DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
M. Pasca Zakky Muhajir Ridwan, S.H.,M.Kn.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Seraya mengucapkan Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis sampaikan
keharibaan Illahi Rabbi, karena atas segala kenikmatan dan kekuatan-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul: “SUMBER HUKUM DI INDONESIA”.
Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada baginda rasulullah Muhammad SAW
yang telah memberikan warna ilahiah dalam hidup dan kehidupan manusia di dunia. Pada
penyusunan makalah ini kami banyak memperoleh masukan, bimbingan, dan bantuan
dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi semua.
Surabaya, 25 Agustus
2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................2
BAB I ......................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................................................4
TUJUAN MASALAH......................................................................................................................................................4
BAB II .....................................................................................................6
1. PERUNDANG-UNDANGAN..........................................................................................................................6
1.1 Istilah perundang-undangan.............................................................................................................6
1.2 Asas-asas Perundangan-undangan:..................................................................................................6
2. HUKUM ADAT................................................................................................................................................6
3. YURISPRUDENSI............................................................................................................................................8
3.1 Pengertian Yurisprudensi.................................................................................................................8
4. DOKTRIN.........................................................................................................................................................8
5. PERJANJIAN....................................................................................................................................................9
5.1 Pengertian Perjanjian.......................................................................................................................9
5.2 Asas-Asas Dalam Perjanjian..........................................................................................................10
6. PERJANJIAN INTERNASIONAL (TRAKTAT/ TREATY)..............................................................................10
6.1 Pengertian perjanjian internasional................................................................................................10
6.2 Macam-macam perjanjian internasional........................................................................................11
BAB III .................................................................................................13
KESIMPULAN............................................................................................................................................................13
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam sistem hukum suatu negara, sumber hukum memiliki peran yang sangat
penting dalam mengatur dan mengarahkan pelaksanaan hukum. Sumber hukum merujuk
pada aturan-aturan atau prosedur-prosedur yang mengatur bagaimana hukum dibuat,
diterapkan, dan dilaksanakan. Keberadaan sumber hukum memberikan landasan yang kuat
bagi kepastian hukum dan perlindungan hak-hak individu dalam suatu masyarakat.
Sumber hukum mencakup berbagai aspek yang meliputi proses pembuatan undang-
undang, peraturan pemerintah, yurisprudensi, dan sebagainya. Di setiap negara, mekanisme
dan lembaga yang mengatur sumber hukum itu berbeda, namun hakikatnya adalah sama,
yaitu memastikan bahwa hukum ditegakkan secara adil.
Dalam makalah ini, kami akan memberikan gambaran lebih dalam tentang sumber
hukum yang ada di Indonesia, termasuk peran dan pentingnya dalam menciptakan suatu
sistem hukum yang baik. Dengan memahami sumber hukum di Indonesia, harapannya dapat
memberikan pemahaman agar kita dapat menghargai betapa kompleksnya proses hukum dan
bagaimana sumber hukum ini berperan dalam menjaga keadilan dan ketertiban dalam
masyarakat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Hukum
Menurut Paton (1972: 188), para pakar hukum memaknai sumber hukum dalam
dua konteks, yakni sebagai sumber hukum tempat orang mengetahui hukum dan juga
sebagai sumber hukum bagi proses pembuatan undang-undang. Dalam arti yang pertama,
sumber hukum merujuk pada segala referensi tertulis dan sumber lain yang menjelaskan
hukum pada waktu, tempat, dan situasi tertentu. Contohnya mencakup pencarian undang-
undang, keputusan pengadilan, akta, literatur hukum, dan jurnal. Sementara dalam
konteks kedua, sumber hukum menjadi landasan bagi pembuat undang-undang dalam
merumuskan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyusunan undang-undang.
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa konsep sumber hukum dapat
bervariasi. Untuk membantu dalam pemahaman tentang makna sumber hukum, berikut
adalah beberapa definisi dari ahli-ahli terkait sumber hukum. Menurut Zevenbergen
seperti yang dikutip oleh Achmad Ali (1996:116), sumber hukum adalah asal mula
terbentuknya hukum, sumber yang memunculkan hukum itu sendiri. Sementara itu,
sumber hukum diartikan sebagai semua yang menghasilkan peraturan-peraturan yang
jika dilanggar akan mengakibatkan sanksi.1
1
Fence M. Wantu, Pengantar Ilmu Hukum, Reviva Cendekia, Malang, 2015, h. 17-18.
2
Ibid., hlm 18.
