Anda di halaman 1dari 18

ASAS HUKUM ADAT

(Studi Kasus Serangan Bom Bunuh Diri Di Surabaya)

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Pengantar
hukum indonesia

Dosen Pengampuh : Avelia Rahmah Y. Mantili, SH., M.Si

Oleh

Nama : Rizka D. Sako

Nim : 1011423346

UNIVERSITAS UNIVERSITAS GORONTALO

FAKULTAS HUKUM

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
penyertaan-Nya lah makalah dengan judul “ Pengantar hukum Indonesia ” ini
dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini saya mengaku banyak sekali kesuliatan.


Namun berkat usaha yang semaksimal mungkin saya lakukan, serta bantuan dari
berbagai pihak, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar hukum
indonesia karena telah membimbing saya didalam perkuliahan.

Saya mengakui dalam penyusunan makalah ini jauh dari pada sempurna.
Untuk itu diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan
makalah ini.

Gorontalo, Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Pengertian Asas Hukum...................................................................... 3
2.2 Asas-asas hukum adat.......................................................................... 4
2.3 Studi kasus Serangan Bom Bunuh Diri Di Surabaya .......................... 8
BAB III PENUTUP......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 14
3.2 Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia dikagetkan dengan munculnya serangan teroris dengan modus baru
yaitu bom bunuh diri yang melibatkan keluarga (perempuan dan anak-anak).
Aksi ini tidak terdeteksi sebelumnya sehingga aparat keamanan tidak dapat
memprediksi terjadinya serangan tersebut. Aksi bom bunuh diri tersebut
dilakukan pada hari minggu, saat jamaah umat Nasrani sedang melakukan proses
kebaktian di gereja. Serangan tersebut ditengarai dilakukan secara terencana
dengan sasaran ditujukan kepada umat Nasrani.
Aksi tersebut sangat berbahaya karena berpotensi dapat memecah belah
persatuan dan kesatuan serta kebhinekaan rakyat Indonesia. Kondisi ini sangat
rawan dan harus segera diredam. Aksi ini dapat memicu timbulnya kecurigaan
antar umat beragama.
Di zaman yang serba canggih ini terkadang kita lupa akan latar belakang
lahirnya hukum yang kita kenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia
dan negara-negara asia lainnya seperti jepang sebagai negara yang hampir sama
dalam latar ideologi yaitu adanya sumber dimana peraturan-peraturan hukum
yang tidak tertulis tumbuh dan berkembangserta dipertahankan dengan adat
istiadat yang dianut oleh masyarakat tersebut dan dijadikan sebagai acuan
(pedoman).
Latar belakang dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memahami
istilah dan penerapan hukum adat dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam
masyarakat khususnya masyarakat hukum adat, serta sebagai implementasi
sosial dan kekerabatan dalam lingkungan masyarakat. Khususnya masyarakat
indonesia yang masih sangat kuat dan eksistensinya tertanam hingga saat in
menjadi pedoman yang tak bisa dipisahkan dengan hukum yang berlaku
sekarang ini. Maka dari itu mari simak beberapa istilah dari “Asas-asas Hukum
Adat”.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Apa pengertian Asas Hukum?
2. Bagaimana asas-asas hukum adat
3. Kasus Serangan Bom Bunuh Diri Di Surabaya?

1.3. Tujuan Masalah


Adapun rumusan masalah makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui pengertian Asas Hukum
2. Mengetahui asas-asas hukum adat
3. Mengetahui Kasus Serangan Bom Bunuh Diri Di Surabaya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asas Hukum.


