Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ALIRAN DAN PEMBAGIAN HUKUM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah


Penganta Ilmu Hukum

Disusun oleh :
Kelompok 7

1. Nuzul Rahman
2. Fito afriyal Sanjaya

Dosen Pengampu :

Agustini Andriani, S.H., M.H

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) KERINCI
2021 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dengan segala
limpahan rahmat taufik dan hidayah nya, sehingga saya dapat menyelasaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk tulisan maupun isi nya yang sangat
sederhana semoga makalah ini dapat diperguna sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui dan mempelajari
pemakaian bahasa indonesia dalam karya tulis ilmiah.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik .

Dalam hal ini saya mengakui masih banyak kekurangan karena


pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya berharap
kepada para pembaca untuk memberikan masukan –masukan yang bersifaat
manfaat untuk kesempurnaan makalah ini.

Sungai Penuh, Desember2021

Penulis

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 1

C. Tujuan Penelitian............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Aliran Hukum.................................................................................. 3

B. Aliran yang Berlaku di Indonesia.................................................... 8

C. Pembagian Hukum........................................................................... 9

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan....................................................................................... 12

B. Saran.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa pakar hukum mengungkapkan bahwa pada saat ini posisi


hukum di Indonesia mengalami kemunduran. Hukum yang diharapkan dapat
menjadi pendukung bagi perubahan masyarakat yang lebih baik, ternyata
hanyalah berupa aturan-aturan kosong yang tak mampu menjawab persoalan
dalam masyarakat. Hukum terkadang hanyalah menjadi legitimasi penguasa
dalam menancapkan ketidakadilannya pada masyarakat. Singkatnya, ada
rentang jarak yang cukup jauh antara hukum dalam cita-cita ideal konsep
hukum dalam manifestasi undang-undang dengan realitas pelaksanaan
hukum.

Unsur-unsur filosofis juga bisa mengandung subyektifitas, apalagi


berhadapan dengan suatu fenomena yang cukup kompleks, seperti hukum.
Oleh karena itulah muncul beberapa aliran atau madzhab dalam ilmu hukum
sesuai sudut pandang yang dipakai oleh orang-orang yang bergabung dalam
aliran-aliran tersebut. Dengan demikian, teori-teori dalam ilmu hukum yang
sudah dikembangkan oleh masing-masing penganutnya akan memberikan
kontribusi ke dalam pemikiran tentang cara memaknai hukum itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Aliran Hukum?
2. Bagaimana Aliran Hukum Yang Berlaku Di Indonesia?
3. Apa itu pembagian Hukum?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Aliran Hukum?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Aliran Hukum yang ada di Indonesia?
3. Untuk Mengetahui apa itu pembagian hukum

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran-Aliran Hukum
1. Aliran Paham Legisme
Dalam ilmu hukum ada berbagai macam azas, paham hukum, dan
berbagai macam pedoman yang digunakan oleh para penegak hukum di
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, agar sesuai dangan aturan
hukum dan dasar-dasar penegakan hukum yang berpedoman kepada
keadilan yang hakiki. Dan salah satu yang banyak digunakan oleh para
tokoh hukum di dunia adalah dengan mengunakan paham legisme sebagai
dasar pola penegakan hukum. Pada mulanya sejarah paham legisme di
mulai pada abad pertengahan, dimana para penganut paham legisme yang
mengaplikasikan paham legisme tersebut didalam menjalankan sistem
penegakan hukum, lebih  sering diberikan julukan atau pangilan singkat
atau nama terkenalnya dengan istilah legister oleh masyarakat umum pada
saat itu, dimana para penganut paham legisme atau legister mengacu pada
hukum romawi yang digunakan sebagai dasar pola pemikirannya.
Pengertian paham legisme yaitu adalah menjujung tinggi azas
legalitas dan atau mengedepankan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di dalam suatu wilayah tertentu sebagai sumber hukum yang
paling utama di dalam proses penegakan hukum. Tokoh aliran paham
legisme yaitu Hans Kelsen dan Nawiasky.
Kelebihan paham legisme yaitu sebagai berikut ini:
 Kepastian hukum yang akan diperoleh bagi setiap individu akan lebih
terjamin dan memperoleh kepastian hukum yang lebih baik.
 Jaminan yang akan diperoleh bagi setiap individu untuk memperoleh
hak perorangan terhadap kesewenang-wenangan yang akan dilakukan
oleh penguasa
Kelemahan aliran paham legisme yaitu sebagai berikut ini:
 Para hakim akan mempelajari, menganalisa, dengan mengunakan
deduksi logis.