2
2.3 PERUNDANG-UNDANGAN
1. Istilah perundang-undangan
Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, yang merupakan terjemahan dari kata
Gesetzgebungswissenschaft adalah suatu cabang ilmu baru, yang mula-mula
berkembang di Eropa Barat, terutama di negara-negara yang berbahasa Jerman. Tokoh-
tokoh utama yang mencetuskan bidang ilmu ini, antara lain adalah Peter Noll (1973),
Jurgen Rodig (1975), Burkhardt Krems (1979), dan Werner Maihofer (1981). Di
Belanda antara lain S.O. van Poelje (1980) dan W.G. van der Velden (1988).
Sebagai ilmu yang tergolong relatif masih muda, hingga saat sekarang masih
belum ada kemapanan dalam penggunaan istilah apa yang dipakai untuk menyebut ilmu
ini. Dalam bahasa Indonesia pun hingga sekarang masih belum ada juga istilah baku
yang akan dijadikan acuan. Ada yang menyebutnya wetgevingsleer atau wetgeving-
skunde (van Poelje), Gesetzgebungswissenschaft (Krems dan Maihofer).
2. Asas-asas Perundangan-undangan:
1) Undang-undang tidak berlaku surut.
2) Undang-undang tidak dapat diganggu gugat (onschendbaar).
3) Undang-undang yang lebih tinggi mengesampingkan undang-undang yang lebih
rendah.
4) Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-undang yang
bersifat umum
5) Undang-undang yang baru membatalkan undang-undang yang terdahulu.3
1. Hukum tidak tertulis (ius nonscriptum), salah satu ciri utama dari hukum adat adalah
wujudnya yang tidak tertulis. Hal ini menandakan bahwa norma-norma dan aturan-
aturan yang mengatur perilaku dan interaksi dalam masyarakat tidak dicatat secara
formal dalam bentuk tulisan, melainkan lebih disampaikan melalui lisan atau cerita.
3
Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 52
3
2 Hukum tertulis (ius scriptum):Meskipun sebagian kecil, hukum adat juga terdapat dalam
bentuk tertulis, termasuk peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh penguasa zaman
dahulu seperti raja-raja atau sultan-sultan.
3. Uraian-uraian hukum secara tertulis:Selain hukum tidak tertulis dan tertulis, masyarakat
adat juga mengembangkan uraian hukum secara tertulis sebagai hasil dari kajian atas
tradisi dan norma yang ada.
2.5 YURISPRUDENSI
1. Pengertian Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan keputusan dari hakim terdahul untuk menghadapi perkara
yang tidak diatur dalam undang-undang. Terbentuknya yurisprudensi akibat dari kurang
jelasnya undang-undang yang mana menyebabkan hakim kesulitan dalam membuat
sebuah keputusan, akibatnya keputusan ini dijadikan pedoman bagi para hakim lain
untuk menyelesaikan perkara yang sama.4
2. Pertimbangan Praktis
Dalam situasi di mana kasus serupa telah diberikan putusan, terutama jika
keputusan tersebut telah ditegaskan oleh Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung,
maka langkah yang lebih praktis bagi hakim berikutnya adalah mengambil keputusan
yang serupa.
3. Kesesuaian Pandangan
Ketika hakim yang sedang menangani kasus memiliki pandangan yang sejalan
dengan keputusan hakim sebelumnya.5
Jurisprudensi adalah ketetapan hakim sebelumnya yang sering diikuti dan dijadikan
landasan bagi hakim di masa mendatang dalam kasus yang serupa. Terdapat dua jenis
jurisprudensi, yaitu jurisprudensi tetap dan tidak tetap. Jurisprudensi tetap merujuk kepada
4
I Gede A. B. Wiranata, Hukum Adat Indonesia Perkembangan dari Masa ke Masa (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2005), hlm. 19-20.
5
Theresia Ngutra, Hukum dan Sumber-sumber Hukum, Jurnal Supremasi, Volume XI Nomor 2, Oktober 2016.
4
keputusan hakim yang timbul dari serangkaian keputusan serupa dan menjadi acuan utama
bagi pengadilan untuk membuat keputusan.6
2.6 DOKTRIN
Sumber hukum formal yang dilihat dari segi bentuknya terdiri dari:
• Undang-undang
• Kebiasaan
• Traktat
• Yurisprudensi
• Doktrin
Yang kita bahas mengenai sumber hukum formal kali ini adalah mengenai doktrin,
yang menurut pengertiannya doktrin merupakan pendapat para ahli hukum ternama, yang
mempunyai pengaruh dalam pengambilan putusan pengadilan. Pertimbangan hukum dalam
6
Fence, Op.Cit,. h. 21.