Asas adalah dasar, basis, pondasi, landasan. Sedangkan hukum adalah
seperangkat aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang isinya berupa
larangan, perintah, maupun dispensasi yang sifatnya memaksa, mengikat dan
ada sanksi ketika terjadi pelanggaran. Jika dihubungkan dengan hukum, yang
dimaksud dengan asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan
berfikir dan alasan pendapat terutama dalam penegakan dan pelaksanaan
hukum. untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan diperlukan
asas hukum, karena asas hukum ini memberikan pengarahan terhadap perilaku
manusia di dalam masyarakat.
Jadi yang dimaksud dengan asas hukum adalah pokok pikiran yang
bersifat umum yang menjadi latar belakang dari peraturan hukum yang konkret
(hukum positif).Sebagaimana dikatakan oleh Van Apeldoorn bahwa asas
hukum adalah asas yang melandasi peraturan hukum positif yang khusus atau
yang melandasi pranata-pranata hukum tertentu, atau melandasi suatu bidang
hukum tertentu
J. J. H. Bruggink, menyatakan bahwa asas hukum adalah kaidah yang
berpengaruh terhadap kaidah perilaku, karena asas hukum memainkan peranan
pada interprestasi terhadap aturan hukum dan dengan itu menentukan wilayah
penerapan kaidah hukum. Sedangkan menurut E. Utrecht, asas hukum adalah
dasar dari pada peraturan-peraturan hukum, yang mengkualifikasikan beberapa
peraturan hukum, sehingga peraturan-peraturan hukum itu bersama-sama
merupakan satu lembaga hukum.
Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa asas hukum adalah jiwanya peraturan
di dalam hukum (Equality before the law), setiap orang harus diperlakukan
sama, hal ini disebabkan :
1. Asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu
peraturan hukum.

3
2. Asas hukum sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum.

2.2. Asas-asas Pokok Hukum Adat


Asas-asas Pokok dalam Hukum Adat diantaranya :
1. Asas Religio Magis (Magisch-Religieus)
Asas Religio Magis (Magisch-Religieus) adalah pembulatan atau
perpaduan kata yang mengandung unsur beberapa sifat atau cara berpikir
seperti prelogika, animisme, pantangan, ilmu gaib dan lain-lain.
Kuntjaranigrat menerangkan bahwa alam pikiran religiomagis itu
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:1
Kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus, rokh-rokh dan
hantu-hantu yang menempati seluruh alam semesta dan khusus gejala-
gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda-benda.
Kepercayaan kepada kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam semesta
dan khusus terdapat dalam peristiwa-peristiwa luar biasa, tumbuh-
tumbuhan yang luas biasa, binatang-binatang yang luar biasa, benda-benda
yang luar biasa dan suara yang luar biasa.
Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan
sebagai “magische kracht” dalam berbagai perbuatan ilmu gaib untuk
mencapai kemauan manusia atau menolak bahaya gaib. Anggapan bahwa
kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan krisis,
menyebabkan timbulnya berbagai macam bahaya gaib yang hanya dapat
dihindari atau dihindarkan dengan berbagai macam pantangan.
Bushar Muhammmad tentang pengertian religio-magis
mengemukakan kata “participerend cosmisch” yang mengandung
pengertian komplek. Orang Indonesia pada dasarnya berpikir, merasa dan
bertindak didorong oleh kepercayaan (religi) kepada tenaga-tenaga gaib
(magis) yang mengisi, menghuni seluruh alam semesta (dunia kosmos) dan
yang terdapat pada orang, binatang, tumbuh-tubuhan besar dan kecil,