2
 Banyak peraturan perundang-undangan yang relatif terbatas atau
minimnya undang-undang yang digunakan untuk menghukum.
 Pendapat para tokoh terhadap paham aliran legisme yaitu sebagai
berikut ini:
 Semua kaidah hukum yang mengikat penduduk maupun penguasa
ditetapkan didalam undang-undang
 Undang-undang itu merupakan suatu supremasi hukum 
 Pengadilan hanya bersifat pasif
 Tidak adanya sumber hukum lain kecuali yang bersumber dan
berdasarkan pada aturan perundang-undangan
 Kalaupun ada hukum kebiasaan hanya jika diakui oleh peraturan
perundang-undangan 
 Kekuatan yang bersifat mengikat undang-undang semata atas
kehendak nagara atau pemerintah.
Aliran legisme ini menganggap bahwa semua hukum terdapat dalam
undang-undang. Yang berarti hukum identik dengan undang-undang,
sehingga hakim dalam melakukan tugasnya terikat pada undang-undang,
dalam melakukan pekerjaannya harus sesuai dengan undang-undang.
Aliran ini berkeyakinan bahwa semua persoalan sosial akan dapat
diselesaikan dengan undang-undang.
2. Aliran hukum Freiredits Schule
Menurut aliran ini, undang-undang jelas tidak lengkap. Undang-
undang bukan satu-satunya sumber hukum, sedangkan hakim dan pejabat
lainnya mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk melakukan
“penemuan hukum” dengan memperluas dan membentuk peraturan
melalui putusannya. Untuk mencapai keadilan yang setinggi-tingginya,
hakim bahkan boleh menyimpang dari undang-undang demi kemanfaatan
masyarakat. Hanya saja, adanya kebebasan hakim dalam membuat
keputusan dan peraturan, memungkinkan terjadi kesewenang-wenangan
hakim dalam membuat keputusan. Itulah salah satu kelemahan yang
dialamatkan pada aliran ini.

3
Ini adalah contoh aliran Freiredits Schule: Fauzi menjadi hakim
(amin), terus ada kasus tentang seseorang yang mencuri uang dengan
menggunakan internet (Crack/hacker). lalu didalam kodifikasi tidak
diatur pencurian dengan menggunakan internet, tetapi karena Fauzi
menggunakan aliran bebas sebagai pencipta hukum, maka Fauzi
memutus bahwa itu termasuk tindakan pidana pencurian walaupun lewat
dunia internet. Sehingga keputusan Fauzi ini disebut Aliran bebas dan
menjadi Sumber Yurisprudensi.
Freirechtsschule memiliki kurang dan lebihnya. Kelebihannya
adalah hukumnya selalu mengikuti perkembangan zaman  sehingga
dirasakan lah keadilan sedangkan kekurangannya adalah tidak ada
sebuah kepastian hukum karena tidak ada kodifikasi secara lengkap dan
sangat memerlukan hakim yang memiliki rasa keadilan yang tulus tidak
mau terbujuk oleh KKN (Korupsi , Kolusi dan Nepotisme).
3. Aliran hukum Bregtijuriprudens
Pada pertengahan abad 19 lahirlah aliran yang dipelori oleh Rudolf
von Jhering (1818-1890) yang menekankan pada sistematik hukum yaitu
Aliran Begriffjurisprudenz. Setiap putusan baru dari hakim harus sesuai
dengan system hukum. Berdasarkan ketentuan yang dibentuk oleh system
hukum, maka setiap ketentuan undang-undang yang lain, sehingga
kententuan undang-undang itu merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Menurut aliran ini yang ideal adalah apabila system yang ada itu berbentuk
suatu piramida dengan pada puncaknya asas yang utama, dari situlah dapat
dibuat pengertian-pengertian baru (Begriff).
Khas bagi aliran ini adalah hukum yang dilihat sebagai suatu
system tertutupmengatur segala-galanya yang mengatur semua perbuatan
social. Pendekatan hukum secara ilmiah dengan sarana pengertian-
pengertian yang diperhalus ini merupakan dorongan timbulnya postivisme
hukum, tetapi juga memberi argument-argument yang berasal dari
ilmuhukum, dan dengan demikian objektif, sebagai dasar putusan-putusan.

