensi terhadap pelaksanaan ketatanegaraan
yang harus berdasarkan kepada kepentingan rakyat banyak atau tujuan negara
itu sendiri. Mengenai ketentuan ekonomi pada konstitusi Indonesia sudah
mengalami perbaikan yang sangat berarti, jika dibandingkan dengan UUD
1945 sebelum diamandemen. Harus juga dipahami prinsip perekonomian
seperti halnya, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, keseimbangan, kemajuan, kesatuan ekonomi
nasional . Seluruhnya harus dijadikan pedoman pelaksanaan perekonomian di
Indonesia.
Terhadap ketentuan sosial yang terkadung tidak cukup
mensejahterakan rakyat, tetapi perlu juga diperhatikan demi kepentingan
bersama untuk mencerdaskan bangsa. Beberapa alasan diamandemennya
UUD 1945 menjadi koreksi bagi pemerintah atau para pelaksana perubahan
UUD 1945 untuk secara langsung melibatkan kepentingan rakyat dan aspirasi
rakyat.

Pokok Kaidah Fundamental dalam Pembukaan


1. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea 1
2. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea 2
3. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea 3
4. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea 4

18
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

19
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga. 2005.

Kaelan. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma. 2008.

Sobirin Malian dan Marzuki Suparman. Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak


Asasi Manusia. Yogyakarta:UII Press, 2003.

Taufiqurrahman Syahuri, Hukum Konstitusi, Proses dan Prosedur Perubahan


UUD di Indonesia 145 – 2002 Serta Perbandingannya dengan Negara
Lain di Dunia. Bogor: Ghalia Indonesia. 2004.

20

Anda mungkin juga menyukai