4
benda-benda; dan semua tenaga itu membawa seluruh alam semesta dalam
suatu keadaan keseimbangan. Tiap tenaga gaib itu merupakan bagian dari
kosmos, dari keseluruhan hidup jasmaniah dan rokhaniah, “participatie”,
dan keseimbangan itulah yang senantiasa harus ada dan terjaga, dan apabila
terganggu harus dipulihkan. Memulihkan keadaan keseimbangan itu
berujud dalam beberapa upacara, pantangan atau ritus (rites de passage).
2. Asas Komun (Commun)
Asas Komun berarti mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan diri sendiri. Asas korum merupakan segi atau corak yang khas
dari suatu masyarakat yang masih hidup sangat terpencil atau dalam
hidupnya sehari-hari masih sangat tergantung kepada tanah atau alam pada
umumnya. Dalam masyarakat semacam itu selalu terdapat sifat yang lebih
mementingkan keseluruhan; lebih diutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan individual. Dalam masyarakat semacam itu individualitas
terdesak ke belakang. Masyarakat, desa, dusun yang senantiasa memegang
peranan yang menentukan, yang pertimbangan dan putusannya tidak boleh
dan tidak dapat disia-siakan. Keputusan Desa adalah berat, berlaku terus
dan dalam keadaan apapun juga harus dipatuhi dengan hormat, dengan
khidmat
Biasanya dalam masyarakat Indonesia transaksi itu bersifat contant
(tunai) yaitu prestasi dan contra prestasi dilakukan sekaligus bersama-sama
pada waktu itu juga.
3. Asas Contant (Tunai)
Asas contant atau tunai mengandung pengertian bahwa dengan
suatu perbuatan nyata, suatu perbuatan simbolis atau suatu pengucapan,
tindakan hukum yang dimaksud telah selesai seketika itu juga, dengan
serentak bersamaan waktunya tatkala berbuat atau mengucapkan yang
diharuskan oleh Adat. Dengan demikian dalam Hukum Adat segala sesuatu
yang terjadi sebelum dan sesudah timbang terima secara contan itu adalah
di luar akibat-akibat hukum dan memang tidak tersangkut patu atau tidak
bersebab akibat menurut hukum. Perbuatan hukum yang dimaksud yang

5
telah selesai seketika itu juga adalah suatu perbuatan hukum yang dalam
arti yuridis berdiri sendiri. Dalam arti urutan kenyataan-kenyataan,
tindakan-tindakan sebelum dan sesudah perbuatan yang bersifat contan itu
mempunyai arti logis satu sama lain. Contoh yang tepat dalam Hukum Adat
tentang suatu perbuatan yang contant adalah: jual-beli lepas, perkawinan
jujur, melepaskan hak atas tanah, adopsi dan lain-lain.
4. Asas Konkrit (Visual)
Pada umumnya dalam masyarakat Indonesia kalau melakukan
perbuatan hukum itu selalu konkrit (nyata); misalnya dalam perjanjian jual-
beli, si pembeli menyerahkan uang/uang panjer. Di dalam alam berpikir
yang tertentu senantiasa dicoba dan diusahakan supaya hal-hal yang
dimaksudkan, diinginkan, dikehendaki atau akan dikerjakan
ditransformasikan atau diberi ujud suatu benda, diberi tanda yang kelihatan,
baik langsung maupun hanya menyerupai obyek yang dikehendaki (simbol,
benda yang magis).
Di samping itu, asas-asas hukum yang diperlukan bagi
pembentukan peraturan perundang-undangan dapat dibedakan ke dalam :
a. Asas hukum yang menentukan politik.
b. Asas hukum yang menyangkut proses pembentukan peraturan
perundang-undangan (proses legislasi).
c. Asas hukum yang menyangkut aspek-aspek formal/struktural
/organisatoris dari tata hukum nasional.
d. Asas hukum yang menentukan ciri dan jiwa tata hukum nasional.
e. Asas hukum yang menyangkut subtansi peraturan perundang-undangan.
Itulah inti dari asas-asas yang akan mendasari terbentuknya suatu hukum,
5 asas pokok itulah yang menjadi sari pati pembentukan hukum atau istilah
lainnya yakni asas universal.Oleh karena asas hukum yang bukan universal
dipengaruhi oleh tempat dan waktu, maka asas hukum pada suatu negara itu
berbeda.
Secara rinci asas hukum Nasional di Indonesia antara lain :