4
Pasal-pasal yang tidak sesuai dengan system dikembangkan secara ilmiah
dan diterapkan.

4. Aliran hukum Freisrahbeweging


Aliran hukum freires rahbeweging atau hukum administrasi negara
ini merupakan salah satu cabang dari ilmu hukusecara umum. Sebagai
ilmu pengetahuan hukum yang masih sangat muda berdiri, hukum
administrasi negara masih ada suatu terminologiistilah demi kesatuan dan
kepastian hukum. Istilah hukum administrasi negara sering disamakan
dengan istilah Hukum Tata Usaha Indonesia ataupun Hukum Tata Negara
Indonesia.
Aliran Freie Raechtsbeweging itu beranggapan bahwa di dalam
melakanakan tugasnya seorang hakim bebas untuk melakukan menurut
undang-undang atau tidak. Ini disebabkan pekerjaan hakim adalah
menciptakan hukum. Menurut aliran ini, hakim benar-benar sebagai
pencipta hukum (judge made law), setiap keputusan berdasarkan
keyakinan merupakan hukum. Dengan demikian, yurisprudensi merupakan
hal yang penting dan dianggap primer, sedangkan undang-undang
merupakan hal yang sekunder.

5. Aliran hukum Rechvinding


Aliran hukum Rechvinding adalah suatu aliran yang berada di
Antara aliran legisme dan aliran freie rechtsbewegung. Aliran ini
berpendapat bahwa hakim terikat kepada undang-undang tetapi tidak
seketat pada aliran legisme, dikarenakan hakim juga mempunyai
kebebasan. Dalam hal ini kebebasan hakim tidaklah seperti pendapat freie
rechtsbewegung, sehingga hakim didalam melaksanakan tugasnya
mempunyaikebebasan yang terikat, (geboden vrijheid) atau keterikatan
yang bebas. Jadi tugas hakim merupakan melakuka rechisvinding, yakni
menyelaraskan undang-undang yang mempunyai arti luas.

5
Kebebasan yang terikata dari karakteriskik yang bbas terbukti dari
adanya beberapa kewenangan hakim, seperti penafsiran undang-undang.
Menurut aliran reschisvinding bahwa yurisprudensi sangat penting untuk
dipelajari disamping undang-undang, karena didalam yurispudensi
terdapat makna khusus yang konkret diperlukan dalam hidup
bermasyarakat.
Aliran Rechisvinding (Penemuan Hukum) termasuk aliran hukum
yang berlaku di Indonesia, bahwa hakim dalam memutuskan suatu perkara
berpegang kepada undang-undang dan hukum lainnya yang berlaku
didalam masyarakat secara kebebasan yang terikat (gebonden vrijheid).
Tindakan hakim tersebut berdasarkan pada pasal 20,22 AB dan pasal 16
ayat (1) dan pasal 28 ayat (1) undang-undang nomer 4 tahun 2004 tentang
kekuaaan hakim.

6. Aliran hukum Sosiologische Rechtsschule


Aliran ini lahir akibat aliran Freirechtbewegung, aliran ini juga
disebut aliran sosiologi hukum. Penganutnya Hamaker dan Hymans dari
Negeri Belanda dan dari Amerika misalnya : Roscoe Pound.
Pokok pikiran dari aliran ini ialah terutama hendak menahan dan
menolak kemungkinan kesewenang-wenangan dari hakim, berhubungan
dengan adanya “freies Ermessen” dari aliran hukum bebas di atas. Mereka
pada dasarnya tidak setuju dengan kebebasan bagi para pejabat hukum
untuk menyampingkan undang-undang sesuai dengan perasaannya.
Undang-undang harus tetap dihormati, tetapi sebaliknya memang benar
hakim mempunyai kebebasan dalam menyatakan hukum, akan tetapi
kebebasan tersebut terbatas dalam rangka undang-undang.
Menurut penganut aliran ini, hakim hendaknya mendasarkan
putusan-putusannya pada peraturan undang-undang, tapi tidak kurang
pentingnya, supaya putusan-putusan tersebut dapat dipertanggung
jawabkan terhadap asas-asas keadilan, kesadaran dan perasaan hukum
yang sedang hidup dalam masyarakat.