7
Aleksander Peczenik, Ratio Juris. Vol. 14 No. 1, A Theory of Legal Doctrine, Ebsco Publishing, 2003, h.75.
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014. h.197.
5
suatu putusan pengadilan, seringkali hakim akan menjadikan pendapat para ahli sebagai
pertimbangan putusannya, dengan mengutip pendapat-pendapat para ahli hukum. Biasanya
hakim dalam memutuskan perkaranya didasarkan pada undang-undang, perjanjian
internasional, dan yurisprudensi. Apabila ternyata ketiga sumber tersebut tidak dapat
memberi semua jawaban, maka hukumnya dicari dari pendapat para sarjana hukum atau
ilmu hukum.
Ilmu hukum adalah sumber hukum tetapi bukan hukum seperti undang-undang
karena tidak mempunyai kekuatan mengikat. Doktrin sebagai sumber hukum formil, namun
doktrin yang belum digunakan hakim sebagai bahan pertimbangan putusan maka bukan
termasuk sumber hukum formal, jadi agar bisa menjadi sumber hukum formil doktrin harus
memenuhi syarat terlebih dahulu, yakni doktrin yang telah menjadi putusan hakim.
2.7 PERJANJIAN
1. Pengertian Perjanjian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah "persetujuan tertulis
atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat
akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.9
Di dalam kamus hukum dijelaskan bahwa "persetujuan yang dibuat oleh dua
pihak atau lebih, tertulis maupun lisan, masing-masing sepakat untuk mentaati isi
persetujuan yang telah dibuat bersama." Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, "Suatu
persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih".
Berikut syarat sahnya perjanjian terdapat pada KUH Perdata dalam pasal 1320 yang
berbunyi "untuk syarat sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:
6
4. Suatu sebab yang halal.
7
a. Treaty contract, perjanjian yang hanya mengikat pihak-pihak yang melakukan atau
mengadakan peperjanjian.
b. Law making treaty, perjanjian yang akibat-akibatnya menjadi dasar ketentuan
hukum internasional.
Dalam permbuatan perjanjian internasional, terdapat beberapa tahapan diantaranya
sebagai berikut ini:
1. Tahap perundingan (negotiation
2. Tahap penandatanganan (signature)
3. Tahap pengesahan (ratification)
4. Tahap pengumuman (declaration)
Traktat adalah jenis perjanjian internasional yang lebih formal dalam sifatnya dan
melibatkan negara-negara berdaulat. Traktat memiliki prosedur yang ketat dalam
negosiasi dan pengesahan, serta memiliki dampak hukum yang signifikan. Traktat sering
digunakan untuk mengatur hubungan antar negara dalam berbagai bidang, seperti
perdamaian, perdagangan, lingkungan, dan hak asasi manusia.
Referensi hukum utama untuk konsep traktat adalah Konvensi Wina tentang
Hukum Perjanjian 1969, yang mengatur prinsip-prinsip umum hukum perjanjian
internasional. Sementara, perjanjian adalah istilah yang lebih umum dan dapat mencakup
berbagai bentuk kesepakatan antara pihak-pihak. Perjanjian dapat bersifat formal atau
informal, tergantung pada tingkat keketatannya dalam proses negosiasi dan pengesahan
sehingga perjanjian bersifat fleksibel dalam hal prosedur dan substansi. Perjanjian dapat
melibatkan organisasi, perusahaan, atau individu.11
Jadi, perbedaan utama adalah tingkat formalitas, jumlah pihak yang terlibat, dan
tingkat hukum yang terkait dengan traktat dan perjanjian. Traktat lebih formal,
melibatkan negara-negara, dan memiliki dampak hukum yang lebih besar, sementara
perjanjian dapat lebih fleksibel dalam bentuk dan dampaknya.
11
Silmi Nurul Utami, Perjanjian Internasional: Pengertian Para Ahli, Klasifikasi, Tahapan, dan Contohnya,
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/skola/read/2021/03/23/113431869/perjanjian-internasional-
pengertian-para-ahli-klasifikasi-tahapan-dan?bshm=bshqp/2 diakses pada tanggal 25 Agustus 2023.
8
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan rangkaian pembahsan makalah diatas kami dapat menyimpulkan bahwa dalam
pembuatan makalah system hukum di indonesa meliputi perundang-undangan, hukum adat,
yurisprudensi,doktrin,perjanjian, dan perjanjian internasional. Makalah ini juga bisa memudakan
pembaca untuk belajar materi tersebut.
9
DAFTAR ISI
10