6
a. Asas manfaat : segala usaha dan kegiatan pembangunan harus dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi masyarakat, bagi peningkatan
kesejateraan masyarakat dan bagi pengembangan pribadi warga negara.
b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan : bahwa usaha mencapai cita-cita
dan aspirasi-aspirassi bangsa harus merupakan usaha bersama dari bangsa
dan seluruh rakyat yang dilakukan secara gotong-royong dan dijiwai oleh
semangat kekeluargaan.
c. Asas demokrasi : demokrasi berdasarkan pancasila yang meliputi bidang-
bidang politik, sosial dan ekonomi serta yang dalam penyelesaian masalah-
masalah nasional berusaha sejauh mungkin menempu jalan
permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
d. Asas adil dan merata : bahwa hasil-hasil materil dan spiritual yang dicapai
dalam pembangunan harus dapat dinikmati merata oleh seluruh bangsa dan
bahwa tiap-tiap warga negara berhak menikmati hasil-hasil pembangunan
yang layak diperlukan bagi kemanusiaan dan sesuai dengan nilai darma
baktinya yang diberikannya kepada bangsa dan negara.
e. Asas perikehidupan dalam keseimbangan : keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan, yaitu antara kepentingan duniawi dan akhirat,
antara kepentingan materiil dan spiritual, antara kepentingan jiwa dan raga,
antara kepentingan individu dan masyarakat, antara kepentingan nasional
dan internasional.
f. Asas kesadaran hukum : setiap warga negara Indonesia selalu sadar dan
taat pada hukum, dan mewajibkan negara menegakkan dan menjamin
kepastian hukum.
g. Asas kepercayaan pada diri sendiri : yaitu perwujudan kepulauan nusantara
sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan sosial budaya, satu kesatuan
ekonomi, dan satu kesatuan pertahanan dan keamanan. Dalam pengertian
kesatuan politik tercakup pengertian bahwa seluruh kepulauan nusantara
merupakan satu kesatuan hukum, hanya ada satu hukum nasional yang
mengabdi pada kepentingan nasional.

7
Demikianlah asas-asas hukum nasional yang dirumuskan simposium dan
yang telah disebutkan sebagai asas-asas hukum yang ditemukan dalam
pancasila dan UUD 1945.
Satjipto Rahardjo menyatakan, asas hukum merupakan jantungnya
peraturan hukum, karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya
peraturan hukum. Asas hukum juga merupakan alasan bagi lahirnya peraturan
hukum. Asas hukum ini tidak akan habis kekuasaannya karena telah
melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan akan tetap saja ada dan akan
melahirkan peraturan hukum selanjutnya.
Asas hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etik.
Karenanya asas hukum merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum
positif dengan cita-cita sosial dan pandangan etik masyarakat. Melalui asas
hukum ini peraturan-peraturan hukum berubah sifatnya menjadi bagian-bagian
dari suatu tatanan etik. Karena adanya ikatan internal antara asas-asas hukum,
maka hukum merupakan suatu sistem, yaitu sistem hukum.
Asas-asas hukum sesungguhnya tidak hanya yang kami sebutkan di atas
tetapi ada lebih banyak lagi, di bawah ini kami akan menyebutkan asas-asas
hukum yang ada dalam berbagai bidang kehidupan.
Berikut ini terdapat beberapa asas hukum yang menjadi rujukan dalam
proses pembentukan hukum yang kami kutip dalam buku pengantar ilmu
hukum, antara lain :
1. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali ( tiada suatu
perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam
undang-undang yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu ).
2. Opinio necessitatis (keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu
sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan ).
3. Pacta sunt servanda (setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus
ditaati dengan itikad baik ).