6
Aliran Sociologische Rechtsschule pada dasarnya tidak setuju
dengan adanya kebebasan bagi para pejabat hukum untuik
menyampingkan undang-undang sesuai dengan perasaannya. Oleh karena
itu, aliran ini hendak menahan dan menolak kemungkinan sewenang-
wenang dari hakim, sehubungan dengan adanya freiesermessen dalam
aliran rechtsschule. Undang-undang tetap harus dihormati, memang benar
hakim mempunyai kebebasan dalam menyatakan hukum, tetapi kebebaan
tersebut terbatas dalam kerangka undang-undang
7. Aliran Sistem Hukum Terbuka
Aliran Sistem Hukum Terbuka (Open System Van Het Recht)
merupakan satu sistem yang berarti semua aturan saling berkaitan aturan-
aturan dapat di susun. Sistem hukum membutuhkan putusan-putusan atau
penetapan-penetapan yang senantiasa menambah luasnya system hukum
tersebut. Karena sistem hukum bersifat terbuka.
Aliran sistem hukum terbuka meletakkan persoalan Undang-
undang Hakim-Hukum secara lebih tepat. Karena pandangan dan pendapat
dari semua aliran-aliran terdahulu adalah berat sebelah; kadang-kadang
cerderung mengutamakan dogma, kepastian hukum, dengan mendudukkan
Hakim sebagai otomat-susuban saja, dan kadang-kadang sebaliknya terlalu
mementingkan peranan Hakim atau kenyataan-kenyataan sosial.
Paul Scholten (dalam Achmad Sanusi, 1984: 96) berpandangan
bahwa: Hukum itu merupakan suatu sistim, yang semua peraturan-
peraturannya saling berhubungan, yang satu ditetapkan oleh yang lain,
dapat disusun secara mantik dan untuk yang bersifat khusus dapat
dicarikan aturan-aturan umumnya, sehingga sampailah pada azas-azasnya.
Sistem hukum itu bersifat logis, akan tetapi karena sifatnya sendiri, hukum
tidak tertutup, tidak beku, sebab ia memerlukan putusan-putusan atau
penetapan-penetapan yang akan menambah luasnya sistem hukum. Oleh
karenanya, lebih tepat apabila hukum dikatakan sistem terbuka.

7
B. Aliran Yang Berlaku Di Indonesia
Aliran yang berlaku di Indonesia adalah aliran rechtsvinding, bahwa
hakim dalam memutuskan suatu perkara berpegang pada undang-undang dan
hukum lainnya yang berlaku di dalam masyarakat secara kebebasan yang
terikat (gebonden vrijheid) dan keterikatan yang bebas (vrije gebon-
denheid). Tindakan hakim tersebut berdasarkan pada Pasal 20, 22 ABjunctis
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman merupakan tindakan proses
pembentukan hukum1. Pasal 20 AB mengatakan bahwa: "Hakim harus
mengadili berdasarkan undang-undang” Pasal 22 AB mengatakan
bahwa:"Hakim yang menolak untuk mengadili dengan alasan undang-
undangnya bungkam, tidak jelas atau tidak lengkap, dapat dituntut karena
menolak untuk mengadili."
Senada dengan hal di atas, juga dijelaskan di dalam Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
berbunyi: "Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat."2 Kemudian Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman berbunyi: "Pengadilan dilarang
menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya." Untuk mampu
mengimplementasikan pasal di atas, maka hakim dituntut berpikir dan
memiliki integritas dan kepribadian yang baik, jujur, adil, profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum. Hal yang teramat penting adalah bahwa
hakim dalam menjalankan tugas dan fungsinya, wajib menjaga kemandirian
pengadilan.

1
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1975. Hal. 73
2
Franz Magnis Suseno, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Gramedia, Jakarta, 1987. Hal. 87-88

8
C. Pembagian Hukum
Hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya, dalam kegiatan
ilmiah diusahakan untuk mengadakan penggolongan hukum menurut
beberapa asas pembagiannya:
1. Hukum Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, hukum terbagi menjadi lima macam, yaitu
hukum undang-undang, kebiasaan/adat, traktat, jurisprudensi, doktrin.
a. Hukum undang-undang;  ialah hukum yang tercantum di dalam
peraturan perundang-undangan
b. Hukum adat ialah hukum yang berada dalam peraturan-peraturan
adat.
c. Hukum traktat ialah hukum yang dibentuk karena adanya suatu
perjanjian negara-negara yang terlibat di dalamnya.
d. Hukum jurisprudensi ialah hukum yang terbentuk karena adanya
keputusan dari hakim
e. Hukum doktrin adalah hukum yang terbentuk dari pendapat beberapa
ahli hukum yang terkenal karena pengetahuannya.3

2. Hukum Berdasarkan Bentuknya


Berdasarkan bentuknya, hukum terbagi menjadi dua, yakni hukum
tertulis dan tidak tertulis:
 Hukum tertulis ialah hukum yang dicantumkan atau ditulis dalam
perundang-undangan. Contohnya, hukum pidana yang dituliskan
dalam KUHP pidana dan hukum perdata yang dituliskan dalam
KUHP perdata.
 Hukum tidak tertulis ialah hukum yang tidak tercantum dalam
perundang-undangan atau hukum kebiasaan yang masih dijunjung
tinggi dalam keyakinan masyarakat. Meski hukum tersebut tidak
tercantum, masih berlaku serta masih ditaati seperti halnya peraturan
perundangan. Contohnya, hukum kebiasaan/adat suatu daerah atau
3
Hydronimus Rhity, Filsafat Hukum: Edisi Lengkap (Dari Klasik Sampai Postmoderen),
Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2011. Hal. 129.