2.3. Kasus Serangan Bom Bunuh Diri Di Surabaya


Aksi serangan bom bunuh diri di Surabaya diawali oleh terjadinya

8
insiden kerusuhan dan penyanderaan oleh sejumlah narapidana teroris di mako
Brimob. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 8 s.d. 10 Mei 2018. Diawali
dengan salah paham masalah makanan titipan milik salah seorang napiter
dengan petugas jaga hingga berakhir terjadinya kerusuhan yang berujung pada
penyanderaan. Dalam kerusuhan tersebut yang menjadi korban sebagai berikut :
1. Brigpol Luar Biasa Anumerta Fandy Setio Nugroho.
2. Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadhli Idensos.
3. Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas.
4. Iptu Luar Biasa Anumerta Yudi Rospuji Siswanto.
5. Aipda Laur Biasa Anumerta Denny Setiadi.
6. Beni Samsutrisno (Napiter).
Setelah berlangsung selama 40 jam krisis penyanderaan tersebut berakhir
dengan menyerahnya 155 orang tahanan Napiter yang melakukan penyenderaan.
Sebanyak 30 s.d. 40 orang napi teroris yang menjadi dalang kerusuhan diketahui
telah menjadi bagian dari kelompok JAD (Jamaah Anshorut Tauhid) yang
berafiliasi dengan kelompok ISIS dibawah pimpinan Aman Abdurrahman.
Setelah insiden berakhir, sebanyak 145 dari 155 tahanan napi teroris yang
menghuni rutan mako Brimob dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Nusakambangan Cilacap Jawa Tengah (CNN, 2018).
Terjadinya aksi penyanderaan di mako Brimob oleh tahanan dan
narapidana teroris membuka perspektif baru yaitu bagaimana perlakuan yang
ideal terhadap mereka. Kejadian ini mendorong kesadaran akan perlunya
perlakuan dan penanganan khusus terhadap tahanan dan narapidana teroris
mengingat tingginya resiko (High Risk) yang dihadapi oleh para petugas dalam
menjaga dan membina mereka selama berada di dalam lapas. Mengingat
tingginya potensi para tahanan dan narapidana teroris untuk pengaruh dan
kemampuan yang dimilikinya maka terbukti dalam peristiwa di mako Brimob,
para tahanan dan narapidana teroris memiliki berbagai kemampuan untuk
mengambil alih rutan. Adapun syarat-syarat tahanan dan narapidana teroris
resiko tinggi (High Risk) adalah sebagai berikut :

9
 Dapat melakukan perlawanan terhadap aparat keamanan dengan cara
melukai bahkan membunuh orang yang melakukan penjagaan.
 Mampu untuk memobilisasi tahanan dan narapidana teroris
lainnya dalam mengambil alih rutan mako Brimob.
 Menguasai dan memiliki kemampuan dalam mengorganisasi,
mengarahkan serta menggerakkan jaringan teroris yang ada di luar
lapas mako Brimob.
 Memiliki kemampuan dalam menyebarkan paham dan pengaruh
radikalisme pada narapidana lain yang berada pada rutan yang sama.

Al-Chaidar, seorang pengamat terorisme memberikan penjelasan


panjang lebar soal aksi serangan teror bom bunuh diri di Surabaya.
Dinyatakan bahwa pelaku pemboman merupakan anggota dari kelompok
JAD (Jamaah Anshorut Daulah) tetapi perintah untuk melakukan aksi
tersebut bukan berasal dari pimpinan ISIS di Indonesia (Aman
Abdurrahman) tetapi oleh angotanya yang saat terjadi insiden itu masih
berada di dalam rutan mako Brimob Kelapa Dua Depok Jawa Barat.
Pelakunya bernama Iskandar dan Muslikh. Perintah untuk melaksanakan
pemboman dilakukan melalui whatsapp (Indopost, 2018).

a. Uraian Kasus Kejadian


Minggu, tanggal 13 Mei 2018 pukul 06.00 s.d. 08.00 WIB telah terjadi
serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya (Merdeka, 2018):
1. Gereja Santa Maria Tak Bercela di jalan Ngagel Madya nomor 1
Baratajaya Kecamatan Gubeng Kota Surabaya Jawa Timur.
2. Gereja Kristen Indonesia di jalan Raya Diponegoro nomor 145
Tegalsari Kota Surabaya Jawa Timur.
3. Gereja Pantekosta di jalan Arjuna Kota Surabaya Jawa Timur
Dalam aksi tersebut dijelaskan sedikitnya 11 orang tewas dan 41 orang luka-luka
(Kontan, 2018). Pelaku bom bunuh diri itu berasal dari satu keluarga yaitu :
1. Dita Oepriarto (Bapak / 47 tahun)

10
2. Puji Kuswati (Ibu / 43 tahun)
3. Yusuf Fadhil (Anak / 18 tahun)
4. Firman Halim (Anak / 16 tahun)
5. Fadhila Sari (Anak / 12 tahun)
6. Famela Rizqita (Anak / 9 tahun)
Hanya berselang sehari setelah serangan aksi bom bunuh diri di tiga
gereja Surabaya, kembali publik dikejutkan dengan terjadinya aksi bom
bunuh diri susulan dengan sasaran Polrestabes Surabaya (Berita Jatim,
2018). Dalam aksi ini pelaku yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Tri Murtiono (Bapak / 50 tahun)

b. Tri Ernawati (Ibu / 43 tahun)


c. Muhammad Daffa Murdana (Anak / 19 tahun)
d. Muhammad Darih Satria Murdana (Anak / 15 tahun)
e. Aisyah Assahara Putri (Anak / 8 tahun / selamat)

b. Permasalahan
Kasus serangan bom bunuh diri di Surabaya telah banyak menarik
perhatian dunia. Tidak saja menjadi pembicaraan dalam negeri tetapi
peristiwa tersebut telah membuat publik luar negeri mencari tahu
bagaimana aksi tersebut dapat terjadi. Kejadian itu merupakan peristiwa
serangan bom bunuh diri yang pertama di dunia dimana pelakunya
mengajak keluarganya untuk ikut serta dalam menjalankan amaliah. Hal
ini sangat menarik untuk dibahas, mengingat kemungkinan banyak
pertanyaan yang diajukan terkait hal tersebut. peristiwa di mako Brimob,
para tahanan dan narapidana teroris memiliki berbagai kemampuan untuk
mengambil alih rutan. Adapun syarat-syarat tahanan dan narapidana teroris
resiko tinggi (High Risk) adalah sebagai berikut :
 Dapat melakukan perlawanan terhadap aparat keamanan dengan
cara melukai bahkan membunuh orang yang melakukan
penjagaan.

11
 Mampu untuk memobilisasi tahanan dan narapidana teroris
lainnya dalam mengambil alih rutan mako Brimob.
 Menguasai dan memiliki kemampuan dalam mengorganisasi,
mengarahkan serta menggerakkan jaringan teroris yang ada di
luar lapas mako Brimob.
 Memiliki kemampuan dalam menyebarkan paham dan pengaruh
radikalisme pada narapidana lain yang berada pada rutan yang
sama.

Al-Chaidar, seorang pengamat terorisme memberikan penjelasan


panjang lebar soal aksi serangan teror bom bunuh diri di Surabaya.
Dinyatakan bahwa pelaku pemboman merupakan anggota dari kelompok
JAD (Jamaah Anshorut Daulah) tetapi perintah untuk melakukan aksi
tersebut bukan berasal dari pimpinan ISIS di Indonesia (Aman
Abdurrahman) tetapi oleh angotanya yang saat terjadi insiden itu masih
berada di dalam rutan mako Brimob Kelapa Dua Depok Jawa Barat.
Pelakunya bernama Iskandar dan Muslikh. Perintah untuk melaksanakan
pemboman dilakukan melalui whatsapp (Indopost, 2018).