9
masyarakat tidak dicantumkan dalam perundang-undangan, namun
tetap dipatuhi oleh daerahnya
3. Hukum menurut tempat berlaku nya
a. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara
b. Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum
dalam dunia internasional.
c. Hukum Asing, Yaitu hukum yang berlaku dalam negeri lain
d. Hukum gereja, yaitu kumpulan norma-norma yang di tetapkan oleh
gereja untuk para anggotanya.
4. Hukum menurut waktu berlakunya
a. Ius Contitutum (Hukum positif), Yaitu hukum yang berlaku sekaranf
bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu
b. Ius Constituentum yaitu hukum yang di harapkan pada waktu yang
akan dating
c. Hukum Asasi (Hukum Alam) yaitu hukum yang berlaku di mana-
mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
5. Hukum menurut cara mempertahan kan nya
a. Hukum Material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan
yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan –hubungan
yang berwujud perintah –perintah dan larangan-larangan.
Contoh: Hukum Pidana, Hukum Perdata,Hukum Dagang dan lain-
lain
b. Hukum Formal (Hukum proses atau hukum acara) yaitu hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaiamana cara-cara
melaksanakan dan mempertahanakan hukum material atau peraturan-
peraturan yang mengatur bagaiman cara – cara nya mengajukan
sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-cara nya
hakim memberi putusan.
Contoh: Hukum acara Pidana dan Hukum acara Perdata.

6. Hukum menurut sifat nya

10
a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaiman
pun juga harus mempunyai paksaan mutlak.
b. Hukum yang mengatur (Hukum pelengkap), yaitu hukum yang dapat
di kesamping kan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah
membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian
7. Hukum menurut wujudnya
a. Hukum Objektif, yaitu hukum dalam suatu Negara yang berlaku
umum dan tidak mengenal orang atau golongan tertentu.
b. Hukum Subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan
berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih.
8. Hukum menurut Isinya
a. Hukum Privat ( Hukum Sipil),yaitu hukum yang mengatur
hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain,
dengan menitik beratkan kepada kepentingan perseorangan
b. Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara Negara dengan alat-alat perlengkapan atau
hubungan Negara dengan perseorangan (warganegara).

BAB III

11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan aliran legisme menyatakan bahwa semua hukum
terdapat dalam undang-undang. Maksudnya di luar undang-undang tidak ada
hukum. Dengan demikian, hakim di dalam tugasnya hanya melakukan
pelaksanaan undang-undang belaka (wetstoepassing), dengan cara juridische
syllogisme. Juridische syllogisme adalah suatu deduksi logis dari perumusan
yang umum (preposisi mayor) kepada suatu keadaan yang khusus (preposisi
minor), sehingga sampai kepada suatu kesimpulan (konklusi).
Aliran yang berlaku di Indonesia adalah aliran rechtsvinding, bahwa
hakim dalam memutuskan suatu perkara berpegang pada undang-undang dan
hukum lainnya yang berlaku di dalam masyarakat secara kebebasan yang
terikat (gebonden vrijheid) dan keterikatan yang bebas (vrije gebon-
denheid). Tindakan hakim tersebut berdasarkan pada Pasal 20, 22 ABjunctis
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman merupakan tindakan proses
pembentukan hukum
B. Saran
Makalah ini kami buat semaksimal mungkin daro kami pemakalah, jika
terdapat kesalahan dari kami pemakalah, kami mohon dimaafkan, jika
terdapat kesalahan itu murni dari kami, itu murni dari kami pemakalah, dan
jika dapat kebenaran itu murni dating nya allah swt. Kami mohon dan kritik
dari forum ubtuk perbaikan makalah kami kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mas Marwan. 2015. PENGANTAR ILMU HUKUM. Bogor : Ghalia Indonesia


Mashudi. 2015. PENGANTAR ILMU HUKUM. Semarang: CV Karya Abadi Jaya
Rumokoyo, Donald Albert. Maramis Frans. 2014. PENGANTAR ILMU
HUKUM. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.co.id/2015/07/madzhab-sejarah-
sociological.html?m=1
http://imagekomputer.blogspot.co.id/p/download-berbagai-makalah.html
http://lailatul-chusnah.blogspot.co.id/2012/10/aliran-utilitarianisme-hukum.html 

Anda mungkin juga menyukai