c. Uraian Kasus Kejadian


Minggu, tanggal 13 Mei 2018 pukul 06.00 s.d. 08.00 WIB telah terjadi
serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya (Merdeka, 2018):
1. Gereja Santa Maria Tak Bercela di jalan Ngagel Madya nomor 1
Baratajaya Kecamatan Gubeng Kota Surabaya Jawa Timur.
2. Gereja Kristen Indonesia di jalan Raya Diponegoro nomor 145
Tegalsari Kota Surabaya Jawa Timur.
3. Gereja Pantekosta di jalan Arjuna Kota Surabaya Jawa Timur
Dalam aksi tersebut dijelaskan sedikitnya 11 orang tewas dan 41 orang luka-luka
(Kontan, 2018). Pelaku bom bunuh diri itu berasal dari satu keluarga yaitu :
1. Dita Oepriarto (Bapak / 47 tahun)
2. Puji Kuswati (Ibu / 43 tahun)

12
3. Yusuf Fadhil (Anak / 18 tahun)
4. Firman Halim (Anak / 16 tahun)
5. Fadhila Sari (Anak / 12 tahun)
6. Famela Rizqita (Anak / 9 tahun)
Hanya berselang sehari setelah serangan aksi bom bunuh diri di tiga
gereja Surabaya, kembali publik dikejutkan dengan terjadinya aksi bom
bunuh diri susulan dengan sasaran Polrestabes Surabaya (Berita Jatim,
2018). Dalam aksi ini pelaku yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Tri Murtiono (Bapak / 50 tahun)

b. Tri Ernawati (Ibu / 43 tahun)


c. Muhammad Daffa Murdana (Anak / 19 tahun)
d. Muhammad Darih Satria Murdana (Anak / 15 tahun)
e. Aisyah Assahara Putri (Anak / 8 tahun / selamat)

d. Permasalahan
Kasus serangan bom bunuh diri di Surabaya telah banyak menarik
perhatian dunia. Tidak saja menjadi pembicaraan dalam negeri tetapi
peristiwa tersebut telah membuat publik luar negeri mencari tahu
bagaimana aksi tersebut dapat terjadi. Kejadian itu merupakan peristiwa
serangan bom bunuh diri yang pertama di dunia dimana pelakunya
mengajak keluarganya untuk ikut serta dalam menjalankan amaliah. Hal
ini sangat menarik untuk dibahas, mengingat kemungkinan banyak
pertanyaan yang diajukan terkait hal tersebut.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum adat merupakan hukum murni yang lahir di Indonesia, walau
tidak ditulis pada sebuah kitab tersendiri, namun hukum adat tetap mendapat
tempat di masing-masing hati masyarakat Indonesia dan dipatuhi sama halnya
dengan hukum tertulis lainnya. Perlu kita sadari bahwa mempelajari,
memahami, dan mengaplikasikan hukum adat sangatlah penting, karna hukum
adat merupakan jati diri dari bangsa kita yang mampu memperkokoh persatuan
bangsa. Walau terdapat perbedaan hukum di tiap-tiap daerah, namun perbedaan
itulah yang menjadikan kita sebagai bangsa yang besar dan berbeda dengan
negara lain.

B. Saran
Demikianlah makalah ini saya persembahkan.Tentunya masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyususnan makalah ini mengingat
keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak biasa terlepas dari
skhilaf dan salah.Kritik dan saran dari pembaca yang konstruktif sangat
penulis harapkan sebagai bahan evaluasi agar selanjutnya dapat menjadi lebih
baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Keebet von Benda-Beckmann. 2006. Pluraisme Hukum. Jakarta: Ford Fondation.

Soekanto. 1981. Meninjau Hukum Adat Indonesoia. Jakarta: CV.Rajawali.

Soepomo. 1993. Hukum Adat. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Warjiyati, Sri. 2006. Memahami Hukum Adat. Surabaya: IAIN Surabaya.

Wicaksono, Hendro. 2018. “Analisis Kriminologis : Serangan Bom Bunuh Diri Di


Surabaya.” 2:88–101.

15

Anda mungkin juga menyukai